Handsanitizer
Merupakan gel pembersih tangan yang memiliki kemampuan sebagai antibakteri dalam menghambat hingga membunuh bakteri.
I. TUJUAN PEMAKAIAN SEDIAAN
Tujuan dari pemakaian Handsanitizer adalah sebagai antibakteri, melindungi kulit dari kuman dan bakteri (Retnosari dan Sadiartuti, 2006).
II. KARAKTERISTIK SEDIAAN
- Dapat membunuh bakteri dengan cepat - Tidak menimbulkan rasa panas pada kulit - Tidak menimbulkan rasa lengket pada kulit - Tidak menimbulkan reaksi alergi
- Aman digunakan oleh anak-anak
III. RANCANGAN MODIFIKASI FORMULA
No. Hand Sanitizing Gel
(Cosmetic and Toiletry Formulation 2nd Ed Vol 8, p 273)
Pembanding
(Carex Hand Gel Aloe vera)
Formula Modifikasi terhadap Formula Standar
Nama Bahan Fungsi Kons. Nama Bahan Fungsi Nama Bahan Fungsi Kons.
1. Deionized Water Pelarut 38,75 % Water Pelarut Deionized water Pelarut Ad
100% 2. Carbopol Ultrez
10
Gelling agent 0,3% Carbomer Gelling agent HPMC Gelling agent 3%
3. Propylene Glycol Humektan 0,5% Propylene Glycol Humektan Propylene Glycol Humectant 0,5%
4. Ethanol Antiseptic 60% Alkohol Denat Antiseptic Ethanol 70% (v/v) Antiseptik 60%
5. PEG 60 almond glycerides
Emolien 0,3 % Glycerin Glycerin Emollient 1 %
6. Tri-isopropanolamine Penetral carbopol 0,25%
Aloe leaf extract Antiseptik, mouistirizer
Sari buah jeruk nipis Antiseptik 2% Benzophenone-1 Aminomethyl Propanol Penetral asam / carbopol Phenoxyethanol Antiseptik
Methylparaben Pengawet Methylparaben Pengawet 0,18%
Propylparaben Pengawet Propylparaben Pengawet 0.02%
Parfum Pewangi
Cl 19140 (Tartrazin)
Pewarna kuning Cl 42090 Pewarna biru
Bentuk sediaan dasar : Gel Alkohol total : 60%
Bentuk sediaan dasar : Gel Alkohol total : -
Bentuk sediaan dasar : Gel Alkohol total : 60% PENJELASAN TERHADAP FORMULA MODIFIKASI
Modifikasi Bahan Aktif : Penambahan bahan aktif : 1. Sari buah jeruk nipis
Konsentrasi terpilih : 20 mg/ml = 2% (2 g / 100 ml) Alasanya :
- Pada konsentrasi 20 mg/ml pada pustaka tercatat dapat bersifat sebagai anti mikroba yang telah diuji terhadap bakteri gram negative yaitu
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. (lampiran 1)
- Kandungan sari buah jeruk nipis yaitu Flavanones, flavones and flavonols merupakan 3 flavonoid utama yang terkandung pada buah jeruk nipis. Selain itu buah jeruk nipis juga mengandung asam askorbat yang dapat berfungsi sebagai anti oksidan. (lampiran 1)
Modifikasi Bahan Tambahan Penyusun Basis : 1. Carbomer diganti HPMC
Konsentrasi terpilih : 3% Alasanya :
- Menurut penelitian Arikumalasari, dkk (2013) dengan konsetrasi 15% memberikan efek yang baik terhadap sifat fisika gel meliputi viskositas, daya sebar dan daya lekat.
- Karena sari buah jeruk nipis memiliki nilai pH yang rendah dan HPMC stabil pada pH 3-11 (sesuai untuk pH sari buah jeruk nipis).
- HPMC dapat membentuk sedian gel yang jernih dan bersifat netral serta memiliki viskositas yang stabil dalam penyimpanan jangka panjang (Rowe et al., 2009).
2. Penambahan pengawet metyl paraben Konsentrasi terpilih : 0,18%
Alasanya : Karena sedian mengandung air dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi
mikroba.
Formula mengandung PG, kombinasi dengan PG dapat meningkatkan efektivitasnya metyl paraben.
3. PEG 60 Almond Glycerides diganti Glycerin Konsentrasi terpilih : 0,3 %
Alasanya :
- Gliserin bersifat hidrofilik, dapat bercampur dengan air, larut dalam ethanol, sehingga sangat cocok untuk sediaan hand sanitizer (HPE V, p 283).
- Gliserin sebagai emollient pada handsanitizer agar pada saat penggunaan tidak menimbulkan rasa kering yang diakibatkan oleh alkohol. Selain itu gliserin bersifat sebagai antimikroba. Untuk memberikan rasa yang lebih lembut di tangan konsentrasi ditingkatkan menjadi 1% (Shu M., 2013).
- Kombinasi propilen glikol dan gliserin diharapkan dapat meningkatkan efek moisturiser dari sediaan (Nair, 2012)
IV. MATRIKS (Bahan aktif dan bahan tambahan) untuk formula modifikasi
No. Nama Bahan Karakteristik Kadar
Lazim
Kadar Terpilih
Fungsi Alasan Pemilihan Sifat Fisika Sifat Kimia
1. HPMC
(HPE V, p.326)
M.P :190-200oC Pemerian: tidak berbau, tidak
berasa, putih atau krem putih berserat atau butiran bubuk.
Kelarutan:larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam air panas, ethanol 95%.
Tetapi larut dalam campuran air dan ethanol.
0.25 – 5% 3% Thickening agent Membentuk sedian gel yang jernih dan
stabil dalam penyimpanan dalam jangka waktu panjang. 2. Propylene Glycol (HPE V, p. 624) B.P:188oC M.P:-59oC
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, praktis
tidak berasa hingga manis. Kelarutan : Mudah tercampur
dengan acetone, chloroform, ethanol (95%),
glycerin, dan air; larut dalam 6 bagian Eter; tidak bercampur
dengan
mineral oil, tapi akan larut dalam beberapa minyak
essential.
≥15% 0,5% Humectan Merupakan bahan yang mempunyai
efek iritasi kecil dan tidak toksik.
Dipertanyakan keamanan jika digunakan konsentrasi diatas 7,5% 3. Ethanol (HPE V, p 18)
B.P : 17,85oC Kelarutan : mudah tercampur
dengan kloroform, eter, gliserin, air.
60-90% 60% Antiseptic
4. Glycerin (HPE V, p 283)
Boiling point 2900C Larutan jernih, tidak berbau,
tidak berwarna dan
< 30% 1% Emollient Konsentrasi diatas 5% menyebabkan
higroskopis. Rasa manis 0,6x dari sukrosa (HPE VI p 285)
rasa tidak nyaman pada kulit (HPE VI
p 285) 6 Metyl Paraben
(HPE 6, p 441)
Pemerian : kristal putih, tidak berasa dan tidak berbau
0,02-0,3 0,1 % Pengawet
7. Propyl paraben Stabil pada pH 3-6 Pemerian : Kristal putih, tidak berbau dan tidak berasa Kelarutan : sangant mudah larut dalam acetone, ethanol 1
:1.1, air 1 : 2500
0.01 – 0.6 0.02%
8. Aquadest Pemerian : cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berasa, tidak berbau.
V. SEDIAAN DASAR a. Bentuk : Gel
b. Definisi : Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (FI IV, hal 7).
c. Persyaratan Umum Greasless
Memiliki daya sebar yang baik Bersifat emolient
Stabil selama penyimpanan dan pemakaian Tidak berbahaya secara dermatologi
VI. BENTUK SEDIAAN KOSMETIKA TERPILIH a. Bentuk : Gel hand sanitizer
b. Definisi : Gel hand sanitizer merupakan gel yang memiliki kemampuan sebagai antibakteri dalam menghambat hingga membunuh bakteri (Retnosari dan Sadiartuti, 2006).
c. Persyaratan Umum
Dapat membunuh bakteri dengan cepat Tidak menimbulkan rasa panas pada kulit Tidak menimbulkan rasa lengket pada kulit Tidak menimbulkan reaksi alergi
Aman digunakan oleh anak-anak
VII. SUSUSAN FOFRMULA Perhitungan volume sediaan :
Pada pemakaian sekali diperlukan : 0,89 g gel dengan asumsi luas permukaan tangan yang terpapar adalah 860 cm2 (Bremmer et all., 2006).
Bila sediaan diformulasi untuk pemakaian 1-3x sehari selama 18 hari maka volume sediaan = 0,89 g x 54 kali pemakaian = 48,06 g 50 g ~ 50ml
No. Nama bahan Sinonim
Konsentrasi 1 Resep (50g) 1 bets (2 R) Awal Modifikasi
1. Sari buah jeruk
nipis 2% 1 g 2 g 2. HPMC 3% 1,5g 3g 3. Propylene Glycol 0,5% 0,5% 0,25g 0,5g 4. Ethanol 70% v/v 60% 60% 30g 60g 5. Glycerin 1% 0,5g 1g 6. Metyl Paraben 0,18% 0,09g 0,18g 7. Propyl paraben 0.02% 0.01g 0.02g Air Ad 100% Ad 100% 16.65 33.3
Perhitungan sisa air :
1 resep : 50g- (1g+1,5g +0,25g+30g+0,5g+0,09g+0.01) = 16,65g ~16,7 ml 1 batch : 100g – (2g+3g+0,5g+60g+1g+0,1g+0.02g) = 33,4 g ~ 33,3 ml
VIII. Skema Kerja
Kembangkan HPMC
HPMC + air dingin
+ Propilen Glikol
Jeruk nipis
Buah dikupas, ambil dagingnya
diperas
Sari buah jeruk nipis
Ethanol
Gliserin
Campur Propyl dan metyl paraben
Masukan dalam kemasan Diamkan 24 jam
IX. SPESIFIKASI SEDIAAN
No Kriteria Uji Spesifikasi
1
Uji Mutu Fisik Organoleptis Warna Bau Bentuk Perabaan
Tidak berwarna (jernij) Harum
Gel transparan Lembut
2 PH
3 Homogenitas Homogen (Dewan Standarisasi Nasional, 1996) 4 Viskositas
5 Daya Lekat Tidak lengket atau tidak lekat
6 Daya Tercucikan Air Mudah tercucikan air
7 Uji stabilitas Stabil selama penyimpanan dan tidak mengalami perubahan
8 Uji Aerasi Tidak ada aerasi
9 Uji Iritasi Tidak mengiritasi 10 Uji Efektivitas
Uji ALT
Dapat menghambat pertumbuhan bakteri
X. RANCANGAN HASIL EVALUASI 1. Uji mutu fisik
a. Organoleptis
Pengamatan organoleptis meliputi pengamatan perubahan-perubahan bentuk, warna, dan bau yang terjadi pada tiap rentang waktu tertentu selama 28 hari. Pengamatan organoleptis dilakukan pada hari ke- 1,7,14, dan hari ke- 28 (Afidah, 2008 : 17).
b. Pengukuran pH (larutan 10% b/v)
1 gram gel dilarutkan dalam 9 ml air, kemudian diukur pH-nya dengan menggunakan pH meter (Andriana, 2004).
c. Pengukuran viskositas
Penentuan viskositas dan sifat alir dilakukan dengan viskometer Brookfield. Sediaandimasukkan dalam gelas beaker 250 ml, lalu spindel diturunkan ke dalam sediaan hinggabatas yang ditentukan. Pengukuran dilakukan dengan kecepatan diatur mulai dari 0,5; 1;2; 2,5; 5; 10; 20 rpm kemudian dibalik 20; 10; 5; 2,5; 2; 1; 0,5 rpm. Pada masing-masingpengukuran dengan perbedaan rpm dibaca
skalanya ketika jarum merah yang bergeraktelah stabil. Nilai viskositas lalu dihitung. Data yang diperoleh diplotkan terhadaptekanan geser atau shearing stress (dyne/cm2) dan kecepatan geser (rpm). Pemeriksaanviskositas dilakukan pada minggu ke-0 dan minggu ke-8 setelah penyimpanan pada suhukamar (Kuncari, dkk., 2014).
d. Uji kestabilan
Sampel diuji kestabilanya dengan cara penyimpanan pada suhu kamar (27oC), suhu rendah/freeze-thaw (4oC) dan amati creaming, kejernihan, bau, warna. Pengamatan kestabilan dilakukan selama 4 minggu setiap 1 minggu sekali (Jufri et al, 2006).
e. Uji homogenitas
Diambil sampel pada masing - masing formula secukupnya dan oleskan pada plat kaca, diraba dan digosokkan massa gel harus menunjukkan susunan homogen yaitu tidak terasa adanya bahan padat pada kaca (Trilestari, 2002).
Kriteria Penilaian
+++ Tidak terdapat butiran kasar ++ Sedikit butiran kasar
+ Banyak butiran kasar
f. Uji daya sebar
Sebanyak 0,5 g gel letakkan ditengah alat dengan diameter 15 cm kaca yang satu diletakkan diatasnya dibiarkan selama 1 menit. Ukur diameter gel yang menyebar, kemudian tambahkan 50 g beban tambahan diamkan selama 1 menit dan ukur diameter gel yang menyebar. Hal tersebut dilakukan berulang sampai didapat diameter sebar yang konstan. Dilakukan dengan replikasi 3 kali (Trilestari, 2002).
Kriteria Penilaian Keterangan
+++ 2 cm Sangat mudah tersebar
++ 1-2 cm Mudah tersebar
g. Uji daya lekat
Sampel diambil sebanyak 1 mg kemudian dioleskan pada sebuah plat kaca, Tempelkan kedua plat sampai plat menyatu tekan dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit setelah itu beban dilepas, lalu diberi beban pelepasan 80 gr untuk pengujian. dicatat waktu sampai kedua plat saling lepas. dilakukan replikasi 3 kali (Trilestari, 2002).
Kriteria Penilaian Keterangan
+++ 1 cm Sangat lekat
++ 0,5-1 cm Kurang lekat
+ 0,5 cm Tidak lekat
h. Uji Aerasi
Sediaan diamati ada atau tidaknya gelembung udara. 2. Uji efektivitas
a. Pada kontrol dilakukan dengan cara telapak tangan dicuci terlebih dahulu, kemudian ibu jari ditempelkan pada media padat nutrient agar.
b. Pada uji sediaan, dilakukan perlakuan yang sama terhadap telapak tangan, tetapi pada ibu jari diberi larutan sediaan uji dan ditempelkan ke media nutrient agar. c. Media nutrient agar untuk kontrol dan sediaan uji diinkubasi pada suhu 370C
selama 24 jam. Setelah diinkubasi, jumlah koloni bakteri dihitung dan dilakukan replikasi empat kali.
3. Uji iritasi
a. Uji iritasi dilakukan terhadap sukarelawan dengan cara uji tempel terbuka.
b. Uji dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada lengan bawah bagian dalam yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas 2,5 cm x 2,5 cm, dibiarka terbuka dan diamati yang terjadi.
c. Reaksi positif iritasi ditunjukkan dengan melihat adanya kemerahan, gatal atau bengkak pada daerah yang diberi perlakuan.