• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setelah Haji, What Next? Kiblat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Setelah Haji, What Next? Kiblat"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

eorang nenek pemulung,

S

Sahati Wati, 68, akhirnya

m a m p u m e n u n t a s k a n

keinginannya untuk berkurban.

Pemulung asal Kampung Kutalebak,

Kelurahan Sriwedari, Kecamatan

Gunung Puyuh, Sukabumi, Jawa

Barat, itu bisa berkurban pada Idul

Adha kali ini setelah mengumpulkan

uang selama tujuh tahun.

Menurut Ketua RT di Kutalebak, Yeyet

Mulyati, Sahati membeli kambing

seharga Rp 2 juta untuk dipotong di

Hari Raya Idul Adha tahun ini.

Uang tersebut merupakan tabungan

yang disisihkan Sahati dari hasil jual

b o t o l b e k a s . S a h a t i b i a s a

menyisihkan uangnya di sebuah

amplop lusuh di bawah bantal.

Pe r s a t u p e k a n , S a h a t i b i s a

menyisihkan Rp 8.000 hingga Rp12

ribu dari hasil penjualan botol

bekasnya.

Jika uang yang dikumpulkan di

bantal sudah mencapai Rp100 ribu

h i n g g a R p 2 0 0 r i b u , S a h a t i

menitipkan uangnya kepada Yeyet.

Tak ayal, kata Yeyet, warga di sekitar

kerukunan yang ia pimpin bangga

dan kagum terhadap Sahati. Usia tua

dan penghasilan yang pas-pasan,

ternyata tidak menghalangi Sahati

u n t u k b e r k u r b a n . [ S u m b e r :

M e t r o t v n e w s . c o m / f o t o :

vivanews.co.id]

Mampu Berkurban Setelah Menabung,

Selama Tujuh Tahun

Puasa pada Hari Tasyrik bagi yang Sudah Terbiasa Puasa Sunnah

Saudara kita yang terbiasa puasa sunnah mungkin bertanya-tanya, bolehkah tetap berpuasa pada hari Tasyrik? Sebab Rasulullah n

melarang puasa pada hari-hari tertentu, tetapi membolehkan bagi yang sudah terbiasa menjalankan puasa sunnah. Misalnya, beliau melarang puasa khusus pada hari Jumat, tetapi membolehkan puasa bagi yang berpuasa Daud dan bertepatan dengan hari Jumat.

Bagaimana dengan puasa hari Tasyrik? Hari Tasyrik adalah tiga hari setelah hari raya Idul Adha. Hari ini (Kamis, 17 September 2013) adalah hari kedua. Orang yang biasa puasa Senin Kamis tentu memiliki perasaan sayang bila sudah terbiasa kemudian tidak berpuasa, tanpa

alasan yang sesuai syariat. Maka dalam hal ini kita memerlukan ilmu yang benar.

Para ulama menjelaskan bahwa puasa pada tiga hari Tasyrik tidak dibolehkan. Dalilnya ialah sabda Nabi n:

ِ

ﷲ ِﺮﹾﻛِﺫﻭ ٍﺏ ﺮﺷﻭ ٍﻞﹾﻛﹶﺃ ﻡﺎﻳﹶﺃ ِﻖﻳِﺮﺸﺘﻟﺍ ﻡﺎﻳﹶﺃ

“Hari-hari tasyrik ialah hari-hari untuk makan, minum, dan zikir kepada Allah.” (HR Muslim). Abu Daud meriwayatkan dari Abu Murrah, mantan budak Umu Hani', bahwa ia dan Abdullah bin Amr masuk ke tempat Amr bin Al-Ash. Lalu keduanya disuguhi makanan. Amr mengatakan, “Makanlah.” Abdullah menjawab, “Saya puasa.” Amr mengatakan, “Makanlah! Ini adalah hari-hari yang Rasulullah n menyuruh

kami berbuka dan melarang berpuasa.” Imam Malik berkata, “Itu adalah hari-hari Tasyrik.” (Dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abi Daud)

Imam Nawawi v mengatakan, “Hari Tasyrik dimasukkan dalam hari Id. Hukum yang berlaku pada hari Id secara umum juga berlaku pada hari Tasyrik, seperti hari tasyriq memiliki kesamaan dalam waktu pelaksanaan penyembelihan kurban, diharamkan puasa dan dianjurkan untuk bertakbir ketika itu.” (Syarh Shahih Muslim, 6: 184).

Tetapi, puasa pada hari-hari tasyrik dibolehkan bagi orang yang berhaji dan tidak

vol. 3, September 2013

(2)

mendapatkan kurban (hadyu). Aisyah dan Ibnu Umar mengatakan, “Tidak ada kebolehan berpuasa pada hari-hari Tasyrik kecuali bagi orang berhaji yang tidak mendapatkan hadyu.” (HR Al-Bukhari)

Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan, “Orang yang berhaji qiran dan tamattu' boleh berpuasa pada hari-hari tasyrik bila tidak mendapatkan hewan kurban. Agar tidak melewatkan musim haji, sementara puasanya (puasa denda) belum dilaksanakan.”

Dengan demikian orang yang terbiasa puasa sunnah tidak dibolehkan berpuasa pada hari-hari Tasyrik. Tetapi semoga Allah mencatatnya sebagai pahala atas keistiqamahan amal, seperti disebutkan di hadits lain. []

atu tahap penting setelah melakukan suatu ibadah ialah

S

evaluasi, apakah diterima atau tidak. Bisa melaksanakan amal saleh merupakan kenikmatan yang agung. Tetapi itu tidak akan sempurna tanpa disertai kenikmatan lain yang lebih agung, yaitu diterima oleh Allah. Hal ini juga berlaku dalam ibadah haji.

Ibadah haji memadukan beberapa komponen dari pelakunya. Ya, terutama harta dan fisik. Karena itulah haji juga disebut jihad. Alangkah malangnya bila ibadahnya tidak diterima.

Diterima atau tidaknya ibadah haji memang urusan Allah Yang Mahakuasa. Tetapi setidaknya ada upaya agar amal itu diterima, selanjutnya ialah tawakal dan berharap kepada-Nya. Berikut ini beberapa poin penting yang perlu diperhatikan setelah berhaji:

1. Merasa kecil dan tidak sombong atas amal.

Haji dengan biaya sebesar apa pun sejatinya tidak bisa dianggap sebagai upaya yang impas untuk mewujudkan syukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan kepadanya. Karena itulah, sifat orang yang ikhlas ialah menganggap kecil setiap amal ibadahnya. Ia tidak melihat itu sebagai amal yang besar, sehingga tidak timbul kesombongan. Salah satu wujud pembentengan hati dari sifat bangga dan sombong ialah menolak panggilan atau penambahan kata haji pada namanya. Bukanlah sifat yang terpuji bila setelah pulang haji, mukanya merengut karena tidak dipanggil “Pak Haji” atau “Bu Hajjah”.

Hendaknya kita mengetahui keagungan Allah, nikmat-Nya yang luas, dan mengingat dosa agar tidak sombong atas amal apa pun. Allah berfirman, “Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.” (Al-Mudatstsir: 1-6).

Hasan Bashri memaknai ayat-ayat tersebut, “Janganlah engkau membanggakan amal kepada Rabbmu, lalu merasa berhak mendapatkan imbalan lebih banyak dari-Nya.” 2. Membangun perasaan takut amalnya tidak diterima. Ini adalah perasaan yang baik. Orang-orang saleh masa lalu sangat memperhatikan urusan diterima atau tidaknya setiap ibadah. Bahkan mereka sangat khawatir dan takut. Allah berfirman, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (Al-Mukminun: 60-61).

Nabi n menjelaskan bahwa maksudnya ialah ahli puasa, shalat, dan sedekah yang khawatir amal mereka tidak

diterima. Ali a mengatakan, “Mereka lebih memperhatikan upaya agar amal diterima daripada amal itu sendiri. Apakah kalian belum mendengar Allah berfirman, 'Sesungguhnya Allah hanyalah menerima (amal) orang-orang yang bertakwa.” (Al-Maidah: 27).

3. Berharap dan banyak berdoa agar diterima.

Takut saja tidaklah cukup. Ia harus diiringi dengan rasa berharap kepada Allah. Takut saja tanpa berharap bisa menyebabkan orang putus asa dan bosan. Berharap saja tanpa ada rasa takut bisa menyebabkan orang merasa aman dari ancaman Allah.

Gabungan dari dua rasa itu bisa mengantarkan kepada ketawadukan dan kekhusyukan kepada Allah. Ini menambah iman seseorang. Dengan harapan yang tinggi, orang akan tergerak untuk memohon kepada Allah agar ibadahnya diterima. Ibrahim pun melakukan ini setelah lelah dan menguras tenaga untuk membangun Ka'bah. Allah berfirman, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), 'Ya Tuhan Kami terimalah dari kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui'.” (Al-Baqarah: 127). 4. Banyak Istigfar.

Meskipun sebelum berangkat haji telah disiapkan secara matang, baik ilmu maupun persyaratannya, janganlah seseorang merasa bahwa hajinya telah sempurna. Mungkin saja ada yang kurang tetapi tanpa disadari. Karena itulah Allah mengajarkan kepada kita untuk beristigfar setelah beribadah. Allah berfirman, “Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 199).

Perhatikanlah surah An-Nashr yang sering kita baca. Allah memerintah Nabi n untuk memuji dan beristigfar setelah upaya dakwah dan jihad beliau membuahkan hasil, dan manusia masuk Islam berbondong-bondong.

5. Memperbanyak amal saleh lainnya.

Setelah pulang dari Tanah Suci, tidak sepantasnya yang berhaji merasa cukup. Rukun Islam yang lima telah dilaksanakan semua. Maka sempurnalah amalnya. Ini adalah perasaan yang menipu. Sebaliknya, sepulang haji harus lebih semangat beribadah dan berbuat kebaikan. Lebih sering memakai “peci putih” dan dekat dengan masjid. Bukan memperalat “peci putih” untuk memperlancar urusan duniawinya.

Itulah beberapa perkara yang patut diperhatikan setelah berhaji di Tanah Suci. Semoga Allah menerima amal dan ibadah kita semua. []

Setelah Haji,

What Next

?

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa penelitian yang membahas mengenai pengeluaran per kapita adalah Fausi (2011) meneliti tentang Small Area Estimation terhadap pengeluaran per kapita di Kabupaten

Oi pinaf lain, pertumbuhan kota-kota akan diikuti dengan tekan- an-tekanan (urban development pressures) yang antara lain berupa: beralihfungsinya lahan-lahan pertanian

LKjIP Pengadilan Agama Jakarta Barat merupakan suatu system manajemen yang berorientasi pada hasil capaian kinerja dalam satu tahun anggaran yang dikaitkan dengan

c) Guru berkeliling mencermati siswa bekerja, mencermati dan menemukan berbagai kesulitan yang dialami siswa, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal

Terpilihnya Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB serta puncak kekecewaan Indonesia terhadap PBB merupakan alasan Indonesia untuk keluar dari

Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui aspek internal kekuatan dan kelemahan perusahaan serta aspek eksternal peluang dan ancaman perusahaan untuk merumuskan strategi yang

Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan umbi bibit G4 dengan mulsa mampu memberikan pertumbuhan yang lebih baik daripada penggunaan umbi lokal, kecuali umbi lokal

Hasil ini menunjukkan bahwa dengan adanya substitusi pelepah daun sawit yang tidak difermentasi (R2) dengan rumput gajah (R1) dapat menurunkan kecernaan bahan kering