4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. SISTEM MANUFAKTUR
Sistem manufaktur adalah : penerapan proses fisik dan kimia untuk mengubah geometri, sifat-sifat, dan atau merubah suatu penampilan atau bentuk suatu material awal dalam pembuatan komponen atau produk termasuk juga aktifitas penggabungan komponen untuk membuat produk rakitan.
Gambar 2.1 : Bagan Proses Manufaktur
2.1.1. KOMPONEN POKOK SISTEM MANUFAKTUR
a. Mesin produksi : Berfungsi untuk melaksanakan proses operasi permesinan yang memberikan nilai tambah pada material atau barang setengah jadi hingga terbentuk produk akhir yang bernilai tambah.
1. Manually Operated
Mesin bekerja menggunakan tenaga motor yang dikendalikan oleh manusia.
Contoh Mesin bubut, gergaji, bor, dll.
Manufacturing system Automation and control technologies Material handling technologies Quality control system Manufacturing support system Factory level Enterprise level fasilities Production system Manufacturing support
4 2. Semi automated
Mesin bekerja berdasarkan kendali program. Manusia diperlukan untuk membantu proses loading/unloading setiap siklus kerja.
Contoh : Mesin CNC. 3. Fully automated
Mesin mampu bekerja mandiri lebih dari satu siklus kerja.
Contoh : Mesin Injection Moulding. Mesin ini mampu bekerja mandiri menghasilkan produk dalam jumlah yang banyak. Manusia diperlukan saat terjadi hambatan proses operasi.
b. Sistem material handling : Berfungsi untuk memindahkan material dari satu posisi ke posisi lain dalam perusahaan.
2. Loading and Unloading : Memasukkan benda kerja kedalam mesin produksi dan mengeluarkannya saat selesai proses.
3. Positioning : Menempatkan benda kerja pada posisi siap operasi dan memasang benda kerja pada Workhead mesin. Biasanya ditambahkan sebuah Workholder (pemegang benda kerja).
4. Transporting : Memindahkan benda kerja diantara stasiun kerja dalam sistem banyak stasiun kerja.
5. Temporary Storage : Memberikan jaminan operasi mesin dari kelangkaan benda kerja.
Gambar 2.2 : Bagan Proses Routing Material
Variable Routing
Fixed routing
WS1
WS4 WS5 WS6
WS2 WS3
Work Unit Completed
4
c. Sistem komputer pengendali : Berfungsi untuk mengendalikan fungsi peralatan yang terotomasi atau yang semi terotomasi dan juga untuk mengkoordinasikan dengan kegiatan manajemen.
1. Mengkomunikasikan Instruksi Kerja : Proses pengerjaan atau proses perakitan tertentu untuk benda kerja tertentu perlu dikomunikasikan 2. Mengunduh Part Program : Utamanya pada mesin CNC
3. Pengendali Sistem Material Handling : Agar stasiun kerja bisa sinkron 4. Penjadwalan Produksi
5. Diagnosa Kegagalan
6. Monitoring Keselamatan Kerja 7. Pengendalian Kualitas
8. Pengelolaan Operasi secara keseluruhan
d. Sumber Daya Manusia : Berfungsi sebagai pelaku proses pengendali baik manual maupun yang terotomasi. Berikut fungsi SDM dalam industri : 1. Melaksanakan proses penambahan nilai
2. Sebagai Direct Labor 3. Melaksanakan kerja manual 4. Mengendalikan mesin
5. Melaksanakan Loading and unloading 6. Mengganti dan mempertajam tool 7. Membuat program komputer pengendali 8. Perawatan dan penggantian
4
2.1.2. KLASIFIKASI SISTEM MANUFAKTUR
Tabel 2.1 : Klasifikasi sistem manufaktur Faktor Alternatif
Tipe Operasi Operasi Pengerjaan Operasi Perakitan
Jumlah Stasiun Kerja Stasiun Tunggal (Type IM, IA) Stasiun Banyak
Variabel routing (Type IIM, IIA) Fixed Routing (Type IIIM, IIIA) Tingkat Otomasi Manual (Type IM, IIM, IIIM)
Semi-automated (Type IIH, IIIH) Fully automated (Type IIA, IIIA) Variasi
Komponen/Produk
Identik (Single Model = S) Bervariasi (Mixed Model = X) Batch Model = B
Sumber: Slide Presentasi Pengantar Sistem Manufaktur, Albertus Daud
2.1.3. TIPE OPERASI
Secara umum ada 2 kategori : Operasi Perakitan dan Operasi Pengerjaan. a. Operasi Pengerjaan 1. Proses pembahanan 2. Proses pemotongan 3. Proses konstruksi 4. Dll b. Operasi Perakitan 1. Pengeleman 2. Penyekrupan 3. Finishing 4. Dll
4
Komponen dapat digolongkan kedalam kelompok rotasional dan non-rotasional yang akan sangat menentukan jenis operasi proses yang diperlukan.
2.1.4. TIPE STASIUN KERJA a. Tipe I : Stasiun Tunggal,
n = 1 bisa jadi manual, semi automated atau fully automated. b. Tipe II : Stasiun Banyak dengan rute berubah-ubah,
n > 1; proses layout.
c. Type III : Stasiun Banyak dengan rute tetap, n > 1 ; produk layout.
2.1.5. TINGKAT OTOMASI
Manning level (M) identik dengan tingkat otomasi sistem manufaktur.
Gambar 2.3 : Tingkat Otomasi Produksi
a. Manning level (M) identik dengan tingkat otomasi sistem manufaktur b. M = 1 ; 1 pekerja 1 stasiun kerja
c. M = 0,25 ; 1 pekerja 4 stasiun kerja d. M = 2 ; 2 pekerja 1 stasiun kerja
Manual
Otomasi
M
≥ 1
4 2.1.6. SISTEM MANUFAKTUR M in out Work flow Tipe I M A in out Work flow Tipe 1 A M Work in Work out M M M Tipe II M A Work in Work out A A A Tipe II A M M M M Work in Work out Tipe III M A A A A Work in Work out Tipe III A A M A Work in Work out Tipe III H M Tipe II H Work in Work out A A M M
4
Gambar 2.4 : Sistem Manufaktur dalam Produksi
2.1.7. VARIASI KOMPONEN / PRODUK
a. Sebuah sistem manufaktur bisa jadi mampu mengerjakan: 1. Beda jenis atau warna
2. Beda komponen 3. Beda ukuran
4. Beda geometri komponen mesin
b. Single Model disimbolkan S, tidak punya variasi produk, tidak diperlukan flexibilitas sistem manufaktur.
c. Batch Model disimbolkan B, model sama dalam satu batch, beda dalam lain batch, diperlukan fleksibilitas yang cukup.
d. Mixed Model disimbolkan X, Produk sangat bervariasi, diperlukan fleksibilitas yang tinggi.
2.1.8. FLEKSIBILITAS SISTEM MANUFAKTUR
Memungkinkan Sistem Manufaktur Mixed Model mengerjakan variasi komponen / produk tanpa penghentian. Kemampuan yang harus dimiliki :
a. Identifikasi perbedaan variasi produk b. Penggantian instruksi kerja
c. Penggantian set-up peralatan
3.2. KONSEP PRODUKTIVITAS
Produktivitas berasal dari kata “produktiv” artinya sesuatu yang mengandung potensi untuk digali, sehingga produktivitas dapatlah dikatakan sesuatu proses kegitan yang terstruktur guna menggali potensi yang ada dalam sebuah komoditi/objek. Filosofi produktivitas sebenarnya dapat mengandung arti keinginan dan usaha dari setiap manusia (individu atau kelompok) untuk selalu meningkatkan mutu kehidupannya dan penghidupannya.
4
Secara umum produktivitas diartikan atau dirumuskan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan pemasukan (input), sedangkan menurut Ambar Teguh Sulistiani dan Rosidah (2003:126) mengemukakan bahwa produktivitas adalah “Menyangkut masalah hasil akhir, yakni seberapa besar hasil akhir yang diperoleh didalam proses produksi, dalam hal ini adalah efisiensi dan efektivitas”.
Sedangkan menurut Malayu S.P Hasibuan (2003:126) produktivitas adalah : “Perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efesiensi (waktu,bahan,tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya”.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas dapat diukur berdasarkan pengukuran berikut :
Produktivitas =
3.2.1. UNSUR-UNSUR YANG TERDAPAT DALAM PRODUKTIVITAS
Dari beberapa pendapat mengenai produktivitas memiliki dua dimensi, yaitu :
a. Efektivitas yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan berkualitas, kuantitas, dan waktu.
b. Efesiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan input direncanakan dengan input sebenarnya. Apabila ternyata input yang sebenarnya digunakan semakin besar penghematannya, maka tingkat efesiensi semakin tinggi.
Apabila kedua tersebut dikaitkan satu dengan yang lainnya, maka terjadinya peningkatan efektivitas tidak akan selalu menjamin meningkatnya efesiensi.
Output yang dihasilkan Input yang digunakan
4
3.2.2. JENIS-JENIS PRODUKTIVITAS
Bila dikelompokkan akan dijumpai tiga tipe dasar produktivitas. Tiga tipe dasar ini merupakan model pengukuran produktivitas yang paling sederhana berdasarkan pendekatan rasio output/input, yaitu :
a. Produktivitas Parsial
Perbandingan dari keluaran terhadap salah satu faktor masukan. Sebagai contoh, produktivitas tenaga kerja (perbandingan dari keluaran dan masukan tenaga kerja)merupakan salah satu ukuran produktivitas parsial. Pada pengukuran produktivitas parsial, produktivitas unit proses secara spesifik dapat diukur.
b. Produktivitas Faktor-total
Perbandingan dari keluaran dengan jumlah tenaga kerja dan modal. Keluaran bersih adalah keluaran total dikurangi jumlah barang dan jasa yang dibeli. B e r d a s a r k a n f a k t o r d i a t a s j e n i s i n p u t y a n g d i g u n a k a n d a l a m p e n g u k u r a n produktivitas factor total hanya tenaga kerja dan modal.
c. Produktivitas Total
Perba ndingan dari kelua ran dengan jumlah keseluruhan faktor -faktor masukan, pengukura n total produktivitas faktor mencerminkan pengaruh bersama seluru hmasukan dalam menghasilkan keluaran.
3.3. ANALISIS METODE KERJA
Menurut Barry render, Jay Heizer (2001: 241)
Tanggapan operator atas sebuah mesin, baik itu melalui alat, pedal, pengungkit, atau tombol, harus dievaluasi. Apakah operator mempunyai kekuatan,
Efektivitas pelaksanaan tugas mencapai tujuan =
Produktivitas
4
daya refleks, persepsi, dan kapasitas mental untuk memberikan pengendalian yang diperlukan.
Demikian pula, umpan balik pada operator diberikan dengan suara, apa yang dilihat, dan apa yang dirasakan. Pemilihan umpan balik pada operator jangan dilakukan sembarangan. Penempatan yang tepat untuk operasi dapat dilakukan, disesuaikan dengan berbagai kondisi.
Analisis metode kerja memfokuskan pada bagaimana suatu tugas dilaksanakan. Dalam mengendalikan mesin maupun dalam membuat atau merakit komponen, cara suatu tugas dilaksanakan bisa menghasilkan kinerja, keamanan dan mutu hasil kerja yang berbeda. Dengan menggunakan pengetahuan ergonomi dan analisis atas metode kerja, insinyur metode kerja bertanggung jawab dalam memastikan standar mutu dan kuantitas yang dicapai secara efisien dan aman. Analisis metode kerja dan teknik-teknik yang berkaitan sangat berguna dilingkungan kantor dan pabrik. Teknik-teknik metode kerja digunakan untuk menganalisis :
a. Perpindahan manusia atau bahan baku. Analisisnya dengan menggunakan diagram arus dan diagram proses dengan detail yang bermacam-macam. b. Kegiatan manusia dan mesin serta awak mesin. Analisis ini menggunakan
diagram kegiatan (juga dikenal sebagai diagram manusia-mesin dan diagram awak mesin atau disebut Man Machine Chart).
c. Gerakan tubuh (utamanya lengan dan tangan). Analisis ini menggunakan diagram gerakan-mikro.
3.4. PENGUKURAN WAKTU KERJA
Pengukuran waktu kerja merupakan langkah awal dalam membuat jadwal produksi. Sebelum pengukuran kerja dilakukan maka perlu untuk diketahui pengertian dan cara melakukan pengukuran kerja seperti yang dijelaskan dibawah ini.
Pengukuran waktu kerja (time study/ time measurement) merupakan suatu studi tentang pengukuran waktu. Pengukuran ini berguna untuk menentukan
4
waktu baku (Standart Time) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dimana waktu baku sendiri sangat diperlukan untuk:
a. Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja)
b. Estimasi biaya-biaya untuk upah pekerja c. Penjadwalan produksi dan penganggaran
d. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi pekerja yang berprestasi.
e. Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.
Standar tenaga kerja yang tepat mewakili lamanya waktu yang dibutuhkan oleh rata-rata karyawan untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dalam kondisi kerja yang normal. Standar kerja bisa dilakukan dengan 4 cara :
d. Pengalaman masa lalu e. Studi waktu
f. Standar waktu yang telah ditetapkan sebelum pekerjaan dilakukan g. Penetapan sampel kerja
3.4.1. STUDI WAKTU (TIME STUDY / TIME MEASUREMENT)
a. Pengukuran waktu kerja secara langsung
Merupakan pengukuran waktu kerja yang dilaksanakan secara langsung yaitu di tempat dimana pekerjaan yang diukur dijalankan. Yang termasuk di dalamnya adalah:
1. Pengukuran kerja dengan metode jam henti (stop watch time study) 2. Sampel pekerjaan (work sampling)
b. Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung
Merupakan pengukuran waktu kerja yang dilaksanakan secara tidak langsung yaitu bahwa si pengamat tidak harus berada di tempat pekerjaan yang diukur. Perhitungan waktu kerja dilakukan dengan membaca tabel-tabel waktu yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen-elemen-elemen gerakan.
4
3.4.2. PERBANDINGAN PENGUKURAN WAKTU SECARA
LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG a. Cara langsung
1. Digunakan dalam Mass Produksi atau pekerjaan berulang-ulang
2. Estimasi tenaga kerja yang efisien dan praktis karena hanya mencatat waktu kerja dengan bantuan jam henti
3. Hasilnya akurat meskipun relatif lebih lama dari cara langsung 4. Harus pergi langsung ke stasiun kerja
5. Data waktu gerakan sesuai dengan kondisi fisik etnis operator b. Cara tidak langsung
1. Digunakan dalam Pre – design Produk 2. Estimasi harga jual dalam quotation
3. Tidak perlu pergi ke stasiun kerja langsung 4. aktu relatif singkat ( imulasi software)
5. Menggunakan Data waktu gerakan berupa tabel tetapi belum ada gerakan menyeluruh dan terperinci
6. Dibutuhkan ketelitian yang akurat dari pengamat karena akan mempengaruhi perhitungannya termasukke akuratan melihat tabel gerakan dan kondisi kerja sebenarnya.
3.4.3. STOP WATCH TIME STUDY
Diperkenalkan pertama kali oleh Frederick Winslow Taylor yang melakukan pengukuran waktu kerja terhadap karyawan untuk mengetahui output standart yang bisa dihasilkan oleh karyawannya. Stop watch time study termasuk dalam kategori metode pengukuran kerja secara langsung yang baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive).
Dari hasil pengukuran dengan metode ini maka akan diperoleh waktu baku/ waktu standar untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan. Waktu baku ini
4
dapat digunakan sebagai standart penyelesaian pekerjaan bagi pekerja yang melaksanakan pekerjaan sejenis.
Pada pengukuran waktu kerja dengan stop watch time study berlaku asumsi-asumsi dasar sebagai berikut:
a. Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan dibakukan terlebih dahulu sebelum mengaplikasikan waktu baku ini untuk pekerjaan yang serupa.
b. Operator harus memahami benar prosedur dan metode pelaksanaan kerja sebelum dilakukan pengukuran kerja. Operator-operator yang akan dibebani dengan waktu baku, diasumsikan memiliki tingkat ketrampilan dan kemampuan yang sama dan disesuaikan untuk pekerjaan tersebut. Untuk ini persyaratan mutlak pada waktu memilih operator yang akan dianalisis waktu kerjanya benar-benar memiliki tingkat kemampuan yang rata-rata.
c. Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relatif tidak jauh berbeda dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan.
d. Performance kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai untuk seluruh periode kerja yang ada.
Aktivitas pengukuran kerja dengan stop watch umumnya diaplikasikan pada industri manufakturing yang memiliki karakteristik kerja yang berulang-ulang, terspesifikasi jelas, dan menghasilkan output yang relatif sama. Namun aktivitas pengukuran dengan stop watch ini juga bisa diaplikasikan untuk pekerjaan non manufakturing seperti aktivitas perkantoran maupun jasa layanan dengan syarat dipenuhinya beberapa kriteria seperti:
a. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform. b. Isi / macam pekerjaan harus homogen.
c. Hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung.
4
d. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya.
3.4.4. LANGKAH – LANGKAH PENGUKURAN KERJA
Gambar 2.5 : Bagan Langkah-langkah Pengukuran Kerja
Keterangan :
WN : Waktu normal
C/T : Cicle time ( waktu siklus )
Alowance : Faktor-faktor kelonggaran
WB : Waktu baku
P : Performance rating ( peringkat kinerja )
TETAPKAN PROSES yang akan diukur dan
beritahu Leader / Operator TUJUAN pengukuran
Bagi proses kerja ke dalam
ELEMEN KERJA,
amati catat waktu yang dibutuhkan operator
Dari hasil pengamatan tetapkan
RATING PERFORMANCE operator
Agar diperoleh waktu normal
Tetapkan ALLOWANCE /kelonggaran proses untuk memberikan toleransi untuk
faktor kelelahan, pergerakan, /sifat manusiawi
PENGUJIAN DATA
Kecukupan dan keseragaman
Hitung average cycle time dari pengamatan elemen Kerja dan Hitung
STANDARD TIME/WAKTU BAKU
Agar bekerja dengan wajar sesuai standart
Handycam,stopwatch,lembar kombinasi proses, alat
tulis,kalkulator
Gunakan Rumus WN = C/T x P WS = WN : (1-allowance) Lembar pengujian data
Membantu keyakinan Pengamatan (tergantung dari
jenis penelitian)
Lihat tabel penyesuaian (ada beberapa cara)
4
3.4.5. MENENTUKAN PERFORMANCE RATING DENGAN
WESTING HOUSE
Tabel 2.2 : Westing House Table
Sumber : Materi Training PT. AST Indonesia
P = 1 (+)/(-)skill (+)/(-)effort (+)/(-)condition (+)/(-)
consistensy (2.2)
P > 1 P = 1 P < 1
Penilaian berdasarkan 4 faktor:
a. SKILL (Ketrampilan) : kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. b. EFFORT (Usaha) : kesungguhan yang ditunjukkan operator ketika bekerja.
4
c. CONDITION (Kondisi kerja) : kondisi lingkungan fisik lingkungan (pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan)
d. CONSISTENCY (Konsistensi): kenyataan bahwasetiap hasil pengukuran waktu menunjukkan hasil yang berbeda-beda.
3.4.6. MENENTUKAN ALLOWANCE FACTOR
Dalam sebuah siklus kegiatan, faktor-faktor lain yang akan menyebabkan terhentinya pekerjaan merupakan hal yang sangat manusawi. Ini yang dinamakan alowance factor atau biasa disebut faktor kelonggaran waktu terhadap sebuah siklus kegiatan. Waktu khusus diluar kegiatan meliputi, personal needs, istirahat, melepas lelah, dan alasan lain diluar kontrol.
a. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan personal
Yang termasuk kebutuhan pribadi disini meliputi, minum, ke kamar kecil, bercakap-cakap masalah pekerjaan dan yang lainnya. Kelonggaran waktu untuk keperluan pribadi ini bisa ditetapkan sekitar 4-7%.
b. Kelonggaran waktu untuk melepas lelah
Kelelahan bisa meliputi kelelahan fisik maupun mental akibat pekerjaan yang dihadapi. Lama waktu periode istirahat dan frekuensi pengadaannya akan tergantung pada jenis pekerjaannya.
c. Kelonggaran waktu karena keterlambatan
Keterlambatan bisa diakibatkan oleh 2 faktor yaitu, keterlambatan yang dapat dihindari (avoidable delay) dan keterlambatan yang tidak dapat dihindari (unavoidable delay). Keterlambatan ini biasanya terjadi karena faktor dari mesin, operator, sistem kerja, dll.
Untuk PT. Denka Panel Industri sendiri telah menetapkan
alowance factor sebesar 10% pada setiap pekerjaan yang ada.
4
Beberapa metoda yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan investasi, yaitu :Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Profitabilitas Indeks (PI), Internal Rate of Return (IRR), dan Average Rate of Return (ARR). Dasar perhitungan metode Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Profitabilitas Indeks (PI), Internal Rate of Return (IRR) adalah aliran kas (cash flow), sedangkan dasar perhitungan dalam metode Average Rate of Return (ARR) adalah keuntungan neto sesudah pajak yang dilaporkan dalam buku (reported accounting income).
3.5.1. METODE PAYBACK PERIOD (PP)
Payback Period merupakan metode yang digunakan untuk menghitung
lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas masuk (proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Apabila proceeds setiap tahunnya jumlahnya sama, maka Payback Period dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi (outlays) dengan proceeds tahunan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung Payback Period adalah sebagai berikut:
Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan Payback Period adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika Payback Period lebih pendek dibandingkan periode payback maximum.Sebaliknya, jika Payback
Period (PP) suatu investasi lebih panjang daripada periode payback maximum,
maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak.Apabila terdapat beberapa alternative investasi maka untuk menentukan alternative terbaik dilakukan pemilihan investasi yang mempunyai Payback Period yang paling pendek.
Metode Payback Period (PP) sebagai alat analisis untuk menentukan tingkat pengambalian investasi mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Payback Period (PP) = Investasi kas bersih
4
Tabel 2.3 : Kelebihan dan Kekurangan Payback Period
Kelebihan Kekurangan
1 .
Mudah dihitung, tidak memerlukan data yang banyak
1 .
Tidak mampu memberikan informasi tentang tingkat profitabilitas investasi 2
.
Berdasarkan pada cash
basis, bukan actual basis
2 .
Tidak memperhitungkan nilai waktu uang
3 .
Cukup akurat untuk mengukur nilai investasi yang diperbandingkan untuk beberapa kasus dan bagi pembuat keputusan
3 .
Sulit membuat kesimpulan jika terdapat dua peluang investasi atau lebih yang memiliki umur ekonomis yang tidak sama
4 .
Dapat digunakan untuk melihat hasil-hasil yang dapat diperbandingkan dan mengabaikan alternatif-alternatif
investasi yang buruk (tidak menguntungkan)
4 .
Tidak memperhitungkan pengembalian investasi setelah melewati waktu
Payback Period
5 .
Menekankan pada alternatif-alternatif
investasi yang memiliki periode pengembalian lebih cepat
Dengan melihat kelebihan dan kekurangan pada metode Payback Period, maka metode tersebut cocok digunakan jika dalam kondisi:
4
a. Kecepatan informasi atau estimasi nilai pengembalian investasi sangat penting
b. Ketepatan penghitungan tidak begitu penting
c. Risiko dimasa yang akan datang diperkirakan cukup tinggi.
3.5.2. METODE NET PRESENT VALUE (NPV)
Metode Net Present Value (NPV) digunakan untuk mengurangi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode Payback Period. Metode Net
Present Value merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan
nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays). Oleh karena itu, untuk melakukan perhitungan kelayakan investasi dengan metode NPV diperlukan data aliran kas keluar awal (initial cash outflow), aliran kas masuk bersih dimasa yang akan datang (future net cash inflows), dan rate of return minimum yang diinginkan.
Jika hasil perhitungan NPV positif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan rate of return minimum yang diinginkan. Sebaliknya jika NPV negatif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan rate of return minimum yang diinginkan, maka investasi harus ditolak.
Rumus untuk menghitung Net Present Value adalah:
Apabila setiap tahun investasi menghasilkan proceeds yang sama besarnya, maka Net Present Value (NPV) dapat dihitung dengan menggunakan bantuan tabel Present Value (PV) annuity.
Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode Net
Present Value (NPV) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak,
jika Net Present Value (NPV) lebih besar dari nol atau bernilai positif.Sebaliknya, jika Net Present Value (NPV) suatu investasi lebih kecil dari nol atau bernilai negatif maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak.Apabila
Net Present Value (NPV) = At
(1+ k)t
t=0 n
4
terdapat beberapa alternatif investasi maka untuk alternatif investasi yang terbaik dipilih dengan cara menentukan alternatifinvestasi yang mempunyai Net Present
Value (NPV)yang paling besar.
Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan metode Net Present Value
(NPV):
Tabel 2.4: Kelebihan dan Kekurangan Net Present Value
Kelebihan Kekurangan
1 .
Memperhitungkan tingkat bunga yang sebenarnya
1 .
Sulitnya menentukan rate
minimum yang
diinginkan 2
.
Mudah diterapkan karena tidak menggunakan pendekatan trial and error
2 .
Tidak menunjukkan rate
of return sebenarnya
3 .
Mudah menyesuaikan dengan risiko, yaitu dengan menggunakan tingkat bunga yang berbeda untuk tahun-tahun berikutnya
3 .
Adanya asumsi bahwa semua aliran kas masuk bersih segera dapat diinvestasikan kembali pada rate yang dipilih
4 .
Metode ini tidak sesederhana metode
Average Rate of Return (ARR) maupun metode Payback Period (PP)
3.5.3. METODE PROFITABILITAS INDEX (PI)
Metode Profitabilitas Indeks (PI) atau sering disebut dengan Desirabilty
4
sekarang penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (proceeds) dengan nilai sekarang investasi (outlays).
Rumus yang digunakan untuk menghitung Profitabilitas Indeks (PI) adalah sebagai berikut:
Apabila proceeds suatu investasi tidak sama besarnya dari tahun ke tahun, maka seperti halnya dalam metode Net Present Value (NPV) untuk menghitung dengan Profitabilitas Indeks (PI), harus menghitung Present Value dari Proceeds setiap tahunnya terlebih dahulu untuk dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah
Present Value dari keseluruhan Proceeds yang diharapkan dari investasi.
Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode
Profitabilitas Indeks (PI) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak
jika Profitabilitas Indeks (PI) lebih besar dari satu.Sebaliknya, jika Profitabilitas
Indeks (PI) suatu investasi lebih kecil dari satu maka investasi tersebut
dinyatakan tidak layak.Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka alternatif investasi terbaik ditentukan dengan cara memilih alternatif investasi yang mempunyai Profitabilitas Indeks (PI) yang paling besar.
Karena Profitabilitas Indeks (PI) merupakan bentuk lain dari pendekatan
Net Present Value (NPV) maka kelebihan dan kekurangan metode ini relative
sama dengan kelebihan dan kekurangan metode Net Present Value (NPV), seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 2.5 : Kelebihan dan Kekurangan Profitability Index
Kelebihan Kekurangan
1 .
Memperhitungkan tingkat bunga yang sebenarnya
1 .
Sulit menentukan rate
minimum yang
diinginkan 2
.
Mudah diterapkan karena tidak menggunakan
2 .
Tidak menunjukkan rate
of return sebenarnya
Profitability Index (PI) = Proceeds Outlays
4 pendekatan trial and error
3 .
Mudah menyesuaikan dengan risiko, yaitu dengan menggunakan tingkat bunga yang berbeda untuk tahun-tahun berikutnya
3 .
Adanya asumsi bahwa semua aliran kas masuk bersih segera dapat diinvestasikan kembali pada rate yang dipilih
4 .
Metode ini tidak sesederhana metode
Average Rate of Return (ARR) maupun metode Payback Period (PP)
5 .
Pada umumnya hasil analisis metode Net Present Value (NPV) dan Profitability Index (PI)
selalu konsisten. Dengan kata lain, jika NPV menyimpulkan layak maka PI juga akan menyimpulkan layak.
Demikian juga
sebaliknya. Namun, untuk menghitung PI, NPV harus dihitung terlebih dahulu sehingga jika NPV telah dihitung maka perhitungan PI kurang bermanfaat.
4
3.5.4. METODE INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)
Metode Internal Rate of Return (IRR) pada dasarnya merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek.Maka pada prinsipnya metode ini digunakan untuk menghitung besarnya
rate of return yang sebenarnya. Pada dasarnya internal rate of return harus dicari
dengan cara trial and error.
Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut:
Keterangan :
R = Tingkat bunga yang akan menjadikan PV dan proceeds sama dengan P.V, dari capital outlays
At = Cashflow untuk periode t
N = Periode terakhir dimana cash flow diharapkan
Jika initial cash flow terjadi pada waktu 0 maka persamaannya dapat dinyatakan sebagai berikut:
Selanjutnya, dengan mengadakan interpolasi dari 2 tingkat bunga yang dipilih secara coba-coba r-nya dapat dihitung seperti cara tersebut di atas.
Dengan rumus IRR seperti tersebut di atas maka langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghitung nilai IRR adalah sebagai berikut:
Menghitung present value dari proceeds suatu investasi dengan menggunakan tingkat bunga yang dipilih secara apriori.
Membandingkan hasil perhitungan present value dari proceeds dengan jumlah present value dari investasi (outlays). Jika present value dari proceeds lebih tinggi dibandingkan jumlah present value dari investasi (outlays) maka
At (1+r)1 é ë ê ù û ú t=0 n
å
=0 A0 = A1 (1+ r)+ A2 (1+ r)2 + ... + An (1+ r)n4
tingkat bunga yang lebih tinggi harus digunakan. Sebaliknya, jika present value dari proceeds lebih kecil dari present value dari investasi outlays-nya maka tingkat bunga yang lebih rendah harus digunakan.
Ulangi langkah ketiga hingga menemukan tingkat bunga yang dapat menjadikan present value dari proceeds sama besarnya dengan present value dari
outlays-nya.
Pada tingkat bunga yang dapat menjadikan present value dari proceeds sama besarnya dengan present value dari outlay-nya, Net Present Value (NPV) dari usul investasi tersebut adalah Rp 0 (nol) atau mendekati nol. Besarnya tingkat bunga tersebut menggambarkan besarnya IRR dari usul investasi tersebut. Ada dua permasalahan dalam menghitung IRR, yaitu aliran kas masuk sama untuk setiap periode dan aliran kas masuk yang tidak sama untuk setiap periode. Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode IRR adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat keuntungan yang dikehendaki.Sebaliknya, jika IRR suatu investasi lebih kecil dari tingkat keuntungan yang dikehendaki maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak.Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka pilih alternatif investasi terbaik dengan memilih alternatif investasi yang mempunyai IRR yang paling besar.
Metode IRR sebagai alat analisis untuk menentukan tingkat pengembalian investasi mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
4
Tabel 2.6 : Kelebihan dan Kekurangan Internal Rate of Return
Kelebihan Kekurangan
1 .
Menghindari pemilihan
rate of return minimum
yang diinginkan
1 .
Lebih rumit, terutama jika aliran kas bersih tidak sama untuk setiap periode 2
.
Memperoleh rate of return yang sebenarnya
2 . Harus menggunakan analisis sensitivitas 3 . Berdasarkan preferensi
rate of return yang sebenarnya bukan sekedar selisih Net Present Value
(NPV)
4 .
Tidak memiliki beban untuk menginvestasikan kembali seperti yang digambarkan pada metode
Net Present Value (NPV)
3.5.5. METODE AVARAGE RATE OF RETURN (ARR)
Metode Average Rate of Return (ARR) merupakan metode yang digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi. Tingkat keuntungan yang digunakan dalam metode ini adalah laba setelah pajak dibandingkan dengan total atau rata-rata investasi. Metode ini tidak mendasarkan pada proceeds atau cash flow, melainkan pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku (report accounting income) sehingga metode ini sering disebut dengan Accounting Rate of Return.
Rumus yang digunakan untuk menghitung ARR adalah sebagai berikut: Average Rate of Return (ARR) atas dasar initial investment
ARR = Laba setelah Pajak x 100% Investasi awal
4
Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode ARR adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika ARR lebih besar dari minimum accounting rate of return yang dikehendaki. Sebaliknya, jika ARR lebih kecil dari minimum accounting rate of return yang dikehendaki maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak. Apabila terdapat beberapa alternatif investasi, maka alternatif investasi terbaik dipilih dengan cara menentukan alternatif investasi yang mempunyai ARR yang paling besar.
Metode ARR sebagai alat analisis untuk menentukan tingkat pengembalian investasi mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Tabel 2.7 : Kelebihan dan Kekurangan Average Rate of Return
Kelebihan Kekurangan 1 . Kesederhanaannya dan mudah mengerti 1 . Tidak memperhatikan
time value of money
2 .
Metode ini dalam perhitungannya
menggunakan data
accounting yang sudah
tersedia sehingga tidak memerlukan perhitungan tambahan
2 .
Menitikberatkan pada masalah accounting dan kurang memperhatikan
cash flow dari investasi
yang bersangkutan.
3 .
Merupakan pendekatan jangka pendek dengan menggunakan angka rata-rata yang menyesatkan 4
.
Kurang memperhatikan panjangnya jangka waktu investasi
4
3.5.6. METODE BENEFIT COST RATIO (BCR)
Benefit cost ratio adalah perbandingan nilai ekuivalen semua manfaat
terhadap nilai ekuivalen semua biaya. Perhitungan nilai ekuivalen dapat dilakukan menggunakan salah satu dari analisis nilai sekarang, nilai pada waktu yang datang atau nilai tahunan.
3.6. ANALISA DATA KELAYAKAN INVESTASI
Analisa data yang digunakan untuk melakukan analisis pada aspek keuangan adalah analisis kuantitatif, dengan menggunakan analisis kemampuan pemenuhan kebutuhan permodalan dan analisis kelayakan investasi, seperti
Payback Period (PP),Net Present Value (NPV), Profitability Indeks (PI), Internal Rate of Return (IRR), Average Rate of Return (ARR) dan Benefit Cost Ratio (BCR).
Kriteria kelayakan kemampuan kebutuhan permodalan adalah dengan membandingkan antara besarnya kebutuhan permodalan dengan kemampuan untuk menyediakan permodalan.
Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan kemampuan menyediakan permodalan jika pelaku bisnis mampu menyediakan permodalan yang lebih besar atau sama dengan kebutuhan permodalan.
Kriteria penerimaan investasi untuk masing-masing rasio kelayakan investasi adalah sebagai berikut:
Payback Period (PP), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Payback Period (PP) lebih cepat dibandingkan dengan payback minimum. Sebaliknya,
jika Payback Period (PP) lebih lama dari payback minimum maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan.
PP<payback minimum, maka ide bisnis dinyatakan layak. PP≥payback minimum, maka ide bisnis dinyatakan tidak layak.
B / C=PWmanfaat PWbiaya =FWmanfaat FWbiaya =AWmanfaat AWbiaya
4
Net Present Value (NPV), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Net Present Value (NPV) lebih besar dari 0 (nol) atau bernilai positif. Sebaliknya,
jika nilai Net Present Value (NPV) lebih kecil dari 0 (nol) atau bernilai negatif maka ide bisnis tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. Suatu ide bisnis yang memiliki nilai Net Present Value lebih kecil dari 0 (nol) atau negatif berarti seluruh pendapatan yang diterima dari ide bisnis tersebut belum mampu menutup semua biaya yang dikeluarkan.
NPV>0 (nol), maka ide bisnis dinyatakan layak. NPV≤0 (nol), maka ide bisnis dinyatakan tidak layak.
Profitability Indeks (PI), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Profitability Indeks (PI) lebih besar dari 1 (satu). Sebaliknya, jika Profitability Indeks (PI) lebih kecil dari 1 maka rencana proyek tersebut dinyatakan tidak
layak untuk dijalankan. Suatu rencana proyek yang memiliki nilai Profitability
Indeks (PI) lebih kecil dari 1 berarti pendapatan tersebut tidak dapat menutup
biaya yang harus dikeluarkan.
PI>1 (satu), maka ide bisnis dinyatakan layak. PI≤1 (satu), maka ide bisnis dinyatakan tidak layak.
Internal Rate of Return (IRR), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Internal Rate of Return (IRR) lebih besar dari tingkat keuntungan yang
dikehendaki. Sebaliknya, jika Internal Rate of Return (IRR) lebih kecil dari tingkat keuntungan yang dikehendaki maka ide bisnis tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan.
IRR> tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka ide bisnis dinyatakan
layak.
IRR≤tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka ide bisnis dinyatakan
tidak layak.
Tingkat keuntungan yang dikehendaki dapat digunakan sebagai bunga simpanan tertinggi yang dapat diperoleh.Suatu ide bisnis yang memiliki nilai
4
Internal Rate of Return (IRR) lebih kecil dari tingkat keuntungan yang
dikehendaki berarti bahwa pendapatan tersebut dinilai tidak efisien karena masih lebih kecil dibandingkan dengan bunga yang semestinya diperoleh jika biaya tersebut disimpan di bank.
Average Rate of Return (ARR), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai Average Rate of Return (ARR) lebih besar dari minimum accounting rate of return yang dikehendaki. Sebaliknya, jika Average Rate of Return (ARR) lebih kecil dari tingkat minimum accounting rate of return yang dikehendaki maka ide bisnis tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan.
ARR<minimum accounting rate of return yang dikehendaki, maka ide
bisnis dinyatakan tidak layak.
ARR≥minimum accounting rate of return yang dikehendaki, maka ide
bisnis dinyatakanlayak.
Benefit Cost Ratio (BCR), suatu ide bisnis layak dijalankan jika nilai BCR
lebih besar dari 1 (satu). Sebaliknya, jika nilai BCR lebih kecil dari 1 (satu) maka ide bisnis tersebut dinyatakan tidak layak untuk dijalankan.
Kriteria pengambilan keputusan: a. Alternatif tunggal
Jika nilai B/C ≥ 1, makaide bisnis dinyatakan layak. Jika nilai B/C < 1, makaide bisnis dinyatakan tidak layak. b. Beberapa alternatif (incremental)
Jika nilai B/C ≥ 1 (alternatif terpilih: biaya yang lebih besar) Jika nilai B/C < 1(alternatif terpilih: biaya yang lebih kecil)