• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI SISTEM PENCATATAN AKUNTANSI PADA UKM DI KABUPATEN PONOROGO. Oleh: Ika Farida Ulfah. Universitas Muhammadiyah Ponorogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI SISTEM PENCATATAN AKUNTANSI PADA UKM DI KABUPATEN PONOROGO. Oleh: Ika Farida Ulfah. Universitas Muhammadiyah Ponorogo"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI SISTEM PENCATATAN AKUNTANSI PADA UKM DI KABUPATEN PONOROGO

Oleh:

Ika Farida Ulfah

Universitas Muhammadiyah Ponorogo ikafaridaulfa@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian Evaluasi Sistem Pencatatan Akuntansi pada UMKM di Kabupaten Ponorogo ini bertujuan mengetahui sistem pencatatan akuntansi yang dibuat dan diterapkan oleh para pelaku UMKM, serta untuk mengetahui apakah sistem pencatatan yang telah dilakukan dan diterapkan tersebut mampu mencerminkan kondisi ekonomi perusahaan.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Sampel penelitian adalah UKM stone crusher yang berada di wilayah Kabupaten Ponorogo yang diambil melalui teknik sampling jenuh, diperoleh sampel sebanyak 22 UKM. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif Dari hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa sebagian besar para pelaku usaha sudah melakukan pencatatan dan memiliki divisi/bagian tersendiri yang menangani pencatatan tersebut, akan tetapi mereka tidak melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi terkait aktifitas usahanya. Catatan yang dibuat masih sangat sederhana, yaitu hanya terkait dengan pembelian bahan baku serta sebagian biaya yang mereka keluarkan saja. Sehingga sangat sulit untuk mengetahui seberapa besar biaya keseluruhan yang dibutuhkan dalam sekali produksi, dan menentukan laba usaha.Hal ini menunjukkan bahwa para pengusaha belum memiliki sistem pencatatan akuntansi yang baik dan memadai. Hasil pencatatan yang baik akan dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Usaha kecil dan menegah (UKM) memainkan suatu peran vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju. Diakui secara luas bahwa UKM sangat penting karena karakteristik-karakteristik utama mereka yang membedakan mereka dari usaha besar, terutama karena UKM adalah usaha-usaha padat karya, terdapat di semua lokasi terutama di perdesaan, lebih tergantung pada bahan-bahan baku lokal, dan penyedia utama barang-barang dan jasa kebutuhan pokok masyarakat berpendapatan rendah atau miskin (Tambunan, 2012). UKM di Indonesia mampu menyerap 88% tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto sebesar 40%, dan

mempunyai potensi sebagai salah satu sumber penting pertumbuhan eksport, terutama eksport non migas (Indonesian Small Business Research Center dalam Pinasti, M, 2007).

Di balik berbagai keunggulan UKM ternyata terdapat banyak kendala yang dihadapi, diantaranya keterbatasan modal, kesulitan bahan baku, Sumber Daya Manusia yang kurang baik, keterbatasan teknologi, informasi dan pemasaran. Tidak sedikit dari mereka yang tidak memiliki catatan yang baik.Banyak diantara mereka yang tidak atau belum mengerti pencatatan keuangan atau akuntansi.Dari uraian tersebut jelas bahwa usaha kecil banyak mengalami kesulitan dalam memahami sistem informasi keuangan dengan baik.Padahal informasi akuntansi keuangan mempunyai peran penting untuk mencapai keberhasilan usaha,

(2)

termasuk bagi usaha kecil (Megginson, et. al, 2000).

Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo, jumlah UKM di Ponorogo sekitar 614 yang meliputi berbagai jenis usaha yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Ponorogo. Sektor UKM yang berkembang di Kabupaten Ponorogo sangat beraneka ragam, mulai dari kerajinan REOG, kerajinan alat dapur, berbagai pernak pernik cinderamata, kompor, makanan olahan khas Ponorogo, mebel, hingga bahan-bahan bangunan seperti batu bata merah, genteng, maupun industry bangunan lain seperti batu pecah (koral/split).

Penelitian ini mengambil obyek pada Industri batu pecah (stone crusher) yang ada di Kabupaten Ponorogo.Batu pecah (koral/split) merupakan salah satu bahan yang sangat dibutuhkan masyarakat luas. Biasanya batu pecah (koral/split) ini digunakan sebagai bahan baku utama dalam pembangunan jalan, jembatan, maupun jenis bangunan yang lain. Permintaan masyarakat yang semakin meningkat terhadap produk ini, membuat usaha dalam bidang batu pecah (koral/split) berkembang pesat.Usaha industry batu pecah (stone crusher) di Kabupaten Ponorogo berjumlah 23 industri. Prospek pengembangan usaha ini cukup baik, hampir semua aktifitas usaha konstruksi membutuhkan batu olahan ini. Industri batu pecah umumnya merupakan usaha perorangan berskala kecil sampai menengah.

Untuk terus dapat mengembangkan usahanya, industry batu pecah (stone crusher) juga membutuhkan suatu sistem yang memadai.Salah satunya adalah system yang berkaitan dengan kegiatan akuntansi yaitu pencatatan yang memadai agar dapat memberikan informasi yang handal terkait kondisi ekonomi usaha sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Selain itu dengan system pencatatan yang memadai dan handal maka para pelaku

usaha akan dapat menyusun laporan keuangan yang mencerminkan kondisi keuangan pada periode tersebut, sehingga akan lebih mudah untuk mengambil langkah strategis dalam pengembangan usahanya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berbagai kendala yang dihadapi para pelaku UKM di Indonesia mengakibatkan UKM sulit berkembang dan kesulitan bertahan hidup. Pengelolaan yang professional akan dapat membantu para pelaku UKM untuk terus mengembangkan usahanya. Salah satunya dengan melakukan pencatatan terkait dengan aktivitas keuangannya. Melalui pencatatan keuangan yang memadai akan dapat memberikan informasi yang relevan berkaitan dengan posisi keuangan usahanya. Industri batu pecah (stone crusher) memerankan peran vital dalam aktifitas konstruksi.Agar dapat berkembang dengan baik, industri ini juga membutuhkan sistem pencatatan yang baik dan memadai agar dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan terkait dengan usahanya. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah para pelaku industri batu pecah (stone crusher) membuat dan menerapkan sistem pencatatan akuntansi?

2. Apakah para pelaku industri batu pecah (stone crusher) tersebut telah menerapkan suatu sistem pencatatan akuntansi yang memadai yang mampu mencerminkan kondisi ekonomi perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pencatatan akuntansi yang dibuat dan diterapkan oleh para pelaku UKM Industri Batu Pecah (stone crusher) di Kabupaten Ponorogo serta untuk mengetahui apakah sistem pencatatan yang telah dilakukan dan diterapkan tersebut

(3)

mampu mencerminkan kondisi ekonomi perusahaan.

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Akuntansi

Pengertian akuntansi menurut American Institute of Certified

Public Accounting (AICPA) dalam Ahmed Riahi Balkaoui mendefinisikan akuntansi sebagai berikut: akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang dan menginterprestasikan hasil tersebut (Balkaoui, 2000).

Menurut Sugiarto dan Suwardjono akuntansi dapat didefinisikan dari dua segi yaitu: Pertama dari segi ilmu akuntansi yang berarti keseluruhan pengetahuan yang bersangkutan dengan fungsi menghasilkan informasi keuangan suatu unit organisasi kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. Kedua dari segi proses atau kegiatannya akuntansi dapat diartikan sebagai kegiatan pencatatan,

penyortiran, penggolongan, pengikhtisaran, peringkasan dan

penyajian transaksi keuangan suatu unit organisasi dengancara tertentu (Sugiarto, 1999).

Pengertian akuntansi menurut Accounting Principle Board

(APB) Statement no. 4 dalam Sofyan Syafri Harahap sebagai berikut: Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi sebagai dasar memilih diantara beberapa alternatif (Harahap, 2005:4).

Dari definisi diatas akuntansi mengandung dua hal. Pertama, akuntansi memberikan jasa, maksudnya kita harus memanfaatkan sumber– sumber yang ada (misalnya : sumber

daya alam, tenaga kerja dan kekayaan keuangan) dengan bijaksana sehingga kita dapat memaksimalkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat, semakin baik system akuntansi yang mengukur dan melaporkan biaya penggunaan sumber daya tersebut, maka akan semakin baik juga keputusan yang di ambil untuk mengalokasikannya. Kedua, akuntansi menyediakan informasi kauangan yang bersifat kuantitatif yang di gunakan dalam kaitannya dengan evaluasi kualitatif dalam membuat perhitungan. Sehingga informasi masa lalu yang disediakan akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi masa mendatang.

B. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun 2009 telah menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) yang efektif berlaku sejak 1 Januari 2011 Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang :

1. Tidak memiliki akuntabilitas yang signifikan.

2. Tidak menebitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditor, dan lembaga pemeringkat kredit.

Badan usaha yang tergolong sebagai entitas tanpa akuntabilitas public adalah : Entitas Perseorangan, Persekutuan Perdata, Firma, Commanditare Vennootschap (CV), Perseroan Terbatas, yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan, Koperasi.

Penggunaan ETAP diarahkan untuk perusahaan dengan skala kecil dan menengah yang kesulitan dalam menerapkan SAK secara penuh.Sama dengan International Financial

(4)

Reporting Standar for Small and Medium-sized Entities (IFRS for SMEs), SAK ETAP maupun IFRS for SMEs sama-sama diperuntukkan bagi entitas tanpa akuntabilitas publik, hanya saja istilah yang digunakan sebagai judul pada IFRS adalah small and medium-sized entities (SMEs). Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai:

1. Aset.

2. Liabilitas atau hutang. 3. Ekuitas.

4. Penghasilan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian. Beban. 5. Kontribusi dari dan distribusi

kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.

6. Arus kas.

C. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan sebuah entitas usaha yang terus menjadi perhatian dan selalu mendapat prioritas oleh pemerintah. Menurut undang-undang nomor 20 Tahun 2008 pasal 1 mengenai UMKM, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Ponorogo yaitu para pelaku Usaha Kecil dan Menengah di Kabupaten Ponorogo.Penelitian ini dilakukan dengan mendatangi para pelaku usaha kecil menengah yang ada di Kabupaten Ponorogo.

A. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: Objek/Subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dak kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono,2006, Hal. 90). Populasi dalam penelitian ini adalah UKM yang berada di wilayah Kabupaten Ponorogo yang berjumlah 614 UKM sebagai populasi.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian (Sugiono,2006, Hal. 90). Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel Industri Batu Pecah (Stone Crusher) yang menghasilkan batu pecah (koral/split) yang ada di Kabupaten Ponorogo. Industri Batu Pecah (Stone Crusher) di Kabupaten Ponorogo berjumlah 22 industri. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode sampling jenuh atau lebih dikenal dengan istilah sensus.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 22 UKM stone crusher yang berada di Kabupaten Ponorogo. Berikut nama-nama UKM stone crusher di Kabupaten Ponorogo:

(5)

Tabel 4.1

No Nama Usaha Alamat

1. CV. SUMBER MAS MLILIR

2. CV. BANYU BIRU BALONG

3. CV. RAJA PERKASA JENANGAN

4. CV. RIDLA TAMA SAMBIT

5. CV. MUJI SENTOSA KAUMAN

6. CV. ABK SLAHUNG

7. CV. BATU MAS PULUNG

8. CV. CIAMIX NUSANTARA SAMPUNG

9. CV. PANAH SAKTI MLARAK

10. CV. GIRI SARI PAJU

11. UD. RAHAYU STONE BABADAN

12. UD. ANUGERAH MANDIRI BABADAN

13. UD. PUTRA MANDIRI BADEGAN

14. UD. DIPA JAYA KAUMAN

15. UD. BAROKAH SAMPUNG

16. UD. RASA TANI BADEGAN

17. UD. SELO PERKASA JAMBON

18. UD. HIKMAH SURYA MAKMUR JENANGAN

19. UD. SEGER WARAS 2 PULUNG

20. UD. BATU JAYA BUNGKAL

21. UD. LANCAR BAROKAH SUKOREJO

22. UD. BATU MULYA SLAHUNG

Sumber : Asosiasi stone crusher Kab. Ponorogo

B. Teknis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar (Sugiyono, 2009).Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Data primer yang secara khusus dikumpulkan dalam penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian (Indriantoro, 2002).Data primer diperoleh melalui pemberian kuisioner dan wawancara dengan mengacu pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan dan melalui kuisioner yang diberikan kepada responden.

Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dari berbagai informasi yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian yaitu: data BPS Kabupaten Ponorogo dan literatur yang dianggap relevan dalam mendukung penelitian ini.

C. Alat Analisis

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Arikunto (2006) menegaskan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan. Pendekatan ini dilakukan dengan cara memberikan kuisioner dan mewawancarai responden untuk mengetahui bagaimana para pengusaha menjalankan bisnis yang sedang mereka jalankan dan bagaimana mereka membuat suatu sistem pencatatan akuntansi yang baik. Analisis dilakukan secara kualitatif terhadap hasil wawancara, kemudian dilakukan interpretasi secara mendalam mengenai hubungan antara teori dan fakta yang terjadi dari para narasumber.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pencatatan akuntansi yang dibuat dan diterapkan oleh para pelaku UKM Industri Batu Pecah (stone crusher) di Kabupaten Ponorogo serta untuk

mengetahui apakah sistem pencatatan yang telah dilakukan dan diterapkan tersebut mampu mencerminkan kondisi ekonomi perusahaan.

Selain melakukan wawancara, peneliti juga memberikan kuisioner yang diisi oleh para pelaku usaha stone crusher di Kabupaten Ponorogo dan diperoleh hasil olahan data seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.1:

Tabel 5.1

NO PERTANYAAN ya Jawaban Tidak jumlah % jawaban ya Tidak

Bagian 1

1. Apakah pada perusahaan Bapak/I b u melakukan pencatatan/pembukuan akuntansi atas transaksi yang terjadi?:

13 9 22 59 41

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah terdapat bagian atau divisi khusus untuk pencatatan akuntansi: 10 12 22 45 55 a. Ada; b. Tidak. 3. Apakah bapak/Ibu memahami system akuntansi? 3 19 22 14 86 a. Iya; b. Tidak 4. Apakah pencatatan dilakukan untuk

seluruh transaksi? 2 20 22 9 91 a. ya; b. tidak Rata-rata 40 60 Bagian 2: 5

Apakah Bapak / Ibu menyusun laporan keuangan yang disusun

secara rutin? 17 5 22 77 23

a.

Ya b. tidak

6 Apakah laporan keuangan disusun Mencerminkan kondisi perusahaan: 8 14 22 36 64

a. Ya, b. Tidak

7

Apakah laporan keuangan yang dibuat selama ini telah memenuhi tujuan yang diinginkan? a. Sudah(ya); b. Belum (tidak)

13 9 22 59 41

(7)

Berdasarkan data pada tabel 5.1 di atas, dapat diketahui bahwa pada pertanyaan bagian 1 terkait tentang bagaimana cara membuat suatu sistem pencatatan akuntansi yang memadai bagi para pengusaha. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pencatatan akuntansi yang dilakukan oleh para pelaku usaha sebanyak 59% telah melakukan pencatatan atas transaksi yang terjadi. Sebanyak 45% pelaku usaha stone crusher memiliki karyawan dan bagian tersendiri untuk melakukan pencatatan akuntansi. Dari aktifitas pencatatan yang dilakukan, sebanyak 91% tidak melakukan pencatatan secara menyeluruh atas transaksi yang terjadi.

Dari hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa sebagian besar para pelaku usaha sudah melakukan pencatatan dan memiliki divisi/bagian tersendiri yang menangani pencatatan tersebut, akan tetapi mereka tidak melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi terkait aktifitas usahanya. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara yang telah dilakukan, bahwa para pelaku usaha stone crusher hanya mencatat dan mengumpulkan transaksi-transaksi yang telah dilakukan tanpa diproses lebih lanjut. Catatan yang dibuat masih sangat sederhana, yaitu hanya terkait dengan pembelian bahan baku serta sebagian biaya yang mereka keluarkan saja. Sehingga sangat sulit untuk mengetahui seberapa besar biaya keseluruhan yang dibutuhkan dalam sekali produksi, dan menentukan laba usaha.Hal ini menunjukkan bahwa para pengusaha belum memiliki sistem pencatatan akuntansi yang baik dan memadai. Hasil pencatatan yang baik akan dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Pada pertanyaan bagian ke 2 dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebanyak 77% responden menyatakan bahwa mereka meyusun laporan keuangan secara rutin. Laporan keuangan disusun secara rutin untuk mengetahui perkembangan dari perusahaan dan dapat mencerminkan kondisi perusahaan yang

sebenarnya.Berdasarkan tabel 5.1 pada pertanyaan bagian 2 sebesar 36% responden menyatakan bahwa laporan yang mereka susun dapat mencerminkan kondisi perusahaan, selebihnya sebesar 64% menyatakan bahwa laporan keuangan yang mereka buat belum bisa mencerminkan kondisi perusahaan sebenarnya.

Para pelaku usaha stone crusher sudah banyak yang rutin menyusun laporan keuangan. Akan tetapi hanya sedikit sekali yang menyatakan bahwa laporan keuangan yang mereka susun mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.Melalui wawancara terkait hal tersebut, banyak para pelaku usaha yang menyusun laporan keuangan rutin hanya untuk kepentingan pajak saja.Sehingga kurang bisa menggambarkan kondisi perusahaan secara nyata.Seharusnya laporan keuangan disusun berdasarkan kondisi riil perusahaan sehingga dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan terkait usaha.

Dengan mengetahui kondisi riil perusahaan maka pelaku usaha akan dapat menentukan sikap apa yang akan diambil. Bisa dengan menambah kapasitas produksi, mengurangi biaya produksi, menambah asset, menambah hutang, maupun pengambilan keputusan yang lain terkait usaha. Dengan demikian maka keberlangsungan dan eksistensi usaha akan dapat dipertahankan. Jika laporan keuangan disusun hanya untuk kepentingan pajak saja, maka juga harus menggambarkan kondisi riil perusahaan bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban pajak saja.Karena pihak pajak juga membutuhkan laporan berdasarkan kondisi riil perusahaan untuk menghitung besar pajak yang harus dibayar ke kas Negara.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, ternyata sebagian besar dari para pelaku usaha belum memahami dan belum mengetahui tentang system akuntansi. Bagaimana

(8)

cara menyusunnya, kemudian keterkaitan antar transaksi dalam suatu laporan keuangan dan lain-lain yang berkaitan dengan system pencatatan yang benar belum dipahami oleh para pelaku usaha. Hal tersebut diperkuat dengan hasil kuisioner sebanyak 86% menjawab belum mengakui mengalami kendala saat penyusunan laporan keuangan. Walaupun hampir seluruh pelaku usaha yaitu sebesar 91% mengaku bahwa laporan keuangan itu penting bagi perusahaan.

Belum diterapkannya suatu sistem pencatatan akuntansi karena para pelaku usaha beranggapan akuntansi merupakan hal yang rumit.Sebagian besar pengusaha batu pecah di Kabupaten Ponorogo beranggapan bahwa pencatatan akuntansi itu menyulitkan dan menyita banyak waktu, sehingga mereka enggan mempelajari akuntansi.Menurut mereka yang penting usaha masih bisa bertahan, biisa membayar karyawan, dan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup berarti dianggap sudah laba.

KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pencatatan akuntansi yang dibuat dan diterapkan oleh para pelaku UKM Industri Batu Pecah (stone crusher) di Kabupaten Ponorogo serta untuk mengetahui apakah sistem pencatatan yang telah dilakukan dan diterapkan tersebut mampu mencerminkan kondisi ekonomi perusahaan. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel Industri Batu Pecah (Stone Crusher) yang menghasilkan batu

pecah (koral/split) yang ada di Kabupaten Ponorogo. Industri Batu Pecah (Stone Crusher) di Kabupaten Ponorogo berjumlah 22 industri. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode sampling jenuh atau lebih dikenal dengan istilah sensus.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Data primer diperoleh melalui pemberian kuisioner dan wawancara dengan mengacu pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan dan melalui kuisioner yang diberikan kepada responden. Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dari berbagai informasi yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian yaitu: data BPS Kabupaten Ponorogo dan literatur yang dianggap relevan dalam mendukung penelitian ini.

Dari hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa sebagian besar para pelaku usaha sudah melakukan pencatatan dan memiliki divisi/bagian tersendiri yang menangani pencatatan tersebut, akan tetapi mereka tidak melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi terkait aktifitas usahanya. Catatan yang dibuat masih sangat sederhana, yaitu hanya terkait dengan pembelian bahan baku serta sebagian biaya yang mereka keluarkan saja. Sehingga sangat sulit untuk mengetahui seberapa besar biaya keseluruhan yang dibutuhkan dalam sekali produksi, dan menentukan laba usaha.Hal ini menunjukkan bahwa para pengusaha belum memiliki sistem pencatatan akuntansi yang baik dan memadai. Hasil pencatatan yang baik akan dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

DAFTAR PUSTAKA

Andreas, 2011.Manajemen Keuangan UKM. Graha Ilmu. Yogyakarta

Aufar, 2013.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi Akuntansi pada UMKM (Survei pada Perusahaan Rekanan PT. PLN

(9)

(Persero) dikota Bandung). Universitas Widyatama.

Baridwan. 2004. Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan. Yogyakarta: BPFE.

Bodnar dan Hopwood. 2003. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.

En, K.T., Suryandi, A.F. 2011.Peranan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Pengendalian Intern Aktivitas Pembelian Bahan Baku Guna Mencapai Penyerahan Bahan Baku yang Tepat Waktu (Studi Kasus pada

Perusahaan “X” Bandung),Akurat Jurnal Ilmiah

Akuntansi.Nomor 06 Tahun Ke-2.

Handayani, Bestari Dwi. 2011.Faktor

yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi

Akuntansi Usaha Kecil dan Menengah.Akuntabilitas. Sept 2011, Vol.11, No.1, ISSN 1412 – 0240.

Jones, F.L. and Rama, D. 2006. Accounting Information System 1st Edition. South Western: Thomson. Lungu C, Caraiani C, Dascalu C. 2007.

New Directions of Financial reporting within Global Accounting Standards for small and medium-sized entities. Journal of Accounting Research, 40(1).

Megginson, W.L., M.J. Byrd, and L.C. Megginson. 2000. Small Bussines Management: An Entrepreneur’s

Guidebook.Third Ed. Irwin McGraw- Hill.Boston.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi ke 3. Penerbit Salemba Empat. Jakarta

Nisa, K. 2011. Strategi Pemasaran Untuk Usaha Kecil Menengah.(Online).(http://cons umerbehavior.lecture.ub.ac.id/2 011/12/strategi-pemasaran-untuk-usaha-kecil-menengah/), (diakses 19 Oktober 2015). Pinasti, M. 2007. Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan InformasiAkuntansi Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperiman.

Putri, dkk.2015. Tantangan Yang dihadapi UMKM di Indonesia Pada Era ACFTA 2015. Syariah Paper Accounting FEB UMS

Romney, M.B, and Steinbart, J.P. 2008. Accounting Information Systems, 11th Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Saragih. 2015. Analisis Penerapan Akuntansi Dan Kesesuaiannya Dengan SAK ETAP Pada UKM Medan Perjuangan. Universitas Negeri Padang. ISBN: 978-602-17129-5-5. Available Online at http://fe.unp.ac.id / Book of Proceedings published by (c) Sawers, A. 2007.To What Extent Would

the Proposed IFRS for SMEs be Independent of the Full

IFRS System. International

Journal of Academic Research, Vol. 2 No.4.

Sumarni. Murti, John Soeprihanto.1998. Pengantar Bisnis.Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Tambunan, Tulus T.H, “Pasar Bebas ASEAN : Peluang, Tantangan

(10)

dan Ancaman bagi UMKM Indonesia”,

Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Willson, James D., dan John B. Campbel. 1995. Terj. Controllership : Tugas Akuntan Manajemen, edisi ke-3 oleh Gunawan Hutahuruk, Jakarta : Erlangga

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai evaluasi sistem pengadaan obat bagi pasien penanggung BPJS pada Rumah Sakit Kasih Ibu bertujuan untuk mengetahui sistem yang diterapkan

EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGGAJIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap penari Jathil Obyog di Desa Tugu, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo. Persepsi masyarakat terhadap

“Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah Dan Bangunan yang Diterapkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Asset

Berdasarkan tabel evaluasi diatas lewat analisis PIECES peneliti dapat mengetahui bahwa sistem informasi akuntansi yang diterapkan oleh Minimarket Abimart memiliki beberapa

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap penerapan sistem akuntansi keuangan di Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang khususnya untuk pencatatan SPP(Surat

Sistem akuntansi penggajian yang digunakan pada Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Nias adalah sistem skala gabungan dimana skala gabungan

Tinjauan Pustaka Penelitian yang berjudul “Perancangan Sistem Pencatatan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pada Rumah Makan Gorengan Kamput” dibuat berdasarkan oleh beberapa