Konstruksi Alat Ukur Resiliensi Akademik untuk Kepuasan Belajar
Online Mahasiswa pada Masa Pandemi Covid-19
Nelia Afriyeni1, Tri Rahayuningsih2
Prodi Psikologi1, Fakultas Kedokteran2, Universitas Andalas
1
neliaafriyeni@med.unand.ac.id, 2trirahayuningsih@med.unand.ac.id
Abstrak
Pandemi Covid-19 Covid-19 yang terjadi di dunia, khususnya Indonesia
melahirkan kebijakan Pemerintah yang mengharuskan mahasiswa belajar dari
rumah secara online selama masa karantina. Hal ini berdampak pada motivasi mahasiswa karena kepuasan belajar menjadi terganggu dan harus melakukan penyesuaian belajar saat di rumah. Masalah-masalah psikologis juga timbul, sehingga dibutuhkan ketahanan psikologis menghadapi situasi yang tidak menyenangkan dan kemampuan beradaptasi, yaitu resiliensi akademik yang menjadi faktor kepuasan belajar online pada mahasiswa selama pandemi Covid-19. Tujuan penelitian ini adalah mengkonstruksi alat ukur resiliensi akademik untuk
kepuasan belajar online pada mahasiswa selama pandemi Covid-19. Metode
penelitian dibagi dalam dua tahap yakni secara kualitatif merumuskan konstruk
pengukuran dengan open ended questionnaire dengan jumlah responden sebanyak
21 orang, kemudian berdasarkan data kualitatif tersebut dikembangkan alat ukur resiliensi akademik dan kepuasan belajar online dalam bentuk Skala Likert 5 pilihan jawaban. Tahap kedua dilakukan secara kuantitatif melihat reliabilitas dan uji korelasi item-total untuk menyeleksi item yang tidak selaras dengan fungsi ukur tersebut dengan menggunakan program SPSS. Uji coba tersebut dilakukan pada 116 orang responden.Berdasarkan uji coba didapatkan hasil bahwa Skala Resiliensi Akademik memiliki nilai reliabilitas 0,917, dengan 12 item gugur sehingga menyisakan 41 item yang sejalan dengan fungsi ukurnya, dengan nilai koefisien korelasi item-total dari 0,301 sampai 0,711. Sedangkan untuk Skala Kepuasan Belajar Online memiliki nilai reliabilitas 0,917 dengan 2 item yang gugur, dan 33 item yang dipertahankan dengan nilai koefisien korelasi item-total dari 0,300 sampai 0,709. Dengan demikian, kedua alat ukur ini reliabel dan tepat digunakan
untuk menjelaskan resiliensi akademik dan kepuasan belajar online pada
mahasiswa.
Kata kunci:Covid-19, Kepuasan Belajar Online, Resiliensi
Pendahuluan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menerbitkan dua surat edaran terkait pencegahan dan penanganan virus corona atau Covid-19. Yakni, Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan
Covid-19 di lingkungan Kemendikbud dan Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan (Ali, 2020) untuk melakukan
langkah-langkah mencegah berkembangnya penyebaran Covid-19 di lingkungan
satuan pendidikan. Langkah itu diambil untuk mengurangi potensi kerumuman yang
rentan memperluas penyebaran penyakit Covid-19, yang telah ditetapkan
Organisasi Kesehatan Dunia sebagai pandemik. Data Aliansi Penyelenggara Perguruan Tinggi Indonesia (Apperti) per 14 Maret 2020 menyebutkan jumlah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pembelajaran daring mencapai 58 kampus (Khoiri, 2020) termasuk Universitas Andalas.
Kuliah online atau sistem daring adalah cara yang lebih maju dalam lembaga akademik tradisional. Studi tentang kepuasan mahasiswa telah menunjukkan bahwa mahasiswa mengikuti tugas yang ditentukan setiap hari lebih berhasil untuk retensi mahasiswa dan tingkat kelulusan yang sama. Kehilangan fokus adalah alasan yang paling banyak dikutip mengapa mahasiswa tidak berhasil dalam kuliah secara daring dan ini kecil kemungkinannya jika tugas telah ditetapkan sesuai jadwal (Bauer, 2019), sehingga dosen harus kreatif dalam mendesain perkuliahan meskipun tidak
mengerjakannya di kampus. Massive Open Online Course (MOOC's) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran orang dewasa seperti pada mahasiswa, berdampak langsung pada peningkatan hasil pendidikan, pada pengembangan keterampilan belajar mahasiswa, komunikasi yang efektif antara mahasiswa dan dosen, juga pada kinerja akademik mahasiswa (Alhazzani, 2020). Namun, selama masa pandemi Covid-19 ini pendidik harus bekerja lebih keras untuk menanamkan strategi yang mendukung kesejahteraan mahasiswa dan menumbuhkan ketahanan emosional (resiliensi) ke dalam kurikulum mereka (Carolan et al., 2020).
Fakta bahwa pandemi Covid-19 telah mempengaruhi kesehatan mental
anggota Perguruan Tinggi menjadikannya kebutuhan mendesak untuk memahami tantangan dan keprihatinan ini untuk menginformasikan pengembangan program tindakan dan pesan kesehatan masyarakat yang dapat lebih mendukung mahasiswa
dalam krisis ini (Zhai & Du, 2020). Ketidaknyamanan mahasiswa karena literasi digital yang terbatas dan tidak adanya keterlibatan manusia secara fisik (Carolan et al., 2020) membutuhkan ketangguhan atau resiliensi yang penting untuk mengatasi stres agar tetap seimbang (Vinkers et al., 2020). Orang yang cenderung lebih sering keluar, berolahraga lebih banyak, menerima lebih banyak dukungan sosial dari keluarga, teman, dan orang-orang penting lainnya, tidur lebih baik, dan lebih sering beribadah lebih memiliki ketahanan psikologis (Süss & Ehlert, 2020). Dukungan, komunitas, kepemimpinan, dan perencanaan di universitas sangat penting dalam membangun dan menghambat resiliensi. Termasuk insentif berdampak cukup tinggi dalam mengatasi berbagai hambatan, yang dapat digunakan untuk memulai resiliensi. Pembelajaran daring yang fleksibel adalah peluang kunci untuk membangun resiliensi, tetapi universitas tidak boleh meremehkan pentingnya interaksi tatap muka antara staf dan peserta didik (Dohaney et al., 2020). Hasil ini memberikan titik awal yang kuat bagi peneliti untuk memahami bagaimana universitas dapat menumbuhkan resiliensi terhadap gangguan dan bencana besar pada pengajaran universitas seperti pandemi Covid-19 ini, sehingga mahasiswa bisa merasakan kepuasan dari pengalaman belajar online.
Sementara itu, universitas memainkan peran penting di negara mana pun sebagai penghasil pengetahuan dan penyedia pendidikan tinggi. Fungsi universitas adalah mempersiapkan keterampilan tenaga kerja dan profesional (Aslan et al., 2014). Di lain hal, mahasiswa dengan tingkat spiritualitas yang lebih tinggi menunjukkan ketahanan yang lebih besar (Abolghasem et al., 2015). Resiliensi atau yang biasa disebut dengan ketahanan, adalah kemampuan sistem dinamis untuk bertahan atau pulih dari tantangan signifikan yang mengancam stabilitas dan pengembangannya. Ketahanan adalah kemampuan untuk beradaptasi secara positif meskipun ada kesulitan yang signifikan. Kinerja akademik ditafsirkan sebagai indikator ketahanan psikologis serta tanda dari bentuk ketahanan yang berbeda, yaitu ketahanan atau resiliensi akademik, yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk secara efektif menghadapi kemunduran, dan tekanan dalam lingkungan
akademik. Resiliensi akademik dianggap sebagai indikator penyesuaian sekolah serta prediktor kuat partisipasi mahasiswa mengikuti perkuliahan dan motivasi belajar (Anghel, 2015).
Berhubungan dengan hal di atas, masih sedikit penelitian menyentuh tentang bagaimana akademisi, pelajar, dan praktisi dapat merespons sebelum, selama, dan setelah bencana, juga bagaimana ketahanan mereka terhadap gangguan dapat dipupuk untuk mengurangi dampak pada pembelajaran dan pengajaran. Maka, dibutuhkan pengukuran valid dan dapat digunakan kapan saja, yakni alat ukur resiliensi akademik untuk kepuasan belajar online mahasiswa. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengkonstruksi alat ukur resiliensi akademik untuk kepuasan belajar online pada mahasiswa selama pandemi Covid-19.
Konstruksi pengukuran alat ukur di penelitian ini diadopsi dari teori Cassidy (2016) untuk resiliensi akademik dan kepuasan belajar online berdasarkan teori dari Cheok dan Wong (2015). Menurut Cassidy (2016), resiliensi akademik adalah kemampuan individu untuk meningkatkan keberhasilan dalam pendidikan walaupun dalam situasi sulit. Lebih lanjut Cassidy menjabarkan bahwa terdapat 3 aspek pembentuk resiliensi akademik, yaitu (1) Perseverance (ketekunan), yaitu menggambarkan individu yang bekerja keras (terus mencoba dan tidak mudah menyerah), berfokus pada rencana dan tujuan, menerima dan memanfaatkan
feedback, mampu memecahkan masalah dengan kreatif dan imajinatif, dan memposisikan kesulitan sebagai kesempatan untuk berkembang; (2) Reflecting and adaptive help-seeking (merefleksikan dan beradaptasi dalam mencari bantuan) yaitu individu yang mampu merefleksikan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya dan dapat mencari bantuan, dukungan dan dorongan oleh individu lain sebagai upaya perilaku adaptif individu; (3) Negative affect and emotional response
(pengaruh negatif dan respon emosional) merupakan gambaran kecemasan, emosi negatif, optimisme-pesimisme, dan penerimaan yang negatif yang dimiliki oleh individu selama hidup. Dalam hal ini, individu yang resilien mampu menghindari hal-hal terkait respon negatif, merasakan ketenangan (kecemasan yang rendahdan
punya perasaan bermakna yang mana individu punya keyakinan akan tujuan dalam hidup dan hal yang dijalaninya.
Selanjutnya kepuasan belajar online, yang menurut Cheok dan Wong (2015)
merupakan penentu apakah sistem pembelajaran online (e-learning) dapat
digunakan berkelanjutan. Dijelaskan lebih lanjut, kepuasan belajar online terbentuk berdasarkan tiga aspek, yaitu (1) User quality adalah bagaimana perasaan, sikap, dan keyakinan mahasiswa dalam pembelajaran online sebagai pengguna media pembelajaran online, sehingga perasaan, sikap, dan keyakinan yang cenderung positif akan mengarahkan pada kualitas pembelajaran online yang baik. Di sini Cheok dan Wong (2015) menurunkannya menjadi 3 indikator, meliputi anxiety, attitude dan self-efficacy; (2) Organizational quality adalah keseluruhan dukungan yang diberikan oleh institusi pendidikan dalam meningkatkan kualitas belajar online
mahasiswanya. Kualitas pelayanan yang buruk dari institusi pendidikan akan
menyebabkan penurunan kenyamanan mahasiswa dalam pembelajaran online,
yang terdiri dari training, management dan technical; dan (3) E-Learning system quality yang ditandai berdasarkan karakteristik seberapa berguna, efisien, dan dapat diandalkannya sistem pembelajaran online yang di dalamnya termasuk media yang digunakan untuk kenyamanan dan keberhasilan belajar online, yang terdiri dari
perceived usefulness (pengguna mengalami peningkatan kemampuan di dalam dirinnya), perceived ease of use (mengacu pada tingkat kepercayaan mahasiswa terhadap penggunaan aplikasi dari media pembelajaran online tertentu dengan mudah), flexibility (persepsi mahasiswa tentang efisiensi dan efek dari penerapan pembelajaran online terhadap pekerjaan mereka, proses pembelajaran dan jam perjalanan yang terlibat), dan interaction (antar mahasiswa dan mahasiswa dengan dosen baik melalui chatting, email, i-learn, dan media pembelajaran online lainnya)
Metode
Penelitian dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama yakni secara kualitatif
yaitu mengkonstruksi skala resiliensi akademik dan kepuasan belajar online dalam bentuk Skala Likert 5 pilihan jawaban (Sangat Tidak Sesuai, Tidak Sesuai, Netral, Sesuai dan Sangat Sesuai) berdasarkan data kualitatif yang didapatkan di tahap pertama tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, konstruksi pengukuran alat ukur dalam penelitian ini diadopsi dari teori Cassidy (2016) untuk resiliensi akademik dan kepuasan belajar online berdasarkan teori dari Cheok dan Wong (2015).
Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Andalas yang telah dan sedang mengikuti perkuliahan secara daring. 21 orang mahasiswa berpartisipasi pada tahap pertama, sedangkan 116 orang mahasiswa pada tahan kedua. Pengadministrasian open ended questionnaire dan skala tersebut kepada responden dilakukan secara daring dengan memberikan link
Google Form.
Hasil
Data penelitian ini dianalisis dengan cara melihat korelasi antara masing-masing item dengan skor total yaitu menggunakan Korelasi Pearson Product Moment. Korelasi item-total digunakan untuk memilih item-item yang paling baik mengukur konstruk atau isi yang sedang diukur, dengan cara pemilihan item yang ditemukan signifikan pada level 0,01.
Pada Skala Resiliensi Akademik, dari 53 item awal yang dikonstruksi terdapat 12 item gugur (korelasi item-total yang tidak signifikan) sehingga menyisakan 41 item yang sejalan dengan fungsi ukurnya, dengan rentang nilai koefisien korelasi item-total dari 0,301 sampai 0,711. Sedangkan pada Skala Kepuasan Belajar Online, dari item awal yang berjumlah 35 item, terdapat 2 item yang gugur (korelasi item-total tidak signifikan), sehingga 33 item yang dipertahankan dengan nilai koefisien korelasi item-total dari 0,300 sampai 0,709. Uraian lebih rinci nilai koefisiensi korelasi item-total pada Skala Resiliensi Akademik maupun Skala Kepuasan Belajar Online dapat dilihat di Tabel 1 dan 2.
Setelah dikurangi item-item yang gugur, disusun kembali blue print Skala Resiliensi Akademik dan Skala Kepuasan Belajar Online tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 1. Koefisiensi Korelasi Item-Total Skala Resiliensi Akademik
No. Item Correlation
1 Saya akan menyerah jika usaha saya dalam perkuliahan tidak berhasil .465** 2
Kelebihan yang saya miliki akan saya gunakan untuk meningkatkan potensi diri
.619** 3 Menurut saya peluang untuk berprestasi di jurusan ini sangat kecil .533** 4 Saya akan berusaha untuk tidak berpikir negatif .456** 5 Kesuksesan saya di masa lalu tidak membangkitkan motivasi belajar saya .445** 6
Saya akan mencari bantuan dari dosen jika mengalami kendala dalam perkuliahan
.514**
7 Saya merasa terbebani dengan kuliah online .370**
8 Saya akan memberikan semangat belajar untuk diri sendiri .561** 9
Saya akan memberikan penghargaan untuk diri sendiri jika saya berhasil dalam perkuliahan
.522** 10 Saya akan berusaha untuk tidak panik ketika banyak tugas yang mendesak .400** 11 Saya akan merasa tertantang jika diberikan tugas yang sulit .509** 12 Saya mencoba pendekatan belajar yang baru jika mengalami kesulitan .499** 13
Ketika ada masalah dalam perkuliahan, saya akan memikirkan solusi baru yang lebih efektif
.524** 14 Saya mencoba berbagai metode/cara belajar selama kuliah online .492** 15 Saya tidak menerima feedback (penilaian dan masukan) dari dosen .418** 16 Kuliah online membuat saya sulit membagi waktu .381** 17 Keberhasilan yang pernah dicapai akan memotivasi saya untuk belajar .445** 18 Saya merasa perkuliahan saya akan berjalan buruk .550** 19 Saya yakin, kesulitan dalam perkuliahan yang saya alami hanyalah sementara .301** 20 Saya yakin bahwa saya bisa sukses di dunia kerja .540** 21
Saya takut meminta bantuan kepada dosen ketika mengalami kesulitan belajar
.514** 22 Saya akan mencari dukungan dari keluarga ketika saya merasa terpuruk .398** 23 Kelemahan yang saya miliki akan memacu saya lebih giat dalam belajar .711** 24
Meskipun sulit membagi waktu, saya akan tetap menyelesaikan tugas perkuliahan secara optimal
.441**
25
Kesulitan yang saya alami dalam pembelajaran akan membuat saya kehilangan motivasi
.612** 26 Kelemahan yang saya miliki mempersulit saya dalam belajar .592** 27
Saya akan memantau sejauh mana usaha saya dalam mendapatkan hasil belajar yang baik
.511** 28 Saya akan menetapkan tujuan agar prestasi belajar menjadi lebih baik .472** 29 Saya khawatir nanti tidak mendapatkan pekerjaan .475** 30
Saya kesulitan menemukan solusi ketika menghadapi permasalahan yang baru di perkuliahan online
.406** 31 Saya hanya berdiam diri jika mengalami kesulitan .454**
No. Item Correlation 32 Saya akan terus mencoba walaupun saya pernah gagal dalam perkuliahan .375** 33
Feedback ( penilaian dan masukan) dari dosen yang saya dapatkan berguna untuk meningkatkan pembelajaran saya
.430** 34 Saya akan melawan rasa takut terhadap kegagalan .622** 35
Saya malu bertanya meskipun saya belum paham mengenai materi perkuliahan
.499** 36 Saya belum bisa mengoptimalkan kelebihan yang saya miliki .454** 37 Saya merasa memiliki peluang yang besar untuk berprestasi di universitas ini .534** 38 Saya akan mengevaluasi hasil belajar yang telah dicapai .638** 39 Sulit bagi saya untuk mengubah cara belajar .571** 40
Saya akan menunjukan bahwa saya dapat memperbaiki nilai menjadi lebih baik
.406** 41 Saya akan merasa tertekan jika deadline tugas terlalu banyak .401** **. Correlation is significant at the 0.01 level
Tabel 2. Koefisiensi Korelasi Item-Total Skala Kepuasan Belajar Online
No. Item Correlation
1
Saya menanggapi mahasiswa yang sedang presentasi dengan bertanya atau memberi komentar
.341**
2
Saya merasa penjelasan penggunaan aplikasi pembelajaran online yang diberikan kurang membantu perkuliahan online saya
.540**
3
Saya merasa kemampuan dan pengetahuan saya tidak bertambah menggunakan media pembelajaran online
.515** 4 Menurut saya, pembelajaran online mempersulit saya dalam perkuliahan .628** 5
Saya merasa belum maksimal menyerap materi yang disampaikan dosen lewat media online
.570**
6
Saya kesulitan menggunakan aplikasi pembelajaran online dan lebih memilih tidak akan menggunakannya lagi
.583**
7
Saya merasa kurang kompeten dalam menggunakan media yang digunakan untuk pembelajaran online
.573** 8 Saya kesulitan untuk mendapatkan fasilitas utama untuk perkuliahan online .596** 9 Saya merasa pembelajaran online lebih banyak membuang waktu saya .630** 10
Saya tidak khawatir menjalankan pembelajaran online dengan media belajar yang digunakan
.522**
11
Saya merasa mudah menjalani perkuliahan online setelah diberi pengarahan cara penggunaan aplikasi yang digunakan
.571**
12
Menurut saya, ada peningkatan pengetahuan dan kemampuan setelah menggunakan media pembelajaran online
.586** 13 Saya merasa pembelajaran online mempermudah saya dalam perkuliahan .542** 14
Saya merasa nyaman dengan suasana pembelajaran online yang diciptakan dosen
.606**
15
Saya menganggap aplikasi pembelajaran online yang saya gunakan akan terus mendukung perkuliahan saya untuk selanjutnya
.593**
16
Saya merasa yakin bahwa saya mudah beradaptasi menggunakan media pembelajaran online yang disarankan dosen untuk perkuliahan
.580**
17 Saya kesulitan membeli kuota internet .535**
No. Item Correlation online
19
Saya merasa kurang mendapatkan attachment dengan dosen di perkuliahan online ini
.311** 20 Saya tidak panik kalau ada tugas / ujian menggunakan media belajar online .483** 21
Saya merasa lebih paham menggunakan aplikasi belajar online setelah diberikan pelatihan atau simulasi
.431**
22
Saya merasa lebih menguasai media pembelajaran online dibanding sebelumnya
.390** 23 Saya menikmati pembelajaran online dengan media pembelajaran apapun .709** 24
Menurut saya, dosen sudah kompeten dalam memberikan perkuliahan online
.366**
25
Saya merasa mudah menggunakan aplikasi pembelajaran online yang saya gunakan saat ini
.595**
26
Saya merasa yakin pembelajaran online tidak akan mempengaruhi nilai perkuliahan saya
.397** 27 Sinyal di tempat saya melakukan perkuliahan online tidak stabil .533** 28
Menurut saya, pembelajaran online lebih menyenangkan karena lebih fleksibel
.508**
29
Saya terlibat aktif pada saat dosen mengajar dengan menjawab di forum chat atau menghidupkan kamera
.300**
30
Ketika saya kurang mengerti dengan media belajar online yang digunakan untuk tugas/ujian, saya menjadi khawatir dengan nilai saya
.468**
31 Saya mudah mendapatkan akses internet .627**
32
Saya merasa pembelajaran online efisien karena lebih mengehemat waktu saya
.601** 33 Sinyal di tempat saya melakukan perkuliahan online stabil .543** **. Correlation is significant at the 0.01 level
Tabel 3. Blue Print Skala Resiliensi Akademik
Aspek Indikator Item
Favorable
Item
Unfavorable Jumlah
Perseverance Bekerja keras (terus mencoba dan
tidak mudah menyerah) 24,32 1 3
Berfokus pada rencana dan tujuan 19 1
Menerima dan memanfaatkan
feedback 33 15 2
Pemecahan masalah dengan kreatif
dan imajinatif 4,13,40 30 4
Memposisikan kesulitan sebagai
kesempatan 11 16,25 3
Reflecting and adaptive help-seeking
Merefleksikan kekuatan dan
kelemahan 2,23 26,36 4
Mengubah pendekatan belajar 12,14,28 39 4
Mencari bantuan 6 21,35 3
Dukungan dan dorongan 8,22 31 3
Memantau usaha dan pencapaian 17,27,38 5 4
Pemberian rewards dan punishments 9 1
Aspek Indikator Item Favorable Item Unfavorable Jumlah and emotional response
Catastrophising (memikirkan hal yang
buruk, malapetaka, bencana) 34 7,18,41 4
Menghindari respon emosional yang
negatif 10 1
Total 41
Tabel 4. Blue Print Skala Kepuasan Belajar Online
Aspek Indikator Item
Favorable
Item
Unfavorable Jumlah Item
User Quality Anxiety 10, 20 30 3
Attitude 13, 23 4 3 Self-Efficacy 16, 26 7 3 Organizational Quality Training 11, 21 2 3 Management 14, 24 5 3 Technical 31, 33 8, 17, 27 5 E-Learning System Quality Perceived Usefulness 12, 22 3 3
Perceived Ease of Use 15, 25 6 3
Flexibility 28, 32 9, 18 4
Interaction 1, 29 19 3
Total 33
Reliabilitas Alat Ukur
Kedua skala dalam penelitian ini menggunakan konsistensi internal dengan metode Alpha Cronbach. Skala Resiliensi Akademik memiliki nilai reliabilitas 0,917 dan untuk Skala Kepuasan Belajar Online memiliki nilai reliabilitas 0,917.
Tabel 5. Reliabilitas Statistik
No. Alat Ukur Cronbach's Alpha N of Items
1 Skala Resiliensi Akademik .917 41
2 Skala Kepuasan Belajar Online .917 33
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada item-item alat ukur penelitian ini, didapatkan 41 item untuk Skala Resiliensi Akademik dan 33 item untuk Skala Kepuasan Belajar Online, dengan nilai reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,917 untuk masing-masing alat ukur. Sehingga dapat dikatakan bahwa kedua alat ukur ini
reliabel dan tepat digunakan untuk menjelaskan resiliensi akademik untuk kepuasan belajar online pada mahasiswa selama Covid-19.
Daftar Pustaka
Abolghasem, S., Tarsafi, M., & Rajabimoghadam, S. (2015). Predictability of Students’ Resiliency by Their Spirituality. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 205(May), 396–400. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.09.024 Alhazzani, N. (2020). MOOC’s impact on higher education. Social Sciences &
Humanities Open, 2(May), 1–11.
https://doi.org/10.1016/j.ssaho.2020.100030
Anghela, R. E. (2015). International Conference EDUCATION AND PSYCHOLOGY CHALLENGES - TEACHERS Psychological and Educational Resilience in High vs . Low-Risk Romanian Adolescents. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
203, 153–157. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.08.274
Aslan, A. S., Shaukat, M. Z., Ahmed, I., Shah, I. M., & Mahfar, M. (2014). Job Satisfactions of Academics in Malaysian Public Universities. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, 114, 154–158.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.12.676
Bauer, M. (2019). Translating a Successful Lecture into Online Course Content-Experiences of a Control Engineering Lecturer. IFAC-PapersOnLine, 52(9), 312–317. https://doi.org/10.1016/j.ifacol.2019.08.220
Carolan, C., Davies, C. L., Crookes, P., McGhee, S., & Roxburgh, M. (2020). COVID 19: Disruptive impacts and transformative opportunities in undergraduate nurse
education. Nurse Education in Practice, 46(May), 102807.
https://doi.org/10.1016/j.nepr.2020.102807
Cassidy, S. (2016). The academic resilience scale (ARS-30): A new multidimensional construct measure. Frontiers in Psychology, 7 (1787), 1-12.
Cheok, M. L., & Wong, S. L. (2015). Predictors of e-learning satisfaction in teaching and learning for school teachers: A literature review. international Journal of
Instruction, 8 (1), 75-90.
Deshwal, P., Trivedi, A., & Himanshi, H. L. N. (2017). Online Learning Experience Scale Validation and Its Impact on Learners’ Satisfaction. Procedia Computer Science, 112, 2455–2462. https://doi.org/10.1016/j.procs.2017.08.178 Dohaney, J., de Róiste, M., Salmon, R. A., & Sutherland, K. (2020). Benefits, barriers,
and incentives for improved resilience to disruption in university teaching.
International Journal of Disaster Risk Reduction, 50. https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2020.101691
Süss, H., & Ehlert, U. (2020). Psychological resilience during the perimenopause.
Maturitas, 131, 48–56. https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2019.10.015 Vinkers, C. H., van Amelsvoort, T., Bisson, J. I., Branchi, I., Cryan, J. F., Domschke, K.,
Manchia, M., Pinto, L., de Quervain, D., Schmidt, M. V., & van der Wee, N. (2020). Stress resilience during the coronavirus pandemic. European
Neuropsychopharmacology, 35, 12–16.
https://doi.org/10.1016/j.euroneuro.2020.05.003
Zhai, Y., & Du, X. (2020). Addressing collegiate mental health amid COVID-19
pandemic. Psychiatry Research, 288(April), 113003.