• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ETIKA KERJA DAN KEPEMIMPINAN ISLAM TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi pada KJKS/UJKS Koperasi Kab. Pati)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH ETIKA KERJA DAN KEPEMIMPINAN ISLAM TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi pada KJKS/UJKS Koperasi Kab. Pati)"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1)

Dalam Ilmu Ekonomi Islam

r

Oleh:

AHMAD ZAINURI 072411061

JURUSAN EKONOMI ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)
(3)

iii

PENGESAHAN Nama : Ahmad Zainuri

NIM : 052411020 Fakultas/Jurusan : Ekonomi Islam

Judul Skripsi : Pengaruh Etika Kerja dan Kepemimpinan Islam Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada KJKS/UJKS Koperasi Kab. Pati).

Telah Dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dan dinyatakan lulus, pada tanggal :

28 Juni 2011

Dan dapat diterima sebagai pelengkap ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana (Strata Satu/S1) dalam Ilmu Ekonomi Islam.

Semarang, Juni 2011 Dewan Penguji

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang

Drs. H. Djohan Masruhan, M.M. NIP. 19510510 198203 1 002

Penguji I,

H. Ade Yusuf Mujaddid, M.Ag Ari Kristin P, S.E., M.Si NIP. 19670119 199803 1 002 NIP. 19790512 200501 2 004

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Djohan Masruhan, M.M. NIP. 19510510 198203 1 002

(4)

iv ABSTRAK

Etika kerja dan kepemimpinan Islam merupakan nilai-nilai untuk membentuk kepribadian seseorang yang baik dalam bekerja dan dianjurkan dalam Syari’at Islam. Penerapannya tidak terbatas dalam suatu lembaga termasuk di dalam KJKS/UJKS yang merupakan suatu lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan, dalam bentuk aktivitas pembiayaan yang berdasarkan dengan prinsip Syari’ah. Dalam penelitian terdahulu disebutkan bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh etika kerja dan kepemimpinan Islam yang diterapkan di dalamnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah etika kerja dan kapemimpinan yang Islami memiliki pengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan. . Dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: bagaimana pengaruh etika kerja dan kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan KJKS/UJKS wilayah kabupaten Pati dan seberapa besar pengaruhnya.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif di mana terdapat dua variabel yaitu etika kerja dan kepemimpinan Islam sebagai variabel bebas (independent) dan kinerja karyawan sebagai variabel terikat (dependent), dengan mengguanakan sumber data di antaranya data primer, sekunder, populasi dan sampel. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, menyebar angket (kuesioner) kepada sejumlah responden dan dokumentasi data atau variabel yang berupa catatan-catatan, buku dan sebagainya. Serta menggunakan alat ukur berupa validitas dan reabilitas untuk melihat kevalidan hasil penelitian dan reliabel dalam Crombach Alpha, selanjutnya mengguanakan metode analisis data dengan menggunakan metode analisis regresi berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat secara parsial dan simultan, yaitu variabel etika kerja dan kepemimpinan Islam terhadap kinerja karyawan, dengan menggunakan uji hipotesis berupa uji T yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana variabel-variabel bebas yang digunakan, secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat. Uji simulasi (uji F) yaitu digunankan untuk mengetahui sejauh mana variabel-variabel bebas yang digunakan, secara simultan mampu menjelaskan variabel terikat. Dan koefisien determinasi untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Dari hasil penelitian tersebut, dilihat secara parsial dengan uji T bahwa etika kerja Islam tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di KJKS/UJKS wilayah kabupaten Pati dengan nilai t hitung sebesar 1,074, sedangkan variabel kepemimpianan Islam berpengaruh signifikan dengan nilai t hitung sebesar 3,477. Selanjutnaya dalam uji pengaruh secara simultan dengan uji F menunjukkan bahwa etika kerja dan kepemimpinan Islam berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan nilai F hitung sebesar 8,566. Dan secara koefisien determinan menunjukkan bahwa variasi perubahan variabel kinerja karyawan dipengaruhi oleh perubahan variabel bebas etika kerja dan kepemimpinan Islam sebesar 25,1%. Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat bermanfaat kepada semua pihak terutama dalam meningkatkan kinerja karyawan.

(5)

v DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, Penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 14 Juni 2011 Deklarator,

Ahmad Zainuri NIM. 072411061

(6)

vi

MOTTO





















”Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayah dan Ibunda tercinta yang telah membesarkanku, atas segala kasih sayang serta do’anya dengan tulus ikhlas untuk kesuksesan putranya.

2. Adikku tercinta Siti Nur Ayni dan kakakku Mas Muh. Soleh, kalian penyemangatku dalam menyelesaikan skripsi dan menjalani hidup ini.

3. Pak Dhe dan Bu Dhe-ku semua yang rajin memberi wejangan dan nasehat kepada penulis, dan tak henti-hentinya penulis mengharapakan do’a restu dari panjenengan semua.

4. KH. Mudawam Fadlullah (Alm) dan Hj. Tohirotun (Mbah Tun) sekeluarga yang selalu meniupkan api semangat dalam diri penulis dan selalu penulis harapkan barokah ilmunya.

5. Keluarga besar Pondok Pesantren Miftahussa’adah wabil khusus KH. M. Subkhi Abadi dan Ibu Nyai Mulyati sekeluarga yang penulis tunggu barokah dan manfaat ilmunya.

6. Ustadz Salman Al-Farisi, Mas Imam Muttaqin, Ustadz Sami’un Siddiq, Pak Hartono, Ibu Wari Hastuti, dan semua guru-guruku dari kecil sampai sekarang. Semoga ilmu yang diajarkan bermanfaat bagi penulis.

7. Sahabat dan saudara-saudaraku di Pon-Pes Miftahussa’adah Putra (Achmad Wahib, Salam Qodim, Pulung, Ikhsan, Edi, Baskoro, Saifudin, Jendon, Arlon, Umam, Ivo, Habib, Lek Soleh, Masorin, Jhon Sarmin, Pak Ali, Pak Arip) dan santri putri (Bu lurah, Mbak Tri, Muna, Indah, Nely, Fitri, Isti, Ulya, Khamim, Kunti, Lina, Laela, Uswah, Mita,)

8. Teman-teman Prodi Ekonomi Islam angkatan 2007, khusunya paket EIB ’07 yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

9. Sahabat-sahabatku Baihaqi, Habib, Fajri, Kasan, Sa’ad, Alaik, Faqih, Picus, Mihek, Mbak Pi’ah, Lek Rani, Malik, Yuyun, Iza, Firoh, terima kasih atas dukungan dan do’anya.

(8)

viii

10. Agus Triyani terima kasih atas semua bantuan, dukungan dan motivasinya, kepadamu penulis berbagi suka dan duka sehingga beban tak terasa.

11. Almamaterku dan Pengelola Prodi Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang.

12. Tim KKN ke-56 Posko 44 dan Bapak Ibu Kepala Desa Gonoharjo (Bapak Yudi dan Ibu Mutiah) yang selalu mengharap keberhasilan penulis.

13. Tak ada yang penulis persembahkan selain kata terima kasih yang sebesar-besarnya. Skripsi ini merupakan salah satu wujud dari terima kasihku untuk semuanya.

Kepada semua pihak yang telah bersedia dengan tulus ikhlas mendo’akan dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT selalu memberi limpahan rahmat dan hidayah serta kesabaran dan ketabahan kepada semua dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan maghfiroh-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kehadirat Nabi Agung Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat dan para pengikut beliau, dengan harapan semoga kita mendapat syafa’at di hari akhir nanti.

Kepada semua pihak yang membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini, penulis hanya bisa menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tinginya, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Muhibbin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang

2. Dr. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

3. Dr. Ali Murtadlo, M.Ag selaku Kajur Ekonomi Islam, serta Bapak Nur Fatoni, M.Ag selaku Sekjur Ekonomi Islam.

4. Bapak Drs. H. Djohan Masruhan, M.M selaku Dosen Pembimbing I, serta Bapak Rustam DKAH, M.Ag selaku Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Segenap civitas akademika Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, para dosen, karyawan beserta staf-stafnya.

6. Ayah dan Ibunda tercinta yang telah membesarkanku, atas segala kasih sayang serta do’anya dengan tulus ikhlas untuk kesuksesan putranya.

7. KH. Mudawam Fadlullah (Alm) dan Hj. Tohirrotun (Mbah Tun) sekeluarga yang selalu meniupkan api semangat dalam diri penulis dan penulis harapkan barokah ilmunya.

8. KH. Subkhi Abadi selaku pengasuh Pon-Pes Miftahussa’adah yang telah menuntun saya, sehingga dapat lancar dalam segala urusan, khususnya dalam penulisan skripsi ini.

(10)

x

9. Semua sahabat dan teman-temanku yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas dukungan dan motivasinya.

10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan skripsi ini.

Teriring do’a semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan dari semuanya dengan sebaik-baik balasan. Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 14 Juni 2011 Penulis,

AHMAD ZAINURI Nim: 072411061

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN ABSTRAK ... iv

HALAMAN DEKLARASI ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR... ix

HALAMAN DAFTAR ISI... xi

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan penelitian ... 8

1.3.2 Manfaat penelitian... 8

1.4 Sistematika Penulisan... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KJKS dan UJKS... 11

2.2 Kerangka Teori ... 13

2.2.1 Etika Kerja Islam... 13

2.2.2 Kepemimpinan Islam ... 23

2.2.3 Kinerja Karyawan... 31

2.3 Penelitian Terdahulu ... 33

2.4 Kerangka Berpikir ... 34

(12)

xii BAB III : METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 37

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.3.1 Wawancara ... 38

3.3.2 Kuesioner (angket) ... 38

3.3.3 Dokumentasi ... 40

3.4 Variabel Penelitian dan Pengukuran Data... 40

3.4.1 Etika Kerja Islam ... 41

3.4.2 Kepemimpinan Islam ... 42

3.4.3 Kenerja Karyawan ... 44

3.5 Teknis Analisis Data ... 44

3.5.1 Uji Validitas dan Reabilitas ... 45

3.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 45

3.5.2.1 Uji Normalitas... 45

3.5.2.2 Uji Multikolinieritas ... 46

3.5.2.3 Uji Heteroskidastisitas... 46

3.5.2.4 Uji Autokorelasi... 46

3.6 Analisis Regresi Berganda... 47

3.6.1 Uji T... 47

3.6.2 Uji F ... 48

3.6.3 Uji Koefisien Determinasi ... 50

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Data Penelitian dan Responden... 52

4.1.1 Deskripsi Data Penelitian... 52

4.1.2 Deskripsi Data Responden ... 53

4.2 Deskriptif Variabel Penelitian ... 60

4.2.1 Variabel Etika Kerja Islam... 60

4.2.2 Variabel Kepemimpinan Islam... 64

(13)

xiii

4.3 Uji Validitas dan Reabilitas ... 68

4.3.1 Uji Validitas ... 68

4.3.2 Uji Reabilitas... 70

4.4 Hasil Analisis Data... 71

4.4.1.1 Uji Asumsi Klasik... 71

4.4.1.1.1 Uji Normalitas ... 71

4.4.1.1.2 Uji Multikolinieritas... 73

4.4.1.1.3 Uji Heteroskidastisitas ... 74

4.4.1.1.4 Uji Autokorelasi... 76

4.4.1.2 Persamaan Linier Regresi Berganda... 77

4.4.1.3 Pengujian Hipotesis ... 79 4.4.1.3.1 Uji T ... 79 4.4.1.3.2 Uji F ... 81 4.4.1.4 Koefisien Determinasi... 82 4.5 Pembahasan ... 84 BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 89 5.2 Saran-saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Tabel Tanggapan Responden.

Lampiran 2 : Tabel Deskripsi Responden.

Lampiran 3 : Tabel Analisis Deskriptif Prosentase Per-Variabel. Lampiran 4 : Tabel Hasil Uji Validitas Instrumen.

Lampiran 5 : Tabel Hasil Uji Reabilitas Instrumen.

Lampiran 6 : Tabel Residual Variabel Etika Kerja Islam, Kepemimpinan Islam, dan Kinerja Karyawan.

Lampiran 7 : Angket Penelitian Lampiran 8 : Surat Izin Riset

(15)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia dalam pandangan Islam adalah makhluk Allah yang paling mulia.1 Untuk membedakan dengan makhluk lainnya, manusia dikaruniai akal dan hati nurani yang mempunyai kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Di samping itu, Allah juga mengaruniakan kepada manusia suatu pedoman etika moral yang lengkap dalam bentuk Qur’an. Salah satu fungsinya adalah sebagai Al-Furqon, yang di dalamnya kebaikan dan keburukan bisa dilihat dengan jelas dan transparan.

Manusia diperintahkan untuk berperilaku sesuai dengan etika moral, guideline (petunjuk) yang ada di dalam Al-Qur’an.2 Termasuk di dalam bisnis pun juga harus memperhatikan etika sesuai dengan Syari’at Islam.

Tidak seperti pandangan kaum Liberalis, yang beranggapan bahwa setiap urusan bisnis tidak dikenal adanya etika sebagai kerangka acuan, sehingga dalam pandangan mereka bahwa kegiatan bisnis adalah amoral.3 Mereka menganggap bisnis adalah bisnis, tidak ada hubungannya dengan

1

Abdullah Abdul Husain At-Tariqi, Ekonomi Islam, Prinsip, Dasar dan Tujuan, Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004, h. 318.

2

Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Pustak Al-Kautsar, h. 27.

3

Kuat Ismanto, Manajemen Syari’ah Implementasi TQM dalam Lembaga Keuangan

(16)

etika.4 Interpretasi hukum di dalamnya didasarkan pada nilai-nilai standar kontemporer yang seringkali berbeda-beda, sementara dalam masyarakat Islam, nilai-nilai dan standar tersebut dituntun oleh ajaran Syari’at dan kumpulan fatwa fiqih.5

Dalam konsep Ekonomi Islam6, meskipun manusia memiliki peranan yang penting sebagai pelaku ekonomi, mereka tetap menjadikan prinsip moral dalam sumber hukum sebagai etika bisnis, sebagai basis yang harus dipegang dan dijalankan seseorang atau kelompok dalam melakukan aktivitasnya.7

Etika dibutuhkan dalam bekerja ketika manusia mulai menyadari bahwa kemajuan di bidang bisnis telah menyebabkan manusia semakin tersisih dari nilai-nilai kemanusiaannya (humanistik).8 Dalam persaingan bisnis yang ketat, perusahaan yang unggul bukan hanya perusahaan yang memiliki kriteria bisnis manajerial yang baik, melainkan juga perusahaan yang mempunyai etika bisnis yang baik.

Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang mempunyai arti kebiasaan (custom) atau karakter (character). Dalam pemaknaannya

4

A. Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan Dan Relevansinya, Yogyakarta: Kanisius, 1998, h. 55.

5

Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004, h. 5

6

Ekonomi Islam merupakan ilmu tentang hukum-hukum Syari’at aplikatif yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci terkait dengan mencari, membelanjakan, dan cara membelanjakan harta.

7

A. Sonny Keraf , op.cit, h. 41.

8

Redi Panuju, Etika Bisnis Tinjauan Empiris dan Kiat Mengembangkan Bisnis Sehat, Jakarta: PT Grasindo, 1995, h. 7.

(17)

berarti karakter istimewa, sentimen, tabiat moral, atau keyakinan yang membimbing seseorang, kelompok, atau institusi.9

Etika merupakan seperangkat nilai tentang baik, benar, buruk, dan salah yang berdasarkan prinsip-prinsip moralitas, khususnya dalam perilaku dan tindakan. Sehingga etika merupakan salah satu faktor penting bagi terciptanya kondisi kehidupan manusia yang lebih baik.10

Etika kerja adalah acuan yang dipakai oleh suatu individu atau perusahaan sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya, agar kegiatan yang mereka lakukan tidak merugikan individu atau lembaga yang lain.11 Di dalam Lembaga Keuangan yang berbasis Syari’ah, acuan yang digunakan dalam menerapkan etika kerja adalah berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.

Sistem etika kerja Islam berbeda dengan paham kaum mikro ekonomi yang menekankan pada efisiensi penggunanaan sumber daya untuk memuaskan kebutuhan dan berupaya memaksimalkan keuntungan dengan mengesampingkan kebutuhan untuk mempertimbangkan persoalan etis. Sedangkan dalam etika bisnis Islam, maksimalisasi keuntungan bukanlah tujuan tertinggi ataupun satu-satunya prinsip etis bekerja dalam Islam12 sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:



















9

Faisal Badroen, et. al, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2006, h. 4-5.

10

Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang : Rasail, 2007, h. 63-64.

11

Bambang Rudito dan Melia Famiola, Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan di Indonesia, Bandung: Rekayasa Sains, 2007, h. 6.

12

(18)











Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”13 ( Q.S. Al-Kahfi: 46)

Kepemimpinan adalah proses menggerakkan grup dalam arah yang sama tanpa paksaan.14 Soehardi Sigit dalam bukunya Teori Kepemimpinan dalam Manajemen, mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu hubungan yang di dalamnya antara orang dan pemimpin saling mempengaruhi agar mau bekerjasama berbagi tugas untuk mencapai keinginan sang pemimpin.15

Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai usaha mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi orang lain, agar pikiran dan kegiatannya tidak menyimpang dari tugas pokok bidangnya masing-masing.16

Kepemimpinan Islam adalah kegiatan menuntun, membimbing, memandu dan menunjukkan jalan yang diridhoi Allah SWT. Jadi orientasi utama dalam kepemimpinan islam adalah keridhaan Allah.17 Penerapan kepemimpinan Islam diperlukan dalam suatu organisasi, agar para pemimpin organisasi dapat menjalankan tugas yang diembannya dengan baik, selalu memberikan motivasi spiritualitas pada bawahannya sehingga

13

Al-Jumanatul Ali, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. J-Art, 2005, h. 300

14

Ari Retno Habsari, Terobosan Kepemimpinan, Yogyakarta: Media Pressindo, 2008, h. 3

15

Ainur Rahim Fakih dan Iip Wijayanto, Kepemimpinan Islam, Yogyakarta: UI Press, 2001, h. 3.

16

Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 2006, h. 11-12

17

(19)

tujuan keberhasilan tidak hanya didasarkan pada materi, tetapi juga memperhatikan aspek religialitas.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa yang diperlukan oleh dunia bisnis adalah mengembangkan makin banyak pemimpin. Ada pendapat yang mengatakan bahwa organisasi bisnis dewasa ini tidak memiliki cukup banyak pemimpin yang tangguh (underled) tetapi sebaliknya, terlalu banyak manager (over managed).18

Pada penelitian ini, penulis menerapkan pengaruh etika kerja dan kepemimpianan Islam terhadap kinerja karyawan pada Lembaga-Lembaga Keuangan Syari’ah yang ada di wilayah kabupaten Pati, yang umumnya masih berbentuk Koperasi yang memakai sistem Syari’ah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pati, ada beberapa kinerja koperasi yang diantaranya mengalami peningkatan yang berarti, ada pula yang tidak mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:

18

Sondang P. Siagian, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002, h. 65.

(20)

Tabel 1.1

Data KJKS/UJKS Koperasi Kabupaten Pati

Sumber : Data sekunder, Dinas Koperasi dan UMKM kabupaten Pati, 2011 No KJKS/UJKS Nama Anggota Jumlah Piutang (Rp Juta) SHU (Rp Juta) Asset (Rp Juta)

Volume Usaha (Rp Juta) 1 KJKS FASTABIQ 10.222 31,337,567.00 335,587.00 43,296,068.00 43,648,287.00 2 KJKS AL FATH 3.218 1,749,850.00 99,581.00 2,359,120.00 2,298,250.00 3 KJKS TAYU ABADI 1269 789,098.00 58,900.00 890,765.00 1,098,976.00 4 KJKS MADANI 457 476,200.00 356,908.00 543,098.00 789,120.00 5 KJKS KARUNIA LESTARI 78 58,098.00 5,098.00 78,567.00 109,789.00 6 KJKS MINA MADANI 30 - - 22,800.00 - 7 KJKS BMT AL FATTAH 29 - - 19,789.00 - 8 KSU AR ROHMAH 2489 534,900.00 46,978.00 787,340.00 956,890.00 9 KSU RORMATUL UMMAH 1434 456,786.00 35,980.00 678,956.00 895,890.00

10 KSU AMANAH UMAH 2451

765,450.00 78,690.00 890,760.00 1,098,897.00

11 KSU HARAPAN UMMAT 3489

1,456,795.00 100,998.00 1,678,906.00 2,567,098.00

12 KSU BINA UMMAT 1345

675,908.00 87,968.00 876,989.00 1,232,673.00

13 KSU SINOM PERDOPO 2432

2,456,897.00 76,898.00 2,546,908.00 3,454,789.00

14 KSU MEKAR SARI 1654

987,678.00 45,768.00 1,123,450.00 1,432,564.00

15 KOPONTREN YAUMI FATIMAH 23322 18,715,018.00 472,021.00 34,499,809.00 26,280,234.00 16 KUD BAHAGIA 6570 4,657,906.00 123,465.00 5,435,786.00 6,786,098.00

17 KSU BAWON SYARIAH 1342

567,907.00 45,890.00 678,903.00 786,908.00 18 KSU AL HIKMAH 2315 1,567,980.00 90,878.00 1,678,980.00 2,456,784.00 19 KOPONTREN MUWAHIDUN 2156 1,768,567.00 134,289.00 1,976,980.00 2,567,890.00 20 KOPONTREN BINA SEJAHTERA 578 112,365.00 4,567.00 129,325.00 198,787.00

21 KSU SYARIF HIDAYATULLAH 2359

1,432,789.00 250,670.00 1,657,896.00 2,907,645.00

(21)

Pada tabel 1.1 menunjukkan tingkat kesehatan kinerja keuangan KJKS/UJKS di wilayah kabupaten Pati dengan perbandingan penilaian dari jumlah piutang, SHU, asset, dan volume usaha memiliki rata-rata yang baik (cukup sehat). Di dalam penelitian terdahulu mengatakan bahwa sebagian besar kinerja KJKS dan UJKS cukup sehat, karena dipengaruhi beberapa faktor antara lain: modal, aktiva, provitabilitas, efisiensi dan likuiditasnya. Selain itu kinerja juga dipengaruhi oleh etika kerja dan kepemimpinan yang Islami, mengingat Lembaga Keuangan Syari’ah memiliki kerangka dasar atau aturan main yang dasar hukumnya berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.19

Dari uraian latar belakang di atas, penulis mengadakan suatu penelitian yang berjudul “PENGARUH ETIKA KERJA DAN KEPEMIMPINAN ISLAM TERHADAP KINERJA KARYAWAN”. Dan studi penelitian ini dilakasanakan di KJKS/UJKS wilayah Kabupaten Pati.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah etika kerja dan kepemimpinan yang Islami berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan ?

19

Rahman El-Junusi, dkk (2004), Pengaruh Religiusitas, Etika Kerja Islam dan Individual Rank Terhadap Kinerja Lembaga Keuangan Syari’ah (Studi pada BMT di Jawa Tengah), Jurnal

(22)

2. Seberapa besar nilai prosentase kontribusi (R Square) pengaruh etika kerja dan kepemimpinan yang Islami terhadap peningkatan kinerja karyawan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah,

1. Untuk mengetahui apakah etika kerja dan kepemimpinan yang Islami berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan. 2. Untuk mengetahui seberapa besar nilai prosentase kontribusi (R

Square) pengaruh etika kerja dan kepemimpinan yang Islami terhadap peningkatan kinerja karyawan.

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan, sumber masukan untuk mengembangkan konsep tentang hal-hal yang mempengaruhi kinerja karyawan yang penting dalam pencapaian output dalam sebuah organisasi atau tujuan perusahaan.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah:

Bab I : Berisi pendahuluan untuk mengantarkan permasalahan skripsi secara keseluruhan. Pendahuluan pada bab pertama ini

(23)

didasarkan pada bahasan masih secara umum. Bab ini nantinya terdiri dari:

1. Latar belakang masalah. 2. Rumusan masalah.

3. Tujuan dan manfaat penelitian, dan 4. Sistematika penulisan.

Bab II : Akan dipaparkan mengenai: 1. KJKS dan UJKS

2. Kerangka teori. 3. Penelitian terdahulu 4. Kerangka berpikir, dan 5. Hipotesis.

Bab III: Karena penelitian ini berupa penelitian lapangan, maka akan penulis paparkan mengenai metode penelitian yaitu:

1. Sumber dan jenis data. 2. Populasi dan sampel. 3. Metode pengumpulan data.

4. Variabel penelitian dan pengukuran data, dan 5. Metode analisis data.

Bab IV: Setelah pembahasan yang mendalam pada landasan teori dan perolehan data yang dicari, kemudian penulis memaparkan: 1. Secara analisis data kuantitatif, sejalan dengan pokok

(24)

2. Pembahasan dari analisis data kuantitatif, sejalan dengan pokok permasalahan yang telah penulis jelaskan sebelumnya. Bab V : Pada bab ini berisikan:

1. Kesimpulan. 2. Saran-saran 3. Penutup.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) dan Unit Jasa Keuangan Syari’ah (UJKS)

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah unit koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai dengan pola bagi hasil (syariah). Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha pembiayaan, investasi, simpanan dengan pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.20

Keluarnya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah merupakan realisasi atas keperdulian pemerintah untuk berperan memberikan payung hukum atas kenyataan yang tumbuh subur dalam masyarakat ekonomi Indonesia terutama dalam lingkungan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Berdasarkan ketentuan yang disebut Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (Syari’ah). Dengan demikian semua BMT yang ada di Indonesia dapat digolongkan

20

http://esharianomics.com/esharianomics/koperasi/koperasi-syariah/kjks-dan-ujks/dipos- kan oleh KPRI KIPAS di 07:33

(26)

dalam KJKS, mempunyai payung Hukum dan legal kegiatan operasionalnya asal saja memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku.21

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-maal wat-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan ekonominya.22 BMT merupakan lembaga ekonomi masyarakat yang bertujuan untuk mendukung kegiatan usaha ekonomi rakyat bawah dan kecil, yang dijalankan berdasarkan syari’at Islam. BMT berintikan dua kegiatan usaha yang mencakup baitul maal dan baitul tamwil.23

BMT sebagai Baitul Maal (rumah harta) menerima titipan dana zakat, infak, dan sedekah dan mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Sedangkan BMT sebagai Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.24 Dengan demikian, selain menghimpun dana dari masyarakat, melalui investasi/ tabungan, kegiatan

21

Ibid,http://esharianomics.com/esharianomics/koperasi/koperasi-syariah/kjks-dan-ujks/

22

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: Kencana, 2009. h. 448

23

http://ymbhonline.org/index.php?option=com_content&view=article&id=46:pengertian -bmt&catid=38:pengertian-bmt&Itemid=37, diposkan Minggu, 04 August 2008 15:11

24

(27)

Baitul Tamwil adalah mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi umat, terutama pengusaha kecil. 2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Etika Kerja Islam

Etika berasal dari bahasa Yunani, ethikos yang mempunyai beragam arti; pertama, sebagai analisis konsep-konsep mengenai apa yang harus, mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar-salah, wajib, tanggung jawab, dan lain-lain. Kedua, pencarian ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral. Ketiga, pencarian kehidupan yang baik secara moral.25 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)26

Etika pada umumnya didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individual dan sosial sehingga, dapat menetapkan aturan untuk mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk dapat dijadikan sasaran dalam hidup.27

Menurut Hamzah Ya’kub, etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Menurut Herman Soewardi, etika dapat dijelaskan dengan membedakan

25

Kuat Ismanto, Manajemen Syari’ah Implementasi TQM dalam Lembaga Keuangan

Syari’ah, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009, h. 41.

26

Nur Kholis, Etos Kerja Islami, diambil dari: http://nurkholis77.staff.uii. ac.id/etos-kerja-isl ami/

27

O.P. Simorangkir, Etika Bisnis, Jabatan dan Perbankan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003, h. 3

(28)

dengan tiga arti, yaitu (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.28

Etika menurut Frans Magins Suseno merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran-ajaran moral, yang bersifat rasional, kritis, sistematis, mendasar dan normatif. Berarti tidak sekedar melaporkan pandangan-pandangan moral, melainkan menyelidiki pandangan moral yang seharusnya.29

Triyuwono mengemukakan etika terekspresikan dalam bentuk Syari’ah, yang terdiri dari Al Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Didasarkan pada sifat keadilan, Etika Syari’ah bagi umat Islam berfungsi sebagai sumber untuk membedakan mana yang benar (haq) dan yang buruk (bathil). Dengan menggunakan Syari’ah, bukan hanya membawa individu lebih dekat dengan Tuhan, tetapi juga memfasilitasi terbentuknya masyarakat secara adil yang di dalamnya tercakup individu dimana mampu merealisasikan potensinya dan kesejahteraan yang diperuntukkan bagi semua umat.30

Etika merupakan alasan-alasan rasional tentang semua tindakan manusia dalam semua aspek kehidupannya. Sementara itu

28

Ibid, http://nurkholis77.staff.uii.ac.id/etos-kerja-islami/

29

Redi Panuju, Etika Bisnis Tinjauan Empiris dan Kiat Mengembangkan Bisnis Sehat, Jakarta: PT Grasindo, 1995, h. 2.

30

Sri wahyuni, (2007), Pengaruh Komitmen Organisasi dan Keterlibatan Kerja Terhadap Hubungan Antara Etika Kerja Islam dengan Sikap Terhadap Perubahan Organisasi, Jurnal Skripsi. h. 8.

(29)

etika kerja Islam muncul ke permukaan, dengan landasan bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Islam merupakan kumpulan aturan-aturan ajaran (doktrin) dan nilai-nilai yang dapat menghantarkan manusia dalam kehidupannya menuju tujuan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.31 Etika juga termasuk bidang ilmu yang bersifat normatif, karena berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu.32

Etika adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar dan salah yang berdasarkan prinsip-prinsip moralitas, khususnya dalam perilaku dan tindakan. Sehingga etika salah satu faktor penting bagi terciptanya kondisi kehidupan manusia yang lebih baik.33 Menurut Imam Ghozali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin mendefinisikan etika sebagai sifat yang tetap dalam jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tidak membutuhkan pikiran.34

Dari beberapa pengertian di atas, definisi operasional etika adalah sebagai alat yang digunakan untuk menilai (mengukur) baik atau buruk suatu tindakan yang dilakukan seseorang, berdasarkan akal pikiran (rasional). Etika yang Islami tidak hanya menggunakan rasio dalam menilai perbuatan, tetapi juga didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits. Sehingga tindakan yang dinilai Etika Islam adalah berdasarkan akal pikiran yang sesuai dengan ajaran Syari’at Islam.

31

Ibid, h. 9.

32

Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004, h. 3

33

Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang : Rasail, 2007, h. 63-64.

34

Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h. 171

(30)

Istilah lain yang terkait dengan etika adalah etos. Kata etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya.35

Dari definisi tersebut, ada hal yang membedakan antara etos dan etika. Etos sangat terkait kepada kerja keras, ketekunan, loyalitas, komunikasi, cara pengambilan keputusan, sikap, perilaku, dedikasi, dan disiplin tinggi untuk menciptakan nilai tambah organisasi Sedangkan etika sangat terkait dengan etos kerja yang memperhatikan aspek moral, etika, keadilan, dan integritas dalam menciptakan nilai tambah organisasi.36 Sehingga dalam penelitian ini penulis menggunakan istilah etika, karena ruang lingkup dari etika mencakup aspek-aspek yang menilai tindakan baik atau buruk dalam aktivitas manusia.

Pengertian kerja dalam Islam dapat dibagi dalam dua bagian. Pertama, kerja dalam arti luas (umum), yakni semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi atau non materi, intelektual atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan atau akhirat. Jadi dalam pandangan Islam pengertian kerja sangat luas, mencakup seluruh pengerahan potensi yang dimiliki oleh manusia.37

35

Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, h. l5.

36

http://kecerdasanmotivasi.wordpress.com/2011/04/07/perbedaan-antara-etos-kerja-dengan-etika-kerja/

37

(31)

Kedua, kerja dalam arti sempit (khusus), yakni memenuhi tuntutan hidup manusia berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal (sandang, pangan dan papan) yang merupakan kewajiban bagi setiap orang yang harus ditunaikannya, untuk menentukan tingkatan derajatnya, baik di mata manusia, maupun dimata Allah SWT. Dalam melakukan setiap pekerjaan, aspek etika merupakan hal mendasar yang harus selalu diperhatikan. Seperti bekerja dengan baik, didasari iman dan taqwa, sikap baik budi, jujur dan amanah, kuat, kesesuaian upah, tidak menipu, tidak merampas, tidak mengabaikan sesuatu, tidak semena-mena (proporsional), ahli dan professional, serta tidak melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan hukum Allah atau Syariat Islam (Al-Quran dan Hadits).38

Pekerjaan merupakan sebuah tugas yang menyerupai kewajiban yang dilakukan oleh individu saat dibutuhkan.39 Di sisi lain makna bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikir dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairu ummah).40

Etika kerja merupakan acuan yang dipakai oleh suatu individu atau perusahaan sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas

38

Ibid, http://spesialis-torch.com

39

Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur’an dan Sains, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, h. 21

40

(32)

bisnisnya, agar kegiatan yang mereka lakukan tidak merugikan individu atau lembaga yang lain.41 Dan di dalam Lembaga Keuangan yang berbasis Syari’ah acuan yang digunakan dalam menerapkan etika kerjanya adalah berdasarkan Al Qur’an dan Hadits.

Etika kerja yang Islami adalah serangkaian aktiviatas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya (barang/jasa), namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram.42 Etika kerja dalam Syari’at Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kehawatiran, sebab sudah diyakini sebagai suatu yang baik dan benar.43

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori etika kerja Islam yang dikemukakan oleh Dr. Mustaq Ahmad, karena substansi ajaran etika dan ajaran Syari’at Islam yang diterapkan di dalamnya dijelaskan secara spesifik dan mudah difahami. Oleh kerenanya, ada beberapa parameter kunci sistem etika bisnis dalam islam, diantaranya dapat dirangkum sebagai berikut:44

a. Berbagai tindakan dan keputusan disebut etis bergantung pada niat individu yang melakukannya.

41

Bambang Rudito dan Melia Famiola, Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan di Indonesia, Bandung: Rekayasa Sains, 2007, h. 6.

42

Muhammad dan Alimin, Etika & Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam, Yogyakarta: BPFE, 2004, h. 57

43

Ali Hasan, op. cit, h. 171

44

Kuat Ismanto, Manajemen Syari’ah Implementasi TQM dalam Lembaga Keuangan

(33)

b. Niat baik yang diikuti tindakan yang baik akan dihitung sebagai ibadah

c. Islam memberikan kebebasan kepada individu untuk percaya dan bertindak berdasarkan keinginannya, namun tidak dalam hal tanggung jawab dan keadilan.

d. Keputusan yang menguntungkan kelompok mayoritas ataupun minoritas tidak secara langsung berarti bersifat etis dalam dirinya, sebab etika bukanlah permainan mengenai jumlah.

e. Islam mennggunakan pendekatan terbuka terhadap etika, bukan sebagai sistem yang tertutup, dan berorientasi pada diri sendiri; sikap egois tidak mendapatkan tempat dalam ajaran Islam.

Di dalam bukunya yang berjudul Etika Bisnis dalam Islam, Dr. Mustaq Ahmad mengatakan bahwa seorang pelaku bisnis diharuskan untuk berperilaku dalam bisnis mereka sesuai dengan apa yang dianjurkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pada batasan ini beliau merangkum tata krama perilaku bisnis itu ke dalam tiga garis besar, yaitu: 1. Murah hati, 2. Motivasi untuk berbakti dan 3. Ingat Allah dan Prioritas utama-Nya.45

1) Murah hati

Murah hati dalam pengertian senantiasa bersikap ramah tamah, sopan santun, murah senyum, suka mengalah namun tetap penuh tanggung jawab. Sikap seperti itulah yang nanti akan menjadi

45

(34)

magnet tersendiri bagi seorang pebisnis atau pedagang yang akan dapat menarik pembeli (pelanggan).46

Sopan santun adalah pondasi dasar dan inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat dihargai dengan nilai yang tinggi, dan mencakup semua sisi hidup manusia. Allah memerintahkan orang Muslim untuk selalu rendah hati dan bersikap lemah lembut,47 sebagaimana di dalam firman-Nya,































































Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,

dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu48.

Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”49 (QS. Ali Imron: 159)

2) Motivasi untuk berbakti

Di dalam aktivitas bisnis, seorang muslim hendaknya berniat untuk memberikan pengabdian yang diharapkan oleh masyarakatnya dan manusia secara keseluruhan. Aktivitasnya jangan semata-mata ditunjukkan untuk “mengasah kapaknya sendiri” dan tidak juga

46

Johan Arifin, op. cit, h. 107.

47

Ali Hasan, op. cit, h. 189

48

Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.

49

(35)

semata-mata untuk memenuhi peti simpanannya. Etika bisnis Al-Qur’an mengharuskan pelakunya untuk memberikan perhatian pada kepentingan orang lain, yang karena alasan tertentu tidak mampu melindungi dan memproteksi kepentingan dirinya sendiri.50 Allah SWT berfirman:































Artinya: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran,

Maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan

menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui”51( (QS. Al-Baqoroh:280)

3) Ingat Allah dan Prioritas utama-Nya

Seorang Muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah, bahkan dalam suasana sedang sibuk dalam aktivitas mereka. Dia hendaknya sadar penuh dan responsif terhadap prioritas-prioritas yang telah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta. Kesadaran akan Allah ini, hendaknya menjadi sebuah kekuatan pemicu (driving force) dalam segala tindakannya.52

Semua kegiatan bisnis hendaknya selaras dengan moralitas dan nilai-nilai utama yang digariskan oleh Al-Qur’an. Kaum Muslimin diperintahkan untuk mencari kebahagiaan akhirat dengan cara menggunakan nikmat yang telah Allah karuniakan padanya

50

Mustaq Ahmad, op. cit, h. 112-113

51

Al-Jumanatul Ali, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. J-Art, 2005, h. 93

52

Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h. 187

(36)

dengan jalan yang sebaik-baiknya.53 Walaupun Islam menyatakan bahwasannya berbisnis merupakan pekerjaan halal, namun pada tataran yang sama Islam juga mengingatkan secara eksplisit bahwasannya semua kegiatan bisnis jangan sampai menghalangi mereka untuk selalu ingat pada Allah dan melanggar rambu-rambu perintah-Nya, karena tujuan manusia diciptakan hanya untuk tunduk kepada Allah,54 sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar-Ra’du ayat 36:





















































Artinya: Orang-orang yang Telah kami berikan Kitab kepada mereka55 bergembira dengan Kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya Aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya Aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali"56. (QS. Ar ra’d:36)

2.2.2 Kepemimpinan Islam

Dalam sejarah kehidupan manusia, telah muncul konsepsi tentang kepemimpinan. Bagaimana Nabi Adam memimpin Hawa dan keturunannya di dunia setelah diusir dari surga. Begitu juga sejak awal

53

Nur S. Buchori, Koperasi Syariah, Sidoarjo: Kelompok Masmedia Buana Pustaka, 2009, h. 20

54

Ibid, h. 22.

55

yaitu orang-orang Yahudi yang Telah masuk agama Islam seperti Abdullah bin salam dan orang-orang Nasara yang Telah memeluk agama Islam.

56

(37)

kemunculan Islam, Nabi Muhammad selain sebagai seorang utusan Rasul yang menyampaikan ajaran-ajaran agama tetapi juga seorang kepala Negara dan kepala rumah tangga. Paling tidak dalam catatan-catatan sejarah kenabian yang terdokumentasikan dalam hadits-hadits yang tetap terjaga dan masih bisa dikonsumsi sampai saat ini.57 Mengenai kepemimpinan, Rasul SAW bersabda:

ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﮫﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﮫﱠﻠﻟا َلﻮُﺳَر ﱠنَأ ﺎَﻤُﮭْﻨَﻋ ُﮫﱠﻠﻟا َﻲِﺿَر َﺮَﻤُﻋ ِﻦْﺑا ْﻦَﻋ

ٍعاَر ُمﺎَﻣِﺈْﻟا ِﮫِﺘﱠﯿِﻋَر ْﻦَﻋ ٌلﻮُﺌْﺴَﻣ ْﻢُﻜﱡﻠُﻛَو ٍعاَر ْﻢُﻜﱡﻠُﻛ ُلﻮُﻘَﯾ َﻢﱠﻠَﺳَو

ْﺴَﻣَو

ْﻦَﻋ ٌلﻮُﺌْﺴَﻣ َﻮُھو ِﮫِﻠْھَأ ﻲِﻓ ٍعاَر ُﻞُﺟﱠﺮﻟاَو ِﮫِﺘﱠﯿِﻋَر ْﻦَﻋ ٌلﻮُﺌ

ﺎَﮭِﺘﱠﯿِﻋَر ْﻦَﻋ ٌﺔَﻟﻮُﺌْﺴَﻣَو ﺎَﮭِﺟْوَز ِﺖْﯿَﺑ ﻲِﻓ ٌﺔَﯿِﻋاَر ُةَأْﺮَﻤْﻟاَو ِﮫِﺘﱠﯿِﻋَر

ٍعاَر ْﻢُﻜﱡﻠُﻛَو ِﮫِﺘﱠﯿِﻋَر ْﻦَﻋ ٌلﻮُﺌْﺴَﻣَو ِهِﺪﱢﯿَﺳ ِلﺎَﻣ ﻲِﻓ ٍعاَر ُمِدﺎَﺨْﻟاَو

ْﺴَﻣَو

ِﮫِﺘﱠﯿِﻋَر ْﻦَﻋ ٌلﻮُﺌ

Artinya :Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :”Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban

atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam

mengelolaharta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin

akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.“

(HR. Bukhari dan Muslim)

Hal yang paling mendasar yang dapat diambil dari hadits di atas adalah bahwa dalam level apapun, manusia adalah pemimpin termasuk bagi dirinya sendiri. Setiap perbuatan dan tindakan memiliki resiko yang harus dipertanggungjawabkan. Setiap orang adalah pemimpin meskipun pada saat yang sama setiap orang membutuhkan

57http://nazhroul.wordpress.com/2010/05/21/beberapa-hadits-tentang-kepemimpinan-dalam-kitab-riyadhus-shalihin/

(38)

pemimpin ketika ia harus berhadapan untuk menciptakan solusi hidup di mana kemampuan, keahlian, dan kekuatannya dibatasi oleh sekat yang ia ciptakan sendiri dalam posisinya sebagai bagian dari komunitas.58

Istilah kepemimpinan secara etimologi (asal kata) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata dasar “pimpin”. Dengan mendapat awalan me menjadi “memimpin” yang berarti menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing. Perkataan memimpin bermakna sebagai kegiatan, sedangkan yang melaksanakannya disebut pemimpin. Bertolak dari kata pemimpin berkembang pula kata kepemimpinan yang menunjukkan semua perihal dalam memimpin, termasuk juga kegiatannya.59

Dari sisi lain secara empiris terlihat bahwa kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk berbuat, guna mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditentukan.60 Rangkaian kegiatan itu berwujud kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan dan pikiran orang lain, agar bersedia melakukan sesuatu yang diinginkan pemimpin dan terarah pada tujuan yang telah disepakati bersama.61

58

http://oysi.blogspot.com/2010/09/beberapa-hadits-tentang-kepemimpinan.html

59

Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993, h. 28.

60

M. Manullang dan Marihot Manullang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE, 2001, h. 141.

61

(39)

Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai usaha mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi orang lain, agar pikiran dan kegiatannya tidak menyimpang dari tugas pokok bidangnya masing-masing.62 Menurut Achmad Suyuti, yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang lain untuk digerakkan ke arah tujuan tertentu. Sedangkan menurut Asmara, kepemimpinan adalah tingkah laku untuk mempengaruhi orang lain agar mereka memberikan kerjasamanya dalam mencapai tujuan yang menurut pertimbangan mereka adalah perlu dan bermanfaat.63

Kepemimpinan adalah proses hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan perilaku orang lain. Soehardi Sigit dalam bukunya Teori Kepemimpinan dalam Manajemen, mengatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan di mana di dalamnya antara orang dan pemimpin saling mempengaruhi agar mau bekerjasama berbagi tugas untuk mencapai keinginan sang pemimpin.64

Yang dimaksud kepemimpinan dalam konteks ini adalah kepemimpinan yang Islami yaitu kegiatan menuntun, membimbing, memandu dan menunjukkan jalan yang diridhoi Allah SWT. Jadi

62

Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 2006, h. 11-12

63

Agus Asrofi,(2006) Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Intern Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, Jurnal Skripsi, h. 10.

64

Ainur Rahim Fakih dan Iip Wijayanto, Kepemimpinan Islam, Yogyakarta: UI Press, 2001, h.3.

(40)

orientasi utama dalam kepemimpinan islam adalah keridhaan Allah.65 Penulis sependapat dengan teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi yang dikutip di dalam bukunya Ainur Rahim Fakih dan Iip Wijayanto karena lebih sederhana dan kompleks.

Al-Qur’an sebagai pedoman utama bagi umat Islam memberikan kriteria-kriteria tertentu sebagai landasan akhlak bagi seorang pemimpin.66 Adapun kriteria tersebut antara lain:

a. Mencintai kebenaran

Seorang pemimpin yang beriman wajib berpegang teguh pada kebenaran yang telah diturunkan Allah SWT. tanpa mengenal kompromi apapun. Sebagai penegasan, Allah SWT. telah berfirman:

















Artinya: “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu.. sebab itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu”67 (Q.S. Al-Baqoroh: 147)

Ahklak seorang pemimpin yang senantiasa istiqomah berpijak di atas kebenaran ajaran islam akan membuatnya dihormati dan dipatuhi di samping pada akhiratnya dia akan memetik kebahagiaan. Oleh kerena itu, akhlak mencintai kebenaran tersebut sangat penting. Karena dari sinilah akan membias begitu banyak sikap kepemimpinan yang positif, diantaranya adalah keadilan dan kejujuran. Adapun antara keadilan dan kejujuran itu sendiri telah diperintahkan oleh Allah sebagai tindakan yang paling utama, yang

65

Hadari Nawawi, op. cit. h. 28.

66

Ainur Rahim Fakih dan Iip Wijayanto,op. cit, .h.39.

67

(41)

wajib dilaksanakan oleh setiap pemimpin dalam memimipin kaumnya.68

b. Dapat menjaga amanah dan kepercayaan orang lain

Jabatan (sebagai seorang pemimpin) adalah sebuah amanah yang sangat besar dan harus dipertanggungjawabkan, tidak saja di hadapan manusia yang memberikan amanah tersebut tetapi juga di hadapan Allah SWT. Untuk itu seorang pemimpin harus benar-benar menjaga amanah yang telah diberikan kepadanya, serta tidak menyelewengkannya untuk kepentingan sendiri lainnya. Amanah menjadi misi hidup seorang Muslim karena seorang Muslim hanya dapat menjumpai Sang Maha Benar dalam keadaan ridho dan diridhoi, yaitu bisa menepati amanat yang telah dipikulkan kepadanya.69

Allah awt. berfirman:













Artinya: “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”70( Q.S. Al Mukminuun : 8)

Maka tanggung jawab moral seorang pemimpin haruslah terus menerus terjaga sebagai modal dasar dan kontrol pribadi terhadap kepemimpinannya. Dan akan berpengaruh terhadap

68

Ainur Rahim Fakih dan Iip Wijayanto,op. cit, .h.41.

69

Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, h. 17

70

(42)

nuraninya selama masa-masa kepemimpinannya maupun telah berlalu masa-masa kepemimpinannya.71

c. Ikhlas dan memiliki semangat pengabdian

Dalam menjalankan roda kepemimpinannya, hendaknya seorang pemimpin mendasarinya denga rasa yang benar-benar ikhlas. Jika memulai sebuah fase kepemimpinan dengan perasaan yang tidak ikhlas, serta selalu mengharapkan tendensi-tendensi tertentu, maka terjadilah kepemimpinan-kepemimpinan yang korup. Untuk itu, kepemimpinan sebagai sebuah proses harus dijalani dengan sepenuh hati dan mengembalikan imbalannya kepada Allah SWT72. Allah swt. berfirman:





























Artinya: “..Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya"73 (QS. Al-Kahfi: 110)

Firman Allah di atas sebagai petunjuk bagi orang-orang beriman dalam berbagai sektor kegiatan termasuk jabatan sebagai pemimpin bahwa yang dilakukannya tidak akan sia-sia. Allah sendiri

71

Ainur Rahim Fakih dan Iip Wijayanto,op. cit, .h.43.

72

Ibid, h. 45

73

(43)

yang nantinya akan membalas segala kebaikan yang dilakukan sesuai dengan kadar yang telah ditentukan-Nya.

d. Baik dalam pergaulan masyarakat

Mengenai hal ini Allah berfirman:























Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara kerena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah SWT supaya kamu mendapat rahmat.”74 (Al-Hujurat : 10)

Islam sangat mengutamakan persahabatan sebagai kegiatan mu’amalah yang sangat dianjurkan, karena dengan terjalinnya ikatan silaturahmi akan memeperkokoh bangunan sosial kemasyarakatan. Bentuk ideal ini tentu saja akan sangat sulit direalisasikan jika pemimpin setempat tidak cukup akomodatif. Untuk itu hubungan silaturahim, saling bahu membahu dalam kebaikan, tolong menolong dalam seluruh sektor kehidupan harus dimulai oleh pemimpin terlebih dahulu karena ide-ide yang bereasal dari seorang pemimpin sangat mudah ditangkap oleh masyarakatnya untuk menjadi bahan renungan bersama.75

e. Bijaksana

Kebijaksanaan adalah pantulan dari akhlak yang kaya akan iman dan diperlukan untuk menempatkan segala persoalan secara tepat dan proporsional. Terlebih dalam memimpin masyarakat yang majemuk, kebijaksanaan akan mampu memberikan rasa tentram bagi

74

Ibid, h. 516

75

(44)

berbagai kepentingan untuk disatukan dibawah satu visi bersama. Keadilan merupakan sikap kebijaksanaan yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Karena Islam dalam menegakkan hukum-hukumnya didasarkan atas landasan keadilan di antara manusia.76 Allah swt. telah memerintahkan untuk berbuat adil dalam banyak ayat di dalam Al-Qur’an, di antaranya,



































Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”77( Q.S. An-Nahl: 90)

Dengan bermodalkan kebijaksanaan dan hidayah dari Allah dalam menganalisis dinamika kemasyarakatan yang ada, maka diharapkan kepemimpinan yang ada dapat bergulir sesuai dengan yang diinginkan tanpa harus merugikan kelompok-kelompok tertentu untuk memberi keuntungan kepada kelompok yang lain.

2.2.3 Kinerja karyawan

Istilah kinerja berasal dari kata job performance dan actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.78 Kinerja dapat diartikan sebagai hasil

76

Abdullah Abdul Husain At-Tariqi, Ekonomi Islam, Prinsip, Dasar dan Tujuan, Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004, h. 308.

77

Al-Jumanatul Ali, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. J-Art, 2005, h. 278

78

Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas

(45)

kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.79

Byars (1984), mengartikan kinerja sebagai hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. Jadi bisa dikatakan prestasi kerja merupakan hasil keterikatan antara usaha, kemampuan dan persepsi tugas. Usaha merupakan hasil motivasi yang menunjukkan jumlah energi (fisik atau mental) yang digunakan oleh individu dalam menjalankan suatu tugas.80

Robbins (1996), mengatakan kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan. Menurut Bacal (1999) mendefinisikan dengan proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan atasan langsungnya.81

79

Suryadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan, Yogyakarta: BPFE, 1999, h. 1-2.

80

Ratna Kusumawati, “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan: (Studi Kasus pada RS Roemani Semarang),” Jurnal Ekonomi dan Bisnis, III (November, 2008). h.152.

81

Surya Dharma, Manajemen Kinerja Falsafah, Teori dan Penerapannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, h.18.

(46)

Kinerja diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam ukuran kinerja secara umum, kemudian diterjemahkan ke dalam penilaian perilaku secara mendasar, meliputi:82 1. Kuantitas kerja, yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu

periode waktu yang telah ditentukan.

2. Kualitas kerja, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya

3. Pengetahuan tentang pekerjaan, yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilan.

4. Pendapat atau pernyataan yang disampaikan, yaitu keaktifan menyampaikan pendapat di dalam rapat.

5. Perencanaan kerja, yaitu kegiatan yang dirancang sebelum melaksanakan aktifitas pekerjaannya.

2.3 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Suharto dan Budhi Cahyono yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia di Sekretariat DPRD Propinsi Jawa Tengah” menyatakan ada pengaruh positif antara variabel independen dengan kinerja karyawan, semuanya terbukti secara signifikan.

2. Jurnal penelitian dari Rahman El-Junusi, dkk (2004), dengan judul “Pengaruh Religiusitas, Etika Kerja Islam dan Individual Rank Terhadap Kinerja Lembaga Keuangan Syari’ah” (Studi pada BMT di Jawa Tengah)

82

Suharto dan Budhi Cahyono “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia di Sekretariat DPRD Propinsi Jawa Tengah” Jurnal Ekonomi, I (Januari, 2005), h. 15.

(47)

juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti.

3. Maya Puji Febriana dalam penelitian skripsinya yang berjudul ”Pengaruh Etos Kerja Islam Terhadap Kinerja Karyawan Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah Artha Mas Abadi Kabupaten Pati” menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti. Pengujian dengan menggunakan analisis faktor, analisis regresi sederhana dengan uji F dan koefisien determinasi.

4. Penelitian skripsi M. Zama’syari yang berjudul “Pengaruh Etos Kerja dan Budaya Kerja Islam Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan” (Studi pada KJKS/UJKS wilayah kabupaten Pati), menunjukkan bahwa etos kerja dan budaya kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan dengan hasil Uji T dari etos kerja Islam sebesar 2,940 dan budaya kerja sebesar 3,752.

5. Penelitian skripsi oleh Sri Wahyuni (2007) “Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Keterlibatan Kerja Terhadap Hubungan Antara Etika Kerja Islam Dengan Sikap Terhadap Perubahan Organisasi” dengan mengguanakan Uji Normalitas, Heteroskidastisitas dan Multukolinearitas, menunjukkan diterimanya hipotesis-hipotesis yang diajukan.

2.4 Kerangka Berpikir

Untuk mengetahui masalah yang akan dibahas, perlu adanya kerangka pemikiran yang merupakan landasan dalam meneliti masalah yang bertujuan

(48)

untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar H1 H3 H2 1.Murah Hati 2. Motivasi untuk Berbakti 3.Mengingat Allah

Etika Kerja Islam (X1)

1.Mencintai Kebenaran

2.Menjaga Amanah

3.Ikhlas

4.Baik dalam Pergaulan

5.Bijaksana Kepemimpinan Islam (X2) 1. Kuantitas kerja 2. Kualitas kerja 3. Pengetahuan tentang pekerjaan 4. Pendapat yang disampaikan 5. Perencanaan kerja Kinerja Karyawan (Y)

Gambar

Gambar             H1                       H3    H2  1.Murah Hati 2. Motivasi untuk              Berbakti 3.Mengingat Allah
Tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa mayoritas responden  dalam  penelitian  ini  adalah  berjenis  kelamin  laki-laki
Tabel 4.2  menunjukkan  bahwa usia responden  KJKS/UJKS  wilayah kabupaten Pati yang dijadikan sampel, yang usianya kurang  dari 20 tahun ada 5 orang yakni 9,3%
Gambar 4.5  Normal Probability Plot

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji t hitung untuk variabel kepemimpinan (3,792) > t tabel (2,003) , t hitung untuk variabel kompensasi (3.102) > t tabel (2,003) dan t hitung untuk variabel

Dengan demikian etika kerja Islam merupakan variabel bebas yang berpengaruh secara positif, tapi tidak signifikan terhadap komitmen organisasi di Koperasi Karyawan Pura

Pengaruh Keterlibatan Kerja terhadap Turnover Intention Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa uji hipotesis untuk variabel keterlibatan kerja memperoleh hasil nilai uji t

erdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai R Square 0,294 interpretasinya adalah bahwa pengaruh yang diberikan oleh kombinasi variabel etika kerja

Berdasarkan analisis data, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel etika kerja Islam memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, etika

Dengan demikian etika kerja Islam merupakan variabel bebas yang berpengaruh. secara positif, tapi tidak signifikan terhadap komitmen organisasi di

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa etika kerja dan kinerja karyawan Rumah Makan Ponyo Cinunuk Bandung terggolong dalam kategori baik.. Uji t

Hasil dari uji path coefficients pada variabel kompensasi memiliki nilai t hitung sebesar 1,381, jika dibandingkan dengan t table 1,648 maka nilai t hitung tersebut lebih kecil dari