• Tidak ada hasil yang ditemukan

PengaruhHarga, KualitasProduk, dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek Apple (iPhone) Pada Mahasiswa Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PengaruhHarga, KualitasProduk, dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Merek Apple (iPhone) Pada Mahasiswa Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Harga

2.1.1. Pengertian Harga dan Strategi Penetapan Harga

Harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa,

atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat

dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa (Kotler dan Keller,

2009:345). Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan atas barang dan jasa, atau

jumlah nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari

memiliki atau menggunakan barang atau jasa (Kotler dan Armstrong, 2004:430).

Harga semata-mata tergantung pada kebijakan perusahaan, tetapi juga

memperhatikan berbagai hal. Murah atau mahalnya harga suatu produk tergantung

pada spesifikasi dan keunggulan dari produk itu sendiri yang sangat relatif sifatnya.

Menurut Lamb et. al., (2001:268) “Harga adalah apa yang harus diberikan

oleh konsumen (pembeli) untuk mendapatkan suatu produk”. Harga sering

merupakan elemen yang paling fleksibel di antara keempat elemen bauran

pemasaran. Selain itu, Walker et. al., (2000:78) “Menerapkan kebijakan harga

rendah dibandingkan dengan pesaing dapat diciptakan, apabila perusahaan

memiliki keunggulan bersaing pada biaya rendah (low cost)”.

Dalam artian yang lebih luas menurut Kotler dan Armstrong (2004:430),

Harga adalah jumlah semua nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka

mendapatkan manfaat (dari) memiliki atau menggunakan barang atu jasa. Secara

historis, harga telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan pembeli.

(2)

nomor satu yang dihadapi oleh para eksekutif pemasaran“. Namun, banyak

perusahaan tidak mampu menangani penetapan harga dengan baik. Sembilan

strategi harga-mutu dapat disajikan pada Gambar 2.1.

Harga Produk

Sumber: Kotler (2000:457)

Gambar 2.1. Sembilan Strategi Harga-Mutu

Berikut merupakan penjelasan dari Gambar 2.1. dimana ada 9

penjelasan dari Harga dan Mutu:

Pertama, strategi diagonal 1,5, dan 9 semuanya dapat bertahan pada pasar

yang sama, yaitu perusahaan menawarkan produk bermutu tinggi pada

harga tinggi, perusahaan lain menawarkan produk bermutu rendah pada

harga rendah dan pada mutu menengah perusahaan menawarkan harga

menengah. Ketiga pesaing tersebut dapat hidup bersama selama pasar terdiri

atas tiga kelompok pembeli, yaitu konsumen yang mengutamakan mutu,

harga, dan yang mementingkan keseimbangan antar keduanya. 1. Strategi

premium

2. Strategi nilai

tinggi

3. Strategi nilai

super

4. Strategi

terlalu mahal

5. Strategi nilai

menegah

6. Strategi nilai

(3)

Kedua, strategi penempatan 2,3, dan 6 yaitu menunjukkan cara untuk

menyerang posisi diagonal. Stategi 2 menyatakan produk kami memiliki

mutu yang sama dengan produk 1, tetapi harga yang ditawarkannya lebih

rendah.

Ketiga menyatakan hal yang sama dan bahkan menawarkan penghematan

yang lebih besar. Demikian halnya strategi 6, jika konsumen mementingkan

mutu yang menengah dengan harga rendah. Ketiga, strategi penempatan 4,7,

dan 8 di mana, perusahaan menetapkan harga terlalu tinggi dibandingkan

dengan mutunya. Konsumen akan merasa dirugikan dan akan mengeluh

atau menceritakan hal-hal buruk pada konsumen yang lain. Strategi ini

harus dihindari agar setiap perusahaan dapat bersaing.

Menurut Stanton (2002:178) “Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan

atau dikeluarkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan

pelayanan yang menyertainya”. Purnama (2001:96) menyatakan bahwa suatu

perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kalinya, yakni ketika;

a. Perusahaaan tersebut mengembangkan atau memperoleh suatu produk

baru.

b. Perusahaan tersebut baru pertama kalinya memperkenalkan produk

regulernya ke saluran distribusi atau daerah baru.

c. Perusahaan akan mengikuti lelang atas suatu kontrak kerja baru.

Menurut Lupiyoadi (2006:158) “Keputusan penetapan harga juga

sedemikian penting dalam menentukan seberapa jauh pelayanan layanan jasa dinilai

oleh konsumen, dan juga dalam proses mernbangun citra”. Kegiatan penetapan

(4)

penetapan harga terkait langsung nantinya dengan revenue yang diterima oleh

perusahaan.

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga

Kotler (2005:315) menyatakan faktor-faktor yang menentukan kebijakan

penetapan harga terdiri dari;

a. Memilih tujuan penetapan harga.

b. Menentukan permintaan.

c. Memperkirakan biaya.

d. Menganalisa biaya, harga, dan tawaran pesaing.

e. Memilih metode penetapan harga.

f. Memilih harga akhir.

Swastha (2004:42) menyatakan “Keputusan-keputusan mengenai harga

dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: faktor-faktor internal perusahaan dan

faktor-faktor lingkungan eksternal perusahaan”. Menurut Purnama (2001:98)

faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga terhadap pembeli dapat

diidentifikasi sebagai berikut;

a. Pengaruh nilai unik

b. Pengaruh kesadaran atas produk pengganti.

c. Pengaruh perbandingan yang sulit.

d. Pengaruh pengeluaran total.

e. Pengaruh manfaat akhir.

f. Pengaruh biaya yang dibagi.

g. Pengaruh investasi yang tertanam.

(5)

i. Pengaruh persediaan.

Sedangkan menurut Peter dan Olson (2000:78) dalam proses penetapan

harga dapat disesuaikan dengan keadaan perusahaan dan konsumen. Dalam

penelitian ini menggunakan empat indikator yang mencirikan harga yaitu

keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas, daya saing harga, dan

kesesuaian harga dengan manfaat produksi (Stanton, 2002:178).

2.2. Kualitas Produk

Menurut Kolter dan Armstrong (2004:347) kualitas produk adalah meliputi

daya tahan, kehandalaan, ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioprasikan dan

diperbaiki, dan atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan.

Kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-fungsinya, kemampuan itu

Kualitas bisa jadi merupakan hal yang paling dicari oleh konsumen ketika mereka

memilih produk yang akan digunakan.

Kualitas sebagai mutu dari atribut atau sifat-sifat sebagaimana

dideskripsikan dari dalam produk dan jasa yang bersangkutan. Kualitas biasanya

berhubungan dengan manfaat atau kegunaan serta fungsi dari suatu produk.

Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang menyebabkan

produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa produk itu diproduksi.

Kualitas ditentukan oleh sekumpulan kegunaan atau fungsinya, termasuk di

dalamnya daya tahan, ketergantungan pada produk atau komponen lain, eksklusive, kenyamanan, wujud luar (warna, bentuk, pembungkus dan sebagainya).

Kualitas mempunyai peranan penting baik dipandang dari sudut konsumen

yang bebas memililh tingkat mutu atau dari sudut produsen yang mulai

(6)

jangkauan pemasaran. Kualitas diukur menurut pandangan pembeli tentang mutu

dan kualitas produk tersebut.

Mowen dan Minor (2007:238) memberikan beberapa dimensi dari kualitas

produk. Adapun dimensi kualitas produk adalah :

1. Kinerja Yang dimaksud kinerja di sini adalah kinerja utama dari

karakteristik pengoperasian.

2. Reliabilitas atau Keandalan Reliabilitas adalah konsistensi kinerja produk.

Bebas dari kerusakan atau tidak berfungsi.

3. Daya Tahan Rentang kehidupan produk / umur pemakaian produk.

4. Keamanan (Safety) Produk yang tidak aman merupakan produk yang mempunyai kualitas yang kurang / rendah.

Gaspersz (2001:148) telah mengungkapkan adanya delapan dimensi kualitas

produk yang bisa dimainkan oleh pemasar. Performance, feature, reliability, conformance, durability, serviceability, aesthetics, dan perceived quality

merupakan kedelapan dimensi tersebut. Berikut keterangan dari ke delapan dimensi

tersebut yaitu”

1. Dimensi performence atau kinerja produk Kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk. Ini merupakan manfaat

atau khasiat utama produk yang kita beli. Biasanya ini menjadi

pertimbangan pertama kita membeli produk.

2. Dimensi reliability atau keterandalan produk Dimensi kedua adalah keterandalan, yaitu peluang suatu produk benas dari kegagalan saat

(7)

3. Dimensi feature atau fitur produk Dimensi feature merupakan karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang melengkapi manfaat dasar

suatu produk. Fitur bersifat pilihan atau option bagi konsumen. Kalau

manfaat utama sudah standar, fitur seringkali ditambahkan. Idenya,

fitur bisa meningkatkan kualitas produk kalau pesaing tidak memiliki.

4. Dimensi durebility atau daya tahan Daya tahan menunjukkan usia produk, yaitu jumlah pemakaian suatu produk sebelum produk itu

digantikan atau rusak. Semakin lama daya tahannya tentu semakin

awet. Produk yang awet akan dipresepsikan lebih berkualitas

dibandingkan produk yang cepet habis atau cepat diganti.

5. Dimensi conformance atau kesesuaian Conformance adalah kesesuaian kinerja produk dengan standar yang dinyatakan suatu

produk. Ini semacam janji yang harus dipenuhi oleh produk. Produk

yang memiliki kualitas dari dimensi ini berarti sesuai dengan

standarnya.

6. Dimensi serviceability atau kemampuan diperbaiki Sesuai dengan maknanya, disini kualitas produk ditentukan atas dasar kemampuan

dan kompeten. Produk yang mampu diperbaiki tentu kualitasnya lebih

tinggi dibanding produk yang tidak atau sulit diperbaiki.

7. Dimensi aesthetic atau keindahan tampilan produk Aesthetic atau keindahan menyangkut tampilan produk yang membuat konsumen

suka. Ini seringkali dilakukan dalam bentuk desai produk atau

kemasannya. Beberapa merek memperbaharui wajahnya supaya lebih

(8)

8. Dimensi perceived quality atau kualitas yang dirasakan Dimensi terakhir adalah kualitas yang dirasakan. Ini menyangkut penilaian

konsumen terhadap citra, merek, atau iklan.

Kualitas sebagai mutu dari atribut atau sifat-sifat sebagaimana

dideskripsikan dari dalam produk dan jasa yang bersangkutan. Kualitas biasanya

berhubungan dengan manfaat atau kegunaan serta fungsi dari suatu produk.

Kualitas merupakan faktor yang terdapat dalam suatu produk yang menyebabkan

produk tersebut bernilai sesuai dengan maksud untuk apa produk itu diproduksi.

Kualitas ditentukan oleh sekumpulan kegunaan atau fungsinya, termasuk di

dalamnya daya tahan, ketergantungan pada produk atau komponen lain, eksklusive,

kenyamanan, wujud luar (warna, bentuk, pembungkus dan sebagainya).

2.3. Citra Merek

Merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan

keistimewaan, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik

memberikan jaminan mutu. Agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas

mengenai pengertian merek, berikut ini pengertian merek menurut beberapa ahli:

Pengertian merek menurut Simamora (2003 : 149) : “ Merek adalah nama, tanda,

istilah, simbol, desain, atau kombinasinya yang ditujukan untuk mengidentifikasi

dan mendiferensiasi (membedakan) barang atau layanan suatu penjual dari barang

atau layanan penjual lain”

Lamb, Hair & Mc Daniel (dalam Chrisandi, 2014: 4) berpendapat bahwa

pengertian merek adalah sebagai berikut :“Merek adalah suatu nama, istilah,

simbol, desain, atau gabungan keempatnya, yang mengidentifikasikan produk para

(9)

menurut Kotler & Amstrong (2003 : 349) “Merek adalah suatu nama, kata, tanda,

simbol, atau desain, atau kombinasi dari semuanya yang mengidentifikasikan

pembuat atau penjual produk dan jasa tertentu”. Dari pengertian-pengertian diatas

dapat ditarik kesimpulan bahwa merek adalah suatu nama, istilah, tanda, desain

atau kombinasi dari semuanya yang digunakan untuk mengidentifikasikan produk

dan membedakan produk perusahaan dengan produk pesaing.

2.3.1 Pengertian Citra Merek

Konsumen yang positif terhadap suatu merek lebih memungkinkan

konsumen untuk melakukan pembelian. Merek yang baik juga menjadi dasar untuk

membangun citra perusahaan yang positif. Manfaat dari citra merek yang positif,

perusahaan bisa mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra positif

yang telah terbentuk terhadap merek produk lama. Hal yang perlu diperhatikan

adalah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan citra merek yang sudah

positif.

Pengertian Citra menurut Kotler (2002 : 629) : “Citra adalah seperangkat

keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek”

Pengertian Citra Merek menurut Kotler & Amstrong (2001 : 225) “ Citra Merek

adalah seperangkat keyakinan konsumen mengenai merek tertentu” Citra merek

mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari

informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu.

Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan

preferensi terhadap suatu merek. Konsumen dengan citra yang positif terhadap

(10)

Citra merek merupakan serangkaian asosiasi, biasanya terorganisasi menjadi

suatu makna. Hubungan terhadap suatu merek akan semakin kuat jika didasarkan

pada pengalaman dan mendapat banyak informasi. Citra atau asosiasi

merepresentasikan persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan yang objektif

ataupun tidak. Citra yang terbentuk dari asosiasi inilah yang mendasari dari

keputusan membeli bahkan loyalitas merek (brand loyalty) dari konsumen, (Aaker,2008 : 99).

2.3.2 Pengukuran Citra Merek

Pengukuran Citra Merek menurut Low and Lamb (dalam Chrisandi 2014:4),

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa pengukuran terhadap Citra Merek dapat

dilakukan berdasarkan beberapa atribut, yaitu :

1. Atribut fisik dari sebuah Product Pengukuran Citra Merek sangat dipengaruhi

oleh penampilan fisik dari sebuah merek. Seperti halnya dengan Smartphone

iPhone citra mereknya ditunjukkan melalui desainnya, warnanya dan

beberapa komponen lainnya.

2. Kinerja (kemampuan produk menjalankan fungsinya) Pengukuran terhadap

fungsi atas sebuah produk juga merupakan salah satu variable yang

menentukan Citra Merek. Semakin tinggi kemampuan sebuah produk yang

menjalankan fungsinya, maka semakin tinggi pula Citra Merek konsumen

atas produk yang bersangkutan

3. Manfaat emosional kemampuan sebuah merek untuk memunculkan emosi

positif bagi konsumen sebagai pemakai atau pengguna suatu merek sangat

menentukan keberhasilan pembentukan Citra Merek konsumen atas sebuah

(11)

4. Manfaat mengekspresikan diri keuntungan-keuntungan yang bisa diperoleh

sehubungan dengan pengkonsumsian sebuah produk juga merupakan variabel

dasar yang menentukan terhadap image konsumen atas sebuah merek.

Dalam mengukur sebuah merek, tidak hanya tampilan fisik namun juga pada

manfaat yang dijanjikan dan tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh pemakai

jasa sebuah layanan. Menurut Kotler & Keller (2009:98) pengukuran citra merek

dapat didasarkan pada 3 variabel, antara lain :

1. Kekuatan (Strenght) Kekuatan disini berkaitan dengan seberapa kuat hubungan yang mampu diciptakan oleh merek dengan konsumen. Biasanya

pengukuran kekuatan ini dapat dibentuk melalui pengalaman masa lalu,

harga, kualitas, rekomendasi, perorangan, iklan dan lain-lain

2. Keunikan (Uniqueness) Uniqueness adalah kemampuan untuk membedakan sebuah merek diantara merek-merek yang lainnya. Kesan unik ini muncul

dari atribut produk, yang berarti terdapat diferensiasi antara produk satu

dengan produk yang lainnya. Termasuk dalam kelompok unik antara lain :

variasi layanan yang bisa diberikan sebuah produk, variasi harga dari produk

yang bersangkutan, maupun diferensiasi dari penampilan fisik sebuah

produk.

3. Favorable mengarah pada kemampuan merek tersebut untuk mudah diingat oleh konsumen. Termasuk dalam kelompok favorable ini antara lain :

kemudahan merek produk untuk diucapkan, kemampuan merek untuk tetap

diingat konsumen, maupun kesesuaian antara kesan merek di benak

konsumen dengan citra yang diinginkan perusahaan atas merek yang

(12)

2.4. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung

terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap

produk yang ditawarkan oleh penjual. Pengertian keputusan pembelian, menurut

Kotler & Armstrong (2001: 226) adalah tahap dalam proses pengambilan

keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan

keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang dilakukan secara langsung dan

terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan

sehingga individu tersebut membuat sebuah keputusan atas suatu barang yaitu

keputusan pembelian.

Ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam membuat suatu

proses pengambilan keputusan. Tahapan tersebut diawali dengan pengenalan

kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan hasil

pembelian konsumen terhadap produk yang telah di beli. Menurut Kotler

(2007:200), tahap-tahap dalam keputusan pembelian adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan Masalah

Proses pembelian diawali dengan adanya masalah atau kebutuhan

kebutuhan yang belum terpuaskan dan dapat dirasakan oleh konsumen.

Konsumen mempersiapkan perbedaan antara yang diinginkan dengan

situasi saat ini guna membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan.

Kebutuhan itu mungkin sudah dikenal dan dirasakan konsumen jauh-jauh

(13)

2. Pencarian Informasi

Setelah konsumen menyadari adanya kebutuhan suatu barang atau jasa,

selanjutnya konsumen mencari informasi, baik yang disimpan dalam

ingatan maupun informasi yang didapat dari lingkungan luar. Sumber

informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok yaitu:

a. Sumber Pribadi : Keluarga, teman, tetangga, kenalan.

b. Sumber Komersial : Iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan.

c. Sumber Publik : Media massa, organisasi penentu peringkat konsumen.

d. Sumber Pengalaman : Penanganan, pengkajian, pemakai produk.

3. Evaluasi Alternatif Setelah informasi diperoleh konsumen mengevaluasi

berbagai alternatif pilihan dalam memenuhi kebutuhan tersebut,

4. Keputusan Pembelian Apabila tidak ada faktor lain yang mengganggu

setelah konsumen menentukan pilihan yang telah ditetapkan, pembelian

yang aktual adalah hasil akhir dari pencarian dan evaluasi

5. Perilaku Pasca Pembelian Secara umum, apabila individu merasakan

ketertarikan yang sangat atau kepuasan dalam memenuhi kebutuhan,

biasanya akan terus mengingat hal tersebut. Perilaku pasca pembelian

meliputi kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan

pemakaian produk pembelian.

Dalam penelitian ini keputusan pembelian didefinisikan sebagai suatu

proses dimana konsumen mengenali kebutuhannya, mencari informasi mengenai

produk yang sesuai dan mengambil keputusan tentang produk mana yang akan

dibeli dan digunakan. Menurut Kotler, (2005:49) terdapat 5 peran yang dimainkan

(14)

1. Pencetus : Orang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk

membeli suatu produk.

2. Pemberi Pengaruh : Orang yang pandangan atau sarannya

mempengaruhi keputusan.

3. Pengambil Keputusan : Orang yang mengambil keputusan mengenai

setiap komponen keputusan pembelian (membeli atau tidak membeli,

bagaimana cara membeli, dan dimana akan membeli).

4. Pembeli : Orang yang melakukan pembelian sesungguhnya.

5. Pemakai : Orang yang akan mengkonsumsi atat menggunakan produk

tertentu.

Perilaku keputusan pembelian tidak bisa digeneralisir untuk semua jenis

produk. Pembelian yang melibatkan produk dengan harga yang mahal akan

membutuhkan semakin banyak pertimbangan. (Kotler, 2005:49) membedakan

perilaku keputusan pembelian menjadi 4 macam, sebagai berikut :

1. Perilaku Pembelian yang Rumit

Perilaku pembelian yang rumit terdiri dari proses tiga langkah. Pertama,

pembeli mengembangkan keyakinan tentang produk tertentu. Kedua, dia

membangun sikap tentang produk tersebut. Ketiga, dia membuat pilihan

pembelian yang cermat. Konsumen terlibat dalam keputusan pembelian

yang rumit bila mereka sadar akan adanya perbedaan besar antar merek.

Perilaku keputusan pembelian yang rumit lazim terjadi bila produknya

(15)

2. Perilaku Pembelian Pengurang Ketidaknyamanan

Ada suatu kondisi dimana konsumen sangat terlibat dalam pembelian

namun menemukan perbedaan yang kecil antar merek. Dalam kasus ini,

konsumen akan mempelajari merek yang tersedia. Jika konsumen

menemukan perbedaan mutu antar merek tersebut, dia mungkin akan lebih

memilih harga yang lebih tinggi. Jika konsumen menemukan perbedaan

kecil, dia mungkin akan membeli semata – mata berdasarkan hargadan

kenyamanan.

3. Perilaku Pembelian karena Kebiasaan

Banyak produk dibeli dalam kondisi rendahnya keterlibatan konsumen dan

tidak adanya perbedaan antar merek yang signifikan. Misalnya garam. Para

konsumen memiliki keterlibatan yang rendah terhadap produk itu.

Konsumen pergi ke toko dan mengambil merek tertentu. Jika mereka

mengambil merek yang sama, hal itu karena kebiasaan bukan karena

kesetiaan pada merek. Terdapat bukti yang cukup bahwa konsumen

memiliki keterlibatan yang rendah dalam pembelian sebagaian besar produk

yang murah dan sering dibeli

4. Perilaku Pembelian yang Mencari Variasi

Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang

rendah namun perbedaan antar merek yang signifikan. Dalam situasi ini,

konsumen sering melakukan perpindahan merek. Misalnya kue kering.

Konsumen memilih merek kue kering tanpa melakukan evaluasi,

mengevaluasi saat mengkonsumsi. Namun, pada kesempatan berikutnya,

(16)

mencari rasa yang berbeda. Peralihan merek terjadi karena mencari variasi,

bukan karena ketidak puasan.

2.5. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti/ Tahun

Judul Variabel Metode Analisis Hasil

AinurRofiq

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan penelitian ini menunjukan bahwa kualitas produk dan harga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian produk Iphone. Variabel yang memiliki pengaruh paling dominan adalah variabel kualitas produk. dan Fitur Produk Terhadap

Hasil uji signifikan simultan (uji F) menunjukkan bahwa secara serempak variabel kualitas produk, desain produk, dan fitur produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, harga produk dan pengaruh sosial

(Labuan School

of International

Hasil empiris melalui SEM diungkapkan bahwa nama merek dan pengaruh sosial berpengaruh pada meningkatnya permintaan untuk smartphone di kalangan mahasiswa Malaysia . Yang

pertama (nama merek)

(17)

Peneliti/ Tahun

Judul Variabel Metode Analisis Hasil

Mo, L., & Zhai, S. (2013)

Pengaruh citra merek dan citra asal perusahaan terhadap Keputusan Pembelian Smart Phones dari Lima Merek :

Perbandingan China dan Korea.

Citra Merek dan Citra Asal Perusahaan

Data penelitian menggunakan kuesioner total, 615 kuesioner yang valid dikumpulkan dari kota-kota utama China dan Korea, dengan menggunakan SPSS 16.0 dan AMOS18.0. Secara empiris kedua konsumen Cina dan Korea sensitif terhadap citra merek, sedangkan citra asal perusahaan tidak muncul untuk mempengaruhi konsumen Cina tetapi mempengaruhi konsumen di Korea

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek

penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel

yang secara logis diterangkan, dikembangkan dan dikolaborasi dari perumusan

masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survei

literatur (Kuncoro, 2003:44). Kerangka konseptual mengemukakan tentang variabel

yang akan diteliti yaitu: variabel harga, kualitas produk, dan citra merek yang

merupakan variabel independen dan keputusan pembelian yang merupakan variabel

dependen.

Menurut Kotler & Amstrong (2009:345), Harga adalah sejumlah uang yang

ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para

pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu

produk atau jasa. Pelanggan akan mengeluarkan sejumlah uang yang pantas untuk

mereka keluarkan tergantung dari beberapa aspek, tidak terkecuali kualitas produk

(18)

Menurut Kotler & Amstrong (2003:347), Kualitas produk berpengaruh

terhadap keputusan pembelian dikarenakan konsumen akan membeli suatu produk

setelah mengetahui kualitas produk barang tersebut. Kualitas produk dapat

diketahui baik atau buruknya dapat dilihat dari citra yang terbentuk dipasaran.

Menurut Setiadi (2003:180), Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang

berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen dengan citra

yang positif terhadap suatu merek lebih memungkinkan untuk melakukan

pembelian.

Dalam membuat keputusan pembelian, konsumen sering kali melihat

beberapa faktor-faktor peting untuk memutuskan membeli terhadap suatu barang.

Keputusan pembelian dapat juga dilakukan jika konsumen melihat harga yang

ditentukan sesuai dengan manfaat dan kualitas produk tersebut apabila melakukan

pembelian. Harga yang sesuai dengan kualitas yang ditawarkan terhadap konsumen

akan sejalan dengan persepsi yang sama yang dilihat oleh konsumen. Citra dari

suatu merek yang ada dipasaran terbentuk dengan baik atau tidak dikarenakan dari

citra suatu merek dapat melambangkan kualitas yang baik bagi suatu merek

tersebut. Faktor – faktor seperti harga, kualitas produk, dan citra merek dapat

mempengaruhi keputusan pembelian oleh konsumen.

Hal ini didukung juga dengan penelitian sebelumnya yang bernama Ainur

Rofiq Rizki yang berjudul analisis pengaruh kualitas produk & harga terhadap

keputusan pembelian iPhone. Hasil analisis data yang telah dilakukan penelitian ini

menunjukan bahwa kualitas produk & harga mempunyai pengaruh yang signifikan

(19)

Sumber: Kotler (2001) dan Sugiyono (2006)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 2.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat tanya (Sugiyono, 2006:96). Berdasarkan perumusan masalah dan

kerangka konseptual yang dikemukakan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini

adalah Harga, Kualitas Produk, dan Citra Merek berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan pembelian smartphone Merek Apple (iPhone) Pada Mahasiswa Ilmu Komput er dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.

Harga

(X1)

Kualitas Produk

(X2)

KEPUTUSAN

PEMBELIAN

(Y)

Citra Merek

Gambar

Gambar 2.1. Sembilan Strategi Harga-Mutu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan konsep diri dengan sumbangan efektif sebesar 24,2%.. Sedangkan hipotesis minor

Pengembangan Bahan Ajar Yang Bermuatan Teknologi Nano untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Model Rekonstruksi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia |

Masalah yang sering muncul pada masa nifas adalah Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan, Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi

Bagi lima UMKM kerajinan pahat batu yang menjadi objek riset, sebagai evaluasi proses penerapan cloud computing yang telah dilakukan, sehingga untuk ke depannya dapat menjadi

collier’s Encyclopedia (New York: Macmillan Educational Company, 1988), VIII,hal.. menandaskan bahwa demokrasi atau metode demokratik adalah suatu perencanaan

Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari

Kalimat Dalam pergaulan sehari-hari sering terlihat ada orang yang tidak dapat menerima saran orang lain memiliki pola yang sama dengan kalimat ….. Dengan

From the review of the document is known that the characteristics of services to support the implementation of guidance and counseling in high schools in Palangkaraya is