• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Akhir 2013"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

KONSULTAN

LAPORAN AKHIR

PEKERJAAN : REVIEW MASTERPLAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA

LOKASI

: KABUPATEN BANYUWANGI

T. A.

: 2013

Jakarta Office Jl.Duren Tiga Raya No.19 Kav 8-9 Pancoran, Jakarta Selatan 12760 - Indonesia Telp. : +62 21 790 1773 Fax. : +62 21 790 1773 www.devan.co.id

Surabaya Office Deltasari Raya Selatan No/14, Candi Sidoarjo Jawa Timur - Indonesia Telp. : +62 31 8555091 info@devan.co.id

(2)

Puji syukur kepada Tuhan Y.M.E atas karunia dan nikmat yang telah diberikan sehingga kami dapat melakukan dan menyusun Laporan Akhir dari Pekerjaan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran 2013.

Laporan Akhir ini meliputi pelaporan dari seluruh rangkaian kegiatan pekerjaan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013. Adapun pokok pembahasan dalam Laporan Akhir yaitu resume dari materi laporan Akhir yang memuat metodologi yang digabungkan dengan resume hasil survey menara eksisting, analisa kebutuhan cakupan dan kapasitas selular, konsep penataan dan desain zona menara, konsep pengendalian dan pengawasan menara rekomendasi kebijakan menara telekomunikasi di Kabupaten Banyuwangi.

Dari hasil Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi maka Peraturan Bupati Kabupaten Banyuwangi dapat dikatakan telah memiliki alat pengendalian dan pengawasan untuk pembangunan dan penggunaan menara telekomunikasi. Diharapkan melalui kegiatan pengendalian dan pengawasan pembangunan menara telekomunikasi melalui peta Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama tersebut maka seluruh menara telekomunikasi yang akan dibangun di wilayah Kabupaten Banyuwangi sesuai dengan tata ruang wilayah yang telah ditetapkan sehingga pembangunan berwawasan lingkungan dapat terwujud di Kabupaten Banyuwangi.

“Tak ada gading yang tak retak”, maka kami akan sangat berterima kasih kepada semua pihak atas segala kritikan yang bersifat membangun terhadap hasil penyusunan Laporan Akhir ini. Semoga kami dapat memberikan hasil yang baik dan bermanfaat untuk pelaksanaan Pekerjaan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi ini bagi seluruh masyarakat Kabupaten Banyuwangi khususnya dan bagi para pihak yang berkepentingan pada umumnya . Amin.

Banyuwangi , Desember 2013 PT. Devan Telemedia

Irfan Setijono Direktur Utama

(3)

i Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Lampiran

BAB I

PENDAHULUAN

...I-1

I.1 Latar Belakang...I-1

I.2 Maksud dan Tujuan...I-2

I.2.1 Maksud...I-2

I.2.2 Tujuan...I-3

I.3 Tinjauan Legal Bidang Menara...I-3

I.4 Lingkup Pekerjaan...I-4

I.4.1 Lingkup Studi dan Wilayah...I-4

I.4.2 Lingkup Substansi dan Kegiatan ...I-4

I.5 Output Keluaran...I-6

I.6 Sistematika Pelaporan...I-7

BAB II METODOLOGI PEKERJAAN

... II-10

II.1 Konsep Jaringan telekomunikasi Seluler...II-10

II.2 Fungsi Menara Telekkomunikasi Seluler...II-12

II.3 Area Layanan Telekomunikasi Seluler...II-12

II.4 Metode Splitting Cell...II-13

II.5 Alur Pikir dan Metodologi Penyusunan Masterplan Menara Telekomunikasi...II-14

II.5.1 Bagan Alur Pikir Penyusunan Masterplan Menara Telekomunikasi...II-14

II.5.2 Metodologi Penyusunan Masterplan Menara Telekomunikasi...II-16

II.5.3 Definisi dan Penentuan Zona Cell Plan...II-16

II.5.4 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Masterplan Menara

(4)

ii II.5.7 Kebutuhan Tools...II-24

BAB III

GAMBARAN UMUM...III-26

III.1 Sektor Geografis Kabupaten Banyuwangi... III-26

III.2 Sektor Topografi dan Morfologi... III-28

III.3 Sektor Tata Guna Lahan... III-30

III.4 Sektor Jaringan Transportasi... III-31

III.5 Sektor Demografi... III-33

III.6 Sektor Hidrologi... III-34

III.7 Sektor Iklim... III-35

BAB IV

SURVEY MENARA DAN BTS ... IV-36

IV.1 Data Menara Eksisting Tahun 2013... IV-36

IV.2 Sajian Menara dan BTS per Kecamatan... IV-38

IV.2.1 Plotting Persebaran Menara dan BTS di Kabupaten Banyuwangi... IV-39

IV.2.2 Plotting Persebaran Menara dan BTS di Kabupaten Banyuwangi... IV-40

IV.3 Rekapitulasi Menara dan BTS... IV-75

BAB V

ANALISA CAKUPAN LAYANAN DAN KAPASITAS SELULER . V-78

V.1 Cakupan Layanan dan Kapasitas per Penyelenggara Telekomunikasi... V-78

V.2 Coverage BTS Telkomsel... V-80 V.3 Coverage BTS Indosat... V-81 V.4 Coverage BTS XL Axiata... V-82 V.5 Coverage BTS HCPT... V-83 V.6 Coverage BTS Smartfren... V-84 V.7 Coverage BTS Esia... V-85 V.8 Coverage BTS Axis... V-86 V.9 Coverage BTS STI... V-87

V.10 Coverage BTS Telkom Flexi... V-88

V.11 Area Kabupaten Banyuwangi yang Terlayani dan Belum Terlayani... V-89

V.12 Area Kabupaten Banyuwangi yang terlayani dan membutuhkan tambahan kapasitas layanan seluler... V-90

BAB VI

ANALISA KEBUTUHAN CAKUPAN DAN KAPASITAS

(5)

iii VI.4 Menentukan Jari-jari zona Cell Plan... VI-98

BAB VII

I KONSEP PENATAAN DAN DESAIN ZONA CELL PLAN ... VII-99

VII.1 Grouping menara –menara eksisting dalam zona eksisting...VII-99

VII.2 Mendesain pola persebaran zona Masterplan baru ... VII-100

VII.3 Menara eksisting yang berada di zona eksisting... VII-101

VII.4 Kondisi geografis zona Masterplan baru... VII-107

BAB VIII

KONSEP PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MENARAVIII-112

VIII.1 Pengertian Pengendalian Menara...VIII-112

VIII.2 Metode Pengendalian Menara...VIII-112

VIII.3 Metode Pengawasan Menara...VIII-113

BAB IX

REKOMENDASI KEBIJAKAN CELL PLAN ...IX-115

IX.1 Kebijakan terhadap menara greenfield... IX-115

IX.2 Kebijakan terhadap menara rooftop... IX-116

IX.3 Kebijakan terhadap kebutuhan menara baru... IX-117

IX.4 Alur Penataan dan Pengendalian Menara... IX-118

IX.5 Review Cell Plan... IX-119

IX.6 Pengembangan Sidalmentel... IX-119

IX.7 Monevdal (Monitoring Evaluasi Menara Telekomunikasi)... IX-119

IX.8 Menekan terjadinya isu komunitas terkait menara... IX-123

BAB X

KESIMPULAN... X-124

(6)

vi Gambar II-1 Jaringan Telekomunikasi Seluler...II-11 Gambar II-2 Komponen Telekomunikasi dalam Jaringan Telekomunikasi Seluler...II-12 Gambar II-3 Klasifikasi Area Layanan Telekomunikasi Seluler...II-13 Gambar II-4 Metode Splitting Cell...II-14 Gambar II-5 Bagan Alur Pikir Penyusunan Masterplan Menara Telekomunikasi...II-15 Gambar III-1 Batas wilayah administrasi Kabupaten Banyuwangi dengan Kabupaten/Kota lain...III-27 Gambar III-2 Batas wilayah administrasi Kecamatan Kabupaten Banyuwangi...III-28 Gambar III-3 Peta Terrain (Digital Elevation Mode) Kabupaten Banyuwangi...III-30 Gambar III-4 Peta Tata Guna Lahan Kabupaten Banyuwangi...III-31 Gambar III-5 Peta Jaringan Jalan Kabupaten Banyuwangi...III-33 Gambar IV-1 Plotting persebaran menara eksisting di Kabupaten Banyuwangi... IV-40 Gambar IV-2 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Pesanggaran... IV-41 Gambar IV-3 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Siliragung... IV-42 Gambar IV-4 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Bangorejo... IV-43 Gambar IV-5 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Purwoharjo... IV-45 Gambar IV-6 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Tegaldlimo... IV-46 Gambar IV-7 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Muncar... IV-47 Gambar IV-8 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Cluring... IV-49 Gambar IV-9 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Gambiran... IV-50 Gambar IV-10 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Tegalsari... IV-52 Gambar IV-11 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Glenmore... IV-53 Gambar IV-12 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Kalibaru... IV-55 Gambar IV-13 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Genteng... IV-56 Gambar IV-14 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Srono... IV-58 Gambar IV-15 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Rogojampi... IV-60

(7)

vii Gambar IV-18 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Sempu... IV-63 Gambar IV-19 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Songgon... IV-65 Gambar IV-20 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Glagah... IV-66 Gambar IV-21 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Licin... IV-67 Gambar IV-22 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Banyuwangi... IV-68 Gambar IV-23 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Giri... IV-70 Gambar IV-24 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Kalipuro... IV-71 Gambar IV-25 Persebaran Menara dan BTS di Kecamatan Wongsorejo... IV-73 Gambar V-1 Coverage BTS Telkomsel pada layar GIS... V-80 Gambar V-2 Coverage BTS Indosat pada layar GIS... V-81 Gambar V-3 Coverage BTS XL Axiata pada layar GIS... V-82 Gambar V-4 Coverage BTS HCPT pada layar GIS... V-83 Gambar V-5 Coverage BTS SmartFren pada layar GIS... V-84 Gambar V-6 Coverage BTS Esia pada layar GIS... V-85 Gambar V-7 Coverage BTS Axis pada layar GIS... V-86 Gambar V-8 Coverage BTS STI pada layar GIS... V-87 Gambar V-9 Coverage BTS Telkom Flexi pada layar GIS... V-88 Gambar V-10 Coverage Zona Eksisting dan Zona New pada layar GIS... V-89 Gambar VII-1 Grouping menara eksiting dalam zona... VII-100 Gambar VII-2 Zona baru berada diantara zona eksisting... VII-101 Gambar VII-3 Menara Eksisting yang diakomodasi sebagai Menara bersama... VII-102 Gambar VII-4 Zona menara bersama yang baru... VII-108 Gambar IX-1 Menara RoofTop kamuflase...IX-116 Gambar IX-2 Pole RoofTop kamuflase...IX-117

(8)

viii Tabel II-1 Jadwal Waktu Pelaksanaan...II-22 Tabel II-2 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli...II-23 Tabel III-1 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk...III-34 Tabel IV-1 Data menara Eksisting... IV-36 Tabel IV-2 Resume Jumlah BTS yang dimiliki Telco Operator... IV-37 Tabel IV-3 Jumlah Menara dan BTS per Kecamatan... IV-39 Tabel IV-4 Menara Eksisting di Kecamatan Pesanggaran... IV-41 Tabel IV-5 Menara Eksisting di Kecamatan Siliragung... IV-42 Tabel IV-6 Menara Eksisting di Kecamatan Bangorejo... IV-44 Tabel IV-7 Menara Eksisting di Kecamatan Purwoharjo... IV-45 Tabel IV-8 Menara Eksisting di Kecamatan Tegaldlimo... IV-46 Tabel IV-9 Menara Eksisting di Kecamatan Muncar... IV-48 Tabel IV-10 Menara Eksisting di Kecamatan Cluring... IV-49 Tabel IV-11 Menara Eksisting di Kecamatan Gambiran... IV-51 Tabel IV-12 Menara Eksisting di Kecamatan Tegalsari... IV-52 Tabel IV-13 Menara Eksisting di Kecamatan Glenmore... IV-53 Tabel IV-14 Menara Eksisting di Kecamatan Kalibaru... IV-55 Tabel IV-15 Menara Eksisting di Kecamatan Genteng... IV-56 Tabel IV-16 Menara Eksisting di Kecamatan Srono... IV-58 Tabel IV-17 Menara Eksisting di Kecamatan Rogojampi... IV-60 Tabel IV-18 Menara Eksisting di Kecamatan Kabat... IV-61 Tabel IV-19 Menara Eksisting di Kecamatan Singojuruh... IV-62 Tabel IV-20 Menara Eksisting di Kecamatan Sempu... IV-64 Tabel IV-21 Menara Eksisting di Kecamatan Songgon... IV-65

(9)

ix Tabel IV-24 Menara Eksisting di Kecamatan Banyuwangi... IV-69 Tabel IV-25 Menara Eksisting di Kecamatan Giri... IV-70 Tabel IV-26 Menara Eksisting di Kecamatan Kalipuro... IV-71 Tabel IV-27 Menara Eksisting di Kecamatan Wongsorejo... IV-73 Tabel IV-28 pola kolokasi BTS pada menara eksisting di Kabupaten Banyuwangi... IV-75 Tabel VI-1 Parameter Karakteristik Masing-Masing Service... VI-92 Tabel VI-2 Offered Bit Quantity (OBQ) Pada Urban... VI-93 Tabel VI-3 Offered Bit Quantity (OBQ) Pada Sub Urban... VI-93 Tabel VI-4 Offered Bit Quantity (OBQ) Pada Rural... VI-94 Tabel VI-5 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk... VI-96 Tabel VI-6 Kebutuhan BTS 5 Tahun kedepan... VI-97 Tabel VI-7 Perhitungan kebutuhan Zona Masterplan dan Penentuan jari-jari zona... VI-98 Tabel VII-1 Rincian titik-titik pusat zona menara eksisting... VII-102 Tabel VII-2 Rincian titik – titik pusat zona menara baru... VII-108

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Pola Perbandingan jumlah Menara Eksisting... IV-37 Grafik 2 Pola Perbandingan jumlah BTS per Telco Operator... IV-38 Grafik 3 Grafik Perbandingan jumlah Menara dan BTS Eksisting... IV-77

(10)

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Industri telekomunikasi nasional telah mengalami perubahan yang sedemikian pesat, sejak diberlakukannya UU no. 36 tahun 1999 tentang telekomunikasi. Perubahan lingkungan global dan perkembangan teknologi telekomunikasi yang berlangsung sangat cepat telah mendorong terjadinya perubahan mendasar, melahirkan lingkungan telekomunikasi yang baru, dan perubahan cara pandang dalam penyelenggaraan telekomunikasi yang semakin bebas, kompetitif, dan agresif sehingga mendorong lahirnya beragam peluang-peluang bisnis di sektor telekomunikasi, khususnya bisnis pendirian menara telekomunikasi.

Pembangunan sebuah menara telekomunikasi sedikit banyak akan memanfaatkan ruang dan lahan di suatu wilayah. Dampak yang mungkin timbul dari pembangunan menara yang semakin banyak dan tidak tertata adalah semakin berkurangnya lahan terbuka dan mengurangi nilai estetika tata ruang sebuah wilayah, lebih parah lagi apabila pembangunannya tidak sesuai dengan tata ruang wilayah akan mengganggu keserasian pemanfaatan ruang pada sebuah wilayah.

Dua sisi yang berbeda harus dijalankan, yaitu di satu sisi pemerintah daerah harus memenuhi kebutuhan layanan telekomunikasi bagi seluruh penduduknya, disisi lain harus mengendalikan pertumbuhan pembangunan sarana telekomunikasi (menara) agar tidak mengurangi ruang terbuka dan harus memperhatikan tata ruang.

Keberadaan perusahaan yang bergerak dalam bidang pendirian menara ini menjadi sangat penting dan strategis setelah tahun 2008, dengan diberlakukan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 2 tahun 2008 tentang Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi serta disahkannya Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri dan 1 Kepala Badan yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika serta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 18 Tahun 2009, Nomor 07/PRT/M/2009, Nomor 19/PER/M.KOMINFO/3/2009, dan Nomor

3/P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara

Telekomunikasi menjadi instrumen hukum bagi pemerintah pusat maupun daerah untuk memulai bagi terciptanya penataan Tower Telekomunikasi yang komprehensif, baik dari

(11)

I-2 aspek estetika, tata kota, keamanan, lingkungan dan proteksi bagi area-area tertentu yang strategis.

Tujuan dari SKB 3 Menteri dan 1 Kepala Badan antara lain menyerasikan dan mensinergikan pembagian urusan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah untuk mengatur dan menata menara bersama telekomunikasi. Keputusan bersama ini juga bertujuan mencegah penyediaan menara dari praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sesama pelaku industri telekomunikasi.

Dalam SKB 3 Menteri dan 1 Kepala Badan ini dinyatakan, bahwa kebijakan pembangunan menara bersama telekomunikasi berdampak pada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Pekerjaan tersebut antara lain Pemerintah Daerah harus membuat Perda tentang menara bersama mengacu pada SKB dan menampung spesifikasi lokal dan kearifan lokal. Pemerintah Daerah juga diminta untuk mempermudah perizinan IMB untuk menara bersama, namun tegas dalam penegakan hukum melalui Perda.

Beranjak dari kompleksitas permasalahan dari pembangunan menara telekomunikasi (BTS) yang masih akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk sebagai pengguna layanan telekomunikasi apabila tidak segera dilakukan penataan terhadap pembangunan dan penggunaan menara telekomunikasi maka tidak menutup kemungkinan Kabupaten Banyuwangi terimbas oleh dampak negatif dari pembanguan menara telekomunikasi yang tidak tertata.

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud

- Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi diharapkan dapat mengendalikan penumpukan infrastruktur yang sama dengan lokasi berdekatan pada daerah atau lokasi yang sama.

- Pengembangan Tower Telekomunikasi Bersama sebagai solusi untuk penggunaan site dan fasilitas telekomunikasi secara bersama-sama.

- Membantu pemrakarsa dalam menyusun perencanaan dan pengambilan keputusan dalam pengaturan menara bersama.

- Merupakan kebijakan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

(12)

I-3 I.2.2 Tujuan

- Membuat Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi yang akan menjadi pedoman dalam melaksanakan penataan dan pembangunan menara.

- Mengurangi dampak negatif pembangunan menara terhadap lingkungan sekitar.

- Melaksanakan identifikasi terhadap kondisi eksisting dari menara yang sudah ada.

- Membuat pedoman pembangunan baik teknis maupun non teknis sebagai acuan dalam pemberian ijin pembangunan menara.

- Mendapatkan zona-zona lokasi yang tepat bagi pembangunan menara bersama untuk mengakomodasi kebutuhan penambahan coverage maupun peningkatan layanan selular.

I.3 Tinjauan Legal Bidang Menara

Adapun tinjauan legal bidang menara telekomunikasi dalam Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 Tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 3981);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 No.10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4139);

4. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 2 tahun 2008 tentang Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi.

5. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan informatika,Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor: 18 Tahun 2009; Nomor: 07/PRT/M/2009: Nomor: 19/PER/M.KOMINFO/03/2009;

(13)

I-4 Nomor: 3/P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi;

6. Surat Edaran Direktur Jenderal Penataan Ruang Nomor: 06/SE/Dir/2011 tanggal 14 September 2011, tentang Petunjuk Teknis Kriteria Lokasi Menara Telekomunikasi.

I.4 Lingkup Pekerjaan

I.4.1 Lingkup Studi dan Wilayah

Sebagai obyek dari pekerjaan ini adalah Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi dengan wilayah studi mencakup seluruh wilayah administrasi Kabupaten Banyuwangi.

I.4.2 Lingkup Substansi dan Kegiatan

a. Survey Menara dan BTS (Base Transmission Station) Eksisting :

-

Melakukan pengumpulan data menara-menara eksisting di Kabupaten Banyuwangi.

- Melakukan pengumpulan data Base Transceiver Station (BTS) eksisting di Kabupaten Banyuwangi.

- Mengidentifikasi status site dan menara (luasan site, tinggi menara, dan jumlah shelter).

- Mengidentifikasi antenna placement di menara tersebut (antena microwave, dan antena RF/BTS).

- Mengidentifikasi status kepemilikan - kepemilikan menara, dan status hukumnya.

- Survey kondisi topografi, geografis, dan demografi wilayah Kabupaten Banyuwangi.

b. Analisa dan Dokumentasi Data Survey :

-

BTS coverage prediction analysis dari setiap BTS operator telekomunikasi eksisting, guna mendapatkan gambaran coverage area dari setiap operator selular di Kabupaten Banyuwangi.

- Analisa Line of Sight (LOS) dari tiap menara dan BTS eksisting di Kabupaten Banyuwangi.

(14)

I-5 - Analisa persebaran menara-menara eksisting dikorelasikan dengan kondisi

topografi di Kabupaten Banyuwangi.

- Validasi dan sinkronisasi data survey dengan data-data kepemilikan dari masing-masing Operator Telekomunikasi maupun Operator Menara yang ada di Kabupaten Banyuwangi.

- Overlay data-data survey menara eksiting maupun BTS eksisting pada layer-layer GIS yang meliputi layer-layer tata ruang wilayah kota, layer-layer administrasi, dan layer citra/foto satelit resolusi menengah.

c. Penyusunan Masterplan Menara Telekomunikasi

-

Menghitung kebutuhan-kebutuhan jumlah menara bersama di Kabupaten Banyuwangi. Dengan asumsi satu menara bersama untuk penggunaan minimal oleh 3 RF/BTS (yang setara dengan penggunaan oleh 2-3 Operator Telekomunikasi).

- Menentukan posisi zona menara bersama yang memenuhi target obyektif Masterplan. Posisi menara bersama adalah memperhitungkan posisi menara-menara eksisting dengan area yang belum tercover oleh BTS eksisting, juga area yang memerlukan tambahan BTS-BTS baru untuk peningkatan kapasitas handling traffic.

- Melakukan coverage prediction untuk BTS-BTS yang akan diletakkan pada menara-menara bersama, dan melakukan koreksi posisi menara bersama untuk mendapatkan coverage yang lebih optimal.

- BTS coverage prediction menggunakan digital map. Peta resolusi tinggi dengan memodelkan pola 3 dimensi terrain, dengan demikian prediksi coverage telah memperhitungkan refleksi dan difraksi akibat propagasi radio yang mengenai permukaan bumi.

- Membuat rencana strategi implementasi Tower Telekomunikasi bersama di Kabupaten Banyuwangi.

- Membantu pelaksanaan joint planning antara Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dengan para Operator Telekomunikasi di Kabupaten Banyuwangi.

d. Sosialisasi Draft Penyusunan Masterplan Menara Telekomunikasi

Draft Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi akan disosialisasikan kepada seluruh

(15)

I-6 stakeholder telekomunikasi yang ada di Kabupaten Banyuwangi, yang meliputi para operator telekomunikasi, provider menara telekomunikasi, segenap jajaran instansi terkait pada Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Target dilaksanakannya sosialisasi ini adalah untuk mendapatkan masukan dan usulan dari para stakeholder telekomunikasi khususnya dari para operator telekomunikasi sebagai penyelenggara telekomunikasi serta sebagai pihak yang nantinya akan mematuhi dan melaksanakan aturan teknis dari Masterplan ini. Selain itu, juga ditargetkan terlaksananya Joint Planning dengan para Operator Telekomunikasi dan Penyedia Menara, sebagai ikatan dan kesepahaman formal dalam menindaklanjuti serta melaksanakan Masterplan Tower Telekomunikasi bersama.

e. Rancangan Peraturan Bupati Tentang Masterplan Menara

Telekomunikasi

Rancangan Peraturan Bupati tentang Penataan Ruang Menara Telekomunikasi ini nantinya akan berisi panduan teknis tentang Tower Telekomunikasi bersama, serta rencana pendirian menara Telekomunikasi baru untuk bisa dipergunakan oleh para stakeholder telekomunikasi khususnya bagi semua Operator Telekomunikasi maupun Penyedia Tower Telekomunikasi yang ada di Kabupaten Banyuwangi.

I.5 Output Keluaran

Yang menjadi keluaran /output dari pekerjaan ini adalah :

1) Buku Laporan Pekerjaan Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi yang terdiri dari :

- Laporan Pendahuluan sebanyak 5 eksemplar. - Laporan Antara sebanyak 5 eksemplar. - Laporan Akhir sebanyak 10 eksemplar. - Executive Summary sebanyak 10 eksemplar.

2) Album Peta Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama, yang terdiri dari :

- Peta Pesebaran Menara Telekomunikasi di Kabupaten Banyuwangi. - Peta Pesebaran Zona Cell Plan.

(16)

I-7 3) Rancangan Draft RaPerbub tentang Review Masterplan Penataan Menara

Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi sebanyak 10 eksemplar. 4) Compact Disk (CD) untuk Softcopy hasil pekerjaan sebanyak 3 (tiga) Keping.

I.6 Sistematika Pelaporan

Sistematika Pelaporan pada Pekerjaan Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi mencakup antara lain :

BAB I Pendahuluan

Berisi uraian latar belakang pekerjaan, tujuan, tinjauan legal bidang menara, lingkup Pekerjaan, jangka waktu penyelesaian, kebutuhan tim ahli, kebutuhan tools dan sistematika pelaporan.

BAB II Metodologi Pekerjaan

Berisi uraian tentang gambaran konsep jaringan Telekomunikasi, fungsi menara jaringan menara Telekomunikasi, area layanan Telekomunikasi, metode splitting cell, alur pikir metodologi, jangka waktu penyelesaian, kebutuhan tim ahli dan kebutuhan peralatan dalam Pekerjaan Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi.

BAB III Gambaran Umum

Berisi uraian tentang gambaran umum Kabupaten Banyuwangi seperti topografi, topologi, morfologi, tata guna lahan, jaringan transportasi, demografi, hidrologi dan iklim di Kabupaten Banyuwangi.

BAB IV Survey Menara dan BTS

Berisi uraian tentang resume jumlah Menara dan BTS per penyedia menara, hasil plotting menara dan BTS yang disajikan perkecamtan.

(17)

I-8

BAB V Analisa Cakupan layanan dan Kapasitas Selular

Berisi uraian tentang cakupan layanan dan kapasitas per penyelenggara Telekomunikasi sekaligus kajian area Kabupaten Banyuwangi yang terlayani maupun yang belum terlayani dan yang terlayani tetapi masih memerlukan penambahan kapasitas

BAB V Analisa Kebutuhan Cakupan dan Kapasitas Layanan Selular

Berisi uraian tentang Karateristik layanan 3G di area Rural, Sub Urban & Urban, proyeksi kebutuhan BTS untuk masa 5 tahun ke depan, kebutuhan zona Masterplan dan menentukan jari-jari zona Masterplan dengan penempatan yang disesuaikan dengan Peta Land Use di Kabupaten Banyuwangi.

BAB VI Konsep Penataan dan Desain Zona Masterplan di Kabupaten

Banyuwangi.

Berisi uraian tentang metode Grouping menara-menara eksisting dalam zona eksisting, mendesain pola persebaran zona Masterplan baru, menara eksisting yang berada di zona eksisting dan Kondisi Geografis zona Masterplan baru

BAB VII Konsep Pengendalian dan Pengawasan Menara

Berisi uraian tentang konsep pengandalian Pengendalian menara Telekomunikasi, metode pengendalian dan metode pengawasan menara telekomunikasi di Kabupaten Banyuwangi.

BAB VIII Rekomendasi Kebijakan Masterplan di Kabupaten

Banyuwangi

Berisi uraian tentang Kebijakan terhadap menara greenfield, kebijakan terhadap menara rooftop, kebijakan terhadap kebutuhan menara baru, alur Penataan dan Pengendalian Menara, review Cell Plan, pengembangan Sidalmentel (Sistem Informasi Pengendalian Menara Telekomunikasi), Monevdal (Monitoring Evaluasi Pengendalian Menara Telekomunikasi dan bahasan tentang penekanan terjadi-nya isu komunitas terkait menara Telekomunikasi.

(18)

I-9

BAB X KESIMPULAN

Berisi tentang kasimpulan dari seluruh pembahasan pada laporan untuk Pekerjaan Penyusunan Masterlan Menara Telekomunikasi di Kabupaten Banyuwangi.

LAMPIRAN

a. Draft perwal/perbup

(19)

II-10

BAB II

METODOLOGI PEKERJAAN

II.1 Konsep Jaringan telekomunikasi Seluler

Tujuan utama dari pembuatan dokumen Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi adalah untuk membuat peta perencanaan lokasi untuk pembangunan menara telekomunikasi seluler disuatu wilayah sehingga yang menjadi obyek utama dari pekerjaan ini adalah desain pesebaran lokasi menara telekomunikasi seluler eksisting. Untuk dapat lebih memahami apa yang dimaksud dengan Masterplan itu sendiri maka perlu diketahui beberapa istilah penting dalam jaringan telekomunikasi seluler maupun pengertian jaringan telekomunikasi selular itu sendiri.

Beberapa istilah penting dari jaringan telekomunikasi antara lain; teknologi telekomunikasi seluler, Komponen jaringan telekomunikasi seluler, area layanan telekomunikasi seluler dan teori pemecahan cell (splitting cell).

Salah satu unsur yang perlu diketahui dalam jaringan telekomunikasi Seluler adalah teknologi pengoperasian sistem telekomunikasi seluler yaitu GSM (Global System Mobile for Communication) dan CDMA (Code Division Multiple Access) merupakan dua teknologi yang populer digunakan dalam jaringan telekomunikasi Seluler di Indonesia. Dari kedua teknologi tersebut secara fisik dapat dilihat penggunaanya yaitu berupa perangkat telekomunikasi berupa Handphone berbasis GSM dan CDMA yang sampai sekarang terus dikembangkan baik teknologi maupun fitur-fitur pendukungnya.

Pengertian Jaringan telekomunikasi seluler adalah suatu pola interaksi dari unsur-unsur telekomunikasi dalam suatu wilayah yang berbentuk sel-sel yang didisain sedemikian rupa untuk melayani penyampaian data/suara bagi para pengguna layanan telekomunikasi seluler.

(20)

II-11 Gambar II-1 Jaringan Telekomunikasi Seluler

Sumber:Advance Electronic Telecomunication System- Wayne Tomasi

Dari gambar 1 diatas dapat dijelaskan bahwa jaringan telekomunikasi seluler biasanya berbentuk sel-sel heksagonal. Dalam setiap sel Seluler yang berbentuk heksagonal tersebut terdapat beberapa komponen peralatan telekomunikasi yaitu ; BTS, Mobile Station dan pusat pengendali BTS yang disebut BSC/MTSO. Ketiga komponen telekomunikasi pokok tersebut memiliki fungsi masing-masing yaitu:

1. Mobile Station yaitu perangkat telekomunikasi yang berfungsi untuk mengirim dan menerima sinyal radio. Mobile station ini dapat berupa mobile handset (misal Handphone) atau Personal Digital Assistance (PDA).

2. BTS (Base Transceiver Station) sebagai antenna interface komunikasi bagi semua mobile station yang aktif dan berada pada coverage area layanan BTS tersebut, ukuran layanan dari suatu BTS berkisar 1 square mile sampai 20 square mile (1

square mile= 259 hektar).

3. BSC (Base Station Controller) atau juga disebut sebagai MTSO (mobile telecomunication switching office) yang berfungsi menyelenggarakan suatu proses switching. Seperti halnya BSC/MTSO melakukan proses switching panggilan masuk dari mobile station (misal dari Handphone) ke PSTN (Public switched telephone network), BSC/MTSO juga melakukan switching panggilan masuk antar mobile station. Fungsi MTSO selain sebagai switching adalah melakukan manajemen atau

(21)

II-12 mengatur koneksi diantara BTS-BTS yang berada dalam kendalinya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan yang kontinyu kepadamobile station.

Gambar II-2 Komponen Telekomunikasi dalam Jaringan Telekomunikasi Seluler

II.2 Fungsi Menara Telekkomunikasi Seluler

Di Indonesia (lihat gambar 2.1, 2.2 dan 2.3) menara telekomunikasi Seluler masih menjadi sarana penting untuk penyelenggaraan jaringan telekomunikasi Seluler karena fungsi menara (tower) telekomunikasi itu sendiri adalah sebagai sarana/bangunan untuk menempatkan antenna pemancar sinyal/BTS (jaringan akses) guna memberikan layanan telekomunikasi kepada pelanggan yang berada disekitar menara telekomunikasi Seluler tersebut. Menara Telekomunikasi Seluler juga berfungsi untuk menempatkan antenna sinyal transmisi (jaringan transport dengan menggunakan teknologi microwave) untuk menghubungkan BTS-BTS disekitar dengan sentral layanan telekomunikasi (BSC).

II.3 Area Layanan Telekomunikasi Seluler

Dalam industri telekomunikasi Seluler dalam memberikan layanan telekomunikasi kepada pelanggannya membagi daerah atau area layanannya menjadi 3 (tiga) jenis/klasifikasi yaitu;

1. Daerah Urban atau disebut juga sebagai pusat kota dengan ciri-ciri diantaranya memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, ketersediaan area terbuka/lahan hijau sangat terbatas atau sedikit, terdapat banyak gedung-gedung perkantoran atau fasilitas umum dengan ketinggian diatas 5 lantai.

(22)

II-13 2. Daerah Sub Urban atau disebut juga daerah pinggiran kota memiliki ciri-ciri antara lain tingkat kepadatan penduduk sedang dengan area pemukiman yang terpencar-pencar dan cukup banyak area terbuka, serta gedung-gedung yang ada tidak lebih dari 3 lantai ketinggiannya.

3. Daerah Rural atau bisa dikategorikan sebagai wilayah pedesaan adalah wilayah dengan ciri-ciri utama masih terdapat banyak lahan pertanian/hijau, masih banyak area terbuka dan pemukiman penduduknya tersebar tidak merata dengan tingkat kepadatan yang rendah serta belum ada gedung yang bertingkat mencapai 3 lantai.

Ketiga pembagian area/daerah layanan telekomunikasi tersebut dapat digambarkan dalam sebuah bentuk sel jaringan telekomunikasi seperti dibawah ini.

Gambar II-3 Klasifikasi Area Layanan Telekomunikasi Seluler

II.4 Metode Splitting Cell

Untuk dapat memenuhi peningkatan kebutuhan layanan telekomunikasi pada suatu area, umumnya para penyedia layanan telekomunikasi Seluler (telco operator) melakukan peningkatan kapasitas layanan telekomunikasi. Dalam sistem operasi jaringan telekomunikasi Seluler untuk meningkatkan kapasitas pelayanan telekomunikasi untuk suatu area dapat menggunakan metode splitting cell dimana metode ini memecah sel-sel yang memiliki tingkat pemakaian layanan telekomunikasi (trafik) yang padat/tinggi menjadi sel-sel dengan ukuran lebih kecil. Sel dengan cakupan luas yang disebut makro sel akan dipecah menjadi sel kecil yaitu mini sel. Bila trafik pada mini sel dikemudian hari meningkat dan menjadi padat maka mini sel tersebut akan dipecah lagi menjadi mikro sel. Mikro sel ini sangat cocok untuk daerah pemukiman/perkantoran yang padat (pusat kota), dimana

(23)

II-14 antenna yang digunakan untuk mikrosel ini dapat diletakkan dalam sebuah gedung. Metode splitting cellini dapat digambarkan melalui gambar 2.4. Dibawah ini.

Gambar II-4 Metode Splitting Cell

Sumber : Advance Electronic Communication System – Wayne Tomasi

II.5 Alur

Pikir

dan

Metodologi

Penyusunan

Masterplan

Menara

Telekomunikasi

II.5.1 Bagan Alur Pikir Penyusunan Masterplan Menara Telekomunikasi Untuk dapat melaksanakan Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama secara efektif maka perlu disusun dan ditetapkan terlebih dahulu satu pola alur pikir yang dapat menggambarkan secara integratif berbagai kegiatan yang dibutuhkan dalam Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan.

Dari penyusunan pola alur pikir ini diharapkan adanya penyamaan pandangan dan pola pikir terhadap semua kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi baik dari anggota tim pelaksana pekerjaan maupun dari pihak pemberi kerja.

Adanya kesamaan pandangan dari pelaksana pekerjaan dan pemberi kerja maka akan diperoleh suatu bentuk kolaborasi yang membuat pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama Kabupaten Banyuwangi semakin efektif dan efisien.

Dibawah ini dapat dilihat secara rinci pola Alur Pikir Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi.

(24)

II-15 Gambar II-5 Bagan Alur Pikir Penyusunan Masterplan Menara Telekomunikasi

Penentuan Metode Pelaksanaan Pekerjaan; - Penetapan Metode Pelaksanaan Kerja - Penyusunan Rencana dan Jadwal Pelaksanaan - Koordinasi Awal & Pembentukan tim

Persiapan dan Pengumpulan Data Awal; - Mobilisasi sumber daya, alat dan perlengkapan - Pengumpulan Data Awal : Data Peta Wilayah Batas

Administrasi Kabupaten Banyuwangi, Peta RTRW Kabupaten Banyuwangi , Data Kabupaten Banyuwangi dalam angka dll.

- Konsultansi Teknis I

Survey Lapangan;

1. Survey Tower dan BTS Eksisting

2. Survey Kondisi Geografis Kabupaten Banyuwangi 3. Survey perkembangan Demografi Kabupaten

Banyuwangi

Pengolahan Data ;

1. Analisa,Kompilasi, Verifikasi seluruh data survey 2. Menyusun Draft Peta Rencana Zona Cell Plan

Kabupaten Banyuwangi ( Usulan Peta Rencana Zona Menara Telekomunikasi Tower Bersama)

3. Sosialisasi Draft Peta Cell Plan Kabupaten Banyuwangi 4. Konsultansi Teknis II

Penyusunan Lap.Akhir dan Draft Perbub :

1. Penyempurnaan Laporan Antara dari hasil rapat

teknis dan Sosialisai Draft Cell Plan Tower Bersama

2. Penuangan Peta Rencana Zona Cell Plan Dlm Draft Perbub tentang Cell Plan Tower Bersama (penataan dan Pembangunan Menara Bersama Kabupaten Banyuwangi)

Laporan Antara Laporan Akhir + Peta + CD Laporan Pendahuluan

(25)

II-16 II.5.2 Metodologi Penyusunan Masterplan Menara Telekomunikasi

Dalam Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi digunakan metode pemetaan luas area layanan BTS atau juga dapat disebut dengan metode BTS Coverage Area Prediction yaitu suatu metode untuk memperoleh peta luasan area cakupan layanan dari sebuah BTS dalam sebuah wilayah. Dalam melakukan BTS Coverage Area Prediction ini digunakan suatu Software khusus yaitu RNP (Radio Network Planning) Tools standar RadeN 2.0. dari hasil analisis BTS Coverage Prediction dapat dipetakan dan diketahui seberapa besar atau baik pancaran sinyal BTS yang diterima oleh sebuah wilayah, oleh karena itu daya pancaran sinyal BTS terhadap suatu wilayah dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

1. Kuat, artinya bahwa penerimaan sinyal BTS dalam sebuah wilayah sangat kuat sehingga penerimaan sinyal telekomunikasi sangat bagus. Dalam sebuah peta plotting sinyal BTS wilayah yang memiliki cakupan layanan sinyal paling kuat dipetakan oleh daerah berwarna merah.

2. Sedang, pancaran sinyal dari sebuah BTS terhadap sebuah wilayah cukup baik sehingga layanan telekomunikasi pada suatu wilayah dapat dilaksanakan cukup lancar. Dalam plotting sinyal BTS biasanya pancaran sinyal BTS yang cukup dalam sebuah wilayah digambarkan oleh daerah berwarna biru.

3. Lemah, sinyal BTS yang dipancarkan atau diterima oleh sebuah wilayah sangat rendah atau lemah. Dalam pemetaan area yang memiliki penerimaan sinyal telekomuniksi yang lemah ini digambarkan dengan luasan daerah yang berwarna kuning.

Dari hasil pemetaan luas area layanan BTS masing-masing telco operator yang beropearasi di wilayah Kabupaten Banyuwangi maka akan diketahui daerah atau wilayah mana saja di Kabupaten Banyuwangi yang sudah mendapatkan dan belum mendapatkan layanan telekomunikasi (Blank Spot) secara optimal.

II.5.3 Definisi dan Penentuan Zona Cell Plan

Sesuai dengan kaidah dalam jaringan telekomunikasi dan mengingat keterbatasan kapasitas dan coverage are BTS dalam memberikan layanan telekomunikasi dalam suatu wilayah maka perlu disusun dan didisain peta pesebaran zona penempatan BTS yang dapat memberikan layanan telekomunikasi secara optimal, zona-zona yang dirancang dalam sebuah jaringan telekomunikasi inilah yang disebut zona cell plan.

(26)

II-17 Dalam Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama Kabupaten Banyuwangi maka zona Masterplan dikelompokkan menjadi dua zona yaitu :

1. Zona Eksisting adalah zona yang berbentuk lingkaran yang memiliki titik pusat dan radius tertentu. Zona eksisting ini merupakan suatu zona atau daerah yang didalamnya terdapat menara-menara telekomunikasi (BTS) yang sudah ada dan terbangun didalamnya. Zona Eksisting ini didasain dan dibuat untuk mengelompokkan beberapa Menara Telekomunikasi (BTS) dalam satu kawasan tertentu menjadi satu grup atau kelompok dalam satu zona yang berbentuk lingkaran, sehingga dari pemetaan zona eksisting akan diperoleh gambaran pola pesebaran zona menara eksisting dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi.

2. Zona Baru (New) adalah satu kawasan atau zona yang berbentuk lingkaran dengan radius tertentu dan diperuntukkan sebagai lokasi pembangunan menara BTS baru di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Zona baru ini diprioritaskan disebar untuk daerah yang belum mendapatkan layanan telekomunikasi secara baik. Penentuan posisi zona menara Telekomunikasi Bersama Baru adalah dengan meletakkan zona Masterplan new diantara zona-zona menara eksisting yang belum full capacity maupun area yang masih belum ter-cover oleh BTS Eksisting dan atau area yang memerlukan tambahan BTS-BTS baru untuk peningkatan kualitas SCR (Successfull call ratio) untuk menjadi zona menara bersama.

II.5.4 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Masterplan Menara Telekomunikasi

Dari penjelasan Metode Penyusunan Masterplan Menara Telekomunikasi dan Alur Pikir Penyusunan Masterplan Telekomunikasi maka Penyusunan Masterplan BTS dilakukan melalui beberapa tahap pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut:

a. Survey Menara dan BTS (Base Transmission Station) Eksisting :

-

Melakukan pengumpulan data menara-menara eksisting di Kabupaten Banyuwangi.

- Melakukan pengumpulan data Base Transceiver Station (BTS) eksisting di Kabupaten Banyuwangi.

- Mengidentifikasi status site dan menara (luasan site, tinggi menara, dan jumlah shelter).

(27)

II-18 - Mengidentifikasi antenna placement di menara tersebut (antena microwave, dan

antena RF/BTS).

- Mengidentifikasi status kepemilikan kepemilikan menara

- Survei kondisi topografi, geografis, dan demografi wilayah Kabupaten Banyuwangi.

b. Analysis dan Dokumentasi Hasil Survey

Tahapan ini merupakan tahapan analysis terhadap hasil survey yang sudah di laksanakan, meliputi :

1. Analisa kondisi fisik Kabupaten Banyuwangi, yaitu topografi, pembangunan lahan, batas wilayah.

2. Analisa kondisi untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan daya beli masyarakat Kabupaten Banyuwangi terhadap kebutuhan komunikasi.

3. Analisa kependudukan untuk memperoleh data jumlah, persebaran pertumbuhan dan kepadatan penduduk perwilayah.

4. Analisa sosial budaya sebagai pendukung.

5. Analisa rencana tata ruang kota, sebagai acuan utama dalam perencanaan pembangunan fisik.

6. Analisa kebutuhan menara.

7. Analisa penentuan lokasi yang ideal bagi penempatan menara bersama. 8. BTS coverage prediction analysis untuk setiap potensi menara bersama yang

akan direncanakan.

c. Mengidentifikasi Menara Eksisting sebagai Menara BTS Bersama

Konsep Masterplan tidak berarti harus membangun menara-menara baru dan merobohkan menara-menara eksisting, namun seharusnya memprioritaskan penggunaan menara eksisting sebagai menara bersama ketika menara eksting ini berada dalam keseluruhan konfigurasi titik menara bersama dengan syarat-syarat teknis menara eksisting yang akan menjadi menara bersama harus memenuhi kriteria sebagai menara bersama seperti :

- Kesiapan pemilik menara eksisting untuk digunakan sebagai menara BTS bersama.

(28)

II-19 - Kepatuhan terhadap SLA (Service Level Agreement).

- Ketersediaan lahan dari lokasi BTS eksisting.

- Kekuatan menara, dengan penguatan atau membangun menara yang baru dengan memanfaatkan lokasi yang eksisting.

- Mengubah ke menara kamuflase (jika kondisi mengharuskan penggunaan tipe menara ini).

- Memenuhi aturan yang berlaku secara nasional (peraturan menteri) dan yang diberlakukan di setiap pemerintahan Kabupaten/kota.

- Ketika pemilik menara eksisting tidak bersedia untuk mematuhi persyaratan di atas, maka Pemda Tingkat-II, bisa meminta provider untuk membangun Menara bersama di dekat area BTS eksiting yang berdekatan dengan Menara bersama.

d.

Tahapan Pembuatan Peta Rencana

Hasil analisis data digunakan sebagai bahan penyusunan peta perencanaan, lingkup penyusunan peta perencanaan lokasi menara antara lain :

a. Rencana kebutuhan sarana telekomunikasi untuk penempatan menara bersama yang meliputi :

- Zona-zona menara eksisting yang berpotensi menjadi menara bersama. - Zona-zona menara bersama yang berada pada lokasi yang baru, di luar

zona-zona yang telah ditempati oleh menara eksisting.

b. Rencana kebutuhan pengadaaan menara, yaitu identifikasi model menara konvensional dan menara yang terkamuflase. Akan diidentifikasi zona-zona area baru yang boleh dibangun dengan standar menara konvensional dan zona-zona area baru yang harus dibangun dalam bentuk menara yang terkamuflase.

c. Penyusunan standar teknis menara, standar teknis yang mencakup: bentuk menara, bentuk pondasi, bentuk site, material menara dan kekuatan struktur menara.

d. Penyusunan peraturan yang akan mengatur penggunaan menara bersama, peraturan yang akan memberikan kepastian area yang boleh dibangun dan area yang tidak boleh dibangun menara yang akan terintegrasi dalam RUTR wilayah pemda, prosedur perijinan yang lebih sederhana, tata cara penggunaan menara bersama, prosedur pembangunan menara bersama.

(29)

II-20 e. Penyusunan dan Pembuatan Peta Masterplan Menara Telekomunikasi

-

Menghitung kebutuhan-kebutuhan jumlah menara bersama di Kabupaten Banyuwangi. Dengan asumsi satu menara bersama untuk penggunaan minimal oleh 3 RF/BTS (yang setara dengan penggunaan oleh 2-3 Operator Telekomunikasi).

- Menentukan posisi zona menara bersama yang memenuhi target obyektif Masterplan. Posisi menara bersama adalah memperhitungkan posisi menara-menara eksisting dengan area yang belum tercover oleh BTS eksisting, juga area yang memerlukan tambahan BTS-BTS baru untuk peningkatan kapasitas handling traffic.

- Melakukan coverage prediction untuk BTS-BTS yang akan diletakkan pada menara-menara bersama, dan melakukan koreksi posisi menara bersama untuk mendapatkan coverage yang lebih optimal.

- BTS coverage prediction menggunakan digital map. Peta dengan skala menengah dengan memodelkan pola 3 dimensi terain dengan demikian prediksi coverage telah memperhitungkan refleksi dan difraksi akibat propagasi radio yang mengenai permukaan tanah.

- Membuat rencana strategi implementasi Tower Telekomunikasibersama di Kabupaten Banyuwangi.

- Membantu pelaksanaan joint planning antara Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dengan para Operator Telekomunikasi di Kabupaten Banyuwangi.

f. Sosialisasi Draft Penyusunan Masterplan Menara Telekomunikasi

Draft Peta Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi akan disosialisasikan kepada seluruh stakeholder telekomunikasi yang ada di Kabupaten Banyuwangi, yang meliputi para operator telekomunikasi, operator menara telekomunikasi, segenap jajaran instansi terkait pada Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Target dilaksanakannya sosialisasi ini adalah untuk mendapatkan masukan dan usulan dari para stakeholder telekomunikasi khususnya dari para operator telekomunikasi sebagai penyelenggara telekomunikasi serta sebagai pihak yang nantinya akan mematuhi dan melaksanakan aturan teknis dari Masterplan ini. Selain itu, juga ditargetkan terlaksananya Joint Planning dengan para Operator Telekomunikasi dan Penyedia

(30)

II-21 Menara, sebagai ikatan dan kesepahaman formal dalam menindaklanjuti serta melaksanakan Penataan Ruang Menara Telekomunikasi di Kabupaten Banyuwangi

g. Penyusunan Draft Peraturan Bupati Tentang Masterplan Menara Telekomunikasi

Rancangan Peraturan Bupati Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama ini nantinya akan berisi panduan teknis tentang Tower Telekomunikasi Bersama, serta rencana pendirian menara-Tower Telekomunikasi baru untuk bisa dipergunakan oleh para stakeholder telekomunikasi khususnya bagi semua Operator Telekomunikasi maupun Penyedia Tower Telekomunikasi yang ada di Kabupaten Banyuwangi.

II.5.5 Jangka Waktu Penyelesaian

Jadwal pelaksanaan seluruh Kegiatan Penyusunan Dokumen Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama Kabupaten Banyuwangi adalah selama ± 3 bulan (12 minggu). Setiap langkah kegiatan proses penyusunan sampai dengan output perencanaan dilakukan secara sistematis sesuai dengan waktu pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan tahapan ataupun langkah kegiatan Penyusunan Sistem Informasi, maka dalam dokumen teknis ini dirumuskan desain jadwal pelaksanaan kegiatan. Adapun perumusan desain pelaksanaan kegiatan Penyusunan Dokumen Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama Kabupaten Banyuwangi sebagai berikut :

1. Langkah kegiatan persiapan sampai dengan terangkumnya dalam buku Laporan Pendahuluan, Waktu yang diperlukan untuk penyelesaian kegiatan persiapan ± 4 minggu.

2. Langkah kegiatan pengumpulan data dan informasi (survey), waktu yang diperlukan untuk kegiatan ini ± 4 minggu. Seluruh hasil kegiatan

pengumpulan data, fakta dan informasi tersebut akan merupakan bagian dari buku laporan antara.

3. Langkah kegiatan digital mapping layout dan analisa prediksi coverage dari data-data BTS eksisting diperkirakan memakan waktu ± 4 minggu, selanjutnya disusun dalam buku Rancangan Rencana atau Draft Rencana.

(31)

II-22 Tabel II-1 Jadwal Waktu Pelaksanaan

No Kegiatan Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Tahap Persiapan, Laporan, Pendahuluandan Seminar

2 Tahap Survey, Kompilasi Data dan AnalisaSeminar

3 Tahap Penyusunan Rancangan Rencanadan Seminar

4 Tahap Penyerahan Hasil Pekerjaan

II.5.6 Kebutuhan Tim Ahli dan Penugasan

Tim ahli yang dibutuhkan dalam Pekerjaan penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut :

II.5.6.1 Komposisi dan Penugasan Tenaga Ahli 1. Ahli Teknologi Komunikasi (Team Leader).

Ketua tim adalah seorang Sarjana Teknik Komunikasi/Informatika, berpengalaman dalam pelaksanaan di bidang telekomunikasi minimal selama 3 (tiga) tahun untuk S2 atau S1 dengan pengalaman kerja 7 (tujuh) tahun. Memiliki keahlian dan kemampuan dalam pengorganisasian dan melakukan analisis serta berpengalaman dalam kegiatan penyusunan masterplan telekomunikasi / kegiatan sejenis. Ketua Tim yang akan menjalankan tugasnya, di samping mempunyai keahlian dibidangnya juga harus mempunyai kemampuan yang kuat dalam berkomunikasi dan manajerial, mempunyai reputasi yang baik dan mampu berintegrasi dan berkoordinasi dengan Pengguna Jasa, konsultan manajemen proyek, dan instansi terkait lainnya.

Bertanggung jawab terhadap kualitas studi Jasa Konsultansi Review Masterplan Menara Telekomunikasi Bersama Kabupaten Banyuwangi sehingga bisa diterima dan dilakukan joint planning kepada stakeholder telekomunikais/operator telekomunikasi, tower provider, instansi Pemerintah terkait, masyarakat, dan lain-lain.

Sebagai Ketua Tim, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan penuh sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.

(32)

II-23 2. Ahli Pemetaan

Ahli Geodesi/GIS adalah seorang Sarjana Teknik Geodesi S1 berpengalaman minimal 5 (lima) tahun di bidang GIS.

3. Ahli Teknik Sipil

Ahli Sipil adalah seorang Sarjana Teknik Sipil S1 berpengalaman minimal 4 (empat) tahun di bidang konstruksi menara telekomunikasi

.

4. Tenaga Pendukung

Bagian personil yang tidak kalah pentingnya adalah tenaga pendukung yang berperan membantu seluruh tenaga ahli dalam mencari data-data, baik Primer maupun Sekunder.

Adapun tenaga pendukung ini meliputi : Operator Komputer

Operator Komputer minimal lulusan SMU memiliki pengalaman dalam aplikasi komputer dengan menguasai program microsoft office dengan pengalaman kerja sekurangya 1 (satu) tahun.

II.5.6.2 Jadwal Tenaga Ahli

Dibawah ini adalah jadwal tanaga ahli dalam melaksanakan kegiatan Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi :

Tabel II-2 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli

Posisi

Bulan

Jumlah OB Keterangan

Bulan ke 1 Bulan ke 2 Bulan ke 3

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Profesional Staf/Tenaga Ahli

1 Team Leader/AhliTelekomunikasi 1

2 Tenaga Ahli Pemetaan 1

3 Tenaga Ahli Sipil 1

Sub Profesional Staf/Tenaga Pendukung

(33)

II-24

II.5.7 Kebutuhan Tools

Dibutuhkan peralatan dalam dalam proses pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Banyuwangi. Adapun alat-alat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

1.

Software Radio Network Planning Tools

Softwere ini digunakan untuk melakukan coverage prediction untuk BTS-BTS yang akan diletakkan pada menara-menara bersama, dan melakukan koreksi posisi menara bersama untuk mendapatkan coverage yang lebih optimal. Dalam melakukan prediction coverage Software yang digunakan adalan RadEn (Radio Enginering 2.0)

2.

Software GIS

Penyusunan Review Masterplan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama menggunakan Aplikasi GIS (Geografical Information System) untuk membangun suatu informasi yang lengkap mengenai persebaran menara Telekomunikasi di Kabupaten Banyuwangi. Adapun kegunaan lainya adalah sebagai berikut :

 Menampilkan data GIS dan informasi yang lengkap mengenai jaringan-jaringan infrastruktur antara lain: jalan, topografi, irigasi, hidrologi, tata guna lahan dan batas administrasi Kabupaten Banyuwangi.

 Mengidentifikasi suatu daerah atau zona untuk untuk pengembangan jaringan telekomunikasi.

 Memudahkan dalam mengelola data secara efektif dalam format Sistim Informasi Geografis (SIG) sehingga diperoleh tampilan yang interaktif seperti peta tematik peta garis berdatabase.

 Menyajikan fungsi-fungsi yang digunakan untuk melakukan analisis kebutuhan perencanaan Telekomunikasi lima tahun kedepan dan ketersediaan lahan terhadap proyeksi populasi dan pertumbuhan ekonomi dalam suatu kurun waktu tertentu.

3.

Peta Digital indonesia

Peta digital digunakan untuk membuat analisa perencanaan, menentukan lokasi persebaran zona Masterplan menara Telekomunikasi bersama, peta yang digunakan adalah sebagai berikut :

 Peta 3 dimensi terrain resolusi 30 meter atau setara skala 1 : 25.000  Peta clutter 3 dimensi resolusi 5 meter atau setara skala 1 : 5.000  Peta clutter resolusi 30 meter atau setara dengan skala 1 : 25.000

(34)

II-25  Peta vector yang meliputi peta batas desa/kelurahan, kecamatan,

kabupaten/kota dan peta jalan.

 Peta raster (peta yang diambil dari hasil pemotretan citra satelit quickbird/ekonos/foto udara/landsat dengan resolusi 5 - 15 meter.

(35)

III-26

BAB III

GAMBARAN UMUM

III.1 Sektor Geografis Kabupaten Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi adalah salah satu Kabupaten yang terletak di ujung timur Propinsi Jawa Timur. Wilayah daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan yang merupakan daerah penghasil produk perkebunan; dan dataran rendah dengan berbagai potensi produk hasil pertanian serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut.

Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak pada 113 53’ 00” sampai dengan 114 38’ 00” Bujur Timur dan diantara 7 43’ 00” sampai 8 46’ 00” Lintang Selatan. Kabupaten Banyuwangi Mempunyai luas 5.782,50 Km2. Kabupaten

Banyuwangi mempunyai letak yang strategis karena terletak di ujung paling timur Jalur Pantura serta titik paling timur Jalur Kereta Api Pulau Jawa. Serta menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali menggunakan Kapal Ferry, RCM, roro dan tongkang.

Batas wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut :

Utara : Kabupaten Situbondo

Timur : Selat Bali

Selatan : Samudra Indonesia

(36)

III-27 Gambar III-1 Batas wilayah administrasi Kabupaten Banyuwangi dengan Kabupaten/Kota

lain

Secara administratif, Kabupaten Banyuwangi terbagi atas sejumlah desa dan kelurahan yang tergabung dalam 24 kecamatan. Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi diantaranya sebagai berikut :

1. Kecamatan Pesanggaran 13. Kecamatan Srono

2. Kecamatan Siliragung 14. Kecamatan Rogojampi

3. Kecamatan Bangorejo 15. Kecamatan Kabat

4. Kecamatan Purwoharjo 16. Kecamatan Singojuruh

5. Kecamatan Tegaldlimo 17. Kecamatan Sempu

6. Kecamatan Muncar 18. Kecamatan Songgon

7. Kecamatan Cluring 19. Kecamatan Glagah

8. Kecamatan Gambiran 20. Kecamatan Licin

9. Kecamatan Tegalsari 21. Kecamatan Banyuwangi

10. Kecamatan Glenmore 22. Kecamatan Giri

11. Kecamatan Kalibaru 23. Kecamatan Kalipuro

(37)

III-28 Gambar III-2 Batas wilayah administrasi Kecamatan Kabupaten Banyuwangi

III.2 Sektor Topografi dan Morfologi

Banyuwangi memiliki luas 5.782,50 Km2., wilayah Kabupaten Banyuwangi di

kelompokkan sebagai berikut:

 Ketinggian 0 – 25 meter di atas permukaan laut meliputi luas wilayah 41.926 Ha. (12,04%) dari luas tanah. Ketinggian ini didapatkan pada Kecamatan Banyuwangi, Bangorejo, Giri, Kalipuro, Kabat, Muncar, Pesanggaran, Purwoharjo, Rogojampi, Srono, Tegaldlimo dan Wongsorejo.

 Ketinggian 100 -500 meter di atas permukaan laut meliputi luas wilayah 158.939 Ha. (45,65%) dari luas daerah. Ketinggian ini didapat pada hampir semua kecamatan kecuali Kecamatan Banyuwangi, Muncar, Purwoharjo yang tingginya di bawah 100 meter di atas permukaan laut.

 Ketinggian 500 – 1.000 meter di atas permukaan laut meliputi luas wilayah 36.527 Ha. (10,49%) dari luas daerah. Ketinggian ini meliputi Kecamatan

(38)

III-29 Genteng, Sempu, Giri, Kalipuro, Glagah, Glenmore, Kabat, Songgon dan Wongsorejo.

 Ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut meliputi Kecamatan Giri, Kalipuro, Glagah, Glenmore, Kabat, Songgon dan Wongsorejo.

 Daerah Kecamatan pantai meliputi Kecamatan Wongsorejo, Giri, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Rogojampi, Muncar, Tegaldlimo, Purwoharjo dan Pesanggaran.

Topografi wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah Bagian barat dan utara pada umumnya merupakan pegunungan, dan bagian selatan sebagian besar merupakan dataran rendah. Tingkat kemiringan rata-rata pada wilayah bagian barat dan utara 40°, dengan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila dibanding dengan bagian wilayah lainnya.

Daratan yang datar sebagian besar mempunyai tingkat kemiringan kurang dari 15°, dengan rata-rata curah hujan cukup memadai sehingga bisa menambah tingkat kesuburan tanah.

Dataran rendah yang terbentang luas dari selatan hingga utara dimana di dalamnya terdapat banyak sungai yang selalu mengalir di sepanjang tahun. Di Kabupaten Banyuwangi tercatat 35 DAS, sehingga disamping dapat mengairi hamparan sawah yang sangat luas juga berpengaruh positif terhadap tingkat kesuburan tanah.

Disamping potensi di bidang pertanian, Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah penghasil ternak yang merupakan sumber pertumbuhan baru perekonomian rakyat.

Dengan bentangan pantai yang cukup panjang, dalam perspektif ke depan, pengembangan sumberdaya kelautan dapat dilakukan dengan berbagai upaya intensifikasi dan diversifikasi pengelolaan kawasan pantai dan wilayah perairan laut.

(39)

III-30 Gambar III-3 Peta Terrain (Digital Elevation Mode) Kabupaten Banyuwangi

III.3 Sektor Tata Guna Lahan

Peta tata guna lahan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 terdiri atas Hutan Lindung 36.570,40 Ha, Hutan produksi 78.926,13 Ha, Taman Nasional 65.451,25 Ha, cagar Alam 1.514,25 ha, Taman Wisata 102,00 Ha, Persawahan 66.487,00 Ha, Tegalan 16.215,33 Ha, Kebun Campuran 2.161,10 Ha, Perkebunan Rakyat 31.097,30 Ha, Perkebunan Besar 51046,33 Ha, Pemukiman 127.454,22 Ha, Tambak 1.782,50 Ha, Tanah Rusak / Tandus 338,00 Ha, Dan Lain-lain 100.730,44 Ha.

Area perkantoran dan perdagangan terpusat di Kecamatan Depok, Mlati dan Banyuwangi. Adapun selebihnya, area residensial tersebar merata di seluruh Kabupaten Banyuwangi. Kondisi ini mengharuskan ketersediaan tower secara merata guna meng-cover pelanggan potensial yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi. Pada gambar di bawah adalah menunjukkan peta tata guna lahan. Warna hijau tua adalah area hutan, warna coklat adalah persebaran area residential, warna hijau muda adalah area pertanian dan warna oranye adalah area industri.

(40)

III-31 Gambar III-4 Peta Tata Guna Lahan Kabupaten Banyuwangi

III.4 Sektor Jaringan Transportasi

Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan menuntut peningkatan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

Dengan berkembangnya kegiatan penduduk di Kabupaten Banyuwangi baik secara kuantitas dan kualitas sebagai akibat perkembangan penduduk,maka persebaran kegiatan-kegiatan itupun semakin meluas secara fisik. Sehingga pola pergerakan yang terjadi antar lokasi kegiatannyapun semakin meningkat. Kegiatan penduduk dan kebutuhan pergerakan akan menentukan permintaan pelayanan terhadap angkutan pergerakan (sarana transportasi). Dan selanjutnya hal ini akan

(41)

III-32 menuntut pula penyediaan jaringan jalan yang sesuai dengan fungsi yang diembannya.

Permintaan terhadap jasa transportasi ini berasal dari berbagai peruntukan lahan disetiap bagian wilayah Kabupaten Banyuwangi. Selain itu, kondisi sosial ekonomi penduduk yang berlainan akan menuntut penyediaan sistem jaringan jalan yang sesuai untuk kelancaran pergerakan guna berlangsungnya kegiatan penduduk yang ada di dalam Kabupaten Banyuwangi. Dengan demikian pola pergerakan itu sendiri bukanlah merupakan tujuan atau motivasi, akan tetapi hanya merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan atau motivasi penduduk dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang berbeda dan tersebar secara fisik disetiap bagian Kabupaten Banyuwangi.

Peliknya pola pergerakan penduduk Kabupaten Banyuwangi lebih lanjut dapat menyebabkan sistem jaringan jalan menjadi bias / kabur, yang diwarnai dengan perangkapan fungsi jalan atau jalan difungsikan tidak sesuai dengan fungsi yang diembannya. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan persoalan lalu-lintas seperti; kecelakaan, kesemrawutan dan kemacetan lalu¬lintas serta umur jalan tidak sesuai dengan yang direncanakan.

Pendekatan terhadap sistem jaringan jalan Kabupaten Banyuwangi dilakukan dengan mengenali faktor-faktor yang berpengaruh baik secara makro maupun mikro. Adapun indikasi faktor pengaruh secara makro diantaranya; karakteristik sosial ekonomi penduduk, penggunaan lahan, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi. Sedangkan indikasi faktor pengaruh secara mikro diantaranya; pertumbuhan lalu-lintas, kapasitas dan tingkat pelayanan jalan, klasifikasi fungsi jalan, serta mutu perkerasan jalan. Kabupaten Banyuwangi adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, terletak di ujung paling timur Jalur Pantura serta titik paling timur Jalur Kereta Api Pulau Jawa. Serta menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali menggunakan Kapal Ferry, RCM, roro dan tongkang.

Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat dikenali kebutuhan sistem jaringan jalan Kabupaten Banyuwangi, baik yang berupa sistem jaringan jalan primer maupun sekunder yang sesuai dengan pola pergerakan penduduk Kabupaten Banyuwangi di masa yang akan datang.

Jalan kolektor menyajikan informasi jalan yang menghubungkan antara jalan utama menuju ke kota-kota Kecamatan, jalan kolektor biasanya bercirikan jalan yang masih bisa dilalui oleh mobil dua arah.

(42)

III-33 Jalan lokal menyajikan informasi yang lebih detail untuk menghubungkan jalan kolektor atau jalan utama menuju ke Kelurahan. Pada level tertentu tersedia jalan yang lebih detail hingga jalan setapak yang menjelaskan sebagai jalan yang hanya bisa dilewati oleh kendaraan roda dua.

Pada Gambar 3.5 : Peta Jaringan Jalan Kabupaten Banyuwangi bisa dideskripsikan bahwa jalan utama memberikan informasi tentang akses jalan yang menghubungkan antar kota Kabupaten dalam satu propinsi.

Gambar III-5 Peta Jaringan Jalan Kabupaten Banyuwangi

III.5 Sektor Demografi

Bersumber dari data kependudukan pada dokumen ”Jumlah Penduduk Tahun 2010” dari Biro Pusat Statistik (BPS) di Kabupaten Banyuwangi, diperoleh informasi jumlah penduduk tahun 2010 dan analisa regresi linier pertumbuhan jumlah penduduk hingga tahun 2018 adalah sebagai berikut.

(43)

III-34 Tabel III-1 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

No Kecamatan Jumlah Penduduk

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 1 BANYUWANGI 106,112 106,159 106,205 106,252 106,299 106,346 106,392 106,439 106,486 2 SINGOJURUH 45,117 45,137 45,157 45,177 45,196 45,216 45,236 45,256 45,276 3 MUNCAR 127,919 127,975 128,032 128,088 128,144 128,201 128,257 128,314 128,370 4 GLAGAH 33,984 33,999 34,014 34,029 34,044 34,059 34,074 34,089 34,104 5 TEGALDLIMO 61,075 61,102 61,129 61,156 61,183 61,209 61,236 61,263 61,290 6 KABAT 67,133 67,163 67,192 67,222 67,251 67,281 67,310 67,340 67,370 7 BANGOREJO 59,449 59,475 59,501 59,528 59,554 59,580 59,606 59,632 59,659 8 TEGALSARI 46,192 46,212 46,233 46,253 46,273 46,294 46,314 46,334 46,355 9 KALIBARU 61,622 61,649 61,676 61,703 61,731 61,758 61,785 61,812 61,839 10 ROGOJAMPI 92,107 92,148 92,188 92,229 92,269 92,310 92,350 92,391 92,432 11 SEMPU 71,476 71,507 71,539 71,570 71,602 71,633 71,665 71,696 71,728 12 LICIN 27,993 28,005 28,018 28,030 28,042 28,055 28,067 28,079 28,092 13 SRONO 87,508 87,547 87,585 87,624 87,662 87,701 87,739 87,778 87,817 14 WONGSOREJO 74,344 74,377 74,409 74,442 74,475 74,508 74,540 74,573 74,606 15 SONGGON 50,247 50,269 50,291 50,313 50,335 50,358 50,380 50,402 50,424 16 GENTENG 82,999 83,036 83,072 83,109 83,145 83,182 83,218 83,255 83,292 17 GIRI 28,295 28,307 28,320 28,332 28,345 28,357 28,370 28,382 28,395 18 PURWOHARJO 64,958 64,987 65,015 65,044 65,072 65,101 65,130 65,158 65,187 19 SILIRAGUNG 44,097 44,116 44,136 44,155 44,175 44,194 44,214 44,233 44,252 20 CLURING 70,058 70,089 70,120 70,151 70,181 70,212 70,243 70,274 70,305 21 PESANGGARAN 48,397 48,418 48,440 48,461 48,482 48,504 48,525 48,546 48,568 22 GAMBIRAN 58,257 58,283 58,308 58,334 58,360 58,385 58,411 58,437 58,462 23 KALIPURO 76,423 76,457 76,490 76,524 76,558 76,591 76,625 76,659 76,692 24 GLENMORE 69,235 69,265 69,296 69,326 69,357 69,387 69,418 69,449 69,479 Total 1,554,997 1,555,681 1,556,366 1,557,050 1,557,736 1,558,421 1,559,107 1,559,793 1,560,479

Sumber : Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyuwangi

III.6 Sektor Hidrologi

Kabupaten Banyuwangi mempunyai lereng dengan kemiringan lebih dari 40% meliputi lebih kurang 29,25% dari luas daerah yang mempunyai tinggi tempat lebih dari 500 meter di atas permukaan laut.

Beberapa sungai besar maupun kecil yang melintas Kabupaten Banyuwangi mulai bagian Utara ke Selatan sehingga merupakan daerah yang cocok untuk pertanian lahan basah, yaitu meliputi :

(44)

III-35 a) Sungai Bajulmati (20 km), melewati Kecamatan Wongsorejo.

b) Sungai Selogiri (6,173 km), melewati Kecamatan Kalipuro. c) Sungai Ketapang (10,26 km), melewati Kecamatan Kalipuro. d) Sungai Sukowidi (15,826 km), melewati Kecamatan Kalipuro.

Sumber(http://banyuwangi-permai.blogspot.com/2010/03/geografi-kabupaten-banyuwangi.html)

III.7 Sektor Iklim

Kabupaten Banyuwangi terletak di selatan equator yang dikelilingi oleh Laut Jawa, Selat Bali dan Samudra Indonesia dengan iklim tropis yang terbagi menjadi 2 musim yaitu :

• Musim penghujan antara bulan Oktober – April • Musim kemarau antara bulan April – Oktober

• Diantara kedua musim ini terdapat musim peralihan Pancaroba yaotu sekitar bulan April/Mei dan Oktober/Nopember

• Rata-rata curah hujan sebesar 7,644 mm perbulan dengan bulan kering yaitu bulan April, September, dan Oktober

(45)

IV-36

BAB IV

SURVEY MENARA DAN BTS

IV.1 Data Menara Eksisting Tahun 2013

Berdasarkan hasil survey pada tahun 2013, terdapat 449 BTS eksisting dan 293 menara eksisting di Kabupaten Banyuwangi. Data kepemilikan BTS yang terrinci per-Operator Telekomunikasi dan data menara eksisting yang terrinci per-operator dan per Menara Provider adalah sebagai berikut:

Tabel IV-1 Data menara Eksisting

No. Penyedia Menara Menara

1 Telkomsel 55 2 XL Axiata 45 3 Indosat 23 4 HCPT 1 5 Smartfren 2 6 Axis 7 7 ESIA 0 8 STI 4 9 Telkom Flexi 17 10 TBG 49 11 Mitratel 27 12 DSS 9 13 Protelindo 30 14 SKP 1 15 Indonusa Mora 10 16 Dwi Pilar Perkasa 3

17 LSK 2

18 Radio Fajar 1

19 Radio Habibullah 1 20 Radio Sri Tanjung 1

21 ISP 3

22 Masjid Baitussalam 1

23 Kosong 1

(46)

IV-37 Dalam sajian grafis perbandingan jumlah Menara eksisting setiap operator Telco di Kabupaten Banyuwangi adalah seperti tampak pada gambar di bawah.

Grafik 1 Pola Perbandingan jumlah Menara Eksisting

Di bawah ini adalah jumlah BTS yang dimiliki oleh Telco Operator dan Tower Provider di Kabupaten Banyuwangi

Tabel IV-2 Resume Jumlah BTS yang dimiliki Telco Operator

No. Operator Telekomunikasi Nama Singkat JumlahBTS 1 PT. Telekomunikasi Selular Tsel 105 2 PT. Indonesia Satellit Corporation Isat 65 3 PT. Excelcomindo Pratama XL 99 4 PT. Hutchinson C.P. Telecommunication HCPT 74 5 PT. Smart telcom Smart telcom 20

6 PT. Bakrie Telecom Esia 4

7 PT. Axis Telekom Indonesia Axis 35 8 PT. Telekomunikasi Indonesia Flexi 43 9 PT. Sampoerna Telecom Indonesia STI 4

(47)

IV-38 Dari tabel diatas di Kabupaten Banyuwangi masih terpasang 449 BTS yang dimiliki oleh 9 Penyelenggara Telekomunikasi. BTS dengan jumlah terbesar dimiliki oleh Tsel dengan jumlah sebanyak 105 BTS, disusul Operator XL dengan 99 BTS. Adapun Operator yang memiliki jumlah BTS paling sedikit adalah Operator STI dan Esia dengan memiliki 4 BTS.

Dalam sajian grafis perbandingan jumlah BTS eksisting setiap operator Telco di Kabupaten Banyuwangi maka akan terlihat Operator yang memiliki jumlah BTS terbesar dan operator yang memiliki jumlah BTS paling sedikit. Dibawah ini adalah grafis perbandingan jumlah BTS eksisting setiap Telco Operator.

Grafik 2 Pola Perbandingan jumlah BTS per Telco Operator.

IV.2 Sajian Menara dan BTS per Kecamatan

Plotting data menara eksisting pada layar GIS akan menjelaskan posisi-posisi persebaran BTS eksisting dan menara eksisiting untuk setiap kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Dengan demikian akan dapat diketahui berapa jumlah menara eksisting yang yang berdiri di masing-masing kecamatan dan menara-menara yang bertumpuk pada lokasi yang sama yang melayani area yang sama. Sehingga dari sebanyak 449 BTS yang ada di Kabupaten Banyuwangi ini, akan diindentifikasi berapa jumlah menara eksiting secara riil untuk melayani area yang berbeda.

(48)

IV-39 IV.2.1 Plotting Persebaran Menara dan BTS di Kabupaten Banyuwangi

Berdasarkan data hasil survey tahun 2013 terdata sebanyak 449 BTS yang dipasang di 293 menara telekomunikasi yang tersebar merata di seluruh kecamatan yang terinci pada tabel berikut :

Tabel IV-3 Jumlah Menara dan BTS per Kecamatan

No Kecamatan Jumlah BTS Jumlah Menara

1 PESANGGARAN 13 8 2 SILIRAGUNG 9 7 3 BANGOREJO 15 10 4 PURWOHARJO 19 10 5 TEGALDLIMO 14 10 6 MUNCAR 27 18 7 CLURING 17 14 8 GAMBIRAN 16 11 9 TEGALSARI 11 8 10 GLENMORE 22 15 11 KALIBARU 16 12 12 GENTENG 19 14 13 SRONO 26 18 14 ROGOJAMPI 29 15 15 KABAT 22 12 16 SINGOJURUH 12 8 17 SEMPU 15 10 18 SONGGON 12 7 19 GLAGAH 9 5 20 LICIN 7 6 21 BANYUWANGI 44 28 22 GIRI 13 7 23 KALIPURO 29 19 24 WONGSOREJO 33 21 J u m l a h 449 293

Dibawah ini adalah plotting persebaran menara telekomunikasi di Kabupaten Banyuwangi yang di overlay dengan Peta Land_Use di Kabupaten Banyuwangi.

Gambar

Gambar II-4 Metode Splitting Cell
Tabel II-2 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli
Tabel IV-1 Data menara Eksisting
Tabel IV-2 Resume Jumlah BTS yang dimiliki Telco Operator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis modern dressing lainnya yakni Ca Alginat dimana kandungan Ca dapat membantu menghentikan perdarahan. Kemudian hydroselulosa dengan fungsi mampu menyerap cairan dua kali lipat

21) Bagaimana menurut saudara dampak pembangunan Bandara Kuala Namu dalam penyediaan sarana dan prasarana ekonomi dan sosial bagi masyarakat ? A. Keberadaan Bandara Kuala Namu

Bab ini berisi tentang analisa dan perancangan sistem dalam pembuatan Tugas Akhir Robot Pengantar Makanan dengan Penentuan Posisi Meja Menggunakan Rotary Encoder

Kehidupan intern umat beragama sering terjadi gejala yang kurang mantap dan acap kali menimbulkan pertentangan dan perpecahan seperti dalam intern umat Islam, perbedaan faham

Kenaikan ekspor Desember 2016 terhadap November 2016 terjadi pada tiga golongan barang utama yaitu Lemak & Minyak hewan/nabati naik sebesar 2,56 persen; Batu bara naik

underpricing pada penawaran umum perdana dengan studi kasus pada perusahaan yang go publik tahun 2006 – 2008. Dari hasil pengujian yang. dilakukan terhadap 27 perusahaan,

Sistem pengelolaan pendidikan, penelitian, pelayanan/ pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama harus terintegrasi dengan penjaminan mutu program studi untuk

Pengujian Koneksi Jaringan Dalam melakukan pengamatan pada proses download file di web server, dilakukan pengujiuan koneksi yang mengarah ke gateway router load