• Tidak ada hasil yang ditemukan

KODE ETIK PELAYANAN PUBLIK PANGKALAN PSDKP JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KODE ETIK PELAYANAN PUBLIK PANGKALAN PSDKP JAKARTA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KODE ETIK

PELAYANAN PUBLIK

PANGKALAN PSDKP JAKARTA

PANGKALAN PSDKP JAKARTA

DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN

SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberi karunia Nya atas diterbitkannya KODE ETIK PELAYANAN PUBLIK PANGKALAN PSDKP JAKARTA.

Adapun maksud dari Kode Etik Pelayan Publik ini adalah sebagai norma moral yang wajib dipedomani oleh setiap Pengawas Perikanan atau Petugas dalam melaksanakan pelayan penerbitan SLO dan Form LVHPI. Sedangkan tujuannya adalah memberi jaminan peningkatan moralitas dan pelayanan Pengawas Perikanandalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat sebagai Pelayan Publik Penerbitan SLO dan Form LVHPI.

Sudah saatnya pelayan publik di lingkup Pangkalan PSDKP Jakarta dilaksanakan dengan cermat dan baik agar pelaku usaha atau masyarakat pengguna jasa dapat menerima pelayan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Harapan kami mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang senantiasa berkenan memberikan kekuatan iman kita semua dalam rangka pengabdian kepada Nusa, Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Aamiin.

(3)

KEPUTUSAN KEPALA PANGKALAN PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN JAKARTA

NOMOR : 005 / Lan.3 / DL.220 / I /2019 TENTANG

KODE ETIK PELAYANAN PUBLIK PANGKALAN PENGAWASAN

SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN JAKARTA KEPALA PANGKALAN PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN

PERIKANAN

Menimbang : a.Bahwa untuk menjaga martabat, kehormatan citra dan kewibawaan dan kredibilitas Petugas Pelayan Publik

Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan Jakarta dalam menjalankan tugasnya perlu ditetapkan Kode Etik Pelayan Publik,

b. Bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala

Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan Jakarta.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tetang Perikanan sebagaimana telah diubah menjadi Undang- Undang Nomor 45 Tahun 2009;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil;

3. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 49/PERMEN-KP/2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2012 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di

Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan;

4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 6/PERMEN-KP/2017 tentang Tata Kerja dan Organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan;

5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 1/PERMEN-KP/2017 tentang Surat Laik Operasional Kapal Perikanan;

6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 13/MEN /2012 tentang Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PANGKALAN PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN JAKARTA

TENTANG KODE ETIK PELAYANAN PUBLIK

PANGKALAN PENGAWASAN SUMBERDAYA

(4)

BAB I PENGERTIAN

Pasal 1

1. Kode Etik Pelayanan Publik Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta adalah norma moral yang wajib dipedomani oleh setiap Pengawas Perikanan atau Petugas Pelayan Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta dalam melaksanakan tugas Pelayanan Publik di lingkup wilayah kerja Pangkalan PSDKP Jakarta.

2. Pengawas Perikanan adalah pegawai negeri sipil baik yang berstatus sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil maupun non Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditunjuk oleh Menteri Kelautan dan Perikanan atau pejabat yang ditunjuk untuk melakukan kegiatan pengawasan perikanan dan bertugas untuk mengawasi tertib pelaksanaan ketentuan perundang-undangan di bidang perikanan.

3. Penyelenggara Pelayanan Publik adalah Kepala Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Jakarta.

Pasal 2 Maksud dan Tujuan

Kode Etik Pelayanan Publik Pangkalan PSDKP Jakarta mempunyai maksud dan tujuan:

1. Sebagai alat :

a. Pembinaan dan peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan di lingkup Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta.

b. Pengawasan tingkah laku pelayan publik di Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta.

2. Sebagai Sarana :

Pencegahan timbulnya kesalahan pemahaman dan konflik antar sesama Pelayan Publik Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta dan masyarakat.

(5)

3. Memberikan jaminan peningkatan moralitas dan pelayanan Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta.

4. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada Pelayanan Publik Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta.

BAB II

KODE ETIK PELAYANAN PUBLIK PANGKALAN PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN JAKARTA

Pasal 3

Setiap Pelayan Publik Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta, senantiasa :

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menunjukan sikap pengabdiannya berperilaku :

a. Menjunjung tinggi sumpah sebagai Pegawai Negeri Sipil dari dalam hati nuraninya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Menjalankan tugas kenegaraan dan kemasyarakatan dengan niat murni atas dasar kehendak Yang Maha Kuasa sebagai wujud nyata amal ibadahnya.

2. Berbakti kepada Nusa dan Bangsa sebagai wujud pengabdian tertinggi dengan :

a. Mendahulukan kehormatan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam kehidupannya;

b. Menjunjung tinggi lambang-lambang kehormatan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

c. Menampilkan jati diri sebagai Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpuji dalam semua keadaan dan seluruh waktu; d. Rela berkorban jiwa dan raga untuk Bangsa dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. 3. Adil dan tidak diskriminatif;

4. Bersikap cermat, santun, dan ramah; 5. Tegas, handal, cepat, dan tepat; 6. Profesional;

7. Tidak mempersulit; dan

8. Membuka diri, bersikap simpatik, dan bersedia menampung berbagai kritik, protes, keluhan, serta keberatan dari penerima manfaat layanan..

(6)

Pasal 4

Setiap Pelayan Publik Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta wajib :

1. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing;

2. Menghindari perbuatan atau tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani;

3. Bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat namun tegas, responsif, transparan, dan profesional sesuai ketentuan yang berlaku;

4. Melakukan kegiatan pelayanan sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh penyelenggara;

5. Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

6. Menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara;

7. Terbuka untuk menghindari benturan kepentingan; 8. Proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat;

9. Memberikan pelayanan sesuai dengan prosedur yang berlaku;

10. Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas penyelenggaraan pelayanan publik;

11. Melaksanakan pelayanan sesuai dengan standard pelayanan;

12. Membantu masyarakat dalam memahami hak dan tanggung jawabnya sebagai penerima pelayanan publik;

13. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik;

14. Melaporkan harta kekayaan, bagi yang wajib menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN);

15. Melaporkan gratifikasi pada Komisi Pemberantasan Korupsi selambat-lambatnya 30 hari setelah menerima.Berbudi luhur dan berkelakuan pantang tercela.

16. Jujur, konsisten serta komitmen terhadap visi dan misi Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

Pasal 6

Setiap Pelayan Publik Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta dilarang :

1. Melakukan praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN);

2. Melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan kerugian masyarakat; 3. Mempergunakan kewenangan untuk melakukan tindakan yang memihak

atau bersikap diskriminatif dan pilih kasih (favoritisme) kepada kelompok tertentu/perorangan;

4. Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun dalam melaksanakan tugas untuk kepentingan pribadi, golonga, atau pihak lain; 5. Meminta dan atau menerima pembayaran tidak resmi atau pembayaran di luar ketentuan yang berlaku, seperti pemberian komisi, dana ucapan terima kasih, imbalan (kickback), sumbangan dan sejenisnya yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi;

(7)

6. Membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

7. Menyalahgunakan kewenangan jabatan secara langsung dan atau tidak langsung;

8. Menghilangkan, memalsukan, dan atau merusak aset negara atau dokumen milik negara/organisasi yang berhubungan dengan pelayanan publik;

9. Memanfaatkan sarana dan prasarana milik negara untuk kepentingan pribadi;

10. Membocorkan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan dan atau jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain; dan 11. Melakukan kegiatan sendiri dan atau bersama dengan atasan, teman

sejawat, bawahan atau orang lain dalam lingkup tugasnya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara Bersikap mencari-cari kesalahan orang lain.

BAB III Sanksi dan pemeriksaan

Pasal 7

Sanksi :

Sanksi melanggar Kode Etik Pelayanan Publik di Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta yang dilakukan oleh setiap Pelayan Publik di Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta sesuai dengan peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Perundangan lainnya.

Pasal 8 Pemeriksaan

1. Pemeriksaan terhadap Pelayan Publik di Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta yang melanggar Kode Etik. 2. Secara tertutup oleh Tim Kehormatan Kode Etik Pelayan Publik Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta. 3. Pemeriksaan harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

Pelayan Publik di Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta yang akan diperiksa untuk melakukan pembelaan diri. 4. Pembelaan dapat dilakukan sendiri atau didampingi oleh seorang Pelayan Publik di Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta atau lebih yang ditunjuk oleh bersangkutan atau Tim. 5. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan yang ditandatangani oleh semua Tim Kehormatan Kode Etik Pelayan Publik Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta dan yang diperiksa.

(8)

BAB I V Ketentuan Lain-Lain

Pasal 8

Hal-hal yang belum diatur seperti Tim Kehormatan Kode Etik Pelayan Publik Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta akan diatur lebih lanjut dengan Surat Keputusan Kepala Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta.

BAB V Penutup

Pasal 9

Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan, dengan ketentuan apabila terdapat kesalahan dalam penetapannya, maka akan dirubah sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 2 Januari 2019

KEPALA PANGKALAN PENGAWASAN SUMBERDAYA KALAUTAN DAN PERIKANAN JAKARTA

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesa Monro-Kellie menyatakan bahwa karena keterbatasan ruang ini untuk ekspansi di dalam tengkorak, adanya peningkatan salah satu dari komponen ini menyebabkan perubahan

Dari persamaan di atas maka dapat dijelaskan bahwa perencanaan ang- garan dan pengendalian intern berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap akuntabilitas publik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat: (1) memberikan masukan kepada peneliti dan laboratorium yang akan mengembangkan bibit kelapa kopyor melalui teknik kultur embrio

Kendala lain yang dihadapi dalam pembenihan kelapa adalah buah yang memiliki sifat rekalsitran, yaitu tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dikarenakan biji

Dengan demikian akibatnya, terjadi peningkatan terhadap pendapatan operasional diluar bunga yang menyebabkan kenaikan pendapatan lebih besar dari pada kenaikan biaya,

Keberadaan dari handphone sendiri sebagai salah satu alat komunikasi yang dewasa ini banyak digunakan oleh masyarakat awam di seluruh dunia merupakan terobosan

Selain suhu reaksi, perlu dipelajari variabel lain yang mempengaruhi konstanta kecepatan reaksi maupun koefisien perpindahan massa pada reaksi metanolisis minyak

Kesimpulan dari rancangan penelitian ini adalah dengan memanfaatkan fasilitas multimedia dan beberapa aplikasi untuk membuat animasi, dan suara maka perancangan aplikasi multimedia