• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK (BBKB) YOGYAKARTA. Oleh : Veronika Idang NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK (BBKB) YOGYAKARTA. Oleh : Veronika Idang NIM"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

DI BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK (BBKB)

YOGYAKARTA

Oleh :

Veronika Idang

NIM. 120500038

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan PKL : Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) Di Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta

Nama : Veronika Idang

NIM : 120500038

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan Jurusan : Teknologi Pertanian

Lulus pada tanggal

Menye tujui/Mengesahkan

Ketua Program StudiTeknologi Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Eva Nurmarini, S. Hut. MP NIP. 197508081999032002

Penguji I,

Ir. Andi Yusuf, MP NIP. 196210221998031001

Pembimbing,

Eva Nurmarini, S. Hut. MP NIP. 197508081999032002

Penguji II,

Ir. Taman Alex, MP NIP. 196012121989031008

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas selama Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Besar Kerajinan dan Batik Jogyakarta hingga tersusunnya laporan ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda serta adik tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara materil maupun doa. Sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat waktu.

2. Rekan – rekan mahasiswa yang turut serta membantu menyusun laporan sehingga dapat selesai tepat waktu.

3. Dosen Pembimbing, yaitu Ibu Eva Nurmarini, S. Hut. MP

4. Bapak dan Ibu pembimbing lapangan di BBKB Jogyakarta yang telah membimbing kami dalam kegiatan di lapangan.

5. Dosen Penguji, yaitu Bapak Ir. Andi Yusuf, MP dan Bapak Ir. Taman Alex, MP 6. Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan, yaitu Ibu Eva

Nurmarini,S.Hut.MP

7. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian, yaitu Bapak Hamka,S.TP.M,Sc 8. Bapak Ir.H. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda

Semoga apa yang diberikan kepada penulis baik doa maupun dukungan moral dapat dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun.

VERONIKA IDANG

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ... 2

C. Hasil yang Diharapkan ... 3

BAB II. TINJAUAN UMUM LOKASI LAPANGAN ... 4

A. Sejarah Singkat Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) ... 4

B. Struktur Organisasi dan KetenagaKerjaan (BBKB)... 5

C. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL ... 10

BAB III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN ... 11

A. Pemotongan Ranting Bambu ... 11

B. Proses PemutihanRanting Bambu... 14

C. Proses Penggorengan Ranting Bambu (Pewarnaan) ... 20

D. Pembuatan Kertas Seni dari Serat Pisang Abaca(musa textilis) dan BatangPisang Kepok(musa acuminate.L) ... 24

E. Proses Pembuatan Kemasan Batik ... 36

F. Pemasangan Kertas Seni dan Kertas Samson ... 39

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Kesimpulan... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Struktur Organisasi Balai Besar Kerajinan dan Batik ... 9

2. Pemotongan Ranting Bambu Ampel, Apus dan Cendani... 13

3. Hasil Pemotongan Ranting Bambu Cendani (a), Ampel (b), dan Apus (c)... 14

4. Proses Penuangan Larutan H2O2... 16

5. Perebusan Ranting Bambu Ampel (a), Apus (b) dan Cendani (c) ... 17

6. Proses Penirisan Ranting Bambu Ampel ... 17

7. Pencucian Ranting Bambu Ampel... 18

8. Penjemuran Ranting Bambu Ampel (a), Apus (b) dan Cendani (c) Di Bawah Sinar Matahari ... 18

9. Hasil Pemutihan Ranting Bambu Apus (a), Ampel (b) dan Cendani (c) ... 19

10. Proses Penuangan Minyak goreng Kedalam Gelas Ukur ... 21

11. Proses Penggorengan Ranting Bambu Ampel, Apus dan Cendani .... 22

12. Penjemuran Ranting Bambu Ampel (a), Apus (b) dan Cendani (c) Di Bawah Sinar Matahari ... 22

13. Hasil Penggorengan Ranting Bambu Ampel (a), Apus (b) dan Cendani (c) ... 23

14 Pemotongan Serat Pisang Abaca dan Batang Pisang Kepok... 27

15. Proses Pencucian Serat Pisang Abaca ... 28

16. Proses Penggilingan Pulp Serat Pisang Abaca Menggunakan Mesin Crusher... 29

17. Proses Penggilingan Pulp Serat Pisang Abaca Menggunakan Mesin Beater ... 30

18. Proses Penyaringan Kaporit... 30

(6)

20. Proses Pewarnaan Pulp Serat Pisang Abaca... 32

21. Bak Pencetak... 32

22. Proses Pencetekan Pulp Serat Pisang Abaca ... 33

23. Proses Perakelan Pulp Kertas ... 34

24. Proses Penjemuran Kertas Seni ... 34

25. Hasil Kotak Kemasan Batik ... 41

26. Hasil Pemasangan Kertas Seni dan Kertas Samson ... 43

Lampiran 27. Ranting Bambu Sebelum Pemotongan ... 50

28. Hasil Produk dari Ranting Bambu ... 50

29. Hasil Kertas Seni Serat Pisang Abaca ... 51

30. Hasil Kertas Seni Batang Pisang Kepok ... 51

31. Hasil Serat Pisang Abaca yang Telah Diwarnai ... 52

32. Hasil Kemasan Kotak Batik ... 52

33. Hasil Kotak Pensil dari Kertas Seni ... 53

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor lampiran Halaman 1. Rincian Waktu Kegiatan dan Lokasi Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Di Balai Besar Kerajinan dan Batik ... 46

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Balai Besar Kerajinan dan Batik melayani berbagai kegiatan seperti pelaksanaan, penelitian, pengembangan, kerjasama, standarisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri dan juga Balai Besar Kerajinan dan Batik membuat berbagai macam-macam kerajinan yaitu anyaman, figura dari batok kelapa dan kertas seni.

Pada saat ini dan masa yang akan datang, kerajinan (Handycraft) memiliki peranan yang cukup penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata kerajinan (Handycraft) tidak hanya digunakan untuk skala pemakaian dalam rumah tangga tetapi sudah mulai masuk ke industri dan diekspor sampai luar Negeri.

Untuk mengantisipasi tuntutan akan kebutuhan serta kemajuan di masa yang akan datang, maka diperlukan upaya pembangunan industri kerajinan (Handycraft) yang terampil dan berinovasi baik yang memiliki skala produksi besar, menengah, ataupun skala kecil (home industry).

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda memberikan tugas kepada para mahasiswa khususnya mahasiswa yang duduk di semester akhir (Semester VI) untuk mengikuti kegiatan Pengalaman Praktek Kerja Lapangan (PKL). Program ini berlangsung selama dua bulan di lapangan, dimana sebelumnya para mahasiswa dibekali pengarahan dari instansi terkait seperti Dinas Kehutanan, Departemen Tenaga Kerja, dari beberapa

(9)

pihak industri serta para staf pengajar Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Dengan adanya kegiatan pengalaman kerja praktek mahasiswa ini, diharapkan para mahasiswa akan lebih mengetahui dan siap menghadapi dunia kerja yang sebenarnya sehingga jika nantinya apabila sudah terjun di lapangan sebagai pekerja tidak mengalami kesulitan dan akan lebih mudah untuk beradaptasi di lingkungan pekerjaanya.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapang (PKL)

Tujuan diadakanya kegiatan praktek kerja lapangan ini adalah agar mahasiswa mampu :

1. Memperluas wawasan, pengetahuan serta pemahaman tentang perusahaan secara umum dan meningkatkan keterampilan mahasiswa. 2. Dapat dijadikan sebagai pengalaman sebelum memasuki dunia kerja. 3. Mampu memahami dan mengoperasikan alat, bahan, sarana dan urutan

kerja yang tepat serta efisien dalam tahapan–tahapan kegiatan yang dilaksanakan di lapangan.

4. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memantapkan keterampilan dan pengetahuan untuk menambah kepercayaan dan pengembangan kematangan dirinya dalam menghadapi dunia kerja. 5. Menjadikan pengalaman kerja sebagai tolak ukur untuk membandingkan

ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan kegiatan yang telah diterapkan di lapangan.

(10)

3

C. Hasil yang Diharapkan

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) diharapkan dapat memberikan hasil sebagai berikut :

1. Mahasiswa diharapkan mampu menjalankan apa yang diperoleh selama praktek di lapangan.

2. Mahasiswa dapat memadukan antara kegiatan di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.

3. Mahasiswa mampu mengambil pengalaman yang sesuai dengan teori atau juga dipraktekkan sewaktu melaksanakan kegiatan yang pernah dilakukan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda serta mampu memadukan antara pengetahuan akademik dengan pengetahuan di lapangan.

4. Menemukan terobosan baru dalam pembuatan produk-produk kerajinan (Handycraft) yang mempunyai kreatifitas sehingga pemanfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

(11)

BAB II

TINJAUAN UMUM LOKASI PKL

A. Sejarah Singkat Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB)

Pada awalnya lembaga ini di dirikan pada tahun 1922 dengan nama "TEXTILE INRICHTING END BATIK PROEFSTATION" dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada perajin batik dan tekstil, yang perkembangannya kemudian lebih dikenal dengan nama Balai Penyelidikan Batik. Pada perkembangannya karena tuntutan ruang lingkup yang lebih luas maka dikembangkan menjadi Balai Penelitian Batik dan Kerajinan.

Menghadapi tugas yang semakin luas, maka pada tahun 1980 Balai Penelitian Batik dan Kerajinan berubah menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik.

Pada tahun 2002 dalam rangka menyesuaikan misi organisasi dengan kebutuhan nyata masyarakat industri dan perdagangan maka Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik di reorganisasi lagi menjadi Balai Besar Kerajinan dan Batik.

Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Perindustrian yang berada di bawah BPKIMI dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI). Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 46/M-IND/PER/6/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Kerajinan dan Batik.

Adapun visi dan misi Balai Besar Kerajinan Dan Batik (BBKB) Yogyakarta antara lain sebagai berikut :

(12)

5

Visi:

Visi yang ingin dicapai oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik dalam tahun 2010-2015 adalah sebagai berikut :

Menjadi Pusat penelitian dan pengembangan serta pelayanan jasa teknis industri kerajinan dan batik yang kreatif dan profesional.

Misi:

Dalam rangka mencapai visi beberapa hal yang akan dilakukan oleh BBKB yaitu sebagai berikut :

1. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi yang dibutuhkan oleh Industri kerajinan dan batik.

2. Melaksanakan standarisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi untuk mendukung peningkatan daya saing industri kerajinan dan batik.

3. Melaksanakan kerjasama dengan lembaga pembina industri dan perguruan tinggi untuk menciptakan sinergi pengembangan industri kerajinan dan batik

4. Memberikan pelayanan yang berkualitas, efisien dan efektif dengan sistem pelayanan satu pintu.

5. Menciptakan sistem pengembangan SDM untuk meningkatkan kreativitas dan kompetensi.

B. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan (BBKB)

1. Struktur Kepegawaian Balai Besar Kerajinan dan Batik

Lembaga Balai Besar Kerajinan dan Batik terdapat banyak pegawai yang terbagi kedalam sub-sub bagian dan seksi-seksi sesuai

(13)

dengan tugas dan keahlian mereka masing-masing yang disebut Jabatan Fungsional diantaranya:

a. Bagian Tata Usaha (TU), terdiri atas:

1) Sub Bagian Program dan Pelaporan 2) Sub Bagian Keuangan

3) Sub Bagian Kepegawaian 4) Sub Bagian Umum

b. Bidang Pengujian, terdiri atas:

1) Seksi Pengujian 2) Seksi Sertifikasi 3) Seksi Kalibrasi

c. Bidang Pengembangan Kompetisi dan Alih Teknologi

1) Seksi Konsultasi 2) Seksi Pelatihan Teknis

3) Seksi Alih Teknologi dan Inkulturasi

d. Bidang Fungsional :

1) Melaksanakan Perancanaan 2) Pengawasan

3) Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan

2. Disiplin Kerja Balai Besar Kerajinan dan Batik

Untuk menjalankan pekerjaan dengan baik dan teratur, Balai Besar Kerajinan dan Batik membuat peraturan-peratuan kerja yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh para pegawai dan kilasan peraturan-peraturan tersebut diantaranya:

(14)

7

a. Mempunyai keahlian di dalam bidang pekerjaannya masing-masing b. Pembagian kerja

c. Bekerja sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan d. Prinsip 5R (Ringkas, Resik, Rapi, Rawat, dan Rajin)

3. Layanan dan Fasilitas Balai Besar Kerajinan dan Batik

Layanan pada industri Balai Besar Kerajinan dan Batik adalah sebagai berikut:

a. Pelatihan di bidang kerajinan dan batik b. Workshop mengenai kerajinan dan batik

c. Perekayasaan peralatan untuk kerajinan dan batik d. Pengujian barang kerajinan dan batik

e. Sertifikasi, meliputi spesifikasi produk tipe 1-8, dengan ruang lingkup kerajinan dan batik.

Adapun fasilitasnya antara lain: 1) Luas bangunan : 6.000 m² 2) Laboratorium

a) Laboratorium kerajinan bambu, rotan, kayu, sant, kerang b) Laboratorium perhiasan

c) Laboratorium proses batik d) Laboratorium zat warna alam e) Laboratorium garmen / fashion

f) Laboratorium desain batik dan garmen g) Laboratorium teknologi pencemaran h) Laboratorium desain dan engineering i) Laboratorium uji komoditi LKB

(15)

3) Perpustakaan

Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) memiliki perpustakaan yang dilengkapi dengan buku-buku atau literatur mengenai kerajinan dan batik. Dengan lebih dari 12.000 koleksi buku dan majalah, boleh dikatakan perpustakaan Balai Besar Kerajinan dan Batik terlengkap di Indonesia di bidang kerajinan dan batik. Balai Besar Kerajinan dan Batik juga memiliki 1 terbitan majalah ilmiah yaitu “Dinamika Kerajinan dan Batik”.

4. Fungsi Berdirinya Balai Besar Kerajinan dan Batik

Fungsi berdirinya Balai Besar Kerajinan dan Batik diantaranya:

a. Melaksanakan pemasaran, kerjasama, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi.

b. Melaksanakan perencanaan, pengolahan dan koordinasi sarana dan prasaran kegiatan penelitian dan pengembangan di lingkungan Balai Besar Kerajinan dan Batik, serta penyusunan dan penerapan standarisasi industri kerajinan dan batik.

c. Melaksanakan Pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu, dan produk industri kerajinan dan batik, serta kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan.

d. Melaksanakan pelayanan jasa teknis bidang teknologi bahan baku, bahan pembantu, proses, produk, peralatan, dan pelaksanaan pelayanan dalam bidang penelitian teknis, konsultasi alih teknologi, serta rancang bangun dan perekayasaan industri, inkubasi dan penanggulangan pencemaran industri.

(16)

9

e. Pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Balai Besar Kerajinan dan Batik.

Untuk lebih jelas bagan struktur organisasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1. Struktur Kepegawaian Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB)

Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Bagian Tata Usaha Sub Bagian Program dan Pelaporan Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Kepegawaian Sub Bagian Umum Bidang Pengembangan Jasa Teknis Bidang Sarana Riset dari Standarisasi Bidang Pengembangan Kompetensi dan Ahli Teknologi Bidang Pengujian,

Sertifikasi dan Kalibrasi

Seksi Pemasaran Seksi kerjasama Seksi Informasi Bidang Sarana Riset dan Standarisasi Seksi Sarana Riset Batik Seksi Standarisasi Seksi Pengujian Seksi Sertifikasi Seksi Kalibrasi

Kelompok Jabatan Fungsional

Seksi Konsultan Seksi Pelatihan Teknis Seksi Ahli Teknologi dan inkubasi

(17)

C. Lokasi dan Waktu Kegiatan Praktik Kerja Lapang 1. Waktu

Kegiatan PKL dilaksanakan mulai dari tanggal 2 Maret - 2 Mei 2015. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari kerja pada hari Senin sampai Jum’at dengan waktu kerja mulai pukul 08.00-16.00 WIB. (Lampiran 49)

2. Tempat

Balai Besar Kerajinan dan Batik memiliki dua bangunan. Pelaksanaan kegiatan praktik kerja lapang bertempat di Gedung Balai Besar Kerajinan dan Batik yang berlokasi di Jalan Kusumanegara No. 7 dan Gedung Balai Besar Kerajinan dan Batik yang beralamat di Jalan Sidobali No.9 Yogyakarta.

(18)

BAB III

HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG

A. Pemotongan Ranting Bambu 1. Tujuan

Proses pemotongan ranting bambu bertujuan untuk menyamakan bentuk dan ukuran ranting bambu dan mempermudahkan dalam proses rangkaian ranting bambu menjadi berbagai produk yang di inginkan serta mempunyai nilai jual tinggi

2. Dasar Teori

Bambu merupakan tumbuhan tanaman yang mempunyai batang berongga dan beruas-ruas,serta berakar serabut banyak sekali jenisnya dan banyak juga memberikan manfaat pada manusia. Bambu memiliki ranting-ranting kecil yang tumbuh dari batang bambu. Batang bambu memiliki ranting bukan dahan. Ranting bentuknya lebih kecil dibanding dengan dahan. Kekuatan dan kelenturan memiliki manfaat yang tidak terbatas. Lopez dan Shanley (2004).

Di Indonesia banyak sekali jenis ranting bambu diantaranya adalah jenis ranting bambu Apus, ranting bambu Ampel, dan ranting bambu Cendani.

Dimana ranting bambu Apus (Gigantochaloa Apus) adalah ranting bambu memiliki sifat yang sangat liat karena berdiameter kecil 40-80 mm dengan jarak ruas sampai 65 cm sehingga paling banyak dipilih untuk bahan konstruksi secara umum (Anonim, 2013).

(19)

Ampel (Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C.) adalah bambu Ampel mengandung pati rata-rata sebanyak 3,14% selama setahun sehingga mudah diserang serangga (Sulthoni, 1983).

Sedangkan ranting bambu Cendani (Phyllostachys aurea A. & Ch. Riviera) adalah bambu Cendani dapat digunakan untuk tangkai payung, pipa rokok, kerajinan tangan seperti tempat lampu, vas bunga, rak buku, dan berbagai mebel dari bambu.

3. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Mesin pemotong ranting bambu b. Bahan

1) Ranting bambu (Ampel, Apus, dan Cendani) 2) Plastik

3) Label

4. Prosedur Kerja

a. Proses awal yaitu pemotongan ranting bambu dengan ukuran 1 cm untuk setiap jenis ranting bambu

Gambar 2. Pemotongan Ranting Bambu Ampel, Cendani, dan Apus

(20)

13

b. Ranting bambu (Ampel, Apus, dan Cendani) ditimbang sebanyak 100 gram atau 1 ons perulangan

c. Kemudian ranting bambu dimasukan kedalam plastik dan diberi label, untuk masing-masing jenis ranting bambu dibuat sebanyak 27 sampel dan dibagi 9 ulangan dengan waktu yang berbeda

5. Hasil yang Dicapai

Dalam Proses pemotongan untuk masing-masing jenis ranting bambu Ampel, Apus dan Cendani diperoleh pemotongan yang sudah sesuai standar sehingga mempermudahkan dalam proses pemutihan, perebusan, maupun penggorengan.

Gambar 3. Hasil Pemotongan Ranting Bambu Cendani (a),Ampel (b), dan Apus (c)

6. Pembahasan

Untuk proses pemotongan ranting bambu Ampel, Apus, dan Cendani harus berhati-hati sebab bila tidak maka ranting bambu akan pecah dan rusak sehingga tidak bisa dipergunakan sebagai mana

(21)

mestinya karena tampilan awal dan ukurannya sudah tidak baik hasil dari pemotongan ranting bambu di atas harus dipisahkan menurut konsentrasi dan waktu yang disediakan untuk proses selanjutnya.

B. Proses Pemutihan 1. Tujuan

Pada ranting bambu diperlukan juga adanya proses pemutihan yang gunanya untuk memutihkan warna bahan baku dari warna aslinya atau warna bahan baku sebelumnya.

2. Dasar Teori

Adapun bahan kimia yang digunakan dalam proses pemutihan ranting bambu Ampel, Apus, dan Cendani adalah H2O2 (Hidrogen

peroksida) adalah bahan pemutih berbentuk cair dan tidak berwarna. Hidrogen peroksida mudah terurai bila terkena cahaya menghasilkan air dan oksigen. Efek pemutihan dengan hidrogen peroksida adalah pada kemampuannya untuk bereaksi dengan gugus karbonil lignin. (Dence dan

Reeve,1996).

Bambu dapat dijadikan berbagai produk kerajinan yang bernilai ekonomi tinggi terutama pada rantingnya. Sebelum dijadikan bahan kerajinan ranting bambu dilakukan pemutihan agar terlihat lebih indah bila dijadikan suatu produk. Jenis-jenis ranting bambu yang cocok dipakai untuk kerajinan adalah jenis ranting bambu Regan (Gigartochua pruriens), ranting bambu talang (Schizostachyum brachydadum) dan jenis ranting bambu (Dendrocalamus).

(22)

15

3. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Kompor gas 1 unit 2) Panci berdiameter 70 cm 3) Pengaduk 4) Gelas ukur 5) Bak/ember 6) Gayung literan 7) Serok 8) Masker b. Bahan 1) Air

2) Ranting bambu (Ampel,Apus dan Cendani) 3) H2O2 (Hidrogen Peroksida)

4. Prosedur Kerja

a. Menyiapkan ranting bambu Ampel, Apus, Cendani dan alat yang akan digunakan untuk proses pemutihan

b. Menuangkan H2O2 kedalam ceret ukur sesuai dengan konsentrasi yang digunakan

(23)

Gambar 4. Proses Penuangan Larutan H2O2

c. Mencampurkan larutan H2O2 dan air dengan konsentrasi yang telah ditentukan :

1) K1 = ( H2O2 500ml : Air 5000ml )

2) K2 = ( H2O2 1000ml : Air 5000ml )

3) K3 = ( H2O2 1500ml : Air 5000ml )

d. Larutan yang sudah dicampur masukkan kedalam panci lalu direbus sampai mendidih kemudian masukkan ranting bambu yang sudah dicuci bersih kedalam larutan yang sudah mendidih rebus menggunakan tiga waktu perebusan (25 menit, 30 menit, dan 35 menit), dengan suhu 100 0C

(24)

17

Gambar 5. Perebusan Ranting Bambu Ampel (a), Apus (b),

dan Cendani (c)

e. Sesudah direbus ranting bambu Ampel, Apus, dan Cendani diangkat kemudian ditiris

Gambar 6. Proses Penirisan Ranting Bambu Ampel

f. Kemudian ranting bambu Ampel, Apus, dan Cendani dicuci bersih

a

(25)

Gambar 7. Pencucian Ranting Bambu Ampel

g. Ranting bambu Ampel, Apus, dan Cendani dikering udarakan selama 1-2 hari

h. Kemudian ranting bambu dijemur dibawah sinar matahari sampai kering

Gambar 8. Penjemuran Ranting Bambu Ampel (a), Apus (b), dan Cendani (c) Di Bawah Sinar Matahari

(26)

19

5. Hasil yang Dicapai

Dalam proses pemutihan ini semula warna ranting bambu yang berwarna Alam (natural) akan menghasilkan satu jenis warna yaitu putih

Gambar 9. Hasil Pemutihan Ranting Bambu Apus (a), Ampel

(b), dan Cendani (c)

6. Pembahasan

Proses pemutihan diperlukan ketelitian dalam pengerjaannya, takaran H2O2 harus seimbang untuk menghasilkan pemutihan yang maksimal. Proses pemutihan di atas menggunakan sistem panas karena proses pemutihannya tidak memakan waktu yang lama, pemutihan dilakukan agar pada saat pemberiaan warna menghasilkan warna yang menarik dan indah. Dari hasil pemutihan, ranting bambu dapat berubah warna menjadi putih sesuai dengan konsentrasi H2O2 yang diberikan,

semakin tinggi konsentrasi dan waktu perebusan semakin putih pula ranting bambu tersebut. Pada proses pemutihan membutuhkan ketelitian dan ketelatenan pada saat pencampuran H2O2 + Air karena H2O2

menimbulkan gatal bila terkena kulit.

a

c

b

(27)

C. Proses Penggorengan Ranting Bambu (Pewarnaan) 1. Tujuan

Penggorengan ranting bambu bertujuan untuk membuat permukaan ranting bambu mengkilap dan awet serta memberi warna pada ranting bambu.

2. Dasar Teori

Melimpahnya persediaan pohon bambu di Indonesia ternyata bisa dijadikan sebagai peluang usaha yang cukup bagus. Jika selama ini masyarakat hanya memanfaatkan batang bambu sebagai bahan bangunan rumah, kini ranting bambu juga bisa dijadikan aneka kerajinan cantik dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Untuk lebih menariknya lagi ranting bambu diwarnai dengan cara digoreng dengan begitu produk yang dihasilkan indah.

3. Alat dan Bahan a. Alat

1) 1 unit kompor gas

2) Wadah tempat minyak goreng 3) Wadah ranting bambu

4) Serok 5) Wajan 6) Koran 7) Kertas label 8) Gelas ukur b. Bahan

(28)

21 2) Minyak goreng 3) Koran 4) Label 5) Plastik 4. Prosedur Kerja

a. Menyiapkan ranting bambu dan alat untuk proses pengorengan

b. Menuangkan minyak goreng kedalam gelas ukur sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan setiap satu jenis ranting bambu menggunakan sampel sebanyak 36 sampel, yaitu dengan 4 konsentrasi (K1 : 15 ml, K2 : 20 ml, K3 : 25 ml, K4 : 30), dengan menggunakan 3 waktu penggorengan (30 menit, 45 menit, 60 menit), setiap perlakuan dilakukan 3 kali ulangan

(29)

c. Selanjutnya proses penggorengan sesuai dengan jenis ranting bambu, konsentrasi dan waktu yang ditentukan

Gambar 11. Proses Penggorengan Ranting Bambu Apus, Ampel, dan Cendani

d. Ranting bambu Apus, Ampel, dan Cendani yang telah digoreng ditiris, kemudian diangin-anginkan, selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari sampai kering

a

b

c

Gambar 12. Penjemuran Ranting Bambu Ampel (a), Apus (b),

(30)

23

5. Hasil yang Dicapai

Dalam proses penggorengan dapat dihasilkan warna ranting bambu yang mengkilap beda dengan warna ranting bambu yang sebelumnya penggorengan ini menambah nilai tambah dan nilai jual pada produk yang akan dihasilkan berikutnya.

Gambar 13. Hasil Penggorengan Ranting Bambu Ampel (a),

Apus (b), dan Cendani (c)

6. Pembahasan

Ranting bambu yang digoreng menggunakn minyak goreng, dimana minyak goreng berfungsi untuk mematangkan bambu dan merubah warna menjadi hitam, sehingga mudah untuk membedakan antara yang digoreng dan yang tidak digoreng. Konsentrasi dan suhu api sangat berpengaruh dalam proses penggorengan.

a

c

b

(31)

D. Pembuatan Kertas Seni Dari Serat Pisang Abaca (Musa textilis) dan Batang Pisang Kepok (Musa acuminate. L)

1. Tujuan

Tujuan dari pembuatan kertas seni ini adalah untuk menciptakan lembaran kertas seni sesuai motif yang diinginkan, serta menambah pengetahuan tentang pembuatan kertas seni dari setiap jenis bahan baku.

2. Dasar Teori

Pisang merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan, mulai dari buah, batang, daun, kulit hingga bonggolnya. Tanaman pisang yang merupakan suku Musaceae termasuk tanaman yang besar memanjang.

Serat pisang Abaca (Musa textilis) adalah salah satu spesies pisang yang merupakan tumbuhan asli filipina namun tumbuh liar dengan baik di kalimantan, sumatraa (khususnya di pulau talaud di desa essang). Nama antara lain pisang manila dan pisang serat. Salah satu jenis pisang yang memiliki ciri-ciri bentuk buah yang cenderung tipis dan tidak bulat memanjang. (Anonim, 2013)

Pisang Kepok (Musa acuminate.L) terdiri dari dua jenis pisang yaitu pisang kepok kuning dan pisang Kepok putih. (Anonim, 2013)

Dalam pembuatan kertas seni dari serat pisang Abaca maupun batang pisang Kepok menggunakan bahan kimia seperti : Natrium

hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai

soda kaustik adalah dasar logam kaustik. Hal ini digunakan dibanyak industri, terutama sebagai basis kimia yang kuat dalam pembuatan pulp dan kertas. (Anonim, 2011)

(32)

25

Kaporit atau Kalsium hipoklorit adalah senyawa kimia yang memiliki rumus kimia Ca(ClO)2.. Kalsium hipoklorit adalah padatan putih yang siap didekomposisi didalam air untuk kemudian melepaskan oksigen dan klorin. Kalsium hipoklorit memiliki aroma klorin yang kuat. (Anonim,

2013)

Proses pewarnaan dapat dilakukan dengan proses perwarnaan pada pulp sebelum dicetak. Dimana pewarnaan dilarutkan terlebih dahulu dengan air yang mendidih kemudian masukkan pulp dan garam aduk hingga merata.

Bahan pewarna secara sedarhana didefinifikan sebagai ssuatu bahan pewarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnai.

Warna terdiri dari zat warna alami dan zat warna sintetis. Zat warna alami adalah zat warna yang di peroleh dari alam contohnya tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Zat warna sintetis adalah zat warna kimia yang mudah diperoleh, stabil dan praktis pemakaiannya. Pada pembuatan kertas seni dari serat pisang Abaca dan batang pisang Kepok menggunakan zat pewarna direk. Dimana warna direk termasuk golongan zat warna yang sub stansif mempunyai afinitas yang tinggi. (Sandria, 2013)

Pulp merupakan bahan berupa serat berwarna putih yang diperoleh melalui proses penyisihan lignin dari biomassa (delignifikasi)

(Anonim, 2014).

Kertas seni merupakan salah satu jenis kertas dengan penampilan estetis yang kaya akan nuansa alami dan unik. Diolah secara

(33)

khusus dengan buatan tangan (handmade), sehingga secara visual memiliki tampilan atau karakter spesifik baik dari segi tekstur warna, corak, maupun dimensinya (Sunardiyanto, 2013).

3. Alat dan Bahan a. Alat 1) Bak pencetak 2) Parang 3) Gunting 4) Timbangan 5) Kompor gas 6) Panci 7) Gelas ukur 8) Ember

9) Kayu pengaduk Serok 11) Gayung 12) Wadah 13) Karung 14) Screen 15). Mesin Crusher 16) Mesin Beater 17) Rakel 18) Tripleks b. Bahan

1) Serat pisang Abaca (Musa textilis) sebanyak 5 kg

(34)

27

3) Air 50 liter

4) Soda Kaustik (NaOH) 500 gram untuk serat pisang Abaca 5) Soda Kaustik (NaOH) 250 gram untuk batang pisang Kepok 6) Kaporit 500 gram

4. Prosedur Kerja

a. Proses persiapan bahan baku serat pisang Abaca (Musa textilis) dan batang pisang Kepok (Musa acuminate. L) yang sudah kering di potong-potong ukuran 2-3 cm menggunakan parang atau gunting, caranya batang pisang kering diletakkan diatas kayu landasan kemudian di potong/dirajang menggunakan parang

Gambar 14. Pemotongan Serat Pisang Abaca dan Batang Pisang Kepok

b. Kemudian bahan baku yang sudah dirajang masukkan dalam karung dan ditimbang yaitu :

1) Serat pisang Abaca sebanyak 5 kg 2) Batang pisang Kepok sebanyak 2,5 kg

(35)

c. Menimbang soda Kaustik (NaOH) sebanyak 500 kg untuk bahan baku serat pisang Abaca dan soda Kaustik (NaOH) sebanyak 250 kg untuk bahan baku batang pisang Kepok. Proses berikutnya menyiapkan air sebanyak 50 liter dimana 30 liter air dimasukkan kedalam panci bersamaan dengan bahan baku (serat pisang Abaca atau batang pisang Kepok) kemudian 20 liter air digunakan untuk melarutkan NaOH (Soda Kaustik)

d. Proses perebusan berlangsung selama 5-6 jam untuk serat pisang Abaca sedangkan batang pisang Kepok 1,5 jam

e. Kemudian bahan baku yang sudah masak ditiriskan, diangkat menggunakan serok sedikit demi sedikit dan ditaruh di atas tempat penirisan, setelah selesai hasil tirisan tersebut dimasukkan dalam karung yang kemudian dicuci dengan air menggunakan selang lalu diinjak-injak menggunakan kaki (harus menggunakan sepatu bott), sampai bersih. Proses pencucian bertujuan untuk membersihkan rebusan bahan baku dari Kaustik soda (NaOH)

(36)

29

f. Setelah dicuci bersih, dilakukan proses penggilingan dengan mesin pemisah serat (Crusher) dalam waktu 10 - 15 menit (lama tidaknya tergantung bahan baku yang digunakan) caranya masukkan bahan baku ke dalam mesin crus her lalu diberi air hingga mata pisau dalam mesin ‘crusher’ terendam dan aduk pelan-pelan menggunakan pengaduk kayu, mesin cruser ditutup dan kunci nyalakan mesin setelah selesai mesin matikan saklar dicabut dan penutup cruser dibuka lalu tuangkan dalam bak penampung

Gambar 16. Proses Penggilingan Pulp Serat Pisang Abaca Menggunakan Mesin ‘Crusher’

g. Dari proses penggilingan menggunakkan mesin ‘crusher’, pulp masih banyak mengandung lignin. Pulp yang telah digiling tersebut kemudian ditiriskan menggunakan screen, lalu dicuci sampai bersih

h. Pulp yang telah dicuci kemudian diencerkan dengan air lalu masukkan dalam mesin ‘Beater’ dan digiling selama 5-7 menit. Hal ini bertujuan untuk mengurai dan memotong serat-serat yang menggumpal

(37)

Gambar 17. Proses Penggilingan Pulp Serat Pisang Abaca Menggunakan Mesin ‘Beater’

i. Proses pemutihan

1) Menyiapkan wadah besar dan isi air sebanyak 30 liter.

2) Penimbangan kaporit sebanyak 500 gram kemudian larutkan dengan air sebanyak 20 liter.

3) Penyaringan larutan kaporit

(38)

31

4) Masukkan pulp yang akan diputihkan kedalam wadah yang sudah dicampur kaporit aduk sampai merata, diamkan selama 4 jam

Gambar 19. Proses Pemutihan Pulp Serat pisang Abaca

j. Pulp yang sudah diputihkan dicuci sampai bau kaporit hilang, kemudian pulp siap dicetak

k. Proses pewarnaan pulp

1) Menyiapkan pulp yang sudah diputihkan

2) Menimbang pewarna direk dan garam sebanyak 10 gram untuk masing-masing warna yang diinginkan

3) Rebus air sebanyak 1 liter untuk mempercepat larutnya, kemudian tuangkan kedalam wadah yang berisi serbuk direk. Masukkan pulp yang akan diwarna aduk sampai benar-benar merata kemudian taburkan garam agar warna tahan lama diamkan selama 10-15 menit

(39)

Gambar 20. Proses Pewarnaan Pulp Serat Pisang Abaca

4) Pulp yang telah diwarnai kemudian dicuci tujuannya untuk melarutkan warna yang tidak menyatu pada pulp

5) Pulp yang sudah diwarnai digiling kembali menggunakan mesin Beater

l. Kemudian proses pencetakan bubur kertas yang telah dibuat terdiri dari tiga warna yaitu bubur kertas alam (natural pulp) pulp yang telah diputihkan, dan pulp yang diwarnai

m. Cara mencetak kertas seni

1) Menyiapkan bak cetak dan screen

(40)

33

2) Meletakkan screen di atas bak dan beri penempel pastikan tinggi air di atas screen kira-kira 1 cm

3) Sebelum dicetak pulp kertas diberi air agar tidak kental sehingga mudah dalam proses pencetakan

4) Ambil pulp kertas menggunakan gayung lalu tuang di atas screen dan ratakan sampai screen tidak terlihat

5) Screen diangkat dari bak cetak secara berlahan-lahan sampai pulp tertinggal discreen, lepaskan penempel

Gambar 22. Proses Pencetekan Pulp Serat Pisang Abaca

6) Menyiapkan triplek yang dilapisi dengan kain blacu yang diletakkan di atas meja yang posisinya miring, basahi dengan air dan ratakan menggunakan rakel

7) Pulp yang sudah dicetak kemudian dirakel untuk mengurangi air yang terdapat pada pulp

(41)

Gambar 23. Proses Perakelan Pulp Kertas

n. Kertas seni yang sudah dicetak kemudian dijemur, apabila matahari terlalu terik maka dijemur ditempat yang agak teduh agar kertas tidak keriting/bergelombang. Proses penjemuran berlangsung selama 4-6 jam, setelah kering ketas diangkat dan biarkan beberapa saat kemudian lepaskan kertas dari papan penjemurnya maka terbentuklah lembaran kertas seni

(42)

35

5. Hasil yang Dicapai

Hasil yang diperoleh dari proses awal hingga menjadi lembaran kertas seni yaitu dapat mengetahui cara pembuatannya dan cara membuat motif yang berbeda-beda. Dari hasil pencetakan diperoleh lembaran kertas seni sebanyak:

a. Jumlah lembaran batang pisang kepok: 24 buah (P 49 x L 39) b. Jumlah lembaran serat pisang Abaca:

1). Jumlah lembaran putih : 17 2). Jumlah lembaran kuning : 15 3). Jumlah lembaran merah : 12 4). Jumlah lembaran biru : 13 5). Jumlah lembaran bercorak: 29 6). Jumlah lembaran natural : 44

7). Jumlah lembaran besar : 4 ( P 90 x L 70 ) 6. Pembahasan

Dari hasil pencetakan pulp kertas di atas, diperoleh kertas seni dari batang pisang Kapok (musa acuminate.L) sejumlah 24 lembar dengan bahan baku seberat 2,5 kg, sedangkan serat pisang Abaca diperoleh kertas seni sejumlah 134 lembar dengan berat bahan baku 5 kg. Kertas seni pisang Kepok (musa textilis) berwarna kuning, dan warna kertas seni pisang Abaca berwarna putih kekuningan. Hal Ini disebabkan oleh penggunaan bahan baku yang digunakan memang mempunyai sifat yang berbeda. Kertas seni yang telah dihasilkan dari serat Abaca dan batang pisang Kepok yang telah diputihkan memiliki perbedaan. Untuk kertas seni dari serat Abaca permukaan dan teksturnya lebih halus,

Ukuran : P : 49 cm L : 39 cm

(43)

sedangkan untuk kertas seni dari batang pisang Kepok permukaan dan teksturnya agak kasar. Hal ini disebabkan oleh bahan baku yang digunakan dimana kertas seni dari serat Abaca menggunakan bahan yang sudah berbentuk serat, sedangkan kertas seni dari batang pisang Kepok menggunakan batang pisang yang di dalamnya masih mengandung lignin sehingga pada saat direbus dengan menggunakan NaOH hasil rebusannya masih berbentuk batang dan pada saat digiling dengan menggunakan mesin Crusser dan mesin Beater batang pisang yang telah digiling berbentuk serat sehingga kertas seni dari batang pisang Kepok memiliki permukaan dan tekstur yang agak kasar dan permukaannya terlihat lebih indah dari pada kertas seni serat Abaca dimana permukaannya halus dan tidak menonjolkan pisang Abaca itu sendiri.

Kertas seni yang dihasilkan dari serat pisang Abaca yang telah diwarnai yaitu warna merah, kuning dan biru. Kertas seni berwarna kuning memiliki warna yang lebih terang kemudian diikuti dengan kertas seni warna merah dan kertas seni warna biru. Hal ini disebabkan oleh proses pemasukkan pulp kedalam pewarna direk yang telah dicampur dengan air panas tidak langsung diaduk-aduk sehingga warna kertas seni yang dihasilkan tidak merata.

E. Proses Pembuatan Kotak Kemasan Batik

1. Tujuan

Tujuan pemberian kertas seni pada kotak batik, agar kotak batik mempunyai nilai seni yang tinggi, serta kotak batik dapat digunakan untuk kemasan kain batik yang digunakan di toko batik.

(44)

37

2. Dasar Teori

Pembuatan kotak kemasan batik ini dimulai dari proses membuat pola kemasan sesuai ukuran yang ditentukan kemudian kertas karton disayat lalu direkatkan dengan menggunakan selotipe dan terbentuklah kotak kemasan

3. Alat dan Bahan

a. Alat

1) Penggaris plastik 2) Penggaris aluminium 3) Pensil dan penghapus 4) Cutter 5) Tempat selotip 6) Gunting 7) Siku b. Bahan 1) Kertas karton 2) Lem PVAC/fox 3) Selotip 4. Prosedur Kerja

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pembutan kotak kemasan

b. Membuat 2 pola kemasan pada kertas karton sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan sebagai berikut :

1) Bagian tutup

(45)

- Lebar : 19’7 cm - Tinggi tepi 2,5 cm 2) Bagian Dasar : - Panjang: 30/28 cm - Lebar :19 cm - Tinggi : 4 cm

c. Memotong dan menyayat sesuai pola yang telah dibuat

d. Selotip keempat sudut kotak kemasan baik bagian tutup maupun bagian dasar

e. Terbentuklah kotak kemasan sesuai dengan ukuran yang telah di tentukan

5. Hasil yang dicapai

Dalam pembuatan kotak kemasan batik dari awal hingga akhir menghasilkan berbagai macam produk dengan ukuran sesuai yang diinginkan

(46)

39

6. Pembahasan

Dalam pembuatan kotak kemasan ini yang perlu diperhatikan ialah cara menyayat, pembuatan pola, dan merekatkan selotip agar ukuran kotak kemasan batik rapi sehingga mempermudahkan dalam proses kegiatan selanjutnya.

F. Pemasangan Kertas Seni dan Kertas Samson 1. Tujuan

Tujuan pemasangan kertas seni dan kertas samson pada kotak kemasan yaitu untuk memperindah hasil produk selain itu menambah nilai kreatif juga nilai jual dari kertas seni tersebut

2. Dasar Teori

Pemasangan kertas seni dan kertas samson pada kotak kemasan yang pertama dilakukan adalah membuat pola sesuai ukuran kotak kemasan kemudian memasang kertas seni dan kertas samson pada bagian tutup dan bagian dasar kotak kemasan dan dirapikan.

3. Alat dan Bahan

a. Alat 1) Gunting 2) Cutter 3) Penggaris aluminium b. Bahan 1) Kertas seni 2) Kertas samson 3) Lem PVAC/fox

(47)

4. Prosedur Kerja

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Menggunting kertas Samson dan kertas seni sesuai ukuran awal kotak batik.

c. Kertas samson dan kertas seni ditempel pada kotak batik dan diberi lem.

d. Kertas samson ditempelkan pada bagian dalam kotak batik sedangkan kertas seni ditempelkan pada bagian luar kotak batik.

e. Pada saat penempelan rapikan sisi bagian lebar dahulu lalu bagian panjang agar lipatan dari kertas seni dan kertas samson rapi.

f. Kotak kemasan batik di keringkan dan siap dipakai

5. Hasil yang Dicapai

Hasil yang dicapai dalam pemasangan kertas seni dan kertas samson yaitu produk kotak kemasan batik lebih cantik dan menarik dalam pembuatan produk kertas seni dapat memberikan ide-ide baru dalam membuat produk kertas seni yang lebih inovatif.

(48)

41

6. Pembahasan

Kertas seni merupakan salah satu jenis kertas dengan penampilan estetis yang kaya akan nuansa alami dan unik. Diolah secara khusus dengan buatan tangan (handmade), sehingga secara visual memiliki tampilan atau karakter spesifik baik dari segi tekstur, warna, corak maupun dimensinya. Kertas seni umumnya dimanfaatkan oleh disainer grafis maupun disainer produk kreasi seni. (Sunardiyanto,E. 2013)

Kertas samson merupakan bahan kertas yang berasal dari proses daur ulang, memiliki warna coklat muda dan ada juga yang coklat tua. Umumnya digunakan untuk kertas bungkus, namun karena kesannya klasik bahan ini juga banyak digunakan untuk pembuatan paperbag, hangtag, karena warna dasarnya coklat.

Dalam pemasangan kertas seni dan kertas samson diperlukan ketrampilan dan kemampuan, selain itu dalam proses pengeleman harus merata agar penempelan kertas seni dan kertas samson rapi tanpa ada gelembung-gelembung bila terlalu banyak pemberian lem hasilnya tidak baik dalam proses finishing merapikan kemasan sangat mempengaruhi bentuk keindahan kemasan.

(49)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kerajinan anyaman dan kertas seni bisa menjadi salah satu alternatif kreatif yang akan mengurangi jumlah pengangguran di Negara ini, dengan pembekalan keterampilan yang professional dapat menghasilkan suatu karya yang bisa membuka peluang dibidang ekonomi.

2. Dari PKL yang telah dilakukan mahasiswa telah memahami serangkaian proses pembuatan beberapa produk kerajinan mulai dari pembuatan produk dari ranting bambu dan pembuatan kotak kemasan batik dari kertas seni.

B. Saran

1. Mahasiswa sangat meperlukan pembekalan yanglebih terarah dengan materi PKL

2. Untuk rekan-rekan mahasiswa diharapkan tulisan ini dapat dijadikan sebagai langkah awal dalam penyusunan yang lebih baik nantinya.

3. Bagi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda diharapkan bisa mengadakan kerja sama dengan instansi-instansi yang terkait dalam sector kehutanan dan non kehutanan sehingga mahasiswa dapat mengetahui permasalahan dan produk-produk baru yang ditemukan disektor kehutanan dan non kehutanan baik dalam dan luar daerah manca Negara.

4. Perlu dijelaskan pada PKL yang dilaksanakan terdapat dua bidang kerajinan yang sesuai dengan jurusan teknologi hasil hutan yaitu Kerajinan Serat Alam Non Kayu(perangkaian ranting bambu), dan

(50)

43 Kerajinan Umum(kertas seni). Bagi mahasiswa yang ingin PKL di BBKB pada waktu yang akan datang sebaiknya hanya memilih salah satu bidang kerajinan saja karena dengan waktu yang begitu singkat akan sulit menguasai semua bidang.

5. Evaluasi dan koreksi perlu dilakukan terhadap produk-produk yang telah dibuat mahasiswa,agar memberi motivasi kepada mahasiswa sehingga kualitas dari pembuatan produk dapat lebih ditingkatkan.

6. Sebaiknya produk dari ranting bambu diperbanyak lagi dengan berbagai variasi.

(51)

Anonim. 2011. Pengertian Natrium Hidroksida,

http://www.kimiaanalis.blogspot.com/2011/12/naoh-natrium-hidroksida.html?m=1. (19 Mei 2015)

. 2013. Mari Belajar Pisang Kepok.

http://kasiatbuahpisang.blogspot.com//2013/02/mari-budidaya-pisang kepok.htm. (20 Mei 2015)

. 2013.Pisang Abaca.

htt//id.Wikipedia.org/Wiki/pisang_abaca.html.(20 Mei 2015) .2013. Bambu Apus ( MAKALAH)

http//:bambu/BAMBU%20%28MAKALAH%29%20%20DUNIA%20SIPIL. htm. (29 April 2015)

. 2013. Kaporit.

http//id.Wikipedia.org/wiki/kaporit. (20 Mei 2015)

.2014. Pengertian dan Bahan Baku Pembuatan Pulp

Kimiatip.blogspot.com/2014/01/pengertian–dan-bahan-baku-pembuatan-pulp.html. (29 April 2015).

Dence, C. W. dan Reeve, D. W. 1996. Pulp Bleaching : Principle and Practice.

TAPPI Press Atlanta, San Diego. California

Lopes dan Shanley. 2004. Tanaman Bambu.

http://blogriswanto.blogspot.com/2011/06/tanaman-bambu-tanaman-yang-multi-guna.html. (4 Mei 2015)

Sandria, M. 2013. Zat Warna Testil.

http://minatosandria.blogspot.com/2013/01/zat-warna-testil.html. (20 Mei 2015)

Sulthoni, 1983.Bambu

http://blogspot.com/bambu-ampel.html. (29 April 2015)

Sumanto, A. W. 2014. Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) Balai Besar

Kerajinan Anyaman Dan Batik (BBKB) ,Yogyakarta.

Sunardiyanto. E. 2013. Kertas Seni

http://ekosunardiyanto.blogspot.com/2013/01/kertas-seni.html.(29 April

(52)

46

Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan dan Lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) Di

Balai Besar Kerajinan dan Batik

No. (1) Tanggal (2) Kegiatan/UraianKegiatan (3) Lokasi (4) Keterangan (5)

1. 2 Maret 2015 Orientasi Kantor a. Perkenlan ruangan b. Pengarahan Pembimbing lapangan mengenai kegiatan PKL Lab.Serat Alam Non Tekstil Teori

2. 3 Maret 2015 Pemotongan Ranting Bambu a. Pemotongan dengan ukuran 1Cm Lab.Serat Alam Non Tekstil Praktek

3. 4 Maret 2015 Penimbangan Ranting Bambu a. Timbang dengan berat 100 gram/ 1 ulangan b. Pengemasan dan pemberian label Lab.Serat Alam Non Tekstil Praktek

4. 5 - 6 Maret 2015 Proses Pemutihan

a. Persiapan alat dan bahan b. Campurkan Air + H2O2 sesuai dengan konsentrasi Lab.Serat Alam Non Tekstil Praktek 5. 7-8 Maret 2015 Libur - -

6. 9-13 Maret 2015 c. Rebus bahan baku d. Setelah mendidih

tiriskan

e. Cuci hingga bersih f. Kering udarakan g. Setelah itu dijemur

di bawah matahari diangkat dan disimpan Lab.Serat Alam Non Tekstil Praktek 7. 14-15 Maret 2015 Libur - -

8. 16 Maret 2015 h. Penyimpanan Lab.Serat Alam Non Tekstil

(53)

Tabel 1. Lanjutan Rincian Waktu Kegiatan dan Lokasi Praktek Kerja Lapang

(PKL) Di Balai Besar Kerajinan dan Batik

(1) (2) (3) (4) (5)

9. 17 -20 Maret 2015

Proses Penggorengan Ranting Bambu

a.

Persiapan alat dan bahan

b.

Proses

penggorengan sesuai waktu dan konsentrasi

c.

Penirisan

d.

Dikering udarakan

e.

Dijemur dibawah matahari Lab.Serat Alam Non Tekstil Praktek 10. 21-22 Maret 2015 Libur - -

11. 23-27 Maret 2015 Proses Penggorengan Ranting Bambu

a.

Persiapan alat dan bahan

b.

Proses

Penggorengan sesuai waktu dan konsentrasi

c.

Penirisan

d.

Dikering udarakan

e.

Dijemur dibawah matahari Lab.Serat Alam Non Tekstil Praktek 12. 28-29 Maret 2015 Libur - - 13. 30 Maret-2 April 2015 Proses Penggorengan Ranting Bambu

a.

Persiapan alat dan bahan

b.

Proses

penggorengan sesuai waktu dan konsentrasi

c.

Penirisan

d.

Dikering udarakan

e.

Dijemur dibawah matahari Lab.Serat Alam Non Tekstil Praktek 14. 3-5 April 2015 Libur - -

15. 6 April 2015 Pengarahan tentang Pembuatan kertas seni di kantor timur

Lab.Kerajinan Umum

Teori

16. 7 April 2015 Perajangan bahan baku Lab.Kerajinan Umum

(54)

48

Tabel 1. Lanjutan Rincian Waktu Kegiatan dan Lokasi Praktek Kerja Lapang

(PKL) Di Balai Besar Kerajinan dan Batik

(1) (2) (3) (4) (5)

17. 8 - 9 April 2015 Perebusan Serat Abaca dan Perebusan Batang Pisang Kepok a. Persiapan panci perebus b. Larutkan kostik dengan air c. Setelah masak

dicuci hingga kostik larut

d. Siap untuk digiling

Lab.Kerajinan Umum

Praktek

18. 10 – 13 April Proses Penggilingan

a. Penggilingan Craser b. Penggilingan Beater Lab.Kerajinan Umum Praktek 19. 11-12 April 2015 Libur - -

20. 14 April 2015 Pemutihan Menggunakan Kaporit

a. Larutkan kaporit dengan air b. Lakukan

perendaman bahan Baku Selama 4 jam c. Tiriskan kembali dan

simpan

Lab.Kerajinan Umum

Praktek

21. 15 April 2015 Kunjungn Kepengrajin Jl.Sentolo Kulon Progo

Kunjungan 22. 16-17 April 2015 Pewarnaan (Direk)

a. Siapkan bahan baku b. Timbang direk dan

garam untuk pewarnaan c. Diamkan hingga

dingin

d. Setelah itu dicuci kembali e. Lakukan penggilingan f. kemudian siap dicetak Lab.Kerajinan Umum Praktek 22. 18-19 April 2015 Libur - -

(55)

Tabel 1. Lanjutan Rincian Waktu Kegiatan dan Lokasi Praktik Kerja Lapang

(PKL) Di Balai Besar Kerajinan dan Batik

(1) (2) (3) (4) (5) 23. 20-24 April 2015 PencetakanHinggaJadiKert asSeni a. Siapkan bak Pencetak b. Masukan pulp

kedalam air hingga serat terurai

c. Lakukan pencetakan d. Setelah itu siap

dijemur Sampai Kering Lab.Kerajinan Umum Praktek 24. 25-26 April 2015 Libur - -

25. 27 April 2015 Evaluasi Pembuatan Kotak Batik

Lab.Kerajinan Umum

Teori 26. 28-30 April 2015 Pembuatan Kotak Batik

a. Pengukuran pola awal

b. Pemberian kertas samson pada bagian dalam Kotak c. Pemberian kertas

seni pada bagian luar kotak d. Kotak siap digunakan Lab.Kerajinan Umum Praktek

27. 1 Mei 2015 Menyelesaikan Laporan PKL

Lab.Kerajinan Umum

(56)

50

Gambar 27. Ranting Bambu Sebelum Pemotongan

(57)

Gambar 29. Hasil Kertas Seni Serat Pisang Abaca

(58)

52

Gambar 31. Hasil Serat Pisang Abaca yang Telah Diwarnai

(59)

Gambar 33. Hasil Kotak Pensil dari Kertas Seni

Gambar

Gambar 5.  Perebusan Ranting Bambu  Ampel  (a),  Apus  (b),   dan  Cendani (c)
Gambar 9.  Hasil Pemutihan Ranting Bambu  Apus  (a),  Ampel  (b), dan Cendani (c)
Gambar  12.  Penjemuran Ranting Bambu Ampel (a), Apus (b),  dan Cendani (c) Di Bawah Sinar Matahari
Gambar 21. Bak Pencetak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah sebagai berikut (1) Guru diharapkan mampu menguasai materi yang akan diajarkan secara maksimal dan dapat

Singkatnya, konsentrasi fentanil di plasma tidak akan menurun dengan cepat dan kerjanya sebagai analgetik sama halnya dengan depresi dari ventilasi yang dapat terjadi lebih lama.

Ada satu postulasi yang menyatakan bahwa pulih sadar yang cepat setelah penggunaan anestesi inhalasi dengan solubilitas rendah menginisiasi terjadinya agitasi

Kombinasi analgesik atau sering disering disebut analgesia multimodal merupakan penggunaan dua atau lebih obat analgesik yang memiliki cara kerja yang berbeda secara

Singapura, Kanada, Australia & New Zealand, adalah negara yang umurnya kurang dari 150 tahun dalam membangun.. Tetapi saat ini mereka adalah bagian dari negara maju di

Jika peningkatan pengeluaran pemerintah digunakan untuk fasilitas publik yang mendorong perekonomian seperti jalan, jembatan, kilang minyak, pelabuhan, dan infrastruktur

Berdasarkan aktivitas aktivitas fitokimia, antibakteri dan hematologi kelor (Moringaceae) yang telah die- valuasi, maka penelitian ini bertujuan mengidentifikasi gambaran