ANCAMAN ATAS KEBEBASAN BERORGANISASI
D
ULU DARIP
ENGUASA,
SEKARANG DARIM
ANTANA
NGGOTAKSPPM
DEMOKRASI MEMBUTUHKAN HARGA YANG HARUS DIBAYAR
erkuaknya pintu demokrasi di negara ini, tentu saja memberikan kebanggaan tersendiri bagi para aktivis pro-demokrasi. Meski demokrasi itu sendiri masih belum bermakna bagi kaum miskin. Demokrasi masih menguntungkan segelintir orang, yakni para elite kekuasaan dan politisi. Ini menunjukkan perjuangan demokrasi masih panjang.
Di masa Orde baru tepatnya tanggal 18 Agustus 1992, KSPPM dilarang oleh penguasa negeri ini untuk berkegiatan tanpa alasan yang jelas. Pokoknya penguasa tidak suka, titik, tidak perlu ada penjelasan untuk itu. Tetapi dengan perjuangan bersama kawan-kawan pro-demokrasi, dan dukungan kelompok dampingan KSPPM surat larangan tersebut akhirnya dicabut. Harga yang harus dibayar KSPPM ketika itu adalah keluar masuk kantor Bupati, Koramil, Kodim, Korem dan Kodam.
Perjuangan itu ternyata tidak hanya menghadapi kekuasaan atau para penikmat demokrasi, tetapi juga dalam menghadapi sesama insan yang mengaku dirinya sebagai “pro-demokrasi’. Aktivis Pro- demokrasi, ternyata tidak semua siap berdemokrasi, bahkan ada yang tidak menghargai demokrasi. Hal inilah yang harus dihadapi oleh KSPPM. Menghadapi gugatan adalah harga yang harus dibayar oleh KSPPM demi tegaknya demokrasi dan kebebasan berorganisasi.
T
Aktivis Pro-demokrasi, ternyata tidak semua siap berdemokrasi,
bahkan ada yang tidak menghargai demokrasi. Menghadapi gugatan adalah harga yang harus dibayar oleh KSPPM demi tegaknya demokrasi
dan kebebasan berorganisasi.
I
INFOSHEET
Perhimpunan
Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa
Masyarakat
Alamat : Girsang I, Sipanganbolon, Parapat 21174
Telp : (0625) 42393 / 7000731
Fax : (0625) 42393
Email : [email protected]; [email protected]
GUGATAN DEMOKRASI DALAM TUBUH KSPPM
ua mantan anggota Badan Pendiri KSPPM yakni Indera Nababan dan Setyawati Oetama menggugat KSPPM di PN. Tarutung. Keduanya diberhentikan keanggotaannya karena dinilai Rapat Anggota Badan Pendiri KSPPM telah melakukan tindakan yang melanggar pasal 11 ayat 2 AD YKSPPM, yakni melakukan tindakan yang merugikan nama baik organisasi. Keputusan pemberhentiannya diambil dalam Rapat Istimewa Badan Pendiri YKSPPM tanggal 9 September 2005.
Tergugat dalam Perkara perdata No. 46/Pdt.G/2005/PN. Trt, adalah :
1. Yayasan KSPPM,
2. Saur Tumiur Situmorang (mantan Sekretaris Pelaksana YKSPPM),
3. Pdt. Nelson Siregar (mantan Ketua Badan Pengurus YKSPPM), dan
4. Perhimpunan KSPPM.
Para Tergugat dituduh melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam pasal 1365 KUH Perdata, karena :
1. Melakukan peralihan bentuk kelembagaan KSPPM dari Yayasan menjadi Perhimpunan 2. Memberhentikan para Pengugat dari keanggotaan YKSPPM.
Atas dasar tuduhan melakukan perbuatan melawan hukum tersebut para Penggugat menuntut: 1. Pembubaran KSPPM
2. Sita Jaminan 3. Ganti rugi
Kasus tersebut mulai disidangkan, 5 Desember 2005.
Di samping itu juga Indera Nababan (Penggugat I) membuat pengaduan ke Polsek Parapat tentang tindak pidana “diduga melakukan penipuan dan penggelapan” karena semua aset Yayasan KSPPM telah beralih ke Perhimpunan KSPPM.
DALIL PENGGUGAT MELUMPUHKAN PROSES DEMOKRASI DI INDONESIA
enurut Penggugat KSPPM beralih bentuk kelembagaannya dari “Yayasan”menjadi “Perhimpunan” karena “kelak di kemudian hari KSPPM akan membangun blok politik yang kuat, serta mempersiapkan badan pendiri KSPPM, Staf KSPPM, rakyat untuk memasuki ranah politik. Sehingga kelak KSPPM menjadi organisasi Masyarakat, lalu berubah KSPPM bersama dengan
Organisasi Petani saling menguatkan menjadi blok politik, serta KSPPM bersama dengan petani membentuk Partai Lokal.” Ini diuraikannya dalam gugatan halaman 6 poin 3.
D
M
---Ada banyak ORNOP (Organisasi Non Pemerintah) di negeri ini yang memilih beralih
bentuk kelembagaannya dari “Yayasan” menjadi Perhimpunan,
atau Perkumpulan, atau Serikat, dll.
--- beralih atau menyesuaikan diri terhadap UU No. 16/2001 yo UU No.
28/2004 tentang Yayasan adalah
merupakan hak, bagiandari
kebebasan berpendapat dan berorganisasi.
Dalil itu mengambarkan pikiran Penggugat, seolah-olah membangun blok politik, organisasi masyarakat, atau membangun partai local itu merupakan perbuatan “makar”, sesuatu hal yang sangat berbahaya bagi Negara, karena itu harus dibubarkan.
Padahal, KSPPM bukan satu-satunya lembaga yang memilih tidak menyesuaikan kelembagaannya dengan Yayasan sebagaimana yang diatur dalam UU No. 16/2001 yo UU No. 28/2004 tentang Yayasan. Ada banyak ORNOP (Organisasi Non Pemerintah) di negeri ini yang memilih beralih bentuk kelembagaannya dari “Yayasan” menjadi Perhimpunan, atau Perkumpulan, atau Serikat, dll. Keputusan untuk beralih atau menyesuaikan dengan UU No. 16/2001 Yo UU.28/2004 adalah merupakan hak, bagian dari kebebasan berpendapat dan berorganisasi.
Dalil Penggugat tersebut tidak hanya menggugat eksistensi KSPPM, tetapi juga menafikan nilai-nilai demokrasi.
MAJELIS HAKIM MENOLAK EKSEPSI TERGUGAT DAN MENGABULKAN SITA JAMINAN PENGGUGAT
eperti biasa, sebagaimana diatur
dalam hukum acara perdata pada sidang pertama Majelis hakim harus menawarkan kesempatan pada kedua belah pihak untuk berdamai, hal tersebutlah yang terjadi pada tanggal 5 Desember 2005. Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini diketuai oleh Ketua PN. Tarutung, Saur Tindaoan, SH, MH), dengan hakim anggota Thomas Tarigan, SH) dan Wahyuni P. Ningsih, SH).
Setelah dua minggu waktu yang diberikan oleh majelis hakim, perdamaian tidak tercapai, maka Tergugat mengajukan Eksepsi pada persidangan 16 Januari 2006.
KSPPM sebagai pihak Tergugat melalui tim pengacara KSPPM “Tim Pembela Demokrasi
Dan Prakarsa Masyarakat” mengajukan eksepsi
karena beberapa hal, yakni:
1. Tidak berwenangnya PN Tarutung untuk
mengadili Perkara ini: Tergugat IV
(Perhimpunan KSPPM) berdomisili di Parapat – Wilayah Hukum PN. Simalungun, karena itu seharusnya gugatan diajukan di PN. Simalungun.
2. Tidak berwenangnya Para Penggugat
mengajukan gugatan: Para penggugat tidak
ada hubungan hukum dengan para
Tergugat (KSPPM), karena mereka telah
diberhentikan keanggotaannya dari
KSPPM.
S
Menurut Penggugat KSPPM beralih bentuk kelembagaannya dari “Yayasan”menjadi “Perhimpunan” karena:“kelak di kemudian hari akan
membangunblok politik yang
kuat, serta mempersiapkan badan pendiri KSPPM, staf
KSPPM, rakyat untuk memasuki ranah politik. Sehingga kelak KSPPM
menjadi Organisasi
Masyarakat, lalu berubah
KSPPM bersama dengan Organisasi Petani saling menguatkan menjadi blok politik, serta KSPPM bersama
dengan petani membentuk Partai Lokal.”
Dalil tersebut tidak hanya menggugat eksistensi
KSPPM,
tetapi juga menafikan nilai-nilai demokrasi.
3. Gugatan para Penggugat tidak lengkap:
Para Penggugat tidak mengikutsertakan Badan Pengurus Tergugat IV (Perhimpunan KSPPM) dan peserta Rapat Istimewa Badan Pendiri YKSPPM yang memutuskan pemberhenrtian keanggotaan para penggugat dari KSPPM.
4. Tentang Komulasi Objektif :
Para Penggugat menggabungkan 3 (tiga) peristiwa hukum yang berbeda dan mempunyai akibat hukum yang berbeda, yakni:
Perubahan bentuk kelembagaan KSPPM dari Yayasan menjadi Perhimpunan, Pemberhentian para Pengugat sebagai anggota Badan Pendiri YKSPPM, dan permohonan pembubaran KSPPM.
5. Gugatan salah alamat: Gugatan dialamat-kan ke Yayasan KSPPM,
padahal Yayasan KSPPM sudah tidak ada lagi karena sudah beralih menjadi Perhimpunan KSPPM. Demikian juga dengan Ketua dan Sekretaris Badan Pengurus Yayasan KSPPM sudah tidak ada lagi karena sudah diserah terimakan kepada Badan Pengurus Perhimpunan.
Selanjudnya dalam jawaban terhadap Pokok Perkara KSPPM menolak dan membantah seluruh dalil-dalil yang dikemukakan oleh para Penggugat, dan menyatakan KSPPM tidak ada melakukan perbuatan melawan hukum. Peralihan bentuk kelembagaan KSPPM dari Yayasan menjadi Perhimpunan, dan pemberhentian para Penggugat adalah sah sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga YKSPPM yakni diputuskan dalam Rapat Badan Pendiri Yayasan KSPPM dalam hal ini Rapat Istimewa Badan Pendiri Yayasan KSPPM.
Hal yang sangat “luar biasa”, Majelis Hakim hanya menskors sidang selama 5 menit (tetap berada dalam ruang sidang), memutuskan menolak Eksepsi yang diajukan Kuasa Hukum KSPPM, dan mengabulkan permohonan para Penggugat tentang penetapan sita jaminan atas semua aset KSPPM kecuali rekening bank.
Hampir dapat dipastikan untuk membaca dengan seksama dokumen eksepsi yang disampaikan oleh Kuasa Hukum KSPPM di persidangan itu memerlu-kan waktu lebih dari 5 menit. Putusan tersebut tentu saja tidak dapat diterima, hakim dinilai tidak membuat pertimbangan humkum yang jelas dan kuat.
Eksepsi ditolak dengan alasan hanya satu Tergugat saja yang di luar kewenangan PN. Tarutung. Padahal sebenarnya Tergugat hanya satu, yakni Perhimpunan KSPPM dan itu berada di wilayah hukum Simalungun.
Sedangkan Penetapan sita jaminan dikabulkan dengan pertimbangan agar gugatan para Penggugat tidak illusioner. Padahal semua aset KSPPM tidak ada kepentingan in person para penggugat, aset tersebut bukan pemilikan kolektif anggota KSPPM, tetapi itu adalah milik KSPPM sebagai organisasi, dan hanya keputusan Rapat Badan Pendiri KSPPM lah yang berhak menentukan peruntukan aset tersebut. Jadi tidak ada hak seorang anggota badan pendiri atau mantan badan pendiri untuk meminta bagian dari aset yang dimiliki oleh lembaga KSPPM.
Hakim ketua di persidangan seusai membacakan putusan mengatakan bahwa “penetapan sita jaminan ini bisa dilaksanakan dan bisa tidak. Semua aset masih dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan KSPPM hanya tidak dapat dialihkan.
--- Majelis Hakim hanya menskors sidang selama 5 menit (tetap berada dalam ruang sidang), memutuskan menolak Eksepsi yang diajukan KSPPM, dan mengabulkan permohonan para Penggugat tentang penetapan sita jaminan atas semua aset KSPPM kecuali rekening bank. *** Hampir dapat dipastikan untuk membaca dengan seksama dokumen eksepsi yang disampaikan oleh Kuasa Hukum KSPPM di persidangan itu memerlukan waktu lebih dari
KSPPM dapat tetap melakukan kegiatannya seperti biasa”.Sepertinya hakim tersebut ingin menenangkan para Tergugat dan kuasa hukumnya. Tetapi dengan tegas keputusan tersebut ditolak oleh kuasa hukum KSPPM, sementara kuasa hukum para Penggugat manggut-manggut menikmati kemenangan walau tak berdasar.
PENGGUGAT MENGUMUMKAN PENETAPAN SITA JAMINAN DI MEDIA MASSA
elihatannya para Penggugat tidak puas-puasnya berkeinginan untuk merusak nama baik KSPPM. Para Penggugat diberhentikan keanggotaannya dari KSPPM karena menyebarkan informasi yang tidak benar tentang KSPPM kepada lembaga donor.
Kini, mereka berupaya untuk mmepengaruhi khalayak agar berimage (berpikir) buruk terhadap KSPPM, aset atau harta KSPPM disita. Hal ini dilakukannya dengan mengumumkan penetapan sia jaminan No. 46/Pdt.G/2005/PN.Trt. pada harian Pos Metro Siantar, 30 Januari 2006. Padahal keputusan tersebut belum berkekuatan hukum yang pasti. Keputusan akhir bisa saja penetapan sita jaminan tersebut diangkat atau dibatalkan oleh hakim.
Selamat berjuang untuk penegakan demokrasi…!!!***
(ditulis oleh TIM Advokasi kasus KSPPM)