• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Musikal Aransemen Lagu Etnik Pada Gitar Tunggal, merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Analisis Musikal Aransemen Lagu Etnik Pada Gitar Tunggal, merupakan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Musikal Aransemen Lagu Etnik Pada Gitar Tunggal, merupakan topik penelitian ini dengan studi kasus pada karya-karya Jubing Kristianto. Analisis musik adalah salah satu bagian terpenting dalam mengkaji fenomena-fenomena musikologi. Fenomena-fenomena-fenomena ini amatlah kompleks dan mencakup kepada bagian-bagian yang memfokuskan kepada objek dimensi musikal itu sendiri. Fenomena ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi hingga dalam kajiannya merujuk pada aspek-aspek musik. Dalam buku N.H. Nainggolan (1998:4) unsur-unsur musik di dalam lagu mencakup irama, melodi, harmoni, bentuk, dan ekspresi. Jika kita mengamati lebih dalam bagian-bagian ini dapat dipilah kembali hingga unsur-unsur pembentuk musik tersebut dapat kita kenali dan kita pahami bagaimana semestinya ia berada dan berfungsi menurut objek penelitiannya. Misalnya irama, untuk menganalisis irama sangat perlu kita kaji apa itu irama, apa unsur-unsur irama dan bagaimana esensi dari irama itu sendiri dan bagaimana fungsi irama hingga membentuk suatu totalitas musik. Begitu juga halnya dengan melodi, harmoni, bentuk dan ekspresi. Tidak sampai pada batas itu, penulis juga menyoroti bahwa, bagaimana analisis musik itu sampai kepada apakah musik itu yang sesungguhnya, apakah musik dan apakah yang bukan musik, apakah bunyi-bunyi seperti suara burung, suara angin, suara air dan lain-lain apakah itu juga termasuk musik? Fenomena ini sangat kompleks, tetapi sampai kepada tahap-tahap dimana dunia akademis mewujudkannya bagaimana

(2)

para ahli dan peneliti-peneliti mengabstraksikannnya menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari oleh setiap orang. Jika kita meninjau kembali dalam buku Muttaqin seni musik klasik (2008:87). Bahwa analisis musik mencakup aspek-aspek bunyi, garis para nada, skala nada, kunci, tempo, dinamika, timbre (warna suara), dan bentuk musik. Dalam penyajian analisis musik disini sangat terpengaruh pada kerangka kajian analisis musik Eropa Barat. Dan pada kenyataannya kajian-kajian yang merujuk pada aspek musikologi banyak menggunakan teori-teori musik barat. Teori-teori ini banyak membantu para peneliti khususnya penelitian yang berorientasi pada kajian musikal. Contohnya dalam mengkaji sistem tonal ataupun sistem modal dalam sebuah lagu, teori transkripsi lagu, teori struktur mendengar musik, teori harmoni dan sebagainya.

Analisis musikal dalam penelitian ini hanya memfokuskan kepada aspek-aspek yang terdiri dari analsis melodi, analisis transkripsi, analisis bentuk, analisis chord, dan analisis bentuk. Dan hal ini penulis lakukan guna menghindari analisis yang melebar dan tidak terfokus. Menurut hemat penulis bagian ini adalah bagian terpenting yang akan dilakukan dalam proses pengerjaannya. Mengingat bahwa dalam analisis lagu-lagu etnik ini menggunakan gitar sebagai mediatornya, amatlah penting penulis mengkaji aspek teknik-teknik permainan gitar di dalamnya. Dalam tahap ini penulis melakukan studi pustaka dan wawancara terhadap Jubing Kristianto sendiri sebagai informan dan sekaligus sebagai objek dalam penelitian ini. Dan pada bagian ini merupakan bagian yang terakhir dalam analisisnya.

(3)

“Aransemen merupakan manifestasi atau upaya kreatif dalam menata dan memperkaya sebuah melodi, lagu ataupun komposisi”. Demikian satu kutipan artikel dari seorang gitaris muda Jubing Kristianto yang cukup aktif mengisi kegiatan musik gitar tunggal di bumi Nusantara dalam artikelnya membuat aransemen gitar tunggal.

Aransemen dapat dilakukan pada instrumen musik maupun vokal (suara manusia). Aransemen merupakan sebuah metode atau cara untuk “memindahkan” ataupun mentransformasikan sebuah hasil karya seni khususnya karya musik etnik dalam penelitian ini ke dalam bentuk lain dari bentuk semula hingga menjadi sebuah hasil karya yang sesuai dengan keinginan arrangernya. Misalnya salah satu lagu etnik yang akan dikaji dalam penelitian ini, Ayam Den Lapeh, lagu ini pada dasarnya dinyanyikan oleh suara manusia atau bentuk musik vocal. Tetapi sekarang lagu ini bukan hanya dapat dinyanyikan oleh suara manusia, lagu ini sudah dapat dinyanyikan dan disampaikan oleh suara gitar, bahkan hanya dengan satu gitar. Dan hal ini sudah dilakukan oleh salah seorang musisi yakni Jubing Kristianto. Dan lagu etnik Ayam Den Lapeh yang berasal dari Minangkabau ini dapat kita lihat dan kita dengar pada VCD Album Gitar Solo “Becak Fantasy” Jubing Kristianto pada nomor urut ke-enam IMC Record. Oleh karenanya penelitian ini mengambil Judul “Analisis Musikal Lagu Etnik Pada Gitar Tunggal: Studi Kasus Pada Karya-Karya Jubing Kristianto”. Jika kita mendengar dan menelaah lagu ini, amatlah unik dan kompleks, jalinan melodi, ritem, bas dan gaya musik mencerminkan sebuah inovasi yang “menghanyutkan” bagi siapa saja yang mendengarkan lagu ini melalui aransemen Jubing Kristianto. Perpaduan klasik, jazz, dangdut dan flamenco merupakan karakteristik pada identitas

(4)

musiknya. Sehingga dalam sisi eksplorasi lainnya penulis dapat mengamati sebuah karakter atau gaya aransemen yang mencerminkan Jubing sebagai gitaris yang cukup kreatif dan sekaligus inovatif dalam menyajikan karya-karya musik khususnya musik etnik dalam penelitian ini. Kemampuan dalam mengaransemen tidak hanya sebatas pada menguasai teori-teori musik yang mengulas tentang pengetahuan aransemen. Penguasaan dalam ilmu ini, harus melewati tahap-tahap seperti mengenal genre musik (jenis-jenis musik dunia) atau aliran-aliran musik seperti jazz, klasik, flamenco, lagu-lagu tradisi, rock dan sebagainya hingga musik industri yang beredar pada masa-masa kini. Pengetahuan aransmenen juga bisa didapatkan melalui melihat konser-konser, mendengar kaset-kaset hingga pengetahuan yang berkaitan yang membentuk totalitas dari dimensi aransemen itu sendiri.

Kesulitan dalam mengaransemen biasanya kurang memahami metode, ataupun sistem yang menyangkut disiplin dalam ilmu aransemen serta berbagai genre musik, baik itu musik etnik atau musik tradisi, musik klasik atau jenis-jenis musik lainnya seperti yang dikemukakan di atas. Bahan baku atau sumber untuk pembuatan aransemen sangat berlimpah mulai dari lagu anak, lagu pop, lagu klasik hingga lagu etnik. Istilah lagu etnik sendiri yang dipakai dalam penelitian ini mengacu kepada musik yang merupakan hasil karya dari budaya kelompok pemeluknya. Seperti yang dikemukakan Meriam dalam Buku Profesor Mauly Purba tentang Keberagaman Sistem Musik Dunia : “…suatu kebudayaan musik bersemayam di dalam alam masyarakat pemiliknya sendiri…”. Istilah lagu etnik dalam penelitian ini juga mengacu kepada sebuah kebudayaan dalam kelompok sosial. Seperti yang kita lihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian

(5)

untuk istilah etnik. Etnik adalah bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Jadi lagu etnik pada penelitian ini adalah lagu yang dimiliki dari kelompok sosial yang mempunyai bahasa, adat dan etnis yang sama. Misalnya dalam penelitian ini, lagu Ayam Den Lapeh berasal dari Minangkabau, berarti lagu ini asalnya dari etnik Minangkabau dan yang memakai lagu ini adalah orang-orang Minangkabau. Lagu Bengawan Solo berasal dari Jawa Tengah digunakan oleh masyarakat Jawa Tengah atau lagu etnik Jawa Tengah.

Dalam konteks seni pertunjukan, aransemen lagu etnik pada gitar tunggal, pada kenyataannya sangat minim jumlahnya beredar khususnya di Indonesia, hal ini terlihat jelas dalam seni pertunjukan gitar baik bersifat kompetisi, festival, hiburan, seminar, workshop dan lain-lain. Hal ini sangat memprihatinkan dan perlu mendapat perhatian, mengingat Indonesia sebagai bangsa yang multi kultural terdiri dari banyak etnik dan budaya yang didalamnya mencakup seni musik memerlukan perhatian yang cukup dalam pelestariannya dalam sudut pandang global, dan dalam hal ini gitar klasik sebagai gitar tunggal mengambil sikap dan peranan untuk mentranskripsikan, sekaligus mentransformasikan lagu-lagu etnik kedalam bentuk seni permainan gitar tunggal.

Aransemen Jubing dalam lagu-lagu etnik yang diadaptasikan pada gitar tunggal terdapat di keempat album solo gitarnya yang direkam oleh IMC Record. Album tersebut sudah beredar diseluruh Nusantara dan mendapat sambutan baik oleh masyarakat luas. Hal ini terlihat jelas sambutannya oleh setiap orang yang menonton dalam konser-konsernya diberbagai kota di Indonesia. Album yang

(6)

sudah digarap Jubing untuk rekaman gitar tunggal sebanyak 4 buah, album tersebut yaitu Becak Fantasy, Hujan Fantasy, Delman Fantasy dan Kaki Langit.

Jubing Kristianto merupakan arranger gitar tunggal yang sangat kompeten dan produktif dalam menyajikan karya-karyanya. Dia banyak menguasai jenis-jenis musik (genre musik) mulai dari dangdut, flamenco , jazz hingga musik popular yang beredar di pasar saat ini dalam musik industri. Jubing juga merupakan gitaris tunggal yang paling banyak mempopulerkan lagu-lagu yang dikenal sebagai lagu etnik, lagu-lagu yang bukan untuk gitar untuk di adaptasikan pada permaianan gitar melalui media elektronik seperti rekaman, televisi, bahkan workshop dan pertunjukan-pertunjukan gitar di dalam dan luar negeri. Bahkan dalam satu evennya yang secara nyata, penulis sendiri menonton dan mengamati Jubing dalam konser gitar tunggal di Universitas Sumatera Utara Medan, sangat memukau dan menyentuh, sehingga penelitian ini sebahagian besar merupakan akibat dari pertunjukan yang dilakukannya. Hal ini juga merupakan salah satu yang melatar belakangi penelitian ini, mengapa penulis begitu tertarik dengan aransemen-aransemen yang disajikan beliau.

Untuk lagu etnik yang diaransemen Jubing ada beberapa lagu, lagu-lagu tersebut seperti Rek Ayo Rek yang berasal dari Jawa Timur yang diciptakan oleh Is Haryanto, Bengawan Solo dari Jawa Tengah diciptakan oleh Gesang, Sarinande dari Maluku, Ayam Den Lapeh dari Minangkabau ciptaan Abdul Hamid, Bengong Jeumpa dari Aceh.

Pada prinsipnya lagu-lagu etnik yang diaransemen oleh Jubing Kristianto dimainkan berdasarkan pengalaman saja, dari apa yang dia dengar sebelumnya dari orang tuanya semenjak dia mulai meminati gitar. Lagu-lagu ini juga belum

(7)

ada transkripnya untuk notasi, sehingga dalam mengidentifikasi masalah analisis sangat sulit dilakukan.

Gitar tunggal sendiri mulai ada di Indonesia sekitar tahun 1970-an. Istilah gitar tunggal sendiri merujuk kepada satu; satu-satunya bukan jamak. Penelitian ini dilakukan yakni menggarap lagu etnik dan mengadaptasikannya kepada gitar klasik sebagai gitar tunggal bukan dua atau lebih gitar. Sebagai salah satu contoh istilah gitar tunggal sudah familiar dan dipakai dengan diterbitkannya buku-buku dan pertunjukan-pertunjukan atau konser-konser dengan tajuk gitar tunggal. Kaye Solapung dalam bukunya Gitar Tunggal penerbit PT. Indira tahun 1980, buku ini juga sudah ditetapkan dan digunakan Depdikbud sebagai pegangan guru musik di SD dengan Inpres nomor 5 tahun 1981. Di era 70 sampai 80-an tercuat nama gitaris Michael Gan, Nelson Rumantir, ataupun Carl Tanjong yang menerbitkan album kaset untuk gitar tunggal. Istilah gitar tunggal juga sudah ada pada peristiwa-peristiwa Yamaha Festival Gitar Indonesia, misalnya tahun 1977 yang dibawakan secara solo gitar ataupun gitar tunggal dan pada peristiwa itu Jubing menjadi juara dalam festival.

Gitar klasik adalah jenis gitar akustik dengan senar berbahan nilon dan sutra yang dililit logam. Lehernya lebih lebar dari pada gitar jenis lainnya meski banyak digunakan sebagai instrumen pengiring namun gitar klasik lebih populer sebagai instrumen musik solo/tunggal yang dapat memainkan beragam jenis musik dengan bass, akor dan melodi lengkap. Ditangan pemain yang ahli, gitar klasik bisa menghasilkan berbagai warna suara yang berbeda. Perbendaharaan lagu untuk gitar klasik umumnya berasal dari : (a) komposisi untuk instrumen musik lain yang ditranskripsi untuk dimainkan pada gitar misalnya dari komposisi

(8)

untuk Lute, piano, biola, flute, hingga orkestra; (b) karya orisinal untuk gitar, yang diciptakan oleh komposer dari jaman klasik hingga jaman modern; (c) lagu-lagu pop, jazz, hingga musik tradisional yang diaransemen untuk gitar klasik.

Untuk mengaransemen lagu etnik pada karya Jubing Kristianto ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam analisis musikalnya, dan tahap-tahap tersebut berhubungan erat dengan persoalan-persoalan analisa harmoni, pendekatan pada sistem musik seperti penulisan notasi lagu (transkripsi), perubahan chord, perpindahan chord, modalitas, term istilah-istilah yang digunakan dalam menganalisa teknik-teknik permainan gitar tunggal. Dalam membentuk sebuah aransemen terdapat barisan harmoni yakni aturan-aturan yang membentuk suatu bunyi musikalitas atau keselarasan berbagai bunyi yang terkandung dalam sebuah musik. Bagaimana harmoni lagu-lagu etnik tersebut di adaptasikan kepada permainan gitar tunggal.

Aransemen untuk lagu etnik pada karya Jubing Kristianto, belum ada transkripsinya dalam bentuk notasi, hal ini juga yang merupakan salah satu kesulitan dalam mengidentifikasi komposisi yang terdapat pada karya-karya Jubing, harapan penulis juga agar setiap pemain gitar mampu menguasai transkripsi musik, oleh karena setiap aransemen yang hendak dimainkan oleh setiap orang haruslah sesuai dengan maksud dari sang arranger atau sikomponis.

Di Indonesia terdapat ragam budaya yang berbeda dan memiliki musik etnik yang berbeda pula. Dari banyaknya musik etnik tersebut terdapat beragam lagu-lagu yang diiringi dengan alat musik etnik setempat contohnya dalam lagu Ketabo yang berasal dari Tapanuli Selatan diiringi oleh gordang sambilan, lagu Sinanggartulo dari Tapanuli Utara diiringi oleh gondang sabangunan, begitu pula

(9)

lagu Biring Manggis dari Karo diiringi oleh gendang lima sedalenan, lagu Es Lilin dari Jawa Barat diiringi oleh kecapi dan suling Sunda. Dari studi kasus di atas, dalam konteks seni pertunjukan budaya, penulis mengamati sebuah pagelaran budaya disajikan menurut sistem tradisi musiknya sendiri. Seperti yang dikemukan Merriam “..suatu kebudayaaan musik bersemayam di dalam alam masyarakat pemiliknya sendiri – yaitu ide/gagasan mereka, tingkah laku mereka dan bunyi atau suara yang mereka produksi.” Dalam hal inilah penulis menawarkan bagaimana lagu-lagu etnik tersebut dapat digubah kedalam bentuk satu permainan gitar tunggal.

Dalam studi kasus yang lain, komposisi musik etnik yang diadaptasikan kedalam gitar tunggal sangat sulit untuk ditemukan. Dimana para komposer gitar, maupun non komposer gitar menemukan kendala dalam mengadaptasikannya kedalam bentuk permainan gitar. Kendala tersebut yang paling besar adalah bagaimana menyusun harmoni, teknik, musikalitas dan membentuk suatu sistem musik yang terkait secara totalitas seperti yang dikemukan di atas.

Dari beberapa studi kasus di atas merupakan hal yang melatarbelakangi penulis untuk membuat tesis yang berjudul : Analisis Musikal Aransemen Lagu Etnik Pada Gitar Tunggal : Studi Kasus Pada Karya-Karya Jubing Kristianto.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah, maka fokus penelitian ini berorientasi pada studi kasus karya-karya Jubing Kristianto Dengan Pendekatan Kepada Analisis Musikal.

(10)

Untuk menghindari pembahasan yang menyimpang dan tidak kontekstual penulis merumuskan masalah menjadi empat bagian yaitu :

1. Bagaimana analisis musikal dalam aransemen lagu etnik pada gitar tunggal, atau proses penyajiannya, baik dalam hal analisis melodi, bentuk, chord, iringan, bas serta teknik-teknik permainan gitar?

2. Dari beberapa lagu etnik yang diaransemen Jubing, ada tiga lagu yang dianalisis dalam penelitian ini : Ayam Den Lapeh dari etnik Minangkabau, Rek Ayo Rek dari Etnik Jawa Timur dan Bengawan Solo dari Etnik Jawa Tengah?

3. Bagaimana biografi sejarah perjalanan Jubing Kristianto sebagai arranger, musisi, penulis dan pencipta lagu untuk gitar tunggal?

4. Bagaimana Gaya Musik (gaya aransemen) yang ditampilkan Jubing Kristianto?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses analisis aransemen lagu etnik yang diadaptasikan kepada gitar tunggal.

2. Untuk mengetahui cara menganalisis melodi, bentuk, chord, iringan, bas dan teknik-teknik yang digunakan pada gitar tunggal.

3. Untuk mengetahui Gaya Musik (gaya aransemen) pada karya-karya Jubing Kristianto

(11)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Untuk memperoleh gelar Magister Seni di Program Studi Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan

2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang teknik mengaransemen lagu pada gitar tunggal

3. Memberikan kontribusi sebagai salah satu sumber informasi tentang teknik aransemen lagu pada gitar tunggal.

4. Memperkenalkan lagu-lagu etnik dibawakan kedalam seni pertunjukan melalui gitar tunggal

5. Sebagai bahan studi banding bagi penulis berikutnya

1.4 Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan yakni mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan objek penelitian. Sepanjang pengetahuan penulis dari hasil penelitian pustaka yang dilakukan menunjukkan bahwa hingga saat ini belum ada pembahasan yang mendalam mengenai aransemen lagu etnik dengan studi kasus pada karya-karya Jubing Kristianto. Adapun bahan literatur tersebut adalah :

1. Drs. NH Nainggolan dkk (1998) Pendidikan Musik. Buku ini menguraikan tentang unsur-unsur musik serta pengertiannya, dan menguraikan tentang bentuk dan struktur lagu. Dalam hal ini penulis menggunakan buku ini untuk mengkaji bentuk lagu etnik yang akan dianalisis, penulis akan mengamati dan mengobservasi dengan membuat studi banding dan mengevaluasi struktur

(12)

bentuknya seperti motif, frase, kalimat lagu, variasi atau pengembangan lagu hingga perjalanan melodi dari setiap birama.

2. Roy Wilkinson (1991) Harmony , buku ini menjelaskan tentang triad, chords, posisi chord, progressi chord, suspensi, dominant seventh chord, modulasi, chord 7, 9, 11, 13 dan kromatik scale. Dalam hal ini penulis menggunakan buku ini untuk mengkaji struktur pembentukan harmoni yang terdapat pada lagu-lagu etnik yang hendak dianalisis.

3. Jubing Kristianto (2005) Gitar Pedia, buku pintar gitaris Buku ini menguraikan petunjuk praktis tentang istilah-istilah gitar. Pada buku ini penulis memaknai istilah-istlah teknis yang digunakan pada teknik-teknik permainan gitar hingga memperoleh arti atau pengertian tentang istilah-istlah yang digunakan pada permainan gitar tunggal.

4. William Lovelock First Year Harmony. Dalam buku ini terdapat dua bagian yang menguraikan tentang aturan-aturan dan latihan-latihan menyusun harmoni. Bagian pertama menjelaskan tentang triad, chord, progressi hingga harmoni yang kompleks. Dalam hal ini penulis menggunakan buku ini untuk melihat struktur pembentukan harmoni yang disajikan Jubing dalam transkripsi lagu.

5. William Lovelock Second Year Harmony. Buku yang kedua ini menguraikan tentang penggunaan chord seventh (7), ninths (9), elevents (11) dan thirteenths (13) serta aturan-aturan dan latihan-latihan menyusun harmoni. Dalam hal ini penulis menggunakan buku ini untuk melihat struktur pembentukan harmoni yang disajikan Jubing dalam transkripsi lagu.

(13)

6. M. Soeharto (1986) Belajar Membuat Lagu. Buku ini menguraikan tentang bagaimana membuat melodi, kalimat yang manis, teks lagu menurut maknanya dan pengertian tentang melodi. Dalam hal ini penulis menggunakan buku ini untuk menganalisis notasi, garis paranada, nilai not, tanda diam, not-not penghias dan aksen.

7. Rick Peckham (2007) Berkele Jazz Guitar, buku ini memaparkan tentang chord serta penggunaannya mulai dari triad mayor, minor, dominan, diminish dan augmentes, inversi, serta pengembangannya. Dalam hal ini penulis menggunakan buku ini untuk mengkaji penggunaan chord-chord 7, 9, 11, dan 13 pada posisi gitar tunggal

8. Guitar Chords Dictionary, menguraikan tentang teori chord dan bentuk-bentuk chord gitar lengkap. Buku ini digunakan untuk mengamati semua chord-chord yang digunakan pada lagu, hingga diperoleh keseluruhan chord dari setiap birama hingga didapatkan posisi jari-jari dan letaknya pada gitar. 9. Bahan audio berupa 4 buah CD album Becak Fantasy, Hujan Fantasy,

Delman Fantasy dan Kaki Langit. Yang di dalamnya terdapat lagu etnik yang akan di bahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini penulis menggunakan buku ini untuk “memindahkan” atau mentranskripsikan bentuk keseluruhan lagu ke dalam notasi balok.

10. Skripsi Wonter Lesson Purba, Universitas HKBP Nommensen Medan, skripsi ini menguraikan tentang sejarah gitar klasik, teknik-teknik permainan gitar klasik dan interpretasi lagu Grand Solo Op.14 Karya Fernando Sor. Buku ini digunakan dalam melihat sejarah gitar.

(14)

11. Skripsi Nikanor Permata Inari Sitompul, Universitas Sumatera Utara Medan, skripsi ini menguraikan tentang analisis metode pengajaran gitar klasik di LPM Farabi Medan. Buku ini digunakan untuk melihat perbandingan tentang pengajaran gitar klasik.

12. Skripsi David Hendra Samosir, Universitas HKBP Nomensen, skripsi ini menguraikan tentang harmoni dan teknik improvisasi dalam musik Jazz. Dalam menggunakan buku ini bagaimana metode yang digunakan dalam improvisasi musik jazz hingga memperoleh kejelasan bagaimana menggunakan progressi-progressi chord dalam musik jazz.

1.5 Konsep Dan Landasan Teori 1.5.1 Konsep

Konsep penting yang digunakan dalam penelitian ini adalah aransemen, lagu etnik, dan Jubing Kristianto.

Aransemen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penyesuaian komposisi musik dengan nomor suara penyanyi atau instrumen lain yang didasarkan pada sebuah komposisi yang telah ada sehingga esensi musiknya tidak berubah.

Defenisi aransemen menurut buku Concise Dictionary Of Music adalah : (1) adaptation of a piece of music to make it suitable for perf. By forces other than those for which it was originally composed. Purpose of arrangement may be (a) to facilitate study or domestic performance (b) to enlarge repertory of particular medium (c) to enable work written for large number of performance to be given with more limited resources. Degree of modification required varies composer may go beyond necessary modification to elaborate and add to original text. Bach, Beethoven, Brahms, all made noted arrangements. (2) harmonized setting, for voices or instruments, of existing melody, folk song provides obvious material for

(15)

(1) persesuaian dari sebuah karya musik untuk membuat karya tersebut selaras dan dinamis. Dengan tidak menghilangkan komposisi aslinya. Tujuan dari aransemen bisa menjadi (a) untuk memfasilitasi pembelajaran atau pertunjukan. (b) untuk memperluas reportoar dari berbagai media. (c) menuliskan suatu komposisi untuk suatu pertunjukan besar yang diberikan lebih dari keadaannya. Tingkat modifikasi yang dibutuhkan bervariasi, komposer dapat melampaui modifikasi yang diperlukan untuk menguraikan dan menambah teks asli. Bach, Beethoven, Brahms, dan semua aransemen yang dibuat. (2) pengaturan harmoni, untuk suara atau instrument, melodi yang ada, lagu rakyat memberikan materi yang jelas untuk laporan pengerjaan.

Pendapat lain mengenai aransemen menurut Gitarpedia adalah tindakan kreatif menata dan memperkaya sebuah melodi, lagu, atau komposisi kedalam format serta gaya yang berbeda dari gaya aslinya. Bisa digarap untuk medium apa saja, dari instrumen tunggal hingga band ataupun orkestra.

Dengan kata dan kalimat yang tersimpul, aransemen dalam penelitian ini adalah suatu upaya atau kegiatan dalam mempersiapkan, menyusun dan menata komposisi lagu etnik yang diadaptasikan ke media gitar tunggal.

Lagu etnik yang dimaksud disini adalah lagu tradisional yang sudah dinotasikan atau ditranskripsikan kedalam notasi grafis Eropa Barat. Notasi grafis yaitu notasi (simbol-simbol) yang di desain untuk menunjukkan dua sifat penting dari bunyi musikal yakni nada dan durasi ritem. Bila kita telusuri istilah pada pengertian musik etnik, musik tradisional dan musik daerah merupakan ketiga istilah yang pemahaman konsepnya seolah timpang tindih. Dalam hal ini, persoalan yang kita amati hanya merupakan pada saat kapan penggunaan kata etnik, daerah dan tradisional digunakan dalam sebuah kalimat sehingga memberikan pengertian yang baik dan jelas. Jika kita telusuri dalam kamus besar bahasa Indonesia, istilah daerah adalah tempat-tempat dalam satu lingkungan

(16)

konteks musik, musik daerah adalah musik yang dimiliki oleh satu lingkungan atau budaya setempat yang memiliki fungsi dan tujuan yang sama. Cotoh musik daerah seperti gamelan, angklung, campur sari, keroncong dan lain-lain. Dalam hal ini musik daerah mempunyai fungsi yang sama misalnya angklung sebagai sarana ritual seperti ngaseuk pare (menanam padi), atau musik daerah dapat juga berfungsi sebagai hiburan.

Dalam buku Seni Budaya Penerbit Erlangga (2006:47) musik atau lagu daerah memiliki ciri serta karakter tersendiri. Bahasa dan gaya yang dipergunakan sesuai dengan bahasa daerah dan gaya daerah setempat. Sementara istilah tradisional sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengacu kepada adat istiadat atau kebiasaan turun temurun, dalam konsep musik tradisional adalah suatu nyanyian yang di tuturkan secara lisan kepada generasi berikutnya. Jika kita amati lagi dalam buku seni musik Napsirudin (2006:2) musik tradisional adalah musik yang berasal dari suatu daerah yang masih kental dengan kebudayaan daerah tersebut. Setiap daerah memiliki unsur musik tradisional yang berbeda, tergantung dari kebudayaan daerah tersebut, seperti musik tradisional di Indonesia yang beragam dari Sabang sampai Merauke. Sementara dalam penelitian ini dipakai istilah etnik. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata etnik adalah bertalian dengan kelompok sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa dan sebagainya. Jadi musik etnik adalah merupakan musik atau suara yang berasal dari berbagai daerah, dalam hal ini di Indonesia, musik ini menggunakan bahasa, gaya, dan tradisi khas daerah setempat. Jika kita mengeksplorasi dari sebuah buku seni musik penerbit erlangga, menurut Hartaris (2006:1) Secara umum istilah musik

(17)

etnik memiliki ciri khas seperti berikut : (1) “Dipelajari secara lisan, sebagai bagian dari kebudayaan, musik daerah diwariskan secara turun menurun”. Istilah ini penulis kemukakan sebagai Transmisi, seperti yang dikemukakan Profesor Mauly Purba dalam bukunya Sistem Keberagaman Musik dunia, transmisi menyangkut bagaimana suatu generasi mewariskan tradisi musiknya ke generasi berikutnya. Cara yang biasa digunakan dalam mempelajari musik ini biasanya dilakukan dengan memperhatikan, mendengarkan lalu ditirukan kemudian menghafalkannya tanpa ada catatan. Tidak heran kedengarannya jika lagu yang diajarkan itu seiring berjalannya waktu terdapat perubahan-perubahan, hal ini disebabkan tidak efektifnya kekuatan dalam ingatan manusia. Berbeda halnya jika kita perhatikan pada sistem tradisi tulisan. Tradisi ini dilakukan di Eropa Barat, jika kita mendengar musik pada masa Gergoianus akan sama dinyanyikan pada saat ini. Hal ini disebabkan oleh adanya tulisan sehingga dalam mempelajarinya akan sama baik pada masa itu maupun sekarang. (2) Tidak memiliki notasi, selama proses pembelajaran berlangsung secara lisan membuat partitur (naskah musik) menjadi satu hal yang tidak penting”, Oleh karena itu, sangat lajim jika musik daerah tidak memiliki partitur notasi tertentu. Walau demikian ada beberapa daerah yang memiliki notasi musik seperti di pulau Jawa dan Bali. Namun, notasi ini tetap tidak memiliki partitur tetapi dipelajari secara lisan. Pada kenyataannya hal ini dikemudian hari dapat menimbulkan masalah. Jika orang-orang yang belajar kesenian itu makin sedikit atau bahkan tidak ada, kesenian tersebut bisa punah. Tanpa catatan tertulis, orang-orang tidak bisa melestarikannya; (3) “Bersifat informal, musik tradisional sangat lajim digunakan sebagai suatu bentuk ekspresi masyarakat”. Musik ini banyak digunakan dalam

(18)

kegiatan rakyat biasa sehingga bersifat lebih sederhana dan informal/santai. Hanya jika digunakan dikalangan istanalah jenis musik ini menjadi lebih kompleks dan formal/serius; (4) “Pemainnya tidak terspesialisasi, sistem yang dikembangkan dalam proses belajar instrumen musik daerah biasanya bersifat generalisasi”. Pemain musik tradisional belajar untuk dapat memainkan setiap instrumen yang ada dalam suatu jenis musik daerah. Mereka akan belajar memainkan instrumen dari yang termudah hingga yang sulit. Jadi, pemain musik daerah yang sudah mahir mempunyai kemampuan untuk memainkan semua instrumen musik tersebut. Contohnya, pemain kolintang yang mahir dapat memainkan kolintang melodi sampai kolintang bas, pemain gamelan dapat memainkan saron sampai rebab. Hal ini sangat jauh berbeda dalam musik barat, pemain musiknya terspesialisasi pada satu jenis instrumen musik tertentu. Misalnya hanya bermain gitar klasik; (5) “Bagian budaya masyarakat, musik etnik atau musik tradisional merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat”. Oleh karena itu, setiap ciri kebudayaan masyarakat penciptanya pasti melekat di dalamnya. Musik etnik atau musik daerah merupakan salah satu bentuk gambaran kebudayaan suatu daerah. Melalui musik daerah kita dapat mengenali daerah asal musik itu dan ciri budaya masyarakatnya. Misalnya saat kita mendengarkan permainan gondang sabangunan batak, kita akan langsung mengetahui kalau itu adalah musik etnik Batak yang berasal dari Sumatera Utara dan bukan dari Jawa. Kita dapat mengenali karakter permainannya lewat suara, irama, dan lagunya. Karakter inilah yang menggambarkan ciri khas etnik Bataknya.

(19)

Konsep yang terakhir adalah Jubing Kristianto. Jubing Kristianto adalah seorang seniman yang cukup aktif dalam mengisi kegiatan bermusik seperti guru gitar, praktisi musik/musisi gitar tunggal, arranger dan penulis, beliau lahir di Semarang pada tanggal 9 April 1966. Menjadi juara festival Yamaha Indonesia sebanyak empat kali (1987, 1992, 1994 dan 1995). Salah satu aransemennya yang cukup menarik adalah Ayam Den Lapeh yang berasal dari Sumatera Barat. Lagu ini dibuatnya pada waktu duduk dibangku SMA kelas satu dan melalui lagu ini menghantarkan dia pada lomba duet gitar festival Yamaha tahun 1982. Beberapa lagu etnik Indonesia yang diaransemen Jubing membawa sekaligus merangsang para pemerhati budaya dan seni juga para gitaris khususnya untuk melestarikan kekayaan lagu-lagu daerah. Dalam hal ini penulis memfokuskan penelitian pada lagu-lagu etnik karya Jubing Kristianto dengan pusat perhatian pada aransemen gitar tunggal.

1.5.2 Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : pertama teori Jubing Kristianto, Membuat Aransemen Gitar Tunggal. Teori ini mengupas sebuah komposisi yang hendak diaransemen kedalam permainan gitar, teori ini juga memberikan pemahaman serta langkah-langkah dalam mengaransemen sebuah melodi lagu.

Kemudian penulis menggunakan teori Felix Salzer, dalam bukunya Structural hearing Tonal Coherence In Music (1962:35) :

The Rudiments of Music a) Notation; scales; church modes; overtones series. b) Major, minor, diminished and augmented intervals; triads and seventh chords; non-harmonic tones (neighbor and passing tones, appoggiaturas,

(20)

chord grammar (ability to write and identify any chord). Listening Approach : a) aural recognition of the material listed above. b) meter (duple, triple, and compound); rhythmic design of melodies. c) melodic dictation of folk tunes and themes from instrumental music; two-part dictation of as preparation for two-part counterpoint.

Dasar musik a) notasi; scale; modus gerejawi; nuansa; b) mayor, minor, diminish, dan augmented interval; triad dan chord tujuh; nada yang bukan harmoni (nada terdekat dan nada lewat, appoggiatura, suspensi, antisipasi); angka romawi dan pemakaian bass. c) bentuk chord (kemampuan untuk menulis dan mengidentifikasi semua bentuk chord). Pendekatan mendengar : a) semua materi yang berhubungan dengan pendengaran. b) pulsa (duple, triple); pola ritem melodi. c) melodi dari lagu rakyat dan tema dari musik instrumentalnya; dua bagian part dalam persiapan dua bagian kontrapung.

Teori ini memberikan gambaran bagaimana mengidentifikasi melalui pengalaman mendengar musik, menentukan melodi, menentukan chord, dan ritem lagu dan kemampuan untuk menulis dan mengidentifikasi semua bentuk-bentuk chord. Penulis juga mengambil teori Bruno Nettl, Transcription Theory And Methode in Ethnomusicology (1964:98) :

there are two main approaches to the description of music : (1) we can analyze and describe what we hear, and (2) we can in some way write it on paper and describe what we see.

Ada dua pendekatan yang utama dalam mendeskripsikan musik : 1) kita dapat menganalisa dan mendeskripsikan apa yang kita dengar dan 2) kita dapat menuliskan keatas kertas dan mendeskripsikan apa yang kita lihat.

Teori ini digunakan dalam mentranskripsikan atau memindahkan bunyi yang didengar oleh telinga untuk divisualisasikan kedalam kertas kerja.

Teori Bruno Nettl, Transcription Theory And Methode in Ethnomusicology (1964:135) : in the next group of paragraphs we will describe three approaches to the descriptions of music. These three, labeled here “systematic”, “intuitive”, and “selective”. Teori ini digunakan untuk melihat style ataupun gaya yang dipakai

(21)

Jubing Kristianto dalam aransemen lagu etnik yang diadaptasikan kedalam gitar tunggal.

Teori musikal : Pengantar Komposisi dan Aransemen oleh Pra Budidharma mengenai Trinada (2001:16) :

Trinada adalah susunan tiga buah nada secara vertikal dalam garis paranada yang terdiri dari mayor, minor, diminish dan augmented. Trinada merupakan acuan kedua didalam menyusun harmoni lagu pada gitar klasik baik lagu itu sifatnya mayor, minor, diminish dan augmented. Dalam trinada disusun berdasarkan interval ters (nada ketiga). Nada paling bawah disebut nada dasar (root), nada tengah disebut ters, dan nada paling atas disebut nada kuint.

Teori musikal : Pengantar Komposisi dan Aransemen oleh Pra Budidharma mengenai tonal system(2001:17) tonal system dibangun dari susunan triad yang membentuk chord secara fleksibel. Teori yang digunakan untuk menentukan chord, progresi atau perpindahan chord.

Teori musikal : Ilmu Harmoni Karl Edmund Prier SJ, Pusat Musik Liturgi Yogyakarta. Mengenai Akor dan penggunaanya. Akord adalah kesatuan bunyi dalam musik yang mengandung tiga not atau lebih. Kombinasi jarak antar not menentukan nama akor bersangkutan. Dalam budaya musik barat, akor terbentuk dari trinada mayor C-E-G dan trinada minor C-Eb-G. Bila trinada mendapat tambahan not baru diatas nada kuint nama akornya akan berubah sesuai dengan not yang ditambahkan mayor 7 (C-E-G-B), minor 7 (C-Eb-G-Bb), begitu seterusnya untuk mendapatkan akor 9, 11 dan 13. Pada praktiknya, sulit untuk membunyikan semua not ini pada gitar jika memainkan akor 9, 11 dan 13 misalnya. Karena itu, untuk akor-akor tersebut ada not-not tertentu yang harus dihilangkan contohnya akor C11 pada gitar cukup mengandung C-Bb-D-F. Meski tidak lengkap, namun bunyi yang dihasilkan sudah cukup efektif untuk memenuhi

(22)

kombinasi akor yang lebih banyak. Misalnya, ada altered chord dimana not ke-5 dan/atau ke-9 bisa dinaikkan atau diturunkan setengah tone. Misalnya, ada akor Cm7b5 yang berisi C-bE-bG-bB atau C7#9 yang berisi C-E-G-b7-#9. Tanda “b” dan “#” dalam penulisan simbol terkadang diganti dengan “-“ dan “+”. Altered chord biasanya hanya berfungsi sebagai perantara dan jarang digunakan dalam musik pop, namun menjadi elemen penting dalam musik blues dan jazz.

1.6 Metode Penelitian

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Lof Land sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya ada dari tambahan seperti dokumen. Sesuai dengan penelitian ini penulis memperoleh sumber data dari :

1. Kata-kata dan tindakan yaitu : wawancara yang merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui rekaman video/audio tape, pengambilan foto.

2. Sumber tertulis yaitu : bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas partitur lagu, sumber buku, garis paranada, dokumen pribadi dan artikel-artikel yang lain.

3. Foto yang dipakai sebagai alat penelitian kualitatif. 4. Prosedur pengumpulan data (teori apa yang dipakai)

Analisis data menurut patton “analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar”. Taylor mendefenisikannya analisis data merupakan proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesa. Maka dari

(23)

pendapat diatas penulis menggunakan teori tersebut yakni mengorganisasikan data lalu mengidentifikasi dan memberikan komentar. Dengan kata lain penelitian ini mengupayakan metode yang relevansinya erat dan sesuai dengan studi kasus penelitiannya, metode literatur dan metode wawancara. Kedua metode ini penulis lakukan selama proses penelitian

1. Metode Literatur adalah metode yang menggali tesis ini melalui buku-buku, kamus, artikel dan lain-lain

2. Metode Wawancara dan tanya jawab adalah penulis melakukan tanya jawab secara langsung kepada Jubing Kristianto dan pihak-pihak yang berhubungan dengan objek penelitian ini.

1.6.3 Analisis Data

Kegiatan analisis data yang dilaksanakan bersamaan dengan proses pengumpulan data, analisis data diperoleh berdasarkan hasil dari penelitian dan pengamatan. Analisis dilakukan pada upaya dan usaha dalam menjelaskan atau mendeskripsikan pada fokus penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskripsi yang berdasarkan teori musik Eropa Barat yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan objek penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan

Bab I merupakan Pendahuluan yang meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penulisan, Tinjauan Pustaka, Konsep

(24)

Dan Landasan Teori (Teori Musik Dan Transkripsi), Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data, Dan Sistematika Penulisan.

Bab II membahas tentang Tinjauan Musik Gitar Tunggal : Sejarah Instrumen Gitar Dan Perkembangannya, Sejarah Perkembangan Dan Persebaran Gitar Di Indonesia, Perkembangan Awal Pendidikan Gitar Di Indonesia, Metode Pembelajaran Gitar Tunggal Yang Meliputi Posisi Dan Sikap Bermain Gitar, Posisi Tangan Kanan, Posisi Tangan Kiri, Metode Pembelajaran Notasi Pada Gitar, Organologi Gitar, Pengertian Organologi, Akustika Bunyi Gitar, Konstruksi Gitar Tunggal, Bagian Atas Gitar, Bagian Bawah Gitar, Fungsi Bagian-Bagian Gitar, Jenis-Jenis Gitar, Teknik-Teknik Permainan Gitar Tunggal, Teknik Ornamentasi yang meliputi Grace Note, Mordent, Glisando, Portamento, Teknik Tremolo, Teknik Pizzikato.

Bab III membahas tentang Biografi Jubing Kristianto yang mencakup Latar Belakang Kehidupan Jubing Kristianto, Eksistensi Jubing Kristianto Sebagai Arranger, Penulis, komponis Dan Musisi Gitar Tunggal, Jubing Kristianto sebagai arranger, Jubing Kristianto sebagai penulis gitar, Jubing Kristianto sebagai komponis gitar, Jubing Kristianto sebagai musisi Gitar tunggal.

Bab IV Membahas Tentang Aransemen Lagu Etnik Karya Jubing Kristianto Pada Gitar Tunggal Yang Meliputi : Transkripsi, Proses Transkripsi, Tahap-Tahap Analisa Aransemen Jubing Kristianto, Analisa Melodi, Analisa Chord, Analisa Progresi Chord, Analisa Pola Ritem Dan Analisa Teknik Permainan Gitar, karakteristik Jubing dalam seni permainan gitar tunggal.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan jika ingin menambah data pilih tombol tambah di atas tabel, maka akan menuju halaman input mata pelajaran yang dapat dilihat pada Gambar 4.47:. Gambar 4.47 Form Tambah

Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan melalui audio visual sebagian besar (83,3%) responden diketahui memiliki perilaku personal hygiene yang baik. Perilaku

hasil bahwa terdapat hubungan yang bemakna antara obesitas dengan kadar LDL. dengan p=0.000, dengan nilai kekuatan koefisien korelasi yang tergolong

Dengan mengacu dari pendapat ahli di atas, dapatlah dibagi pronomina persona yang dipakai dalam penelitian ini atas tiga bagian, yaitu: kata ganti persona pertama, kata ganti

Selain untuk mengetahui berbagai hal tentang Introduction Et Caprice seperti yang tertulis dalam tujuan penelitian, diharapkan karya tulis ini dapat menambah

Besadarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diambil maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana BRI Syariah Kantor Cabang Cirebon mengendalikan risiko pada

Hasil uji parameter menunjukkan bahwa kuantitas ekspor dan harga domestik Thailand tidak berpengaruh signifikan terhadap harga ekspor, tetapi yang berpengaruh signifikan

Needle / Nald Hecting