• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: Rumah Produktif, Pola penggunaan ruang, dan Aktivitas dalam Ruang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci: Rumah Produktif, Pola penggunaan ruang, dan Aktivitas dalam Ruang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Perubahan Pola Tatanan Ruang Rumah Tinggal

sebagai Akibat Kegiatan Industri Rumah Tangga

(Studi Kasus Pengrajin Logam Di Desa Ngingas Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo)

Taufikurrahman¹),Muhammad Faqih²), Hari Purnomo³) 1) Mahasiswa Arsitektur ITS Surabaya.

2) Dosen Arsitektur ITS Surabaya 3) Dosen Arsitektur ITS Surabaya

ABSTRAK

Rumah bukanlah merupakan hasil fisik sekali jadi dan bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu tertentu. Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk berlindung semata, tetapi dapat berfungsi sebagai tempat yang memberikan peluang dalam meningkatkan ekonomi penghuni. Rumah akan selalu berkembang dan selalu menyesuaikan diri terhadap konteks kegiatan penghuninya. Usaha yang dilakukan di dalam rumah sangat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan secara fisik dan non fisik pada rumah tinggal.

Pada awalnya kegiatan industri rumah tangga yang terjadi di desa Ngingas dilakukan sebagai pekerjaan sampingan dengan lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri. Dalam perkembangan lebih lanjut kegiatan industri rumah tangga berkembang dengan sangat pesat. Berkembangnya usaha dalam rumah tangga tersebut mengakibatkan timbulnya perubahan pada pola pemanfaatan/penggunaan ruang rumah tinggal dan adanya pergeseran fungsi ruang sebagai akibat berkembangnya Usaha yang Bertumpu pada Rumah Tangga (UBR). Interaksi ini lebih dipengaruhi oleh aspek sosial, ekonomi dimana penggunaan ruang usaha ini membawa manfaat baik dari segi sosial ekonomi maupun fisik rumah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada pola pemanfaatan/penggunaan ruang rumah tinggal sebagai akibat kegiatan industri rumah tangga baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat dilihat dari perubahan pada pola pemanfaatan/penggunaan ruang rumah. Secara non fisik melihat perubahan yang ditimbulkan terhadap aktifitas penghuni.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian studi kasus dengan jenis penelitian deskriptif eksploratif. Penelitian ini mampu mengeksplor dan mengungkapkan perubahan pola pemanfaatan/penggunaan ruang rumah tinggal, dan mengetahui pergeseran fungsi ruang secara lebih dalam serta ingin mengetahui dampak yang ditimbulkan dan sejauhmana eksistensi rumah sebagai hunian akibat berkembangnya Usaha yang Bertumpu pada Rumah Tangga (UBR) guna untuk kepentingan studi. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada masyarakat, pemerintah dan bidang ilmu arsitektur tentang rumah yang terkait dengan UBR dan berbagai aspek kehidupan penghuninya.

(2)

Pattern Changes of House Space Arrangement as A Result

of Home Based Enterprise Activities

Case Study: Metal Casraftmen at Ngingas Village, Waru District,

Sidoarjo Municipality

Taufikurrahman¹),Muhammad Faqih²), Hari Purnomo³) 1) Mahasiswa Arsitektur ITS Surabaya.

2) Dosen Arsitektur ITS Surabaya 3) Dosen Arsitektur ITS Surabaya

ABSTRACT

A house is not only a result of psichally and statically things, but also a process that continue to burgeon and relates to social economy mobilities of its occupant during a periode of time. A house have many functions and all of its depends on the objectives going to be reached. A house as a human basic need not only functions as a place to take shelter but also as a place that giving opportunity to its occupant raising his economy. A house will always continue to develop and adapted to the context of its occupant activities. An effort being done in a house will influence to the changes of its both phsically and nonphsically.

At first, household industries activities at Ngingas village done as a side job with an orientation to fulfill basic need. The job manage tradisionally and descently upon generation to generation. In a further development, household industries grows rapidly which consequence to an emerge to the changes on utilization patterns of house space and a shiftness to space function as a result of development of a Household Focused Bussiness (UBR). This phenomenon also caused by simbiotic interaction between human and his built form. This interaction influenced more by social-economy aspect which space utilization worthwhile not only to the social-economic aspect but also the house physically.

The objectives of this research is knowing more about the shiftness happened to space utilization pattern of stay house as a result of household industries activities not only physically but also nonphysically. In a physical manner, the shiftness can be seen at utilization pattern of housing space. In a non physical manner, it can be seen at shiftness emerge as a result of house activities.

This research use an approach of case study with a kind of descriptive explorative. research which it able to explore and reveal changes in room utilization of stay house, shiftness in a room function, impacts that will emerge and house existence as an accupation as a result of Household Focused Bussiness (UBR). The result expected can contribute to society, government, and architecture as science of houses associated to Household Focused Bussiness (UBR) and various aspect of life of its occupant.

(3)

I. PENDAHULUAN

Rumah produktif atau usaha yang berbasis pada rumah tangga di Indonesia bukanlah hal baru, hal ini sejalan dengan pernyataan Santosa (2000) dan Johan Silas (2000), yang mengungkapkan bahwa industri rumah tangga di Indonesia sangat umum dan bukanlah gejala baru, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Sedangkan menurut Anderson (1982) industri-industri kecil atau usaha dalam rumah tangga tumbuh dengan cepat dalam periode industrialisasi dunia. Menurutnya sudah saatnya untuk memberikan peluang pada usaha yang bertumpu pada rumah tangga karena mampu menggerakkan ekonomi negera yang bersangkutan. Bahkan usaha yang bertumpu pada rumah tangga sudah menjadi suatu kebutuhan masyarakat modern dewasa ini.

Dalam perkembangannya keberadaan rumah produktif atau rumah usaha mempertegas fungsi rumah yang sangat luas bagi kehidupan manusia. Di kecamatan Waru pada umumnya industri-industri kecil atau usaha dalam rumah tangga tumbuh dengan pesat, dan pada khususnya salah satu diantaranya industri kerajinan logam yang berada desa Ngingas yang pengelolaannya dilaksanakan di dalam rumah dalam bentuk usaha rumah tangga (HBEs). Berdasarkan data dari Dinas Koperasi UKM Perindustrian Perdagangan dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo tahun 2008 (dalam profil sentra industri unggulan di Kabupaten Sidoarjo) ada 286 KK pengarajin logam yang ada di Desa Ngingas.

Memperhatikan sejarah kerajinan logam yang ada di desa Ngingas, ternyata bukanlah merupakan hal baru. Kegiatan tersebut sudah merupakan bagian dari kegiatan rumah tangga, sehingga tidaklah mengherankan kalau sampai saat ini masih ditemukan adanya alat-alat kerajinan logam di beberapa rumah masyarakat desa Ngingas berupa gerinda (alat penghalus) yang merupakan alat kerajinan logam yang tradisional. Pada awalnya kegiatan tersebut merupakan kegiatan sampingan dan sasarannya hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, kemudian ada pasar yang cukup menjanjikan yang kemudian dapat memberikan nilai tambah terhadap penghasilan keluarga sehingga secara berangsur berkembang menjadi kegiatan industri yang akhirnya berperan sebagai sentra ekonomi rumah tangga.

Secara khusus kegiatan kerajinan logam tersebut dikelola secara komersil serta turun temurun sejak tahun 1930-an dan berkembang dengan pesat sampai sekarang. Kenyataan ini menunjukkan bahwa rumah tidak hanya dapat difungsikan sebagai hunian, tetapi rumah mempunyai fungsi lebih yang dapat digunakan untuk kegiatan lain antara lain sebagai wadah kegiatan industri rumah tangga atau sebagai sentra ekonomi rumah tangga yang lebih dikenal dengan sebutan Home Based Enterprises/HBEs (Usaha yang bertumpu pada rumah tangga/UBR). Sesuai pernyataan Johan Silas (1993:2) bahwa pengertian rumah lebih lanjut ditekankan pada aspek penggalang sumber daya yang mampu menjamin eksistensinya yang lebih lama atas usaha dari pemilik/pemakai sendiri serta mampu berkembang makin baik. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa konsep perumahan yang dikembangkan oleh masyarakat pada dasarnya dapat memberikan peran dalam memadukan kebutuhan perumahan dengan kesempatan menggalang sumber daya. Sisi yang menarik integrasi dari rumah dengan peluang menggalang macam-macam sumber daya termasuk aspek produktifitas dalam arti luas (termasuk peningkatan mutu kehidupan penghuni) dimana fungsi rumah makin menonjol dalam beragam bentuk dan susunannya terutama sebagai jaminan dari eksistensi dan keberlanjutannya.

Yang menarik untuk diteliti adalah dari 1.698 KK yang ada di desa Ngingas atau ada 286 populasi rumah yang mengelola atau mempunyai industri kerajinan logam justru kondisi rumahnya lebih baik bila dibandingkan dengan rumah yang tidak mengelola atau mempunyai industri kerajinan logam. Hal-hal yang ingin diketahui adalah dengan berkembangnya industri kerajinan logam di desa Ngingas, perubahan apa yang terjadi (pola pemanfaatan/penggunaan

(4)

ruang hunian, sejauhmana pola perubahan tersebut sebagai sebagai akibat industri rumah tangga), serta faktor-faktor apa saja yang dapat berpengaruh terhadap pola perubahan tatanan ruang rumah tinggal, serta bagaimana pola pergeseran fungsi ruang pada hunian. Apakah rumah yang digunakan sebagai kegiatan usaha dimana fungsi utamanya sebagai rumah hunian masih dapat mendukung perkembangan usaha yang mewadahinya meskipun usaha itu telah berkembang menjadi sentra ekonomi keluarga.

Adapun tujuan penelitian ini adalah: mendeskripsikan tentang pola pemanfaatan/penggunaan ruang hunian dengan adanya Usaha yang Bertumpu pada Rumah Tangga (UBR), serta faktor-faktor apa yang berhubungan/berkaitan, mendiskripsikan tentang pola pergeseran fungsi ruang dalam organisasi ruang serta faktor-faktor yang berhubungan/berkaitan. Batasan penelitian sebagai berikut; perubahan diartikan sebagai suatu penggantian, pemindahan, pertukaran, pertambahan dan pengurangan (Badudu dan Zain, 1994; Habraken, 1978). Tatanan Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang yang mewujudkan identitas dan orientasi bangunan rumah, yang meliputi ruang dalam dan ruang luar, serta fungsi ruang (Schulz, 1985). Rumah yang dimaksud adalah bangunan rumah selain sebagai tempat tinggal/hunian juga dipergunakan sebagai wadah kegiatan ekonomi, wilayah penelitian di fokuskan pada dusun Pandean dan di sepanjang jalan Ngingas Selatan. Wilayah penelitian ini dipilih dengan pertimbangan karena usaha kerajinan logam yang dilakukan di dalam rumah tinggal dengan kriteria rumah seperti tersebut pada pengertian rumah diatas berkembang dengan sangat pesat.

Manfaat Penelitian ini; bagi pelaku Usaha yang Bertumpu pada Rumah Tangga (UBR) diharapkan hasil dari penelitian ini akan secara khusus dapat memberikan masukan untuk pemanfaatan ruang hunian rumah produktif dalam perkembangannya. Menambah wawasan pada konsep arsitektur tentang rumah tinggal yang terdapat usaha di dalamnya sebagai suatu proses yang terkait dengan aspek-aspek kehidupan penghuninya. Sedangkan bagi penghuni diharapkan dapat membantu permasalahan tatanan ruang rumah tinggal dalam mendukung keberlanjutan berhuni serta keberlanjutan usaha dalam rumah tangga, bagi pemerintah diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai panduan dalam penanganan perkembangan hunian yang terdapat usaha didalamnya dalam lingkungan permukiman.

II. KAJIAN TEORI

A. Pengertian dan Fungsi Rumah

Pengertian rumah dikemukakan Budihardjo (1987) antara lain: rumah sebagai simbul dan pencerminan tata nilai selera pribadi penghuninya atau dengan kata lain sebagai pengejawantahan jati diri, rumah sebagai wadah keakraban diamana rasa memiliki, kebersamaan, kehangatan, kasih dan rasa aman tercipta didalamnya, rumah sebagai tempat kita menyendiri dan menyepi, yaitu sebagai tempat melepaskan diri dari dunia luar, tekanan dan tegangan, rumah sebagai tempat untuk kembali pada akar dan menumbuhkan rasa kesinambungan dalam untaian proses ke masa depan, rumah sebagai wadah kegiatan utama sehari-hari, rumah sebagai pusat jaringan sosial, rumah sebagai struktur fisik dalam arti rumah adalah bangunan.

Soebroto dalam Budihardjo (1998) juga berpendapat bahwa rumah selain sebagai tempat berlindung juga merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi dimana seorang individu diperkenalkan kepada nilai dan adat kebiasaaan yang berlaku dimasyarakat. Rumah adalah tempat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup seperti kebutuhan cinta kasih, kebutuhan harga diri, kebutuhan rasa aman dan juga kebutuhan mengaktualisasikan diri. Rumah menunjukan tempat tinggal dimana sebagian besar praktek-praktek kerumah-tanggaan dilakukan dan keberadaan diri manusia dapat terekspresikan. Di dalam rumah ada jejaring

(5)

aktifitas dan pemahaman makna secara bersama. Rumah harus mampu membuka jalan dan memberikan saluran terhadap kecendrungan, kebutuhan, aspirasi dan keinginan manusia dengan sepenuhnya.

Dengan demikian rumah mempunyai pengertian dan makna yang multi dimensi. Rumah bukan sekedar tempat berlindung tetapi merupakan tempat yang dapat menampung berbagai aktifitas kehidupan penghuni. Rumah harus dapat mengantarkan penghuni memenuhi tuntutan kehidupan dan penghidupannya. Rumah merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkup terbatas. Menurut Johan Silas (2002) rumah mengandung pengertian:

1. Sebagai tempat penyelenggaraan kehidupan dan penghidupan keluarga; rumah harus memenuhi kebutuhan yang bersifat biologis seperti makan, belajar, dan lain-lain, juga memenuhi kebutuhan non biologis, seperti bercengkrama dengan anggota keluarga atau dengan tetangga.

2. Rumah berfungsi sebagai sarana investasi; rumah mempunyai nilai investasi yang bersifat moneter yang dapat diukur dengan uang dan non moneter yang tidak dapat diukur dengan uang., tetapi lebih pada keuntungan moral dan kebahagiaan keluarga.

3. Rumah sebagai sarana berusaha; melalui rumah penghuni dapat meningkatkan pendapatannya guna kelangsungan hidupnya.

4. Lebih lanjut dinyatakan bahwa rumah sebagai tempat bernaung harus memenuhi kebutuhan ruang akan kegiatan bagi penghuninya. Terdapat beberapa ruang pokok yang ada pada sebuah rumah, yaitu ruang tidur, ruang belajar atau ruang kerja, ruang keluarga, ruang services seperti dapur, dan teras atau ruang tamu. Makna yang terkandung didalam kebutuhan ruang-ruang tersebut mencerminkan bahwa rumah adalah tempat untuk istirahat, tempat untuk mengaktualisasikan diri guna meningkatkan mutu kehidupan, rumah sebagai tempat sosialisasi utamanya dengan keluarga, rumah sebagai tempat menyediakan kebutuhan jasmani dan rohani, serta rumah sebagai tempat bernaung.

B. Rumah sebagai suatu Proses

Turner (1972) mengungkapkan bahwa rumah sebagai bagian yang utuh dari permukiman bukanlah hasil fisik sekali jadi melainkan merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam kurun waktu tertentu. Turner juga mengatakan bahwa prioritas terhadap rumah dilihat dari nilai yang eksistensial yaitu opportunity, security, dan identity. Dalam membangun atau mengembangkan rumah, masyarakat berpenghasilan rendah akan melihat pada kesempatan atau ada tidaknya dana dan dengan membangun rumah tersebut secara ekonomis apakah menambah pemasukan atau income, sedangkan identity bagi mereka tidak menjadi prioritas karena itu lebih menunjukkan pada status sosial. Berbagai macam fungsi yang ada dalam rumah tergantung tujuan yang ingin dicapai penghuninya yang berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung tempat dan waktu. Antara rumah dan penghuni rumah mempunyai hubungan timbal balik dan yang terpenting dari rumah itu adalah dampak terhadap kehidupan penghuninya bukan wujud atau standar fisiknya. Atau dengan kata lain bahwa yang terpenting dari rumah itu bagi penghuninya adalah manfaatnya bukan tampilannya. Ada tiga hal yang melandasi rumah sebagai suatu proses, yaitu nilai rumah, fungsi ekonomi rumah, dan wewenang atas rumah.

1. Nilai Rumah

Menurut Turner ada dua faktor yang dapat dipakai untuk mengukur nilai rumah dan indikasi adanya permasalahan, yaitu faktor monenter yang meliputi pendapatan rumah tangga meliputi biaya operasional kelangsungan rumah, cost seperti tanah, bangunan dan fasilitas lain, serta modal yang dimiliki penghuni dari kepemilikan rumah. Faktor kedua

(6)

adalah faktor non moneter yang meliputi pencapaian, baik pencapaian terhadap penghasilan maupun pencapaian sosial, keamanan bertempat tinggal atau kebebasan untuk mendiami dan menjual rumah serta standar fisik bangunan dan lingkungannya.

2. Fungsi Ekonomi Rumah

Fungsi ekonomi rumah adalah usaha untuk menghasilkan perumahan yang ekonomis dan lebih menitik beratkan pada pemanfaatan sumber daya yang tersedia, terutama dengan menggunakan sumber daya yang lebih dimiliki masyarakat, yang umumnya merupakan renewable resources. Dengan demikian fungsi ekonomi rumah adalah suatu cara penggunaan yang efisien dari sumber daya yang tersedia.

3. Wewenang atas Rumah

Bila penghuni mengendalikan proses pengambilan keputusan utama dan bebas memberi masukan dalam perencanaan dan perancangan pembangunan atau

pngelolaannya, proses dan lingkungan yang dihasilkan akan merangsang kesejahteraan dari perorangan maupun masyarakat pada umumnya.

C. Rumah Produktif

Rumah merupakan tempat segala kegiatan yang berkaitan dengan aktifitas kehidupan manusia dan pemenuhan hidup manusia, baik yang bersifat untuk memenuhi tuntutan individu maupun tuntutan bersama. Johan Silas (1993) menyatakan rumah dalam fungsinya terdapat dua katagori:

1. Rumah (saja)

Yaitu rumah yang digunakan sebagai tempat tinggal tanpa kegiatan lain yang berarti. Pada rumah jenis ini biasanya dimanfaatkan oleh golongan menengah keatas, tetapi sedikit sekali golongan berpenghasilan rendah menggunakannya.

2. Rumah Produktif

Dimana sebagian rumah yang digunakan untuk usaha atau kegiatan ekonomi, dengan konsekuensi yang timbul adanya hubungan antar aspek produksi didalam rumah dan perawatan rumah. Perbandingan atau proporsi dari bentuk rumah produktif terdapat tiga tipe, antara lain:

a).Tipe Campuran

Adalah tipe dimana fungsi rumah tinggal menjadi satu dengan tempat kerja. Fungsi rumah masih dominan, bertempat tinggal masih menjadi fungsi utama.

b).Tipe Berimbang (shared)

Rumah tinggal dipisah dengan tempat kerja pada bangunan yang sama, akses ke tempat kerja kadang-kadang juga dipertegas serta dipisahkan, serta orang lain diluar rumahnya juga terlibat didalamnya.

c). Tipe Terpisah

Tempat kerja merupakan hal yang dominan, mengambil sebagian besar dari seluruh ruangan. Kadang-kadang tempat tinggal diletakkan pada bagian belakang atau didepan tempat kerja yang digabungkan dengan tempat kerja.

Sumber : Monografi Desa Ngingas Tahun 2008

Gambar 1 Lokasi Studi Desa Ngingas dalam Kecamatan Waru

(7)

D. Usaha yang Bertumpu pada Rumah Tangga (UBR)

Fungsi produktif rumah saat ini sangat menonjol, yang merupakan fungsi lebih dari Karakteristik UBR menurut Lipton dalam Johan Silas (2000) :

1. Keluarga menonjol sebagian besar dari modal dan melibatkan diri untuk bekerja. 2. Sebagian besar dari lahan, modal kerja milik keluarga ikut dilibatkan.

3. Kebanyakan dari kerja UBR dilakukan oleh keluarga.

UBR akan dipengaruhi oleh backward lingkage (bahan dan tenaga kerja) serta forward lingkage (pemasaran) yang akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh proses produksi dari UBR tersebut dan dampak yang ditimbulkannya. Perlu ditelusuri lebih jauh peran dari rumah dan permukiman dimana UBR tersebut berada, apakah mempermudah proses makro dari UBR atau mempermudah proses mikronya. Selanjutnya menurut Johan Silas (2000) ada cirri-ciri pokok UBR, antara lain :

1. Rumah dan rumah tangga menjadi modal dan basis dari kegiatan ekonomi keluarga. 2. Keluarga menjadi kekuatan pokok dalam penyelenggara UBR, mulai dari menyiapkan,

menjalankan hingga mengendalikan semua kegiatan, sarana dan prasarana yang terlibat. 3. Dasar dan pola kerja UBR terkait erat dengan dan menjadi bagian dari penyelenggaraan

kerumah-tanggaan. Isteri/ibu dan anak-anak menjadi tulang punggung dari penyelenggara UBR.

4. Rumah makin jelas merupakan proses yang selalu menyesuaikan diri dengan konteks kegiatan yang berlaku, termasuk kegiatan (atau tidak ada kegiatan) melakukan berbagai bentuk UBR.

5. Berbagai konflik yang timbul sebagai konsekuensi dari adanya UBR di rumah dapat diatasi secara alami, baik internal rumah maupun dengan lingkungan dan tetangga di sekitarnya yang terlibat langssung atau tidak langsung dalam berbagai kegiatan UBR. Dalam International Research on Home Based Enterprises (2002) HBEs merupakan

III.METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Studi Kasus.

Tujuan penelitan studi kasus adalahmengadakan telaah secara mendalam tentang suatu kasus yang bersifat terbatas (Sujarwo, 2001). Dalam pendekatan studi kasus ini peneliti mencoba menganalisa fakta-fakta dan data-data empiris yang terjadi di lapangan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi atau penyebabkan terjadinya pola penggunaan ruang rumah sebagai akibat kegiatan industri rumah tangga di desa Ngingas Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.

Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian

Deskriptif Eksploratif. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi dalam suatu daerah tertentu. Penelitian deskriptif juga bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Variabel-variabel yang berpengaruh pada pola tatanan ruang rumah kerajinan logam dalam penelitian ini adalah :

Variabel tetap (dependen variabel) : Tipe rumahberdasarkanpola tatanan ruang rumah, dan tipe rumah berdasarkan hirarki penggunaan ruang rumah

Variabel Bebas (independen variabel) : karakteristik penghuni rumah (Penghasilan, Pendidikan, struktur keluarga, dan usia KK), karakteristik kerja kerajinan logam (Jenis kerja logam, kepemilikan alat, partner dalam bekerja), kepemilikan rumah (status rumah, cara

(8)

pemilikan rumah, lamanya tinggal), organisasi ruang (perancangan rumah, jumlah ruang, luasan ruang), pola penggunaan ruang (aktivitas penghuni dalam ruang rumah).

Metode pengambilan sampel secara random atau secara acak sebanyak 100 sampel dari 286 populasi (rumah produktif) yang tersebar di wilayah Desa Ngingas yang kemudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode statistik (SPSS 12). Dalam metode statistik ini ada dua kemungkinan kecenderungan yaitu H0 ditolak apabila nilai chi-square test pada kolom Asymp.Sig.<0,1 artinya variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap variabel terikat, dan H0 diterima jika nilai chi-square pada kolom Asymp.Sig. test >0,1 artinya variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Untuk metode pemumpulan data yaitu ada dua data primer yang diperoleh dari observasi, wawancara (interview), kuisioner d.an data sekunder yang diperoleh tidak secara langsung oleh peneliti.

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Penggunaan Ruang Berdasarkan Pola Tatanan Ruang

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bulos & Chaker (1993) bahwa rumah tangga yang merangkap sebagai tempat kerja terdapat dua penyesuaian. Yang pertama bahwa pekerjaan atau ruang kerja bisa diakomodasikan ke dalam rumah. Penyesuaian ini biasanya pada aktivitas penghuni tanpa merubah ruang rumahnya. Yang kedua bahwa rumah dirubah agar dapat mengakomodasi pekerjaan, yang dilakukan antara lain dengan member penyekat pada ruang rumah, membuat ruang baru, memberikan penyelesaian pada ruang dalam dengan member lapisan kedap suara pada dinding rumah atau berbagi ruang antara rumah tangga dan untuk pekerjaan. Bahkan Indarto dalam Johan Silas (2000;303) mengatakan bahwa masyarakat yang menggunakan rumahnya untuk kegiatan ekonomi memilih pemisahan antara tempat tinggal dengan tempat kerja namun sebagian bahkan rela mengorbankan bagian ruang kehidupannya untuk mewadahi perlengkapan yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan taraf hidup.

Rumah produktif yang berada di Desa Ngingas dalam pengamatan dan identifikasi terhadap penggunaan ruang menggunakan dasar backward lingkage ruang untuk mesin/alat kerajinan sebagai dasar pengklasifikasian. Berdasarkan hasil survey primer tahun 2009 dengan sampel 100 pengrajin logam diklasifikasikan untuk diidentifikasi dalam penggunaan ruang ruang tinggal, maka didapatkan 4 tipe penggunaan ruang yang didasarkan pada ruang kerja. Empat tipe tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tipe rumah yang memiliki ruang kerja yang berada diluar rumah/halaman rumah/terpisah dari rumah. Pada tipe ini pengrajin logam dalam melakukan aktivitas kerja sehari-hari bekerja diluar rumah namun masih menjadi teritori dari rumah tersebut.

2. Tipe rumah dengan ruang kerja berada di dalam rumah/ada ruangan tersendiri untuk bekerja. Rumah jenis ini menyediakan ruang khusus untuk bekerja. Biasanya ruangan khusus yang disediakan di dalam rumah dibatasi dengan teritori berupa dinding dari kayu atau triplek, almari, dan juga ada yang berupa beton/tembok.

3. Tipe rumah dengan ruang kerja bercampur dengan rumah tangga. Rumah tipe ini dimana fungsi rumah tinggal menjadi satu dengan tempat kerja. Biasanya fungsi rumah masih dominan dan masih menjadi fungsi utama. Disamping itu rumah tipe ini juga tidak menyediakan ruang khusus untuk bekerja, dan kegiatan produksi dilakukan bergantian bahkan kadang bersamaan dengan kegiatan lainnya dalam rumah. Dan ruangan yang biasa dan sering digunakan sebagai tempat kerja seperti ruang keluarga, dapur dan teras rumah. Disamping itu rumah tipe ini tidak menyediakan ruang kerja berada di luar rumah/didepan yang terpisah dari rumah, di samping rumah, ataupun di belakang rumah.

(9)

4. Tipe rumah dengan ruang kerja berada di samping, di belakang dan di depan dalam satu bangunan rumah. Rumah produktif dengan tipe ini umumnya tidak menyediakan tempat kerja atau ruang kerja di dalam rumah, di belakang rumah atau di samping rumah, serta di depan rumah yang terpisah dengan bangunan rumah, namun membuat ruang kerja di samping rumah, di belakang rumah, di depan rumah tetapi masih satu bangunan rumah. Pembuatan ruang kerja ini bisa dilakukan dengan cara membuat penyekat dari kayu/triplek atau permanen dengan beton/tembok, sehingga teritori untuk ruang keluarga, ruang tamu, dan ruang tidur serta ruang untuk dapur masih sangat dominan.

Berdasarkan pengamatan lapangan tentang letak ruang kerja pengrajin maka dapat diklasifikasikan dalam 4 tipe rumah, dimana antara satu tipe rumah dengan tipe rumah yang lain tidak sama. Hal ini menunjukkan adanya perkembangan dan perubahan yang fleksibel dan dinamis pada rumah produktif. Dari 4 tipe penggunaan ruang untuk rumah produktif kerajinan logam di Desa Ngingas terdapat kemiripan dan kesesuaian dengan 3 kriteria tipe rumah yang di ungkapkan oleh Johan Silas.

B. Analisa Perbandingan Proporsi Tipe Rumah Berdasarkan Johan Silas (2000;284) dan Existing Lapangan

1.Tipe campuran, dimana fungsi rumah sebagai tempat tinggal menjadi satu dengan ruang kerja. Ada fleksibelitas dan kedinamisan dimana pekerjaan dapat diwadahi. Fungsi rumah masih dominan, bertempat tinggal masih menjadi fungsi utama.

Tipe Penggunaan Ruang Berdasarkan Ruang Kerja

Analisis

Tipe rumah campuran dengan ruang kerja yang bercampur dengan kegiatan rumah tangga terdapat juga pada rumah pengrajin logam di Desa Ngingas. Sehingga apa yang diungkapkan oleh Johan Silas bahwa dalam tipe rumah ini terjadi fleksibilitas dan kedinamisan.

2.Tipe berimbang, dimana rumah tinggal dipisahkan dengan tempat kerja pada bangunan yang sama, Ada kesamaan kepentingan pada tempat tinggal hidup dan bekerja. Akses ke tempat kerja kadang-kadang juga dipertegas dan dipisahkan, dimana orang luar rumahnya juga terlibat di dalamnya. Tipe rumah dengan ruang kerja berada sama-sama di dalam rumah dengan ruangan tersendiri.

Analisis

Tipe berimbang ini hampir sama dengan tipe rumah dengan rumah kerajinan logam di Desa Ngingas yang berada dalam rumah. Tipe ini didalam rumah pengrajin logam terdapat tempat kerja tetapi dipisahkan dengan penyekat atau pembatas untuk membatasi kegiatan ekonomi dan kegiatan rumah tangga.

Tipe rumah yang memiliki ruang kerja kerajinan logam berada di luar rumah/halaman depan atau halaman belakang rumah.

Tipe rumah dengan pengrajin mengerjakan pekerjaannya dihalaman rumah memiliki kemiripan dengan tipe berimbang. Tipe ini juga memisahkan kegiatan rumah tangga dan kegiatan ekonomi dengan menempatkan alat kerajinan di halaman rumah. Dan ruang kerja ini bukan dalam satu bangunan rumah tetapi masih dalam satu teritori dengan rum

3.Tipe terpisah, dimana tipe ini tempat kerja merupakan hal yang dominan, mengambil sebagian besar dari seluruh ruangan. Kadang-kadang tempat tinggal diletakkan pada bagian belakang atau di depan tempat kerja yang digabungkan dengan kegiatan kerja. Bisa juga pemilik tinggal pada tempat lain yang terpisah sedangkan rumah tersebut selanjutnya digunakan oleh para pekerja.

Tipe rumah ini biasanya yang mempunyai penghasilan lebih dari Rp.5.000.000,00 per-bulan dan memiliki modal besar

Analisis

Tipe terpisah ini terdapat pada rumah pengrajin di Desa Nginga. Rumah pengrajin sudah tidak dominan bila dibandingkan dengan fungsi sebagai tempat kerja. Namun fungsi rumah tangga tetap berjalan normal. Dan biasanya pengrajin yang memiliki tipe ini adalah pengrajin yang mempunyai ruang khusus untuk pemasaran yang berada di depan rumah

(10)

Empat tipe rumah dengan faktor yang mempengaruhinya akan dianalisis dengan metode crosstab. Metode crosstab ini akan mendasarkan analisis hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas. Variabel bebas dalam hal ini adalah karakteristik penghuni rumah, karakteristik kerja kerajinan logam, kepemilikan alat, dan organisasi ruang serta pola penggunaan ruang.

D. Analisis Crosstab

Melalui analisis crosstab dapat diketahui ada atau tidak ada hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas yang kemudian dengan mengetahui hubungan dan tingkat korelasi tersebut akan dapat dirangkum mengenai penggunaan ruang pada rumah produktif.

Dalam analisis crosstab menghasilkan menghasilkan dua hipotesis yaitu H0 jika tidak terjadi korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas, serta H0 jika terjadi hubungan atau korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa yang merupakan variabel bebas adalah karakteristik penghuni rumah yang meliputi penghasilan, pendidikan, struktur keluarga, dan usia KK; karakteristik kepemilikan rumah meliputi status rumah, cara pemilikan rumah dan lamanya tinggal; karakteristik kerja kerajinan logam meliputi jenis usaha, kepemilikan alat, dan partner dalam bekerja.

Jika H0 diterima maka dipastikan variabel-variabel bebas tersebut tidak berpengaruh terhadap variabel terikat yang dalam penelitian ini adalah tipe rumah berdasarkan pola tatanan ruang rumah dan tipe rumah berdasarkan penggunaan ruang rumah. Dan jika H0 di tolak maka variabel-variabel bebas akan berpengaruh pada pemilihan tipe rumah berdasarkan ruang kerja. Penetuan ditolak dan diterimanya H0 dapat dilihat pada hasil chi-square test di kolom Asymp.Sig dengan baris pearson chi-square, sedangkan standart eror yang digunakan dalam studi ini adalah 10% atau sama dengan 0,1. H0 diterima jika nilai chi-square test >0,1 dan H0 akan ditolak jika nilai chi-square test <0,1.

Tabel 1 Variabel yang Berpengaruh pada Tipe Rumah Berdasarkan Ruang Kerja No. Variabel Asymp.Sig. Kesimpulan

1 Pekerja dalam rumah 0.005 Ada pengaruh 2 Lama bekerja (dalam tahun) 0.028 Ada pengaruh 3 Waktu bekerja (dalam hari) 0.010 Ada pengaruh

4 Kepemilikan alat 0.009 Ada pengaruh

5 Partner kerja selain keluarga 0.001 Ada pengaruh

6 Status rumah 0.040 Ada pengaruh

7 Penghasilan 0.004 Ada pengaruh

8 Struktur keluarga 0.378 Tidak ada pengaruh 9 Perancangan rumah 0.928 Tidak ada pengaruh

10 Pendidikan 0.743 Tidak ada pengaruh

11 Usia Kepala Keluarga (KK) 0.684 Tidak ada pengaruh Sumber : Olah Data Tahun 2009

E. Faktor-faktor yang Tidak Berpengaruh pada Tipe Rumah Berdasarkan Ruang Kerja Variabel-variabel yang tidak berpengaruh pada tipe rumah berdasarkan ruang kerja. Berdasarkan hasil Crosstab variabel yang tidak berpengaruh berdasarkan hasil hipotesis “terima H0” artinya variabel tersebut tidak memberikan pengaruh pada kecenderungan

(11)

pemilihan tipe rumah berdasarkan ruang kerja rumah produktif adalah struktur keluarga, perancangan rumah, pendidikan dan usia Kepala Keluarga (KK).

F. Pola Pergeseran Fungsi Ruang Rumah dalam Organisasi Ruang dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh

Altman (1984;75) mengatakan bahwa privasi adalah merupakan konsep sentral yang menghubungkan antara ruang pribadi, teritori dan prilaku sosial, sehingga privasi adalah batas-batas yang mengatur proses hubungan interpersonal yang dilakukan terhadap seseorang atau kelompok orang dengan yang lainnya. Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan 4 jenis tipe rumah berdasarkan organisasi ruang sebagai berikut:

Empat jenis klasifikasi tipe rumah berdasarkan organisasi ruang tersebut tersebar merata pada 100 sampel responden yang dapat dilihat pada tabel 6.1 dibawah ini.

Tabel 2 Tipe Rumah Berdasarkan Ruang Kerja

Tipe Rumah Responden Prosentase

Tipe 1 30 30%

Tipe 2 45 45%

Tipe 3 19 19%

Tipe 4 6 6%

Jumlah 100 100%

Sumber : Survey Primer Tahun 2009

Tabel 3 Sampel Setting Ruang Rumah Responden

No Nama responden Jenis Usaha Rumah Alamat Ket. 1 MY Tempat produksi Ngingas Selatan 1 KK

2 J Tempat pemasaran Ambeng-ambeng 1 KK

3 ASH Produksi dan pemasaran Ngingas Selatan 1 KK

Rumah Tipe 1 Rumah Tipe 2

Rumah Tipe 3 Rumah Tipe 4

Sumber : Analisa Tahun 2009

Gambar 2 Sketsa Tipe Rumah Pengrajin Logam Berdasarkan Ruang Kerja

Rumah induk Ruang kerja Ruang kerja Ruang kerja Ruang kerja Rumah induk Rumah induk Rumah induk

(12)

4 AR Rumah tangga Gang Pandean 02 1 KK

Jumlah 4 KK

Sumber : Survey Primer Tahun 2009

G.Faktor-faktor yang Berpengaruh Pada Pola Pergeseran Ruang

Empat tipe rumah dengan faktor yang mempengaruhinya akan dianalisis dengan metode crosstab, diamana metode ini mendasari analisis hubungan antara variabel dependen dengan variabel indevenden dalam sutudi ini berdasarkan pada pergeseran ruang dalam organisasi ruang. Variabel devenden dalam hal ini adalah tipe rumah berdasarkan hirarki penggunaan penggunaan ruang. Sedangkan untuk variabel indevenden dalam penelitian ini adalah karakteristik penghuni rumah, karakteristik kerja pengrajin logam, kepemilikan rumah dan organisasi ruang serta pola penggunaan ruang.

H.Analisis Crosstab

Dalam analisis crosstab menghasilkan menghasilkan dua hipotesis yaitu H0 jika tidak terjadi korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas, serta H0 jika terjadi hubungan atau korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas. Seperti yang sudah dijelaskan di atas terdahulu bahwa yang merupakan variabel bebas adalah karakteristik penghuni rumah yang meliputi penghasilan, pendidikan, struktur keluarga, dan usia KK; karakteristik kepemilikan rumah meliputi status rumah, cara pemilikan rumah dan lamanya tinggal; karakteristik kerja kerajinan logam meliputi jenis usaha, kepemilikan alat, dan partner dalam bekerja.

Jika H0 diterima maka dipastikan variabel-variabel bebas tersebut tidak berpengaruh terhadap variabel terikat yang dalam penelitian ini adalah tipe rumah berdasarkan pola tatanan ruang rumah dan tipe rumah berdasarkan penggunaan ruang rumah. Dan jika H0 di tolak maka variabel-variabel bebas akan berpengaruh pada pemilihan tipe rumah berdasarkan ruang kerja. Penetuan ditolak dan diterimanya H0 dapat dilihat pada hasil chi-square test di kolom Asymp.Sig dengan baris pearson chi-square, sedangkan standart eror yang digunakan dalam studi ini adalah 10% atau sama dengan 0,1. H0 diterima jika nilai chi-square test >0,1 dan H0 akan ditolak jika nilai chi-square test <0,1.

I. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Tipe Rumah Berdasarkan Organisasi Ruang

Berdasarkan hasil analisis crosstab variabel yang menghasilkan hipotesis tolak H0 atau nilai Ho <0,1 berarti variabel bebas tersebut dapat memberikan pengaruh pada kecenderungan pemilihan terhadap tipe rumah berdasarkan ruang kerja kerajinan logam. Variabel tersebut adalah penghasilan, pendidikan, struktur keluarga, kepemilikan alat, partner kerja.

J. Faktor-faktor yang Tidak Berpengaruh pada Tipe Rumah Berdasarkan Organisasi Ruang Berdasarkan hasil pengolahan data tahun 2009 dan crosstab variabel yang menghasilkan hipotesis terima H0 yang berarti tidak memberikan pengaruh pada kecenderungan pemilihan tipe rumah berdasarkan organisasi ruang adalah perubahan rumah, dan alasan perubahan rumah.

Tabel 4 Variabel yang Berpengaruh padaTipe Rumah Berdasarkan Organisasi Ruang

No. Variabel Asymp.Sig. Kesimpulan

1 Penghasilan 0.000 Ada pengaruh

2 Pendidikan 0.088 Ada pengaruh

(13)

4 Usia Kepala Keluarga 0.001 Ada pengaruh

5 Partner Kerja 0.650 Tidak berpengaruh

Sumber : Olah Data Tahun 2009

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Rumah produktif atau usaha yang berbasis pada rumah tangga adalah rumah yang selain digunakan untuk mengakomodasi kegiatan berumah tangga juga digunakan untuk usaha atau kegiatan ekonomi produktif dengan konsekuensi yang timbul adanya hubungan antar aspek produksi di dalam rumah dan perawatan rumah. Rumah produktif identik dengan pendapatan keluarga. Rumah produktif di sentra industri rumah tangga (home industry) di Desa Ngingas Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tidak semata-mata untuk meningkatkan ekonomi keluarga tetapi juga untuk meneruskan usaha kerajinan logam yang sudah turun-temurun dilakukan oleh orang tua mereka. Kerajinan logam merupakan pekerjaan utama yang merupakan sumber penghasilan utama keluarga. Pola penggunaan ruang hunian pada rumah produktif, di desa Ngingas dengan adanya Usaha yang Bertumpuh pada Rumah Tangga (UBR) dalam pengamatan dan identifikasi menggunakan dasar backward lingkage

ruang untuk mesin/alat kerajinan, maka didapatkan 4 tipe penggunaan ruang Yaitu:

1. Tipe rumah yang memiliki ruang kerja yang berada diluar rumah/halaman rumah/terpisah dari rumah.

2. Tipe rumah dengan ruang kerja berada di dalam rumah/ada ruangan tersendiri untuk bekerja. 3. Tipe rumah dengan ruang kerja bercampur dengan rumah tangga.

4. Tipe rumah dengan ruang kerja berada di samping, di belakang dan di depan dalam satu bangunan rumah.

Pola penggunaan ruang yang berpengaruh terhadap tipe rumah berdasarkan ruang kerja adalah Pekerja dalam rumah, lamanya bekerja, waktu bekerja, kepemilikan alat, partner kerja selain keluarga, status rumah, dan penghasilan. Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh adalah struktur keluarga, perancangan rumah, pendidikan, dan usia kepala keluarga.

Pergeseran fungsi ruang disebabkan karena adanya penggunaan fungsi ganda (multi fungtion) dari ruang tersebut. Hal ini terjadi karena ruang yang ada seperti ruang keluarga tidak hanya digunakan untuk bersantai anggota keluarga, ruang tamu tidak hanya digunakan untuk menerima tamu, dan ruang dapur tidak hanya digunakan untuk aktifitas memasak tetapi ada fungsi lain yang bisa digunakan sebagai ruang kerja pada saat pengepakan/penyortiran hasil produksi kerajinan logam yang siap dipasarkan.

pola pergeseran fungsi ruang dalam organisasi ruang rumah faktor yang berpengaruh terhadap tipe rumah adalah penghasilan, pendidikan, struktur keluarga, dan usia kepala keluarga. Sementara faktor yang tidak berpengaruh adalah partner kerja.

Mayoritas pekerja pada kerajinan logam adalah bapak dan anak tetapi tetap dibantu oleh ibu pada saat pekerjaan pengepakan/penyortiran dalam hal ini bisa dilakukan kapan saja bisa malam hari, pagi hari ataupun siang hari. Disamping itu untuk membantu pekerjaan kerajinan logam dibantu partner kerja diluar keluarga.

Dari peralatan yang digunakan seperti mesin hidrolis yang menimbulkan bunyi cukup keras walaupun tidak dipergunakan setiap saat. Sedangkan mesin pengepres dan mesin pengobras/mesin plong menimbulkan bunyi yang tidak keras tetapi setiap saat digunakan. Dengan penggunaan peralatan mesin-mesin tersebut menimbulkan kebisingan pada pengrajin ataupuin dengan anggota keluarga yang lain. Bagi ibu/istri pengrajin kebisingan tersebut dapat diatasi dengan cara mereka sering mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti pengajian rutin desa, kegiatan dasa wisma rukun tetangga atau kegiatan PKK desa.

Untuk mengatasi limbah yang timbulkan dari kerajinan logam maka tahap awal yang dilakukan adalah memilah limbah tersebut seperti limbah yang berupa limbah dari plastik dan limbah dari logam. Limbah dari plastik biasanya dikumpulkan pada kotak sampah yang disatukan dengan

(14)

sampah dari rumah tangga yang kemudian di buang ke tempat pengolahan sampah (TPS) yang ada di sebelah selatan desa Ngingas. TPS tersebut dibangun dengan bantuan Pemerintah daerah kabupaten Sidoarjo. Untuk sampah berupa plastik biasanya setiap hari diambil oleh pemulung. Sedangkan untuk limbah dari logam yang berupa biji logam/serbuk logam di kumpulkan dalam satu tempat/wadah apabila sudah penuh akan dijual kembali kepada saudagar besi yang sudah menjadi langganan pengrajin logam tersebut untuk di daur ulang.

B. Rekomendasi

Dengan penelitian perubahan pola tatanan ruang rumah tinggal sebagai akibat industri rumah tangga (studi kasus pengrajin logam di Desa Ngingas Kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo) dapat diberikan rekomendasi antara lain:

1. Usaha kerajinan logam di desa Ngingas yang dilakukan di dalam rumah tinggal terus berkembang sehingga ada kecenderungan menghilangkan fungsi rumah tinggal. Dan hal ini dapat menjadi referensi bagi pengembangan penelitian berikutnya.

2. Perubahan pola tatanan ruang rumah tinggal, sebagai akibat usaha dalam rumah tangga dapat dipelajari konsep Arsitektur yang bisa dipakai sebagai pedoman pengembangan hunian selanjutnya. 3. Perencanaan rumah dan lingkungan permukiman sudah selayaknya mempertimbangkan kebutuhan

ruang yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan usaha.

d. Dalam usaha kerajinan logam memanfaatkan halaman depan sebagai ruang untuk usaha produksi maupun usaha pemasaran, dengan tetap memperhatikan kesehatan ruang yang dapat dilakukan dengan tidak menghabiskan seluruh ruang terbuka rumah yang ada. Serta dibutuhkan suatu penanganan terhadap perkembangan kawasan usaha pembuatan yang terpadu dengan usaha pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Altman I. dan M. Chemers, (1984), Culture and Environment, Cambridge University Press, Cambridge.

Ropoport, A., (1969), House Form and Culture, Prentice Hall, Eanglewood cliffs, New York. Sommer, Robert., (1969), Personal Space : The Behavioral Basis of Design, Engelwood

Cliffs, New York.

Turner, Jhon FC (1972), Freedom to Build, Dweller of Housing Proses, The Mac Millianco, New York,

Turner, Jhon FC (1976), Housing By People, To Words Autonomy in Building Environments. Silas, Johan (1993), Housing Beyond Home, Case Study of Surabaya, ITS-Surabaya.

Silas, Johan, (1993), Perumahan : Hunian dan Fungsi Lebihnya, Pidato Pengukuhan Guru Besar ITS, Institut Tekologi Surabaya.

Subagyo, P. Joko (1977) Metode Penelitian, Dalam Teori dan Praktek, PT Rineksa Cipta, Jakarta.

Suryabrata, Sumadi (1998), Metodologi Penelitian, PT. Raja grafindo Persada, Jakarta

Santosa, Happy, (2000), The Use of Space in Madurese Houses for Home Industries Organised by Women, dalam Proceedings The International Coference, Henderson Hall, The University of Newcastle upon Tyne, UK.

The CARDO International, (2000), Housing, Work and Development : he Role of Home Based Enterprises, Procceding The Cardo International Conference, Henderson Hall, University of Newcastle upon Tyne, UK.

Swanendri, Ni Made, (2000), The Existence of Balinese House for Home Based Enterprises (HBEs) Activities : Case Study : Belega and bona Village, Blahbatuh, Gianyar

(15)

Regency, Bali, dalam Proceedings the Cardo Internatinal Confernce, Henderson Hall, The University of Newcastle upon Tyne, UK.

Muchlisiniyati Safeyah (2004), Perubahan Pola Tatanan Ruang Rumah Produktif di Desa Wedoro, Sidoarjo. ITS Surabaya

Tutuko (2004), Perkembangan Pola Hunian Rumah Produktif Kampung Sanan Tempe Malang. ITS Surabaya

Bappeda kabupaten Sidoarjo (2007), Perkembangan Industri Rumah Tangga, Industri Kecil, Menegah

Dinas Perindustrian Koperasi dan Perdagangan Sidoarjo (2006), Daftar industri Rumah Tangga Kecamatan Waru dan Perkembangannya

Kantor Camat Waru (2008), RDTRK dan Kecamatan dalam Angka Koperasi Waru Buana Putra (2008) Company Profile

Monografi Desa Ngingas (2008) Wabura 2009 @yahoo.com

Gambar

Tabel 1 Variabel yang Berpengaruh pada Tipe Rumah Berdasarkan Ruang Kerja
Tabel 3 Sampel Setting Ruang Rumah Responden
Tabel 4 Variabel yang Berpengaruh padaTipe Rumah Berdasarkan Organisasi Ruang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan terkait perubahan peng- gunaan lahan, kerawanan bencana longsor dankonsis- tensi pemanfaatan ruang atau penggunaan lahan terha- dap alokasi pola

Diketahui pola pemanfaatan ruang hutan produksi belum sesuai kaidah kemitraan di Wilayah Pembangunan (WP) I, namum sudah sesuai di wilayah II dan III. Capaian hasil pesanggem

Tema penelitian yang dilaksanakan sejak September – Desember 2007 ini adalah Penyimpangan Pemanfaatan Ruang dengan judul Analisis Pola Perubahan Pemanfatan Ruang dan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pola aktivitas pemanfaatan ruang luar pada kawasan wisata Songgoriti dengan keterkaitan pelaku aktivitas, waktu aktivitas,

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pola aktivitas pemanfaatan ruang luar pada kawasan wisata Songgoriti dengan keterkaitan pelaku aktivitas, waktu aktivitas,

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pola aktivitas pemanfaatan ruang terbuka publik di Alun-alun Batu dengan keterkaitan pelaku aktivitas, waktu aktivitas dan

Dalam lingkup desa, perubahan pola ruang tradisional desa adalah semakin berkembanganya permukiman yang semula hanya terdapat pada wilayah Banjar Dinas Dauh

Kesimpulan Pola aktivitas dan perilaku yang tejadi di ruang tunggu rumah sakit Aloei Saboe Gorontalo adalah perilaku duduk-duduk, mengobrol, tidur, menyendiri dengan jarak interaksi