• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. DESKRIPSI PROYEK. 8 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. DESKRIPSI PROYEK. 8 Universitas Kristen Petra"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

2. DESKRIPSI PROYEK

Proyek “ Mal Olahraga dan Hiburan di Solo ” bertujuan untuk mewadahi aktivitas olahraga siswa-siswi SD, SMP, SMA di Solo serta mendekatkan masyarakat Kota Solo pada olahraga. Hal ini dilakukan dengan membuat sebuah bangunan yang mengundang baik secara fungsi maupun desain. Sehingga tujuan dari proyek ini dapat tercapai dengan memberikan fasilitas olahraga dan hiburan bagi masyarakat kota Solo khususnya. Selain itu sasaran dari proyek yaitu siswa-siswi SD, SMP, SMA yang masih remaja, eksekutif muda diundang melalui adanya tempat untuk berkumpul dan makan bersama.

Luasan ruangan yang ada nantinya, merupakan asumsi bahwa yang akan mengikuti olahraga merupakan 0.01% dari jumlah penduduk di Kota Solo. Menurut situs resmi kota Solo. Jumlah penduduk kota Solo pada 2003 adalah 552.542 jiwa terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita. ( Pemerintah kota Surakarta, 2009).

Jika jumlah yang mengikuti olahraga futsal, volley, dan basket dianggap hanya 0.01% dari jumlah penduduk pada tahun 2003. Maka jumlah penduduk kota Solo yang gemar olahraga futsal, volley dan basket adalah 50 orang. Sehingga akan terdapat 3 lapangan futsal, volley, dan basket yang dimana kapasitas satu unit lapangan basket, volley, dan futsal adalah 15 orang.

Sementara itu, fasilitas lain yang ada adalah lapangan bulu tangkis dan biiliard diambil dari asumsi 0.05% dari total jumlah penduduk Kota Solo, yaitu sebanyak 25 orang Kapasitas dari masing-masing fasilitas 3 buah lapangan bulutangkis, dengan kapasitas tiap ruangannya se banyak 8 orang. Dan juga lapangan biliard dan fitness area yang sangat memungkinkan untuk menampung 25 orang atau lebih.

Sehingga, selain dapat meawadahi aktifitas olahraga dan hiburan bagi warga Kota Solo, juga adapat menciptakan bibit-bibit baru dalam bidang olahraga, sehingga prestasi Indonesia yang dewasa ini cenderung tertinggal, dapat kembali dihidupkan lagi.

(2)

2.1 Klasifikasi Jenis Olahraga dan Mal 2 .1.1 Olahraga

2 .1.1.1 Definisi Olahraga

Olahraga latihan gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan badan seperti sepakbola, berenang, lempar lembing dan sebagainya. (Wikypedia , copyright 2010).

2 .1.1.2 Definisi Operasional

Kegiatan yang dilakukan menggunakan keahlian/kemampuan sehari-hari, namun tidak bertujuan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup namun lebih condong untuk hiburan dan kepuasan. (John, 1995).

Contoh penjelasan definisi operasional olahraga: - Gladiator

Saling bertarung dan membunuh adalah untuk kemegahan dan kesenangan publik, bukan untuk kemajuan kerajaan Romawi. (Neufert, 1996)

Gambar 2.1. Gladiator

- Yatching/lomba kapal pesiar

Saling beradu kemampuan, pengetahuan dan keahlian navigasi untuk meraih kejayaan, bukan untuk transportasi dan kebutuhan hidup. (Neufert, 1996)

(3)

Gambar 2.3. Faktor -faktor Utama da lam Olahraga

2.1.1.3 Sejarah Singkat Perkembangan Olahraga A. Pra Sejarah

- Asal usul olahraga bermula dari keahlian dan kemampuan bertahan hidup yang lalu dilakukan untuk tujuan hiburan.

- Lukisan gua prasejarah ± 30,000 sm telah menampilkan bukti gamblang adanya ritual panahan (sementara lukisan gua itu sendiri menunjukkan bahwa manusia pada jaman itu sudah tertarik dan mulai menikmati hidup dengan kegiatan hiburan di luar dari kegiatan mempertahankan hidup). Maya & Aztec memiliki permainan bola kuno yakni permainan bola Mesoamerican dengan peraturan dan lapangan yang bahkan masih ada hingga hari ini.

Gambar 2.4. Olahraga Yunani Kuno

Lalu banyak lainnya Negara dan kota yang telah memainkan olahraga khasnya dari sejak 2000-3000 SM seperti selancar yang konon telah dilakukan sebelum penjelajah Barat pertama, Captain Cook menginjakkan kakinya di Honolulu, gymnasium ala opera dari Cina dan olahraga berbasis air di Mesir.

(4)

B. Pra Modern

- Olahraga pada era pra modern merupakan cara untuk mempamerkan kekuatan sebuah bangsa pada jaman dan waktu gencatan senjata antar Negara dilakukan.

- Olimpiade di Yunani merupakan pencetus pentingnya olahraga dan memulai era olahraga pra-modern. Perkembangan olahraga memasuki tahun masehi didominasi dengan olahraga yang mempresentasikan kemampuan berperang. Pertanda bahwa olahraga selalu erat dengan gaya hidup manusia.

- Olimpiade di gunung Olympus. Negara-negara (polis) mediterania sejak 4 masehi mengadakan perlombaan olahraga di Gunung Olympus. Tujuan utama adalah untuk menghormati para dewa Hellas yang dipercayai tinggal di Gunung itu. Selama Olimpiade, diwajibkan gencatan senjata. Mulanya hanya diikuti warga Polis Mediterania, namun lama kelamaan negara seperti Mesir, Galia dan Romawi ikut berpartisipasi. Gladiator & ‘sepakbola kepala’ Romawi setelah menaklukkan Yunani, Romawi melanjutkan tradisi Olimpiade dengan jenis olahraga yang lain melalui pameran kekuatan dalam arena Gladiator di Coloseum Roma. Selain itu, ‘Sepakbola’ dengan kepala (yang konon juga dipraktekkan beberapa negara lain) menjadi salah satu ‘olahraga’ kuno yang paling brutal.

Gambar 2. 5. Olimpiade Yunani

C. Olahraga Modern

- Kolonialisme & revolusi industri menjadi industri olahraga

- Pengaruh Inggris menjadi penyebar olahraga utama. Selain sebagai salah satu negara kolonial terbesar. Sekolah dan Kampus dari Inggris -lah yang menciptakan banyak permainan baru dan menerapkan sistem peraturan internasional. Olahraga asal Inggris seperti sepakbola, kriket, rugby, polo

(5)

dan sebagainya berkembang (terutama di negara kolonial) dan olahraga lokal di seluruh dunia turut ikut mengikuti sistem profesional ala Eropa dengan Inggris sebagai pioner. Hal ini sejalan dengan diadakannya Olimpiade modern yang menyatukan semua olahraga yang dianggap universal untuk dipertandingkan dalam a jang yang internasional.

- Industri & uang adaah kiblat baru olahraga yang sudah sangat maju dan beberapa diantaranya telah menjadi industri. Pertandingan sepakbola, bisbol atau basket bisa ditonton jutaan orang dengan kontrak hak siar televisi dan penjuala n pernak pernik yang mencapai ratusan juta dolar dan. Imbasnya para atlet kini bergaji tinggi dan kaya raya dengan gaya hidup a la bintang film.

Gambar 2. 6. Sepakbola Awal di Inggris, Francesc Fabregas sebagai salah satu Icon Sepakbola dan Penjualan Merchandise Olahraga yang Bernilai Tinggi

2 .1 .1.4 Sejarah Perkembangan Olahraga Nasional

Sebelum tibanya pengaruh dari luar, Indonesia memiliki beberapa olahraga tradisional yang memiliki ikatan kental dengan budaya kedaerahan seperti karapan sapi, sepak takraw, loncat batu dan lain sebagainya. Ketika Belanda dan beberapa Negara kolonial lainnya datang dan menjajah nusantara, mereka turut membawa serta budaya dan gaya hidup baru termasuk olahraga. Sepakbola, boksen (tinju amatir) dan kriket adalah beberapa olahraga yang pertama popular di Indonesia. 13 Oktober 1906 adalah pertama kalinya kegiatan olahraga Indonesia tercatat dalam koran, yakni ajang sepakbola se-Betawi (Jakarta ).

Indonesia juga cukup aktif untuk turut serta dalam ajang olahraga regional dan itnernasional seperti SEA Games, ASIAN Games, Piala Asia (Sepakbola), Thomas -Uber Cup (Bulutangkis) sampai ajang Olimpiade.

(6)

Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang paling mengharumkan nama bangsa dimana Rudy Hartono pernah menjadi fenomena dunia ketika ia memenangkan delapan kejuaraan All England. Cabang bulutangkis juga menjadi sumber medali emas pertama Indonesia di ajang Olimpiade melalui duo Susi Susanti-Alan Budikusuma di Barcelona 1992. Hingga kini total 5 medali emas Indonesia di Olimpiade, semuanya disumbangkan oleh cabang bukutangkis.

Secara umum, sepakbola merupakan olahraga yang paling popular untuk dinikmati baik secara aktif maupun pasif. Di samping itu, futsal (sebagai simbol sepakbola) juga terus berkembang bersama basket, bulutangkis dan voli. Dewasa ini, banyak pembangunan sarana futsal di Kota Solo karena faktor ukuran yang lebih mudah dirawat dan efisiensi dibandingkan sepakbola. Sementara biliar, fitness, bowling dan berenang merupakan olahraga rekreasi yang semakin kuat masuk dalam gaya hidup masyarakat Kota Solo dan pembangunan sarana keempat olahraga ini kini identik dengan Mal.

Gambar 2.7. Loncat Batu sebagai salah satu Olahraga Tradisional, Susi Susanti,

Peraih Emas Olimpiade Pertama bagi Indonesia, Arena Gelora Bung Karno sebagai Icon Olahraga Nusantara

2.1.1.5 Klasifikasi Olahraga

Terdapat pelbagai cara dan pola untuk mengklasifikasikan olahraga, namun terdapat 2 klasifikasi olahraga yang paling umum:

• Klasifikasi olahraga berdasarkan peserta • Klasifikasi olahraga berdasarka n target

(7)

Gambar 2.8. K lasifikasi Olahraga Berdasarkan Peserta

(8)

2.1.2 Mal

2.1.2.1 Definisi Mal

Mal diambil dari bahasa Inggris ‘mall’ yang memiliki rangkaian arti yang luas, namun terdapat beberapa arti yang paling umum digunakan:

Mal : Jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur pedestrian untuk berjalan yang didesain teratur dan dikelilingi toko-toko kecil yang saling berhadapan di kedua sisi pedestrian. (Wikipedia, copyright 2010)

Gambar 2. 10. Mall of America,Mal Puri Indah & Anamheim Garden

Bagan 2.11. Bentuk Bangunan Mal yang paling umum saat ini (Mayoritas Tertutup)

(9)

Gambar 2.12. Diagram Umum dan Definisi Bebas ‘Mal’

2.1.2.2 Sejarah Singkat Perkembangan Mal

Mal mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan pusat perbelanjaan. Perkembangan pesat dimulai di benua Eropa sebagai inventor awal Mal. Lalu Amerika Utara.

Gambar 2.13. Sejarah singkat Perkembangan Mal di Dunia

2.1.2.3 Sejarah Perkembangan Mal Di Kota Solo

Matahari Singosaren merupakan pusat perbelanjaan modern pertama di Kota Solo, kemudian diikuti dengan Matahari Beteng. Sejak tahun 2000an, Solo

(10)

mengalami booming pembangunan bangunan pusat perbelanjaan berupa Mal, Plaza, Atrium dan lain sebagainya. Hal ini terjadi karena warga Kota Solo yang menyukai konsep Mal sebagai bangunan umum yang lengkap, nyaman dan akomodatif. Keterangan perkembangan dan kondisi umum perkemba ngan Mal di Solo, terdapat pada gambar 2.14.

Gambar 2.14. Mal yang ada di Solo

2.1.2.4 Klasifikasi Mal

Klasifikasi Mal berdasarkan kondisi hall utama: • Mal Tertutup

Mal Galaxy, Solo Grand Mal, Mal Pondok Indah, dsb • Mal Terbuka

Mal Paris Van Java, Ma l La Piazza, dsb

Klasifikasi Mal berdasar ICSC / ukuran : (John, 1995)

(11)

2.1.2.5 Dead Mall (Mal Mati)

Menurut Kliment (2005), tidak semua Mal mengalami kesuksesan. Beberapa dianggap gagal, memiliki okupans i rendah bahkan disebut dead Mall (Mal mati). Terdapat bayak faktor dan variabel kesuksesan dan kegagalan sebuah proyek, namun beberapa faktor tampak sangat mengurangi kekuatan sebuah Mal dan harus dipelajari agar Tidak mengulangi kesalahan.

Kriteria yang paling penting untuk diperhatikan dalam pembangunan sebuah Mal:

- Lokasi dan posisi sangat penting memperhatikan pasar, permintaan dan kebutuhan lingkungan dan saingan di sekitar kawasan.

- Konsep harus inovatif, kuat, jelas dan berdaya tarik tinggi.

- Apabila memiliki posisi yang dekat dengan Mal lainnya, adanya konektor (underpass, pedestrian ways atau skywalk) yang baik akan menguntungkan bagi kedua Mal.

2.2 Perencanaan Bangunan

Proyek ini dimaksudkan untuk mengundang masyarakat agar dapat mengenal dan mendalami olahraga. Oleh karena itu masyrakat harus dapat diundang baik melalui fungsi bangunan maupun dari segi desain bangunan, sehingga diperlukan adanya sesuatu yang bersifat publik dan dapat di nik

mati masyarakat baik yang tertarik pada seni maupun tidak. Berikut merupakan tabel dari ruang-ruang yang dibutuhkan beserta dengan luasannya.

Dalam hal program ruangnya. Olah raga akan memiliki porsi yang lebih besar daripada hiburannya, namun akan terjadi mix yang dilakukan cukup seimbang dengan porsi hiburan proyek.

Program utama proyek

(12)

Jenis-jenis olahraga yang ditampilkan : 1. Futsal

Salah satu olahraga dengan tingkat peminat yang paling tinggi, sebagai simbol sepakbola yang sulit direalisasikan di Solo (faktor lokasi, luasan, harga sewa dsb) dan akan didesain berdekatan dengan area nonton bareng yang menyiarkan siaran langsung olahraga)

2. Basket

Merupakan salah satu olahraga yang memiliki banyak peminat, lapangan tersedia outdoor, dengan pertimbangan untuk ditampilkan dengan konsep street-basket, posisi dekat dengan arena freestyle dancing (arena kecil untuk freestyler)

3. Mini Golf

Merupakan salah satu cabang olahraga kelas menengah keatas yang biasa di lakukan oleh golongan ekstekutif (Neufert, 2002)

4. Biliard 5. Fitness 6. Buluta ngkis

Jenis-jenis hiburan yang ditampilkan: 1. Cafe dan Resto Center

Suasana nyaman disertai jenis makanan yang menarik menjadi faktor penting untuk mendapatkan pusat makanan yang ramai. Beberapa jenis café dan restoran dari pelbagai tingkat harga dipadukan dengan suasana urban. Café Center di Sutos ( Surabaya Town Square ) menjadi contoh yang menarik. 2. Bioskop

Suasana yang kini diciptakan Cinema XXI (sebagai bentuk modern 21), sangat cocok untuk proyek. dipadukan dengan posisi di sky dinning sehingga, menjadi program yang sangat menarik.

3. Retail-retail

Retail tidak didesain dengan ukuran besar seperti departemen store atau supermarket atau menjadi pusat perbelanjaan besar. Sasaran adalah

(13)

meletakkan retail ukuran kecil dan sedang diantara fasilitas olahraga da n hiburan yang berukuran besar. (Gimmy, 2005)

Fasilitas pendukung yang ditampilkan : 1. Toilet 2. PABX 3. Genset 4. R.Panel 5. Pompa 6. R. Trafo 7. Security 8. AHU 9. Mesin AC 2.3 Kebutuhan Ruang

Untuk dapat mengetahui jenis ruang yang dibutuhkan bagi proyek ini, program kegiatan, Pola Kegiatan, dan hubungan antar ruangan bangunan menjadi faktor utama yang mempengaruhi. Berikut akan dijelaskan dalam Bagan 16, 17, 18, 19 :

(14)

2.3.1 Program Kegiatan

(15)

2.3.2 Pola Kegiatan

(16)

2.3.3 Hubungan Antar Ruang

(17)
(18)

2.4 Permasalahan Desain

Desain mal olahraga dan hiburan sejatinya tidak dapat berada di lokasi yang sembarangan. Perlu pertimbangan dan pemikiran yang matang dalam menentukannya karena desain akan dipengaruhi oleh sekitarnya dan kebutuhannya. Dalam konteks ini akan muncul beberapa permasalahan dalam desain, yaitu : bagaimana cara untuk menggabungkan antara olahraga dengan hiburan secara menarik, agar dapat menarik ,minat warga kota Solo

2.5 Tujuan Desain

Adapun arah tujuan desain ini adalah menggabungkan program olahraga dan hiburan agar keduanya saling menguatkan dan melengkapi sehingga penikmat olahraga akan mengunjungi sarana hiburan dan pengunjung sarana hiburan akan tertarik untuk berolahraga.

2.6 Pendekatan Desain

Dalam merencanakan untuk mengangkat cutra setempat, perancang juga menganalisa potensi yang mendominasi dan dapat diangkat kemudian ke dalam desain. Adapun pola pikir pendekatan tertuang secara skematik

Lokasi yang berada di kawasan Solo Baru, Solo selatan, setidaknya memiliki tiga potensi yang menjadi kekuatan kawasan, yaitu amenitas buatan yang direncanakan dan dibuat oleh pengembang SoloBaru ( PT Pondok Solo Permai ) berupa tugu pandawa yang berfungsi sebagai land mark kawasan Solo Baru, dan serta terdapat kawasan hunian elit kelas satu ( 1 ) yang tidak terdapat di wilayah Kota Solo lainnya, juga terdapat berbagai macam Sekolah unggulan negri, swasta, bahkan internasional. Dia ntara 3 kekuatan utama kawasan tapak, memang tugu pandawa lah yang tidak dapat di temui di bagian lain dari kota Solo. Oleh karena itu, untuk main entrance pada bangunan di desain sejajar dengan landmark Solo Baru tersebut, agar dapat memancing minat para pengunjung lebih banyak lagi untuk memasuki proyek.

Melalui pendekatan pemecahan permasalahn desain, cara yang tepat adalah mempelajari semua karakteristik yang terdapat pada semua zona, sehingga dapat menggabungkan nya kedalam sebuah denah dan tatanan masa bangunan

(19)

yang menarik, fungsional, dan efisien. Sehingga, didapat pola sirkulasi yang saling berkesinambungan dan dapat menarik minat pengunjung yang mula nya hanya ingin berolahraga saja, dapat tertarik untuk belanja ke zona hiburan, dan juga sebaliknya. Dengan demikian, proyek akan menjadi landmark baru pada kawasan Solo Baru.

2.7 Pendalaman Desain

Pendalaman desain yang cocok untuk mewujudkan bentuk pendekatan permasalahan desain adalah, pendalaman struktur. Pendalaman ini dipilih karena untuk menggabungkan antara perbelanjaan dalam tenant atau retail yang umumnya memiliki modul, dengan lapangan atau area olahraga yang umumnya membutuhkan plafond yang cukup tinggi, serta bentang yang lebar, tidaklah mudah. Karena, olahraga, memiliki karakteristik khusus dalam segi pengaturan lapangannya. Pada system struktur tiap lantainya menggunakan system struktur rangka dengan kolom dan balok dari beton bertulang. Sedangkan pada lantai atas menggunakan system penutup atap dengan kuda-kuda space trust, agar ruangan yang ada di bawahnya dapat memenuhi criteria bentang yang lebar pada jenis olahraga tertentu.

Gambar

Gambar 2.1.  Gladiator
Gambar 2.3. Faktor -faktor Utama  da lam Olahraga
Gambar 2. 5. Olimpiade Yunani
Gambar 2. 6. Sepakbola Awal  di Inggris, Francesc Fabregas sebagai salah satu  Icon Sepakbola  dan Penjualan Merchandise Olahraga yang Bernilai Tinggi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembagian tugas dilakukan hanya berdasarkan sistem pemerataan, setiap pegawai memiliki tanggung jawab yang sama rata untuk mengoperasionalkan perpustakaan keliling;

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini mencakup 10 variabel yang tercatat pada tahun 2009 di setiap kabupaten/kota di provinsi J awa Timur.. Variabel-variabel t ersebut

Justifikasi Produk furniture yang diproduksi CV Noble Gallery Indonesia tidak termasuk dalam produk yang yang berasal dari bahan baku yang dibatasi

Variabel faktor internal ini terdiri dari faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang mungkin dapat diatasi upaya Strategi Peningkatan Peranan PMUK

Prosiding ini merupakan dokumentasi Seminar Nasional dengan tema “Konservasi Tumbuhan Tropis: Kondisi Terkini dan Tantangan ke Depan” yang dilaksanakan di UPT

Hasil dari penelitian diperoleh bahwa pengukuran kelembaban tanah permukaan di lapangan dengan nilai spektral dari hasil transformasi memiliki hubungan yang

Oleh karena itu, dengan menggunakan metode visualisasi diharapkan dapat membantu siswa dalam proses memperbaiki mutu hasil pembelajaran siswa itu sendiri dalam

BABII Hunian Mahasiswa -24.. dan pendidikan dalam jumlah yang minimal. Penyediaan fasilitas ini dipengaruhi oleh letak hunian serta kelengkapan fasilitas yang telah tersedia di