• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI RABAB PASISIA PADA MASYARAKAT NAGARI GURUN PANJANG UTARA KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL MUSLINA NESTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSISTENSI RABAB PASISIA PADA MASYARAKAT NAGARI GURUN PANJANG UTARA KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL MUSLINA NESTI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI RABAB PASISIA PADA MASYARAKAT NAGARI

GURUN PANJANG UTARA KECAMATAN BAYANG

KABUPATEN PESISIR SELATAN

ARTIKEL

MUSLINA NESTI

11070150

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

Eksistensi Rabab Pasisia Pada Masyarakat Nagari Gurun Panjang Utara Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan

Muslina Nesti1,Drs.Nilda Elfemi, M.Si2Inoki Ulma Tiara, M.Pd3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Indonesia consists of various ethnic groups, religions and races different in each region. In Indonesia, there are a number of ethnic and cultural communities. Culture is a universal phenomenon, every society has a culture even though the shape and pattern vary from society to other society. Seven culturals element that is one of the arts. In Minangkabau in all shapes and name one of them is Rabab Pasisia. Rabab Pasisia is South Coast art community that has existed since the first until now. In accordance with the times Rabab Pasisia experience changes that may still exist in the midst of society and preserved by the people of the South Coast. The purpose of this study were (1) Describe the existence of Rabab Pasisia the Community Nagari Long Desert Shadow Northern District of South Coastal District. (2) describe the efforts made to maintain the existence rabab player Rabab Pasisia. The theory used in this research is the theory of Structural Functional Talcott Parsons. While the study is a qualitative research with descriptive type. The informant was taken by using purposive sampling technique. The number of informants was 13 people consisting of 1 person owners Rabab Pasisia, 4 players Rabab Pasisia, 6 villagers' Desert Long-North, and 2 service users shows Rabab Pasisia who organized the event Rabab Pasisia (host), type of data is data primary and secondary data. Methods of data collection is done in three ways: (1) Observation (nonparticipant), (2) interview, (3) study the document. Meanwhile, the unit of analysis is the data used by the group Miles & Huberman data analysis comprising the steps of data collection, data reduction, data presentation, and conclusion (verification). The results showed: Existence Rabab Pasisia In North Long Desert Nagari. Rabab Pasisia still used on occasion marriage, circumcision and Batagak gala in Nagari Desert Long-North District of Shaded South Coastal District and the efforts made by the player Rabab Pasisia to maintain the existence of Rabab Pasisia namely forming groups of Rabab, developing instruments, develop rhymes rabab Pasisia, changing the rhythm , artisan clothing Rabab adjust to the customs of modesty, develop Rabab Pasisia venue, and maintain harmony and compactness when Rabab Pasisia performances.

Key words: Exsistence Rabab Pasisia.

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2011

2Pembimbing I Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

(4)

PENDAHULUAN

Kebudayaan adalah suatu fenomena

universal. Setiap masyarakat memiliki kebudayaan, meskipun bentuk dan coraknya berbeda-beda dari masyarakat yang satu ke masyarakat lainnya. Kebudayaan secara jelas menampakkan kesamaan kodrat manusia dari berbagai suku,bangsa dan ras. Sebagai ciptaan manusia, kebudayaan adalah ekspresi eksistensi masyarakat. (Maran, 2007:15).

Tujuh unsur kebudayaan yaitu peralatan

dan perlengkapan hidup manusia (pakaian

perumahan, alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi transfor dan sebagainya), mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya), sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik sistem hukum, sistem perkawinan), bahasa (lisan maupun tertulis), kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya), sistem pengetahuan, religi (sistem kepercayaan) (Soekanto 2010:154).

Salah satu unsur dari kebudayaan adalah

kesenian. Minangkabau memiliki beragam

kesenian tradisional. Kesenian tradisional

Minangkabau memiliki beragam bentuk dan nama, seperti halnya fenomena kesenian masyarakat etnis

lainnya di Indonesia, kesenian tradisional

Minangkabau juga telah mengalami penyusutan khalayak dan mulai ditinggalkan oleh khalayaknya.

Salah satu bentuk kesenian tradisional di

Minangkabau adalah Rabab pasisia. Nama yang diberikan kepadanya sesuai dengan tempat dimana kesenian tradisional ini hidup, yaitu didaerah kabupaten Pesisir Selatan (Ermayanti, 2011: 2).

Rabab Pasisia adalah sebuah kegiatan kesenian khususnya kegiatan kesenian tradisional Minangkabau. Ciri-ciri yang mengidentifikasikan aspek seni dalam Rabab Pasisia adalah keharusan bahwa ia harus dipertunjukkan. Keberadaannya sebagai seni pertunjukkan (performing art) jelas

melibatkan penampil (performer) atau

pedendang(singer) dan kelompok khalayak audiens tertentu. Untuk mendukung hal itu sebuah pertunjukkan rabab pasisia juga dilakukandi

tempat tertentu pula dan waktu tertentu.

Pertunjukkan kesenian tradisional rabab pasisia dilakukan diatas kasur yang beralaskan tikar tukang biola duduk secara sejajar menghadap penonton, pemain rabab pasisia “tukang biola” berjumlah empat orang yaitu dua orang laki- laki dua orang perempuan serta ada juga yang lebih. Terdiri dari tukang gesek rabab , tukang gendang, tukang

giring-giring, tukang gendang dua. Sambil

menggesek alat tukang biola juga bernyanyi, atau

berdendang sambil bergantian dengan

menggunakan alat pengeras suara atau mikrofon. Dulu lagu atau dendang yang dibawakan dalam pertunjukkan rabab adalah identik dengan kaba

“bakaba” menceritakan kesedihan musiknya yang mendayu-dayu.

Pada zaman sekarang ini sudah banyak

kesenian modern yang dikhawatirkan akan

mengalahkan kesenian tradisional. Kesenian

tradisonal yaitu rabab pasisia. Eksistensi Rabab Pasisia Dipakai dan di jumpai pada acara perkawinan, khitanan dan Batagak Gala serta upaya

yang dilakukan pemain Rabab dalam

mempertahankan eksuistensi Rabab Pasisia yaitu membentuk kelompok rabab, mengembangkan alat musik, mengembnagkan pantun rabab pasisia,

merubah irama, pakaian tukang Rabab

menyesuaikan dengan adat kesopanan,

mengembangkan tempat pertunjukkan rabab

Pasisia dan menjaga keserasian dan kekompakkan saat pertunjukkan Rabab pasisia.

Tujuan penelitian mendeskripsikan

eksistensi Rabab Pasisia pada masyarakat Gurun Panjang Utara Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan pemain Rabab dalam mempertahankan esksistensi Rabab Pasisia.

Teori yang dipilih sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Talcott Parsons merupakan ahli sosiologi yang mengembangkan dan mengkaji Teori Struktural Fungsional. Struktural Fungsional merupakan teori yang mengkaji tentang unsur-unsur atau elemen-elemen yang ada di dalam masyarakat sesuai dengan sistemnya masing-masing. Pendekatan

yang digunakan Talcott Parsons adalah

mengidentifikasi persyaratan-persyaratan

fungsional yang pokok dalam sistem tertentu. Talcott Parsons mengembangkan konsep peran yang didiskusikan terlebih dahulu dalam hubungan dengan variabel-variabel yang menunjuk pada organisasi dalam tindakan hubungan interaksi (Ritzer dan Goodman, 2010: 121).

Tindakan yang diharapkan akan

dilaksanakan oleh seseorang yang merupakan tanggung jawab suatu peran. Struktural fungsional Parsons ini akan dimulai dengan empat fungsi penting untuk semua sistem “tindakan”, terkenal dengan skema AGIL (Ritzer dan Goodman, 2010: 121). AGIL Suatu fungsi (function) adalah “kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem” (Ritzer dan Goodman, 2010: 121). Dengan menggunakan defenisi ini, Parsons yakin bahwa ada empat fungsi penting diperlukan semua sistem-Adaptation (A), Goal Attainment (G), Integration (I), dan Latensi (L) atau pemeliharaan pola. Secara bersama-sama, keempat imperatif fungsional ini dikenal sebagai skema AGIL. Agar tetap bertahan, suatu sistem harus memiliki empat fungsi ini.

(5)

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Creswell (dalam Patilima, 2011:61) metode pendekatan kualitatif merupakan sebuah

proses investigasi. Secara bertahap peneliti

berusaha memahami fenomena sosial dengan

membedakan, membandingkan, meniru,

mengkatalogkan, dan mengelompokkan objek studi. Pendekatan penelitian kualitatif adalah pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2012:6).

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan konsep atau gejala, selain itu juga

menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan

dengan satuan subjek penelitian pada saat ini, misalnya sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi dan sebagainya (Afrizal,2014:7). Jadi, dengan menggunakan tipe penelitian inidapat mendeskripsikan atau mengambarkan tentang eksistensi rabab pasisia pada masyarakat Nagari Gurun Panjang Utara di Keacamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Dalam pemilihan informannya penelitian ini dilakukan secara teknik purposive sampling yaitu berdasarkan tujuan atau pertimbangan-pertimbangan tertentu terlebih dahulu dengan demikian pengambilan informan didasarkan pada maksud, tujuan atau kegunaan penelitian (Yusuf, 2005:205).

Pemilihan informan penelitian yaitu teknik purposive sampling sebanyak tiga belas orang yang terdiri dari 1orang pemilik rabab pasisia, 4 orang pemain Rabab Pasisia, 6 orang masyarakat yang menonton Rabab Pasisia dan 2 orang pihak pengundang pertunjukkan Rabab Pasisia yang mengadakan acara pertunjukkan Rabab pasisia di Nagari Gurun Panjang Utara Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Kriteria informan terdiri dari pemilik rabab pasisia, pemain Rabab Pasisia, masyarakat yang menonton Rabab Pasisia dan pihak pengundang pertunjukkan Rabab Pasisia yang mengadakan acara pertunjukkan Rabab pasisia di Nagari Gurun Panjang Utara Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi non partisipan, wawancara mendalam dan studi dokumen. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok yaitu pemilik dan pemain Rabab PasisiadanmasyarakatNagari Gurun

Panjang Utara tentang eksistensi Rabab Pasisia pada masyarakat Nagari Gurun Panjang Utara Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan

Analisis dalam penelitian ini analisis interaktif yang di kemukakan oleh Miles dan Huberman, analisis interaktif terdiri dari beberapa yaitu: 1)Pengumpulan data ini merupakan proses awal untuk memperoleh informasi Data yang didapatkan masih dalam bentuk data mentah. Data mentah dalam penelitian kualitatif ini adalah catatan lapangan, 2) Data yang telah diperoleh tadi setelah dikumpulkan maka dilakukan pemilihan data yang sesuai dengan tujuan penelitian mengenai dampak dan pergeseran fungsi Rumah Gadang, kemudian membuang data yang tidak bersangkutan dengan tujuan seperti data mengenai fungsi ideal Rumah Gadang dan serta fungsi-fungsi Rumah Gadang yang mengalami pergeseran, 3) Tahap penyajian data adalah tahap lanjutan analisis data dimana menyajikan temuan penelitian berupa

pengelompokan, 4) Penarikan kesimpulan

(verifikasi) adalah suatu tahap lanjutan dimana pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan dari temuan data yang diperoleh. Ini adalah interprestasi dari hasil temuan dari suatu wawancara atau sebuah dokumen (Afrizal, 2014:180)

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Eksistensi Rabab Pasisia Pada Masyarakat Nagari Gurun Panjang Utara

Kesenian rabab merupakan salah satu kesenian masyarakat Nagari Gurun Panjang Utara Kabupaten Pesisir Selatan yang masih di gemari oleh masyarakat Pesisir Selatan. Hadirnya berbagai macam musik modern di daerah tidak membuat kesenian tradisional rabab pasisia tersingkirkan. Salah satu bentuk pemeliharaan yang tidak boleh dihilangkan adalah rabab itu sendiri, meskipun ditambah dengan alat musik lain seperti giring-giring, gendang satu, gendang dua. Rabab atau biola ini lah yang mencirikan bahwa dia adalah rabab yang disebut dengan rabab pasisia. Hal ini di buktikan bahwa masyarakat Nagari Gurun Panjang Utara masih melestarikan rabab pasisia dan di jumpai bahwa rabab pasisia masih dipakai pada acara perkawinan, khitanan, dan batagak gala.

1. Acara Perkawinan

Pada acara perkawinan pantun yang biasa dibawakan adalah pantun tentang kekasih atau pancaraian Karena acara pernikahan adalah acara yang bahagia dan nyanyi yang dibawakan lebih cenderung nyanyi yang bahagia.

(6)

2.

Khitanan

Pada acara khitanan rabab pasisia juga

sering di pakai oleh masyarakat Nagari Gurun Panjang Utara. Pada acara khitanan pemain rabab pasisia lebih banyak menggunakan pantun agama. Alasan di gunakan lebih banyak pantun agama adalah masyarakat yang menonton ada dari kalangan muda, dan yang tua.

3. Batagak Gala (Penghulu)

Batagak gala adalah upacara pengangkatan penghulu. Rabab pasisia di pakai pada upacara batagak panghulu di Nagari Gurun Panjang Utara Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Alasan dipakai rabab pasisia pada upacara

pengangkatan penghulu adalah penontonnya

banyak dari golongan tua dan pantun yang dibawakan pada acara pengangkatan penghulu adalah pantun-pantun adat.

Rabab pasisia sebagai kesenian tradisional masih dijumpai pada acara perkawinan, khitanan, dan batagak gala. Di Nagari Gurun Panjang Utara hal ini terlihat bahwa masyarakat setempat masih tetap menjaga kesenian tradisional rabab pasisia dengan baik. Karena meskipun sudah mengalami perubahan dan penambahan dalam segi alat musik, pantun, irama atau lirik lagu yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan yang dibutuhkan oleh masyarakat agar dia tetap ada dan eksis di tengah-tengah masyarakat. Hal yang tidak boleh hilang yaitu rabab itu sendiri yang tidak boleh di usik atau diganti. Hal ini lah yang mencirikan bahwa ini kesenian tradisional Rabab Pasisia sebagai kesenian masyarakat Pesisir Selatan yang memiliki banyak makna yang terkandung didalam Rabab Pasisia itu sendiri.

5.1.1 Sejarah Perkembangan Rabab Pasisia

Kesenian rabab sudah lama tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Pesisir Selatan karena sebelum kedatangan bangsa Eropa ke Pesisir Selatan.Semenjak kedatangan bangsa Eropa ke Pesisir Selatan hiburan rabab lebih dikenal istilah babiola Karena terjadi akulturasi alat musik rabab yang berasal dari pengaruh budaya Aceh dengan alat musik biola yang di bawa oleh bangsa Eropa. Cara memainkan rabab pasisia (babiola) dapat dilihat dari segi pertunjukkannnya. Rabab pasisia awalnya hanya diaminkan oleh oleh seorang laik-laki hanya dengan satu biola saja, sambil menggesek biola tukang rabab juga

sekaligus bernyayi atau bercerita (bakaba).

Sedangkan posisi memainkannya rabab di

tegakkan dibawah dekat kaki pemusik yang duduk bersila di atas kasur, tangan kiri memegang tangkai dengan jemari memegang tali senar rabab untuk menentukan nada. Sedangkan tangan kanan memegang penggesek sambil menggesek ke kiri dan ke kanan secara bolak-balik.

5.1.2 Pesan Rabab Pasisia

Pesan rabab pasisia yaitu sesuatu yang ingin disampaikan oleh rabab atau tujuan rabab. Rabab Pasisia adalah kesenian tradisional masyarakat Pesisir Selatan yang harus dilestarikan oleh masyarakat Pesisir Selatan. Salah sayu nagari yang masih di jumpai kesenian tradisional rabab pasisia yaitu Nagari Gurun Panjang Utara Rabab Pasisia masih dipakai pada acara perkawinan, khitanan, dan batagak gala. Didalam Rabab Pasisia terkandung unsur-unsur pelajaran, nasihat, serta sindiran dan rabab pasisia secara tidak langsung menyampaikan pesan-pesan tersebut

melalui dendang dan pantun-pantun yang

dibawakan pada saat pertunjukkan rabab pasisia berlangsung. Tujuan nya agar tidak tercontoh pula yang buruk karena masyarakat Pesisir Selatan mayoritas orang Minangkabau dengan “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”. Dan didalam rabab banyak terkandung makna yang harus diketahui oleh anak-anak muda-mudi kita agar berperilaku sesuai dengan agama dan aturan-aturan adat Minangkabau. Berdasarkan wawancara diatas pesan-pesan yang terkandung di dalam rabab pasisia semuanya mengandung makna bagi masyarakat yang mendengarnya seperti sindiran yaitu kita sebagai orang Minang harus mengerti dengan sindiran, dan nasihat serta pelajaran yang membuat kita bisa belajar dari pengalaman apakah itu baik atau buruk didalam kehidupan sehari-hari.

5.2 Upaya yang Dilakukan Pemain Rabab Mempertahankan Eksistensi Rabab Pasisia.

5.2.1. Membentuk Kelompok Rabab

Tukang rabab yaitu orang yang memainkan gesekan biola yang dilakukan diatas kasur yang beralaskan tikar, tukang biola duduk secara sejajar menghadap penonton, pemain rabab pasisia“tukang biola” berjumlah empat orang yaitu dua orang laki- laki dua orang perempuan serta ada juga yang lebih. Terdiri dari tukang gesek rabab , tukang gendang, tukang giring-giring, tukang gendang dua. Sambil menggesek alat tukang biola juga bernyanyi, atau berdendang sambil bergantian dengan menggunakan alat pengeras suara atau mikrofon.

Di Nagari Gurun Panjang Utara

tukangrabab itu sendiri tidak semuanya berasal dari Nagari Gurun Panjang Utara akan tetapi berasal dari luar Nagari Gurun Panjang Utara. Kehidupan sosial para tukang rabab pasisia tidak berlangsung saat pertunjukkan diatas panggung saja, tetapi diluar panggung juga berlangsung dalam kehidupan sehari-hari tukang rabab pasisia. Salah satunya mereka sesama tukang rabab membentuk group dengan melakukan julo-julo. Julo-julo yang beranggotakan 58 orang yaitu apabila ada salah satu dari tukang rabab yang baralek atau

(7)

mendapatkan musibah, sakit, (kematian) maka

mereka membayar uang sebanyak Rp

20.000/orang. Pada anggota Julo-julo ini tidak hanya melibatkan tukang rabab saja, tetapi juga istri tukang rabab pasisia yang membawa kain saat ada acara baralek , sakit, dan kematian para anggota tukang rabab pasisia. Tujuan dibentuk julo-julo ini adalah agar terciptanya silaturahmi dan komunikasi yang baik meskipun tukang rabab pasisia tidak semuanya yang tinggal berdekatan. Oleh karena itu dibentuk julo-julo ini agar sesama tukang rabab pasisia terjalin hubungan baik dalam kehidupan sehari-hari.

5.2.2 Mengembangkan Alat Musik

Alat musik yang digunakan saat

pertunjukkan rabab pasisia adalah biola bentuknya agak modern dibandingkan dengan rabab yang ada didaerah lain yang ada di Minangkabau. Rabab atau lebih di kenal dengan biola pada masyarakat Pesisir Selatan terbuat dari kayu yang tersendiri contohnya kayu atasnya Surian, kayu bawahnya Bayu. Untuk lingkarannya batang Sicerek.Serta kayu penggosoknya adalah kayu Sicerek dan bisa juga kayu lain yang dianggap mampu serta tali nya dari nilon yang diregangkan, tali biola dari dawai dan penegang senar nya yaitu kayu yang keras. Kuda-kuda biola dari tempurung kelapa yang di anggap datar dan diukir sebaik mungkin. Dan telinga rabab sebanyak 4 buah untuk mengatur bunyi rabab agar terdengar lebih indah. Sedangkan gendang terbuat dari kayu dan kulit kambing. Masuknya alat ini ke daerah Pesisir Selatan menurut sejarahnya adalah pengaruh bangsa Eropa yaitu bangsa “Portugis” namun di Nagari Gurun Panjang Utara kesenian Rabab berbentuk biola ini dimainkan seorang laki-laki secara bersila. Seiring dengan perkembangan zaman tukang rabab selalu mengembangkan rabab nya dengan penambahan musik seperti giriang-giriang, gandang satu, gandang duo serta pemainnya pun tidak lagi satu orang melainkan sekarang ada yang berempat.

5.2.3 Mengembangkan Pantun Rabab Pasisia

Pantun yang dibawakan pada kesenian tradisional Rabab Pasisiayang dahulu dengan yang sekarang itu berbeda. Pantun yang dahulu lebih banyak mengandung sindiran, sedangkan yang sekarang lebih secara langsung. Karena orang zaman sekarang tidak mengerti dengan sindiran berbeda dengan orang dahulu. Oleh karena itu agar makna dari rabab itu tersampaikan kepada masyarakat maka terjadilah perubahan dari segi pantun.

5.2.4 Merubah Irama

Pada rabab pasisia juga terjadi perubahan pada irama, Dikarenakan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini dan agar

rabab pasisia tidak tersingkirkan oleh kesenian modern yang ada saat sekarang ini.

Eksistensi kesenian rabab pasisia akan bertahan apabila semua unsur-unsurnya saling berfungsi dan masyarakat mempertahankan dan melestarikan rabab pasisia. Sesuai yang di temukan dilapangan di masyarakat Nagari Gurun Panjang Utara masih melestarikan kesenian tradisional rabab pasisia dan rabab pasisia masih di jumpai pada acara seperti acara perkawinan, khitanan, dan batagak gala.

5.2.5 Pakaian Tukang Rabab Menyesuaikan Dengan Adat Kesopanan

Pakaian merupakan perangkat pendukung saat sebuah pertunjukkan dalam sebuah kesenian agar lebih menarik dan dapat dinikmati secara langsung oleh penonton atau orang yang menikmati kesenian tersebut. Berbicara saat pertunjukkan rabab itu berlangsung pakaian yang digunakan bukan pakaian formal, tetapi pakaiannya sopan dan tidak sempit. Bagi yang wanita berperan sebagai tukang nyanyi kostumnya harus menggunakan rok

panjang dan apabila penyanyi tersebut

menggunakan celana jeans maka tuan rumah atau sipangkal alek akan menyediakan kain batik untuk dipakai saat pertunjukkan agar telihat lebih sopan dan ciri khas perempuan Minangkabau. Tetapi kalau untuk tampil dalam acara adat baru menggunakan baju Minangkabau seperti lomba rabab. Hal ini dikarenakan saat pertunjukkan Rabab Pasisia yang berlangsung semalam suntuk

penontonnya terdiri dari berbagai lapisan

masyarakat.

5.2.6 Mengembangkan Tempat Pertunjukkan Rabab Pasisia

Rabab Pasisia dahulunya disajikan didalam rumah di atas kasur beralaskan tikar dengan materi lagu yang telah di tentukan berdasarkan pembagian waktu yang telah penulis jelaskan sebelumnya. Tukang rabab duduk bersila menghadap penonton namun seiring dengan kemajuan teknologi dan hadirnya musik rabab disajikan diatas pentas yang bermakna agar terlihat lebih modern.

5.2.7 Menjaga Keserasian dan Kekompakan Saat Pertunjukkan Rabab Pasisia

Keserasian dan kekompakan yaitu

komponen-komponen yang menjadi pendukung rabab pasisia harus saling menjaga kekompakkan agar telaksana pertunjukkan rabab sesuai yang masyarakat inginkan. Kesamaan dari dendang, alat musik, nada tidak boleh melenceng dari nada rabab serta pakaian yang sopan, kecuali tampil pada acara pengangkatan penghulu pakaian yang di pakai pakaian adat Minangkabau.

(8)

Penutup

Hasil penelitian menunjukkan Eksistensi Rabab Pasisia di Nagari Gurun Panjang Utara. Bahwa Rabab Pasisia masih digunakan pada acara perkawinan, khitanan dan batagak gala di Nagari

Gurun Panjang Utara Kecamatan Bayang

Kabupaten Pesisir Selatan dan upaya yang

dilakukan pemain Rabab Pasisia untuk

mempertahankan eksistensi Rabab Pasisia yaitu membentuk kelompok Rabab, mengembangkan alat musik, mengembangkan pantun rabab pasisia,

merubah irama, pakaian tukang Rabab

menyesuaikan dengan adat kesopanan,

mengembangkan tempat pertunjukkan Rabab Pasisia, dan menjaga keserasian dan kekompakkan saat pertunjukkan Rabab Pasisia.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif (Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu). Jakarta: PT Raja Grafinda Persada.

Ermayanti. 2011. Rebab pesisir : Kesenian Tradisional Minangkabau: Padang

Maran, Rafael. 2007. Manusia Dan Kebudayaan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Moleong, Lexy. 2012. Metode Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Ritzer, George. 2010. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda .Jakarta.:Raja grafindo persada

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu

Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Yusuf, Amuri. 2005. Metodologi Penelitian Dasar-Dasar Ilmiah. Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Kajian Kualitas Air dalam Menilai Kesesuaian Budidaya Bandeng ( Chanos chanos Forsk) di Sekitar PT Kayu Lapis Indonesia Kendal

Penggunaan antibiotik secara rasional diartikan sebagai pemberian antibiotik yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis dan waspada terhadap efek samping obat

Pelean ilu manetek yang diharapkan mampu menghasilkan solidaritas yang kuat di tengah masyarakat atau malah hanya sebagai ritual Gereja biasa saja yang berjalan

Peraturan Bupati Pati Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pendelegasian Wewenang Kepada Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Pati Untuk

Dengan penulisan mengenai tokoh yang teleh berjaung, diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan menghormati bagaimana usaha yang telah ditempuh oleh para pejuang dalam

Dalam rangka meningkatkan keber- lanjutan usahatani kopi di kawasan hutan serta menghadapi tantangan sertifikasi, petani kopi di kawasan hutan tiap tahunnya mengeluarkan

31 Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: "Jikalau kamu tetap dalam firmanKu (tidak menyimpang dan tidak sembarangan menampung pengjaran dari sumber

Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan Pertigaan pasir bodas Cileungsir - Girimukti (lanjutan) Desa Cikamunding Kecamatan