• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

15

LANDASAN TEORI

2.1 Perdagangan Internasional

2.1.1 Definisi Perdagangan Internasional

Setiap negara memiliki karakteristik, sumber daya, ekonomi, dan sosial yang

berbeda dengan negara lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut menjadikan

komoditas yang dihasilkan di tiap-tiap negarapun berbeda. Suatu negara mungkin

membutuhkan komoditas yang tidak mampu diproduksi sendiri di negaranya namun

dimiliki oleh negara lain. Oleh sebab itu, setiap negara tidak mampu berdiri sendiri

namun membutuhkan negara lain. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya

perdagangan internasional (Yani, 2014). Menurut Joseph Eby Ruin (2008),

perdagangan internasional adalah pertukaran barang dan jasa yang terjadi diantara

negara yang berbeda. Pengertian ini hampir sama dengan pengertian yang

dikemukakan oleh Belay Seyoum (2014), yaitu pertukaran barang dan jasa yang

melewati perbatasan negara. Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa perdagangan internasional adalah transaksi pertukaran barang dan jasa

melewati batas-batas wilayah negara yang berbeda.

1.1.2 Alasan Negara Melakukan Perdagangan Internasional

Steve Suranovic (2010) menyebutkan ada lima dasar negara melakukan

perdagangan internasional, yaitu :

1. Perbedaan Teknologi

Perdagangan menguntungkan dapat terjadi diantara negara jika negara-negara

memiliki kemampuan teknologi yang berbeda untuk menghasilkan barang dan

jasa. Teknologi mengacu pada teknik yang digunakan untuk mengubah

sumber daya (tenaga kerja, modal, tanah) menjadi output.

2. Perbedaan Sumber Daya

Perdagangan menguntungkan dapat terjadi antara negara jika negara-negara

memiliki perbedaan sumber daya, baik sumber daya alam, sumber daya

manusia, dan sumber daya modal (mesin, infrastruktur, sistem komunikasi).

(2)

3. Perbedaan Dalam Permintaan

Perdagangan menguntungkan dapat terjadi antara negara jika terdapat

perbedaan tuntutan atau preferensi terhadap suatu produk.

4. Adanya Skala Ekonomis di Produksi

Adanya skala ekonomi dalam produksi cukup memadai untuk menghasilkan

perdagangan yang menguntungkan antara kedua negara. Skala ekonomi

mengacu pada proses produksi di mana biaya produksi yang lebih rendah dan

skala produksi yang lebih tinggi.

5. Adanya Kebijakan Pemerintah

Program pajak dan subsidi pemerintah bisa cukup memadai untuk

menghasilkan keuntungan dalam produksi produk tertentu. Dalam keadaan ini,

perdagangan yang menguntungkan mungkin timbul semata-mata karena

perbedaan dalam kebijakan pemerintah di seluruh negara.

2.1.3 Ekspor

Salah satu media transaksi bisnis lintas negara dalam perdagangan

internasional adalah ekspor. Ekspor artinya menjual barang/jasa dari dalam negeri

ke negara asing (Kumar, 2007). Berdasarkan Undang-Undang nomor 2 tahun 2009

tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, ekspor adalah kegiatan

mengeluarkan barang dan jasa dari kawasan pabean Indonesia (Adrian Sutedi, 2014).

Daerah Pabean adalah wilayah negara Republik Indonesia yang diatur dalam

Undang-Undang kepabeanan (Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian

Keuangan, 2015). Dari definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

ekspor adalah penjualan barang atau jasa dari dalam negeri melewati daerah pabean

atau batas negara ke negara lain.

Siswanto Sutojo menyimpulkan ciri-ciri khusus dari kegiatan ekspor (Sutojo,

2014), antara lain :

1. Adanya perbedaan batas wilayah negara diantara penjual (eksportir) dan

pembeli (importir).

2. Negara penjual (eksportir) dan negara pembeli (importir) memiliki mata uang

yang berbeda dan kedua pihak memakai mata uang asing yang disepakati

bersama untuk transaksinya.

(3)

3. Masing-masing pihak belum terlalu mengenal satu sama lain

4. Kebijakan di negara eksportir maupun importir berbeda.

5. Praktik dan istilah-istilah dalam melakukan perdagangan internasional

diantara negara eksportir dan importir mungkin berbeda.

2.2 Daya Saing

2.2.1 Definisi Daya Saing

Daya saing suatu negara adalah suatu topik yang menarik. Daya saing suatu

negara dianggap dapat menjadi sumber suatu negara membangun perekonomian

yang kuat (Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral - PKRB, 2014). Pengertian daya

saing juga mengacu pada kemampuan pemasaran produk suatu negara bila

dibandingkan dengan negara lain (Bappenas, 2007). Jadi dapat disimpulkan bahwa

daya saing adalah kemampuan suatu negara yang lebih unggul dalam memasarkan

produk guna membangun perekonomian negaranya .

2.2.2 Keunggulan Komparatif

Konsep keunggulan komparatif dikemukakan pertama kali oleh David

Ricardo pada abad ke-19 yang menyatakan bahwa suatu negara akan menikmati

manfaat ekonomi jika melakukan spesialisasi (Sherlock, 2011). Sebuah negara

dikatakan memiliki keunggulan komparatif jika dapat menghasilkan produk yang

baik dengan biaya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara lain

(Suranovic, 2010). Keunggulan komparatif didasarkan pada biaya peluang yang

lebih rendah dalam kegiatan tertentu. Setiap negara hanya menghabiskan waktu dan

sumber daya pada kegiatan yang memiliki biaya kesempatan yang lebih rendah.

Total output untuk dunia akan meningkat bila setiap negara mengkhususkan diri pada

suatu barang atau komoditas. Negara mungkin memiliki keunggulan mutlak dalam

beberapa barang, sebagian besar barang, atau bahkan tidak ada sama sekali. Namun

setiap negara harus mengkhususkan diri sesuai dengan keunggulan komparatifnya

(Thompson, 2006).

Konsep keunggulan komparatif Ricardo dibangun atas sejumlah asumsi

(Zhang, 2008), antara lain :

1. Dua negara masing-masing memproduksi komoditas yang bersifat homogen

2. Kondisi persaingan sempurna

(4)

3. Terdapat mobilitas faktor produksi yang sempurna di dalam negara namun

mobilitas di antara dua negara tidak lancar

4. Hanya ada satu faktor produksi, tenaga kerja dan nilai relatif komoditas

hanya disasarkan pada konten tenaga kerja

5. Teknologi yang mapan, serta kemungkinan adanya perbedaan tingkat

teknologi diantara negara yang berbeda

6. Biaya produksi komoditas konstan

7. Faktor produksi sepenuhnya digunakan

8. Tidak ada hambatan perdagangan, seperti biaya transportasi, atau hambatan

ekonomi dari pemerintah

Teori keunggulan komparatif yang lebih modern adalah teori Hecksher-Ohlin

pada tahun 1933. Teori Heckscher-Ohlin menunjukkan bahwa perdagangan

komoditas secara internasional bisa meringankan ketidaksesuaian faktor sumber

daya relatif antara negara-negara. Ini mengambil tempat secara tidak langsung ketika

negara mengekspor komoditas yang menggunakan faktor yang relatif melimpah

secara intensif. Inti dari teori Heckscher-Ohlin adalah sebuah negara akan akan

mengkhususkan diri dalam mengekspor komoditas yang produksinya lebih banyak

menggunakan faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara tersebut,

serta akan mengimpor komoditas yang produksinya memerlukan sumber daya yang

relatif langka dan mahal di negara tersebut (Zhang, 2008).

2.2.2.1 Revealed Comparative Advantage (RCA)

Keunggulan komparatif dapat diukur dengan membandingkan pangsa pasar

ekspor komoditas tertentu suatu negara di pasar dunia menggunakan Revealed

Comparative Advantage (RCA). Dengan menggunakan RCA maka dapat diketahui

posisi komparatif kopi Indonesia diantara negara-negara produsen kopi lainnya di

pasar kopi internasional, dalam penelitian ini di pasar ASEAN. Variabel yang diukur

adalah kinerja ekspor suatu produk (kopi) terhadap total ekspor suatu wilayah

(Indonesia) yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor kopi dunia

terhadap total nilai ekspor dunia (Nalurita, Asmarantaka,R,W, & Jahroh, 2014). RCA

dirumuskan sebagai berikut

(5)

Dimana :

RCAij = Keunggulan komparatif kopi Indonesia

Xij

= Nilai ekspor komoditas i (kopi) negara j tahun ke t

Σi Xij = Total nilai ekspor seluruh komoditas negara j

Σj Xij = Total nilai ekspor komoditas i (kopi) dunia

ΣiΣi Xij = Total nilai ekspor untuk seluruh komoditas dunia

Apabila nilai RCA lebih besar dari satu maka berarti Indonesia memiliki

keunggulan komparatif dalam komoditas kopi dan mempunyai daya saing yang kuat.

Apabila nilai RCA kurang dari satu maka artinya Indonesia tidak memiliki

keunggulan komparatif atau komoditas kopi tersebut daya saingnya lemah. Semakin

tinggi nilai RCA-nya, semakin kuat daya saingnya (Nalurita, et al., 2014).

2.2.3 Keunggulan Kompetitif

2.2.3.1 Porter’s Diamond Theory

Porter membedakan empat faktor dasar yang saling terkait dan dapat

mendorong atau menghambat daya saing suatu negara, yang kemudian dikenal

dengan Porter’s Diamond Theory (Ediana, et al., 2007), antara lain :

(6)

Gambar 2. 1 Porter’s Diamond Theory

Sumber : Abbey, 2012

1. Faktor Kondisi

Faktor kondisi adalah kekuatan suatu negara yang dilihat berdasarkan faktor-faktor

produksi yang dimiliki negara tersebut. Faktor-faktor produksi tersebut terdiri atas

sumber daya alam, sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, modal,

dan infrastruktur.

2. Faktor Permintaan

Faktor permintaan berkaitan dengan permintaan akan barang dan jasa oleh konsumen

yang berada dalam suatu negara, dimana permintaan tersebut dipengaruhi oleh

komposisi keinginan dan kebutuhan konsumen, jangkauan pasar dan tingkat

pertumbuhan pasar, mekanisme penyaluran kebutuhan dan keinginan konsumen

domestik ke pasar luar negeri.

3. Faktor Industri Pendukung

Faktor industri pendukung berkaitan dengan ketersediaan industri yang dapat

memasok dan mendukung persaingan internasional.

4. Faktor Strategi, Struktur, dan Persaingan

Faktor strategi, struktur, dan persaingan mengacu pada bagaimana suatu perusahaan

dijalankan, diorganisasikan, bagaimana struktur manajemen yang ada, serta

bagaimana kondisi persaingan di pasar.

(7)

Dalam skala nasional, pemerintah juga berperan untuk memperkuat daya

saing suatu negara di luar negeri, misalnya melalui standarisasi mutu produk dan

mendorong kerjasama antara pemasok dan pembeli.

2.2.3.2 Porter’s Five Forces Model

Analisis Porter’s Five Forces Model bertujuan untuk menentukan

keunggulan bersaing dan keunggulan kompetitif suatu perusahaan atau industri.

Porter membuat kombinasi dari lima kekuatan, yaitu persaingan antar perusahaan

sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, ancaman produk substitusi, kekuatan

tawar-menawar pemasok, kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen (Mustamu,

et al., 2015).

Gambar 2.2 Porter’s Five Forces Model

Sumber : Magretta, 2012

1. Persaingan Antar Perusahaan Sejenis

Suatu perusahaan dapat berhasil jika perusahaan tersebut memiliki keunggulan

kompetitif dibandingkan dengan perusahaan pesaing. Bertambahnya jumlah

pesaing yang menyediakan produk yang sama sehingga konsumen bisa mudah

untuk berganti merek serta harga yang lebih kompetitif mengakibatkan

meningkatnya intensitas persaingan. Persaingan diantara perusahaan juga akan

(8)

semakin meningkat jika jumlah pesaing bertambah karena perusahaan yang

bersaing sama banyaknya dalam hal ukuran dan kemampuan, permintaan produk

industri dapat menurun, dan pemberian potongan harga sudah menjadi hal yang

biasa.

2. Masuknya Pesaing Baru

Porter menyatakan bahwa ancaman pendatang baru untuk masuk ke dalam

suatu industri tergantung pada hambatan untuk memasuki pasar yang ada

tersebut, serta perkiraan tentang bagaimana respon dari pesaing-pesaing yang

sudah ada. Semakin besar hambatan masuk, maka ancaman masuknya

pendatang baru akan rendah. Ada enam sumber utama hambatan masuk yaitu :

skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya berganti pemasok,

akses ke saluran distribusi, dan biaya tak menguntungkan.

3. Ancaman Produk Substitusi

Produk subtitusi (pengganti) adalah produk lain yang dapat menjalankan fungsi

yang sama seperti produk dalam industri. Produk pengganti membatasi laba

potensial yang diterima oleh suatu perusahaan dengan menetapkan harga yang

dapat diberikan oleh perusahaan dalam suatu industri. Semakin menarik

alternatif harga yang ditawarkan oleh produk pengganti, maka perusahaan akan

semakin ketat dalam membatasi laba. Kekuatan persaingan dari produk

pengganti paling baik jika diukur dengan membandingkan pangsa pasar yang

dimiliki oleh suatu perusahaan dengan pesaingnya.

4. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok

Daya tawar-menawar pemasok (bargaining power of supplier) dapat menjadi

sebuah ancaman bagi perusahaan yang selama ini memperoleh bahan baku dari

pemasok apabila suatu perusahaan hanya bergantung pada satu pemasok.

Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar-menawarnya dengan mengancam

untuk menaikkan harga jual bahan bakunya atau bisa juga dengan menurunkan

kualitas bahan baku produk yang dibeli. Pemasok yang kuat dapat membatasi

atau bahkan menekan kesempatan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba

maksimal.

5. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli / Konsumen

Kekuatan tawar-menawar konsumen juga lebih tinggi ketika produk yang

ditawarkan oleh suatu perusahaan adalah produk standar atau tidak berbeda

dengan produk lainnya. Dengan kondisi seperti ini, konsumen biasanya dapat

(9)

bernegosiasi mengenai harga jual, garansi produk, paket aksesori, hingga ke

tingkat yang lebih tinggi. Jika kekuatan menawar dari konsumen sangat besar,

maka kemungkinan perusahaan pesaing akan menawarkan waktu garansi yang

lebih panjang atau pelayanan khusus untuk memperoleh loyalitas pelanggan.

2.2.3.3 Teori Daya Saing Tree Five

Soetriono menggabungkan beberapa teori daya saing terdahulu dan kemudian

menyempurnakannya menjadi suatu konsep daya saing bagi komoditas pertanian,

yang kemudian dikenal sebagai konsep daya saing Tree Five (Soetriono, 2010).

Konsep daya saing Tree Five dapat diilustrasikan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Daya Saing Tree Five

Sumber : Soetriono, 2010

Dari Gambar 2.3 dapat dilihat bahwa daya saing pertanian dipengaruhi oleh

faktor internal dari komoditas itu sendiri maupun faktor eksternal. Faktor-faktor

internal yang mempengaruhi daya saing komoditas pertanian yaitu :

1. Kegiatan Usaha Tani

Pengertian pertanian memiliki dua arti, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti

luas. Dalam arti sempit, pertanian diartikan sebagai kegiatan bercocok tanam,

(10)

Sedangkan dalam arti luas, pertanian adalah tumbuhan maupun hewan yang

dihasilkan, diperbanyak, dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan

manusia serta sebagai sarana kegiatan pengembangan ekonomi (Ken Suratiyah,

2015). Usaha tani terdiri atas pemberian pupuk, benih/bibit, modal, sumber daya

manusia, dan teknologi yang digunakan (Soetriono, 2010).

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pupuk adalah bahan

yang mengandung senyawa unsur yang dibutuhkan oleh tanaman agar dapat

tumbuh subur. Pemupukan yang memadai dapat mencegah terjadinya kerusakan

dan berkurangnya kesuburan (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010).

Berdasarkan Undang – undang RI No.12 Tahun 1992 tentang Sistem

Budidaya Tanaman BAB I ketentuan umum Pasal 1 (a) 4, benih merupakan

tanaman atau bagian dari tanaman yang digunakan untuk memperbanyak

tanaman tersebut. Benih tanaman dapat berupa biji ataupun bibit. (Saragih,

2013).

Modal merupakan syarat untuk menjalankan suatu usaha, termasuk usaha

pertanian. Vink mendefinisikan modal sebagai segala sesuatu yang dapat

menghasilkan

pendapatan

dari

kegiatan

usaha.

Sedangkan

Koens

mendefinisikan modal hanya sebatas pada uang tunai yang dikeluarkan untuk

membiayai usaha tani (Ken Suratiyah, 2015).

Sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting dalam kemajuan

suatu organisasi. Oleh sebab itu, diperlukan pengelolaan sumber daya manusia

yang lebih baik dan terstruktur agar pemanfaatan sumber daya manusia dapat

maksimal dan tujuan organisasi dapat tercapai. Melalui pengelolaan dan

pengembangan SDM yang baik, maka akan mampu menghasilkan tenaga kerja

yang lebih terampil dan mampu bersaing bahkan dalam skala internasional.

Hasibuan mendefinisikan pengembangan sumber daya manusia sebagai suatu

usaha melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan

sumber daya manusia secara teknis, teori, konsep, dan moral (Hamid S. , 2014)

Teknologi bukan hanya mengacu pada mesin, namun juga pada proses,

mekanisme, sistem, dan manajemen manusia dan bukan manusia (Saetiles,

2014). Teknologi menjadi syarat utama dalam menentukan daya saing ekonomi

suatu negara dan produk ekspornya. Sekarang dunia telah memasuki era

perkembangan teknologi informasi, sehingga teknologi dapat mempengaruhi

pola dan struktur perdagangan dunia (Indonesian Institute of Sciences (LIPI),

(11)

2008). Dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat, distribusi barang dan

jasa menjadi lebih baik. Demikian pula dengan adanya peningkatan kebutuhan

manusia, maka membutuhkan produktivitas barang dan jasa yang lebih tinggi.

Beberapa kebutuhan mungkin tidak tersedia di dalam negeri sehingga terjadi

perkembangan perdagangan antar negara (Adrian Sutedi, 2014).

2. Permintaan

Permintaan merupakan total komoditas yang diminta oleh konsumen yang

berada dalam suatu pasar dengan memperhatikan tingkat harga komoditas

tersebut dan pendapatan konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan (Putong, 2013) adalah :

1. Harga komoditas tersebut

2. Tingkat pendapatan rata-rata

3. Jumlah populasi

4. Komoditas substitusi dan harganya

5. Distribusi produk

6. Estimasi

7. Selera/gengsi

8. Non fungsional

3. Lingkungan

Lingkungan agroekologi di Indonesia dibedakan menjadi dataran rendah

(ketinggian dari 0m – 400m dpl) dan dataran tinggi (ketinggian lebih dari 700m

dpl), dengan tipe iklim sangat basah (curah hujan 2500-7500 mm/tahun), basah

(curah hujan 2000-2500 mm/tahun), dan kering (curah hujan kurang dari 2000

mm/tahun) (Rukmana, 2011). Penanaman suatu varietas pada lokasi yang

berbeda akan menghasilkan rasa, ukuran, jumlah, dan warna yang berbeda.

Varietas yang unggul jika ditanam pada lingkungan agroekologi yang sesuai

maka akan memberikan hasil yang unggul juga (Rukmana, 2011)

Untuk faktor eksternal yang mempengaruhinya adalah :

1. Kebijakan Internasional

Kebijakan perdagangan berhubungan dengan dampak dari ekonomi secara

langsung maupun tidak langsung yang mengubah lingkungan di mana transaksi

perdagangan

internasional

berlangsung

(Gaisford,

2007).

Kebijakan

(12)

internasional terdiri dari kondisi perekonomian, pasar kopi internasional,

kesepakatan internasional, dan situasi politik negara pengimpor.

Perdagangan kopi dunia diatur dalam Perjanjian Kopi Internasional

(International Coffee Agreement – ICA) oleh International Coffee Organization.

Sejak pemberlakuan kuota oleh ICO pada bulan juli 1989 dan ICA pada tanggal

1 Oktober 1994, maka perdagangan kopi dibebaskan dari ketentuan ekonomi.

Sehingga ICO hanya sebagai administrasi saja (Amir, 2003).

Inovasi penting yang termasuk Bab baru Perjanjian Kopi Internasional pada

tahun 2007 terletak pada pengembangan dan pendanaan proyek-proyek

pembangunan kopi, dan pembentukan Forum Konsultasi Sektor keuangan kopi,

manajemen risiko di sektor kopi, dengan fokus juga pada kebutuhan produsen

skala kecil dan menengah. Meningkatkan transparansi pasar dan membentuk

Komite Pengembangan Pasar yang akan mengawasi kegiatan termasuk

penyebaran informasi, penelitian, pengembangan kapasitas dan studi yang

berkaitan dengan produksi dan konsumsi kopi (International Coffee

Organization, 2007).

2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Kopi

Dukungan pemerintah dalam memberikan penyuluhan dan peraturan

perdagangan dirasa belum memadai. Selain itu asosiasi petani atau komunitas

petani-petani juga masih sedikit. Beberapa hal ini menyebabkan harga jual kopi

masih rendah serta belum banyaknya produksi hasil perkebunan rakyat yang

diekspor. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi petani kopi di

Indonesia (Panggabean E. , 2011).

3. Potensi Pasar

Potensi pasar memberikan gambaran tentang produk apa yang sudah pernah

eksis di pasar dan yang sudah diekspor, serta produk apa saja yang memiliki

peluang untuk diekspor (Kusrianto, 2010).

4. Kebijakan Domestik

Kopi adalah salah satu komoditas yang diatur ekspornya, dan termasuk dalam

Buku Tarif Kepabeanan Indonesia dengan HS Nomor 09.01 dan 21.01

(Gabungan Asosiasi Eksportir Indonesia , 2015). Ketentuan dalam ekpor kopi

revisi terakhir adalah Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

10/M-DAG/PER/5/2011.

(13)

Syarat Ekspor Kopi :

1. Ekspor kopi hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah diakui

sebagai Eksportir Terdaftar Kopi (ETK) dan Eksportir Kopi Sementara

(EKS) oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian

Perdagangan.

2. Dalam setiap ekspor kopi juga harus dilengkapi dengan Surat Persetujuan

Ekspor Kopi (SPEK). SPEK adalah surat persetujuan pelaksanaan ekspor

kopi ke seluruh negara tujuan yang dikeluarkan oleh Dinas yang

bertanggungjawab di bidang perdagangan di Propinsi/Kabupaten/Kota.

SPEK juga dapat digunakan untuk pengapalan dari pelabuhan ekspor di

seluruh Indonesia

3. Kopi yang diekspor wajib sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan

oleh Menteri Perdagangan dan harus disertai dengan Surat Keterangan

Asal (Certificate of Origin) SKA Form ICO, yaitu surat keterangan yang

digunakan sebagai dokumen penyerta barang (kopi) yang diekspor dari

seluruh Indonesia, yang membuktikan bahwa barang (kopi) tersebut

berasal, dihasilkan dan/atau diolah di Indonesia.

5. Kondisi Perekonomian Domestik

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses bertumbuhnya pendapatan rata-rata

suatu negara sehingga konsumsi barang dan jasa serta daya beli masyarakat di

negara tersebut juga semakin meningkat (Husen, 2011). Komoditas kopi sebagai

salah satu komoditas perdagangan strategis memegang peran yang penting bagi

perekonomian nasional dimana komoditas kopi merupakan salah satu

penyumbang devisa terbesar indonesia dan menyediakan lapangan kerja di

berbagai sektor (Hidayat & Soetriono, 2010).

2.2.3.4 Daya Saing Komoditas Ekspor

Amir (2004) memaparkan beberapa faktor yang menentukan daya saing ekspor,

antara lain :

1. Faktor langsung, terdiri dari :

a. Mutu Komoditas

b. Biaya produksi dan penentuan harga jual

c. Ketepatan waktu penyerahan

(14)

d. Intensitas promosi

e. Penentuan saluran pemasaran

f. Layanan setelah penjualan

2. Faktor tidak langsung, terdiri dari :

a. Kondisi sarana pendukung ekspor

b. Insentif atau subsidi pemerintah untuk ekspor

c. Kendala tarif dan non tarif

d. Tingkat efisiensi dan disiplin nasional

e. Kondisi ekonomi global

2.2.4 Faktor Penentu Ekspor Kopi Indonesia

I Gusti Ayu Made Dian Rianita (2014) menyatakan bahwa ekspor kopi

Indonesia dipengaruhi oleh total produksi kopi, harga kopi,dan PDB perkapita dunia.

Lebih lanjut, Bismo Tri Raharjo (2013) menambahkan bahwa nilai tukar rupiah juga

mempengaruhi ekspor kopi Indonesia.

Volume/kapasitas produksi merupakan salah satu faktor yang menentukan

ekspor suatu komoditas(Tambunan, 2001). Kemampuan memproduksi juga di

pengaruhi oleh luasnya lahan areal tanam. Dimana semakin luas lahan, maka tingkat

produksi komoditas tersebut akan semakin tinggi sehingga akibatnya negara tersebut

akan mampu mengekspor lebih banyak (Rianita, 2014) .

Kotler mendefinisikan harga sebagai salah satu unsur bauran pemasaran

yang

menghasilkan

pendapatan

dan

menghasilkan

biaya

serta

mampu

mengkomunikasikan nilai produk dan mereknya kepada pelanggan (Rianita, 2014).

Pendapatan per kapita merupakan pendapatan rata-rata penduduk pada suatu

periode tertentu. Untuk menghitung pendapatan per kapita maka dilakukan dengan

cara membagi pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk di negara

tersebut pada tahun tertentu. Pendapatan nasional yang tinggi mengartikan bahwa

pendapatan perkapita masyarakat negara tersebut juga tinggi. Meningkatnya

pendapatan per kapita dunia akan meningkatkan nilai tukar (kurs) sehingga

permintaan impor terhadap produk kopi juga akan meningkat (Rianita, 2014). .

Nilai tukar mata uang merupakan hal yang penting dan sangat dibutuhkan

dalam pembayaran internasional. Nilai tukar atau kurs adalah harga satu mata uang

suatu negara terhadap mata uang negara lain (Krugman, 2012). Penawaran terhadap

(15)

valuta asing bisa terjadi melalui hubungan internasional dalam perdagangan barang,

jasa, dan modal (Rianita, 2014)..

2.2.5 Life Style

William Lazer memperkenalkan konsep life style dan hubungannya dengan

pemasaran, pada tahun 1963. Life style mengacu pada cara/karakteristik khusus

dalam menjalankan kehidupan seluruh masyarakat atau segmen. prilaku pembelian

konsumen, dan cara mengkonsumsinya mencerminkan life style masyarakat atau

konsumen. Moore (1963) mendefinisikan gaya hidup dimana istilah " life style "

menunjukkan pola cara hidup dimana seseorang yang disesuaikan dengan berbagai

produk, event, atau sumber daya (Krishnan, 2011).

Dari penelitian Krishnan(2011) dapat disimpulkan bahwa karakteristik life

style memiliki dampak yang besar pada perilaku pembelian konsumen. Dalam

lingkungan konsumsi, seseorang memilih produk atau merek, yang mampu

mencerminkan identitas gaya hidupnya. Alternatif lainnya, seseorang membuat

pilihan dalam lingkungan konsumsi dalam rangka untuk menentukan atau

mengaktualisasikan gaya hidupnya, yang bisa dilihat melalui produk atau merek

yang dipilih. Gagasan ini mendukung proposisi bahwa ada pengaruh dari gaya hidup

individu terhadap perilaku konsumsi seseorang.

(16)

2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 2. 4 Kerangka Pemikiran

Sumber : Penulis, 2016

Analisis Daya Saing

Komoditas Kopi

Indonesia

Keunggulan Kompetitif

Keunggulan Komparatif

Porter’s Diamond Theory, Teori

Daya Saing Tree Five, Teori

Daya Saing Komoditas, Porter’s

Five Forces Model

Revealed Comparative

Advantage

Faktor-Faktor Pendorong

dan Penghambat Daya

Saing Ekspor Kopi

Gambaran Daya Saing Ekspor Komoditas Kopi Indonesia

Dianalisis Dengan :

(17)

Gambar

Gambar 2.2 Porter’s Five Forces Model              Sumber : Magretta, 2012
Gambar 2.3 Daya Saing Tree Five  Sumber : Soetriono, 2010
Gambar 2. 4 Kerangka Pemikiran  Sumber : Penulis, 2016 Analisis Daya Saing

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Supratimas, kaip vyksta teisinių paslaugų teikėjo pasirinkimo procesas ir kokie kriterijai yra lemiantys klien- to pasirinkimą, svarbūs planuojant ir organizuojant teisinių

Menurut pendapat anda apakah RSUD Parapat merupakan sarana kesehatan yang tepat dalam menangani masalah penyakit yang anda

Tujuan dari penelitian yang berjudul “Pengaruh Fasilitas, Disiplin, dan Motivasi Belajar terhadap Kecepatan Mengetik Manual pada Siswa Kelas X Program Keahlian

Dari ketiga perkara tersebut, Mahkamah Konstitusi mempunyai pertimbangan yang sama untuk memberikan pendapat tentang kedudukan hukum atau Legal Standing partai politik yaitu

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan kaki pada pasien DM yaitu usia, tingkat pendidikan, lama menderita DM, dan pernah mendapat penyuluhan tentang

Alas dasar pertimbangan tersebut di alas, maka perlu disahkan Peraturan Daerah Kabupaten Batang tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan di Desa sebagai salah

Contoh Kasus : Pengguna ingin menampilkan Grafik Indeks Kerentanan Kekeringan pada Desa Mahuan untuk tahun 2017.  Pengguna membuka