• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP TINGKAT KOGNITIF LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP TINGKAT KOGNITIF LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2013"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP TINGKAT KOGNITIF LANSIA DI PANTI

SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2013

Oleh

Ria Verany , Budi Santoso, Mery Fanada

Abstrak

Kemunduran fisik maupun mental selalu mengiringi peningkatan usia, termasuk kemunduran fungsi kognitif. Dengan memperbanyak aktivitas dapat memperlambat kemunduran kognitif, salah satu cara dengan memperbanyak aktivitas yang berhubungan dengan fungsi otak. Senam otak dapat meningkatkan aktivitas otak melalui gerakan-gerakan sederhana yang dirancang mengaktifkan seluruh bagian otak untuk meningkatkan fungsi kognitif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh brain gym terhadap tingkat kognitf lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya. Jenis penelitian adalah Pre Experimental Design tanpa kelompok kontrol dengan pendekatan One Group Pre-Post Test Design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Keseluruhan sampel dalam penelitian ini yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 32 orang. Untuk membandingkan tingkat kognitif responden sebelum dan sesudah dilakukan senam otak menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) yang dianalisis dengan uji paired t-tes.

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang mengikuti kegiatan senam otak mengalami peningkatan kognitif yang signifikan. Uji statistik yang digunakan adalah paired T-test dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), P value = 0,000. Rata-rata tingkat kognitif lansia sebelum dilakukan brain gym adalah 18,12, sedangkan rata-rata untuk tingkat kognitif lansia sesudah dilakukan brain gym adalah 19,47. Dengan demikian dapat dibuat kesimpulan bahwa ada pengaruh brain gym terhadap peningkatan daya ingat lansia. Berdasarkan penelitian ini maka peneliti menyarankan agar senam otak dapat menjadi bagian program lansia di panti serta menjadi acuan untuk dilakukan penelitian lain dengan modifikasi terapi yang berbeda.

Kata kunci : lansia, tingkat kognitif, senam otak Abstract

Physical and mental deterioration always accompany increasing age, including decline in cognitive function. By increasing the activity may slow cognitive decline, one way to expand the activities related with brain function. Brain exercise can enhance brain activity through simple movements that are designed to enable all parts of the brain to improve cognitive function.

The aim of this study was to determine the influence of brain gym therapy to the cognitive level of elderly at Tresna Werdha Warga Tama orphanage Indralaya in 2013. The design of this study was pre-experimental design without a control group with one group pretest-posttest design. The population of this study was 100 people. The sampling method used purposive sampling. The sample in this study that have sellected with the inclusion criteria amounted to 32 people. To compare the cognitive level of respondents before and after brain gym therapy by using the Mini Mental State Examination (MMSE) were analyzed by paired sample t-test.

Based on the results of the study, the respondents who follow the activities of brain gym therapy significantly influence to the cognitive improvement. Statistical test used paired T-test with a confidence level of 95% (α = 0.05), P value = 0.000. The mean value of cognitive level of elderly before Brain Gym amounted to 18.12, while the mean value of cognitive level of elderly after Brain Gym is 19.47. Thus, the conclusion of this study that there was significant influence brain gym therapy and cognitive level of elderly. Based on this study, the writer suggested that brain gym could be a part of the nursing program to the elderly as well as a reference for additional studies with different therapeutic modifications.

(2)

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terutama di bidang kesehatan, berhasil meningkatkan kualitas dan umur harapan hidup sehingga jumlah lanjut usia semakin bertambah cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho, 2008).

Di Sumatera Selatan jumlah penduduk pada tahun 2009 adalah 7. 222.635 orang, dengan komposisi 3.650.615 orang laki-laki dan 3.572.020 orang perempuan, diantaranya penduduk yang berusia 60 tahun keatas berjumlah 419.900 orang. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah penduduk yaitu 7.450.394 orang dengan komposisi 3.792.647 orang laki-laki dan 3.657.747 orang perempuan, diantaranya penduduk yang berusia 60 tahun ke atas berjumlah 466.033 orang (BPS Sumatera Selatan, 2009; 2010).

Proses penuaan (aging process) bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Proses ini merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh menurun fungsinya sedikit demi sedikit (Nugroho, 2008).

Penurunan fungsi ini disebabkan karena berkurangnya jumlah sel secara anatomis. Selain itu berkurangnya aktivitas, asupan nutrisi yang kurang, polusi, serta radikal bebas sangat mempengaruhi penurunan fungsi organ-organ tubuh pada lansia. Suatu penelitian di Inggris terhadap 10.255 orang lansia di atas usia 75 tahun, menunjukkan bahwa pada lansia terdapat gangguan fungsi kognitif pada susunan saraf pusat (45%) (Suhartini, 2009).

Dengan menurunnya kemampuan otak tersebut maka perlu diberikan stimulus atau rangsangan ke otak yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif melalui gerakan-gerakan senam ringan. Salah satu upaya untuk menghambat kemunduran kognitif akibat penuaan yaitu dengan melakukan gerakan olahraga atau latihan fisik. Latihan yang dapat meningkatkan potensi kerja otak yakni meningkatkan kebugaran fisik secara umum dalam bentuk melakukan brain gym yaitu kegiatan yang merangsang intelektual yang bertujuan untuk mempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerak badan (Markam, 2005).

Senam otak atau lebih dikenal dengan brain gym sebenarnya adalah serangkaian gerakan sederhana yang dilakukan untuk merangsang kerja dan fungsi otak secara maksimal. Awalnya senam otak dimanfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi. Namun dalam perkembangannya setiap orang bisa memanfaatkannya untuk beragam kegunaan. Saat ini, di Amerika dan Eropa senam otak sedang digemari. Banyak orang yang merasa terbantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran, meningkatkan daya ingat, dan sebagainya (Gunadi, 2009). Hasil studi pendahuluan tes fungsi kognitif menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya menunjukkan bahwa dari 14 orang lansia di Panti Tresna Werdha Warga Tama Indralaya didapatkan 8 orang lanjut usia mengalami gangguan kognitif sedang

dan 6 orang mengalami gangguan kognitif ringan dan sebagai studi awal yang bertujuan mengetahui apakah ada pengaruh senam otak pada daya ingat orang dewasa. Hal ini membuktikan bahwa memang mulai ada penurunan fungsi kognitif.

Klien lanjut usia yang tinggal di panti memiliki resiko yang lebih besar mengalami dimensia dibanding dengan klien lanjut usia yang tinggal di rumah, klien lanjut usia yang tinggal di panti memiliki support system yang terbatas yang memungkinkan keterbatasan mereka dalam hal stimulasi terhadap memori masa lalu, tetapi keadaan ini tidak semuanya sama pada setiap lansia dan tidak ada jaminan pula bahwa setiap lansia yang tinggal di rumah memiliki support system yang lebih baik dari klien lansia yang tinggal di panti. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa terhadap klien lanjut usia yang tinggal di rumah perawatan usia lanjut atau panti didapatkan ada 9% sampai dengan 26% wanita dan 5% sampai dengan 12% pria mengalami dimensia setiap saat (Kuntjoro, 2006 dalam Yamin, 2008) Berdasarkan uraian yang telah di sebutkan dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh terapi brain

gym terhadap tingkat kognitif Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh terapi brain gym terhadap tingkat kognitif Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh terapi Brain Gym terhadap tingkat kognitif lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Diketahuinya tingkat kognitif lansia sebelum diberikan terapi brain gym di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013.

2) Diketahuinya tingkat kognitif lansia setelah diberikan terapi brain gym di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013.

3) Diketahuinya pengaruh terapi Brain Gym terhadap tingkat kognitif lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya tahun 2013.

1.4. Landasan Teori

1.4.1. Gerontologi dan Geriatri

Gerontologi berasal dari kata "Geros" dari bahasa yunani berarti lanjut usia dan "Logos" berarti ilmu. Gerontologi adalah suatu pendekatan ilmiah dari berbagai proses penuaan yaitu biologis, psikologis, sosial, ekonomi, kesehatan lingkungan, dan lain-lain (Depkes RI, 2001; Maryam et al, 2008).

Geratri berasal dari kata geros dan iatriea yang artinya merawat/merumat. Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan penyakit dan kekurangannya pada lanjut usia. Sedangkan

(3)

berkaitan dengan penyakit pada proses menua (Nugroho, 2008).

1.4.2. Lansia

Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun ( Maryam et al, 2008).

1.4.3. Kognitif

Kognitif merupakan suatu proses pekerjaan pikiran yang dengannya kita menjadi waspada akan objek pikiran atau persepsi, mencakup semua aspek pengamatan, pemikiran dan ingatan (Dorland, 2002). Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang meliputi atensi, persepsi, ingatan, bahasa dan kreativitas (http://id.wikipedia.org/wiki/kognisi).

1.4.4. Brain Gym

Brain Gym pertama kali diciptakan oleh Paul E.

Dennison, Ph.D. Brain Gym adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan oleh para murid di Educational Kinesiologi (Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak. Brain Gym bermanfaat pula untuk melatih fungsi keseimbangan dengan merangsang beberapa bagian otak yang mengaturnya. Seperti dijelaskan Paul E. Dennison, Ph.D, otak manusia, seperti halogram, terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-bagian yang saling berhubungan sebagai satu kesatuan. Akan tetapi, otak manusia juga spesifik tugasnya di mana ketiga dimensi tersebut dalam aplikasi gerakan Brain

Gym disebut dengan istilah dimensi Lateralitas, dimensi

Pemfokusan serta dimensi Pemusatan. Fungsi gerakan

Brain Gym yang terkait dengan 3 dimensi otak tersebut

adalah untuk (1) menstimulasi dimensi lateralitas; (2) meringankan dimensi pemfokusan; dan (3) merelaksasikan dimensi Pemusatan (Dennison and Dennison, 2006).

2. Metodologi Penelitian 2.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Kuantitatif Pra-Eksperimen (Preexperimental Design) dengan menggunakan metode pra-pasca tes dalam satu kelompok (one-group pretest-posttest design). Ciri dan tipe penelitian ini adalah kelompok subjek di observasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian di observasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2003).

2.2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.2.1. Popilasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama di Indralaya Tahun 2013. Saat ini Panti Tresna Werdha Warga Tama Indralaya menampung 100 orang lanjut usia yang terdiri dari 46 perempuan dan 54 laki-laki.

2.2.2. Sampel Penelitian

Besar sampel Pada penelitian ini adalah 32 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini ditentukan dengan menggunakan purposive

sampling.

2.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Sumatera Selatan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

2.4. Pembatasan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdaha Warga Tama Indralaya Sumatera Selatan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013 yang membahas tentang pengaruh tingkat kognitif lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya dengan menggunakan teori Dennison. Subjek penelitian adalalah lansia yang mengalami penurunan kognitif.

2.5. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Prosedur penelitian dilakukan dengan cara memberikan rangkaian gerak Brain Gym empat kali seminggu selama dua minggu. Adapun rangkaian gerak Brain Gym dipilih sesuai dengan tujuan, yaitu gerakan-yang dapat mempengaruhi tingkat kognitif. Gerakan-gerakan tersebut meliputi Gerakan-gerakan silang dan olengan pinggul, pengisi energi, gerakan tombol bumi, tombol imbang, saklar otak, kait relaks, mengaktifkan tangan, luncuran gravitasi, delapan tidur, dan menguap berenergi.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode pre-test & post-test melalui pengukuran tingkat kognitif menggunakan kuesioner Mini

Mental State Examination (MMSE). Indikator keberhasilan diukur dengan adanya perubahan skor hasil tes tingkat kognitif sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Data yag telah terkumpul diolah dengan tahap

editing, coding, entry dan cleaning. Kemudian data

dianalisis menggunakan uji analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji paired T-Test.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil Penelitian 3.1.1. Analisis Univariat

Tabel 3.1

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Kognitif Sebelum Dilakukan Brain Gym di Panti

Sosial TresnaWerdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013

Dari tabel 4.1 didapatkan bahwa dari 32 responden paling banyak responden mengalami penurunan kognitif sedang 21 orang (65,63%). Sedangkan responden dengan kategori ringan sebanyak 11 orang (34,37%).

Tabel 3.2

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Kognitif Sesudah Dilakukan Brain Gym di Panti

Sosial TresnaWerdha Warga Tama Indralaya Tingkat Kognitif Pre-test Jumlah (F) Persentase (%) Ringan Sedang Berat 11 21 0 34,37 65,63 0 Total 32 100

(4)

Tahun 2013

Dari tabel 4.2 dari 32 responden, paling banyak responden mengalami penurunan kognitif sedang 20 orang (62,50%). Sedangkan responden dengan kategori penurunan kognitif ringan sebanyak 6 orang (18,75%) serta responden dengan kategori normal terdapat terdapat 6 orang (18,75%).

3.1.2. Analisis Bivariat

Tabel 3.3

Perbedaan Tingkat Kognitif Lansia Sebelum dan Sesudah Dilakukan Brain Gym di Panti Sosial

TresnaWerdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013

Rata-rata tingkat kognitif lansia sebelum dilakukan

brain gym adalah 18,12 dengan standar deviasi 4,109.

Sedangkan rata-rata untuk tingkat kognitif lansia sesudah dilakukan brain gym adalah 19,47 dengan standar deviasi 4,745. Hasil uji statistik didapatkan nilai P Value = 0,000 menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata tingkat kognitif lansia sebelum dan sesudah dilakukan brain gym pada lansia.

3.2. Pembahasan

3.2.1. Tingkat Kognitif Lansia Sebelum Dilakukan

Brain Gym di Panti Sosial Tresna Werdha

Warga Tama Indralaya Tahun 2013

Distribusi frekuensi tingkat kognitif sebelum dilakukan brain gym didapatkan bahwa dari 32 responden paling banyak responden mengalami penurunan kognitif sedang 21 orang (65,63%). Sedangkan responden dengan kategori ringan sebanyak 11 orang (34,37%).

Dari hasil penelitian di atas dapat menunjukkan bahwa sebagian besar lansia telah terjadi penurunan fungsi kognitif. Setiati, Harimurti & Roosheroe (2006) menyebutkan adanya perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi intelektual. Kognitif merupakan suatu proses pekerjaan pikiran yang dengannya kita menjadi waspada akan objek pikiran atau persepsi, mencakup semua aspek pengamatan, pemikiran dan ingatan (Dorland, 2002). Maka penatalaksanaan medis sangat diperlukan untuk meminimalisasi dan mengantisipasi penurunan kognitif pada lansia.

Sesuai dengan teori Dennison (2006) bahwa gerakan-gerakan pada brain gym dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak, gerakan yang menimbulkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas).

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Lisnaini

(2012) dengan metode quasi eksperimental didapatkan senam otak dapat meningkatkan fungsi kognitif dewasa muda. Pengukuran fungsi kognitif dengan Digit Span yaitu Subtest Digit Forward dan Subtest Backward dimana terdapat peningkatan 6,7 Digit Span setelah senam otak (p<0,05).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti berpendapat bahwa sebagian besar lansia mengalami penurunan kognitif. Penurunan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi intelektual, berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori, serta kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Penurunan kognitif tersebut disebabkan oleh penurunan yang terjadi pada fungsi sistem saraf pusat. Oleh karena itu perlu mengantisipasi dan meminimalisir perubahan yang terjadi pada lansia tersebut. Salah satu penatalaksanaan yang dilakukan untuk meningkatkan fungsi kognitif lansia yaitu dengan senam otak (brain

gym).

3.2.2. Tingkat Kognitif Lansia Sesudah Dilakukan

Brain Gym di Panti Sosial Tresna Werdha

Warga Tama Indralaya Tahun 2013

Distribusi frekuensi tingkat kognitif sebelum dilakukan brain gym didapatkan dari 32 responden, paling banyak responden mengalami penurunan kognitif sedang 20 orang (62,50%). Sedangkan responden dengan kategori penurunan kognitif ringan sebanyak 6 orang (18,75%) serta responden dengan kategori normal terdapat terdapat 6 orang (18,75%).

Berdasarkan hasil penelitian di atas diketahui terdapat peningkatan kognitif pada lansia setelah dilakukan brain gym. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi brain gym yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia.

Markam (2005) mengemukakan bahwa pemeliharaan otak secara fungsional dapat dilakukan dengan berbagai proses belajar, di antaranya dengan belajar gerak, belajar mengingat, belajar merasakan dan sebagainya. Semua proses belajar tersebut akan selalu merangsang pusat-pusat otak (brain learning stimulation), yang di dalamnya terdapat pusat-pusat yang mengurus berbagai fungsi tubuh.

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dennison (2006) bahwa senam otak (brain gym) adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan dari berbagai usia dan gerakan-gerakan pada brain gym dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak, gerakan yang menimbulkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif

Tingkat Kognitif Post-test Jumlah (F) Persentase (%) Normal Ringan Sedang Berat 6 6 20 0 18,75 18,75 62,50 0 Total 32 100

Variabel Mean SD SE Sig N

Tingkat Kognitif Pretest Postest 18,12 19,47 4,109 4,745 0,726 0,839 0,000 32

(5)

(kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas).

Berdasarkan penelitian di atas dapat diketahui bahwa tingkat kognitif lansia setelah senam otak (brain

gym) empat kali seminggu selama dua minggu mengalami

peningkatan, dengan intensitas dan waktu yang ringan mempunyai manfaat besar karena dapat menyelaraskan anggota gerak, pernafasan, dimana gerakan-gerakannya (gerakan menyilang) menimbulkan stimulus yang dapat terekam dalam otak dan fungsi kognitifpun meningkat. Dapat disimpulkan bahwa senam otak (brain gym) yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia.

3.2.3. Perbedaan Tingkat Kognitif Lansia Sebelum dan Sesudah Dilakukan Brain Gym di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013 dengan menggunakan uji T Dependen di dapatkan bahwa rata-rata tingkat kognitif sebelum dilakukannya senam otak (brain gym) dapat dilihat bahwa nilai sebelum, terdapat 21 responden dengan kategori penurunan kognitif sedang (65,63%), sedangkan responden dengan kategori penurunan kognitif ringan sebanyak 11 responden (34,37%). Sedangkan sesudah terapi terdapat 6 orang (18,75%) dengan kategori normal, 6 orang (18,75%) dengan kategori ringan sedangkan dengan kategori sedang sebanyak 20 orang (12.90%). Terdapat perbedaan nilai antara sebelum dan sesudah dilakukannya senam otak (brain gym). Hasil uji analisis didapatkan P value = 0,000 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna antara sebelum dan sesudah dilakukannya senam otak (brain

gym) dalam meningkatkan kognitif lansia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetya (2010) di Panti Tresna Werdha Bhakti Yuswa Lampung tentang pengaruh terapi kognitif dan senam latih otak terhadap tingkat depresi lansia. Penelitian yang dilakukan dengan metode quasi

exsperiment dan pre-post test design with control group,

didapatkan hasil bahwa tingkat depresi menurun secara bermakna pada kelompok intervensi yang mendapatkan terapi kognitif dan senam otak dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya mendapatkan terapi kognitif saja.

Menurut penelitian yang dilakukan Festi ( 2010) dengan uji statistic McNemar dan Chi-Square dengan taraf signifikansi (α) = 0.05 dengan hasil P = 0.016 pada uji McNemar dan pada uji Chi Square dengan hasil P = 0,03 didapatkan ada pengaruh brain gym terhadap fungsi kognitif lansia dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang. Sesuai dengan fungsinya brain gym merupakan salah satu metode gerak dan latih otak, yang berguna dalam meningkatkan fungsi kognitif terutama pada lansia. Metode ini mengaktifkan dua belah otak dan memadukan fungsi semua bagian otak untuk meningkatkan kemampuan kognitif.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kuntarti

et al. (2009) Latihan senam otak yang dilakukan pada

sekelompok warga berusia dewasa di RW 06 Kelurahan Ratu Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok selama

1 bulan dapat meningkatkan rerata skor tes daya ingat jangka pendek secara bermakna. Hasil tes daya ingat jangka pendek sebelum dan sesudah senam otak pada 27 peserta menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rerata skor sebesar 7,74 (CI 95%: 3,36-11,8; p<0,05). Peningkatan terbesar terjadi pada kelompok lansia (60 tahun lebih) dibanding pada kelompok dewasa menengah (p>0,05).

Sesuai dengan teori Dennison bahwa kegiatan senam otak yang dilakukan secara teratur oleh kelompok usia dewasa menengah dan lansia dapat mencegah dan memperlambat penurunan daya ingat sebagai akibat proses menua. Senam otak telah diteliti dapat meningkatkan aktivitas otak melalui gerakan- gerakansederhana yang dirancang untuk mengaktifkan seluruh bagian otak. Di antara gerakan-gerakan dalam senam otak yang dikreasikan oleh Dennison & Dennison (2002) yang bermanfaat dalam peningkatan perhatian dan daya ingat yaitu gerakan menyebrangi garis tengah tubuh (gerakan silang dan olengan pinggul, pengisi energi) gerakan meningkatkan energi dan penguatan sikap (gerakan tombol bumi, tombol imbang, saklar otak, kait relaks, mengaktifkan tangan, luncuran gravitasi). Gerakan-gerakan lain yang juga dapat digunakan untuk mengaktifkan otak dan meningkatkan konsentarasi, serta keseimbangan adalah delapan tidur, dan menguap berenergi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa gerakan brain gym memberikan kontribusi terhadap peningkatan fungsi kognitif lansia di Panti.

Setelah membandingkan teori dengan hasil penelitian yang ada, maka peneliti berpendapat bahwa kegiatan senam otak yang dilakukan secara teratur dapat mengaktifkan tiga dimensi otak. Dimensi pemusatan dapat meningkatkan aliran darak ke otak, meningkatkan penerimaan oksigen (mengharmonisasikan emosi dan pikiran rasional), dimensi lateralis akan menstimulasi koordinasi kedua belahan otak yaitu otak kanan dan otak kiri (memperbaiki pernafasan, stamina, melepaskan keregangan, mengurangi kelelahan dan lain-lain), dimensi pemfokusan untuk melepaskan hambatan fokus dari otak (memperbaiki kurang perhatian, kurang konsentrasi dan lain-lain) sehingga dapat menyebabkan fungsi kognitif lansia meningkat. Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa senam otak (brain gym) dapat meningkatkan fungsi kognitif lansia sehingga dapat bermanfaat dalam meminimalkan penurunan fungsi kognitif.

4. Simpulan dan Saran 4.1. Simpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh terapi senam otak di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya yang telah dilakukan penelitian selama dua minggu , dari tanggal 14 Januari - 28 Januari 2013, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Distribusi frekuensi pre-test terapi senam otak di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya, menunjukkan bahwa dari 32 responden, terdapat 21 responden dengan penurunan kognitif sedang (39,4%), sedangkan responden dengan kategori penurunan kognitif ringan sebanyak 11 responden (60,6%). 2. Distribusi frekuensi post-test terapi senam otak di

(6)

menunjukan bahwa dari 32 responden, terdapat 20 responden dengan kategori penurunan kognitif sedang (62,50%) 6 responden dengan kategori penurunan kognitif ringan (18,75%) sedangkan responden dengan kategori kognitif normal sebanyak 6 responden (18,75%).

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kognitif sebelum dan sesudah dilakukannya terapi senam otak (brain gym) (P value = 0,000, α = 0,05) .

4.2. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan saran berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut :

1. Petugas Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya agar dapat menerapkan terapi senam otak (brain gym) ini sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam mengantisipasi dan meminimalisasikan penurunan tingkat kognitif pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013. Diadakannya pelatihan mengenai terapi senam otak (brain gym) dalam membantu lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif yang dilakukan oleh petugas Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013. 2. Diharapkan pada peneliti lain dapat melakukan

penelitian lebih lanjut tentang pengaruh senam otak (brain gym) terhadap lansia dengan penurunan fungsi kognitif. Dengan menggunakan desain penelitian yang berbeda misalnya dengan menggunakan kelompok kontrol dan variabel confounding. Melakukan penelitian yang serupa dapat juga dilakukan pada area penelitian yang berbeda, misalnya pengaruh terapi senam otak (brain gym) terhadap tingkat depresi lansia, atau dimensia. Melakukan penelitian dengan menggunakan teknik terapi lain, seperti dengan senam aerobik, pengisian TTS (Teka Teki Silang), terapi kognitif, dan lain-lain.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan, 2009

Penduduk dan Ketenaga Kerjaan. Sumatera Selatan

, 2010

Penduduk dan Ketenaga Kerjaan. Sumatera

Selatan

Denisson, P. E & Denisson,G. 2002

Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam Otak. Grasindo, Jakarta

, 2006

Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam

Otak. Grasindo, Jakarta

Dorland, W. A. N., 2002

Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Festi, P., 2010

Pengaruh Brain Gym Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif Lansia Dikarang Werdha Peneleh Surabaya. Jurnal Kesehatan (Http://www.Fik.Umsurabaya . Ac.Id/diakses

17 November 2012)

Gunadi, T., 2009

24 gerakan meningkatkan kecerdasan anak. Penebar Plus. Jakarta

Kuntarti, Gayatri, D. & Etty, R., 2009

Pengaruh Senam Otak Pada Daya Ingat Orang

Dewasa. Jurnal Kelompok Keilmuan Dasar

Keperawatan & Keperawatan Dasar dan Kelompok Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. From : URL:(http://staff.ui.ac.id/internal/1308050290/ publikasi/PengaruhSenamotakpadaDayaIngatOra ngDewasa_UPH.pdf)

Lisnaini, 2012

Senam Vitalitas Otak dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif Dewasa Muda.

from:URL:(http//:www.akfis.uki.ac.id/asset/.

../BRAIN_GYM_FOR_COGNITIVE.pdf/diaks es15 November 2012)

Markam, et al., 2005

Latihan Vitalisasi Otak. Grasindo. Jakarta

Maryam, R.S., et al., 2008

Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatnnya.

Salemba Medika, Jakarta. Nugroho, W., 2008

Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3.

EGC, Jakarta Nursalam, 2003

Konsep dan penerapan metodologi penelitian: Pedoman skripsi, tesis & instrument penelitian keperawatan. Salemba Medika. Jakarta

Prasetya, A.S., 2010

Pengaruh Terapy Kognitif Dan Senam Latih

Otak Terhadap Tingkat Depresi Dengan Harga Diri Rendah Pada Klien Lansia Di Panti Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar Lampung. Tesis UI

(tidak dipublikasikan) Setiati, Harimurti & Roosheroe, 2006

Kognitif pada lansia . From: URL: (http://repository.usu.ac.id/diakses20Novemb

er 2012)

Suhartini, 2009

Penyusunan Model Olahraga Therapeutik Untuk

Lansia. from: URL:

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131655 987/LAPORAN%20PENELITIAN%20MENEG PORA_1.pdf/diakses 15 November 2012) Yamin, 2008

penatalaksanaan klien lanjut usia yang mengalami demensia di Panti Tresna Werdha Teratai Palembang. Skripsi Program Studi Ilmu

Keperawatan Bina Husada Wikipedia. 2012

Kognisi(http://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi/di

Referensi

Dokumen terkait

(3) Apa hambatan dan solusi pendidikan karakter pada santri di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-Ien tahun 2016?. Untuk menjawab pertanyaan diatas, penelitian menggunakan

Dalam mengikuti tes masuk perguruan tinggi terdapat 120 soal, ditetapkan bahwa setiap menjawab soal benar diberi skor 4, menjawab soal salah diberi skor –2

Sistem Peringatan Kerusakan Perangkat Jaringan Base Transceiver Station Berbasis Sistem Informasi Geografi untuk memberikan visualisasi beserta informasi kepada

Secara khusus telah terjadi enam pergeseran dalam pengelolaan APBD, yakni dalam akuntabilitas (dari akuntabilitas vertikal menjadi horizontal), penyusunan anggaran

Pada hari ini Senin tanggal dua puluh empat bulan September tahun dua ribu dua belas pukul 16.30 Wib, kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pertanian Kabupaten Nias yang

‘I didn’t think it would be like this,’ said Kadiatu.. ‘I didn’t think it would be so complicated.’ She lowered her

Warga belajar merupakan faktor yang penting dalam kegiatan pemberdayaan, tanpa adanya warga belajar maka kegiatan pemberdayaan tidak dapat berjalan. Sasaran dari program

Tabel data tentang pemanfaatan media sosial facebook dan minat baca para pemustaka Badan Arsip Perpustakaan dan Dokumentasi kota Palembang. No Nama X