• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN dan LANDASAN TEORI. Kos dalam bahasa Inggris adalah Boarding House

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. TINJAUAN dan LANDASAN TEORI. Kos dalam bahasa Inggris adalah Boarding House"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN dan LANDAS AN TEORI

II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Pengertian Kos (Indekost)

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Phoenix. April 2007 ¾ Indekost adalah menumpang tinggal dan makan dengan membayar ;

memondok.

Kos dalam bahasa Inggris adalah ”Boarding House”

Berdasarkan www.wikipedia.com, the free encyclopedia, November 2007

¾ A boarding house can also be called a "rooming house" (mainly in the United States) or a "lodging house". It is a house (often a family home) in which people on vacation or lodgers rent one or more rooms for one or more nights, and sometimes for extended periods of weeks, months and years. Years ago the boarders would typically share washing, breakfast and dining facilities; in recent years it has become common for each room to have its own washing and toilet facilities. Such boarding houses were often found in English seaside towns (for holidaymakers) and college towns (for students).

(2)

II.1.2 Karakteristik Kos

Berdasarkan (http:/dinasperumahan.jakarta.go.id/doc/sosialisasi_pemukiman.ppt)

Tempat tinggal kos – kosan biasanya terdapat dalam areal yang dekat dengan kampus. Pemiliknya biasanya merupakan penduduk setempat ataupun pemilik modal yang besar. Kos – kosan untuk mahasiswa biasanya terdiri dari 1 kamar, dan di dalamnya terdapat 1 tempat tidur, 1 meja belajar dan 1 lemari. Dan biasanya menggunakan kamar mandi dan dapur secara kolektif. Pada saat sekarang ini pembangunan kos – kosan semakin berkembang dan fasilitas yang diberikan juga semakin eksklusif. Hal ini terlihat dalam penyediaan AC, kamar mandi dalam, ruang tamu, dan lain-lainnya. Sistem pembayaran kos – kosan didasarkan pada jangka waktu sebulan, terkadang bisa 3 bulan langsung. Pembayaran untuk jangka waktu yang panjang biasanya akan diberikan potongan oleh pemilik kos – kosan.

M enurut pemerintah atau dinas perumahan rumah, kos dapat memiliki ciri – cirri atau diartikan sebagai berikut :

ƒ Perumahan pemondokan / rumah kos adalah rumah yang penggunaannya sebagian atau seluruhnya dijadikan sumber pendapatan oleh pemiliknya dengan jalan menerima penghuni pemondokan minimal 1 (satu) bulan dengan memungut uang pemondokan;

ƒ Pengelola rumah kos adalah pemilik perumahan dan atau orang yang mendapatkan dari pemilik untuk mengelola rumah kos;

ƒ Penghuni adalah penghuni yang menempati rumah kos sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dengan membayar uang pemondokan;

(3)

ƒ Uang Pemondokan / kos adalah harga sewa dan biaya lainnya yang dibayar oleh penghuni dengan perjanjian.

II.1.3 Fungsi Kos

Kos - kosan dirancang untuk memenuhi kebutuhan hunian yang bersifat sementara dengan sasaran pada umumnya adalah mahasiswa dan pelajar yang berasal dari luar kota ataupun luar daerah. Namun tidak sedikit pula, kos-kosan ditempati oleh masyarakat umum yang tidak memiliki rumah pribadi dan menginginkan berdekatan dengan lokasi beraktifitas. Oleh karena itu, fungsi dari kos - kosan dapat dijabarkan sebagai berikut :

ƒ Sebagai sarana tempat tinggal sementara bagi mahasiswa yang pada umumnya berasal dari luar daerah selama masa studinya.

ƒ Sebagai sarana tempat tinggal sementara bagi masyarakat umum yang bekerja di kantor atau yang tidak memiliki rumah tinggal agar berdekatan dengan lokasi kerja.

ƒ Sebagai sarana pembentukan kepribadian mahasiswa untuk lebih berdisplin, mandiri dan bertanggung jawab

ƒ Sebagai tempat untuk menggalang pertemanan dengan mahasiswa lain dan hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya.

(4)

II.1.4 Jenis – jenis Kos

M enurut Garis Panduan dan Peraturan bagi Perancangan Bangunan oleh Jawatan kuasa kecil piawaian dan Kos bagi JPPN jabatan Perdana M enteri M alaysia tahun 2005, kos mahasiswa / pelajar dibedakan menjadi :

ƒ Sistem 2 orang pada satu kamar (double room); untuk double room, tempat tidur yang digunakan adalah tempat tidur tingkat (double decker), dan bila mahasiswa atau pelajar tersebut sudah masuk pada tingkat yang lebih tinggi diperbolehkan untuk mengganti tempat tidur dengan tempat tidur terpisah (twin decker)

ƒ Sistem satu orang satu kamar (single room); dimana hanya diperbolehkan satu pelajar pada tiap kamar

ƒ Sistem campuran antara ketiga sistem diatas, biasanya digunakan pada institut pada tingkat kebangsaan / antar bangsa.

II.1.5 Pengertian Hotel

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Phoenix. April 2007 ¾ Hotel adalah bangunan atau rumah inap dengan memiliki banyak kamar. Berdasarkan sumber dari internet : "http://id.wikipedia.org/wiki/Hotel"

¾ Hotel adalah tempat penampungan buat pendatang atau bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum.

(5)

¾ Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makanan dan minuman serta jasa lainnya untuk umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan pemerintah.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW – 301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977

¾ Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersil, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum.

II.1.6 Pengelompokan Hotel

Kategori hotel bintang adalah kriteria penggolongan hotel berdasarkan jumlah poin yang didapatkan dari hasil penilaian. Di Indonesia, berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM 3/KW 001/MKP 02, kategori hotel dibagi menurut kemampuan hotel dalam fisik bangunan, sistem manajemen dan operasional hotel, penyediaan sarana, prasarana, lokasi dan mutu pelayanan. Kategori hotel di Indonesia adalah :

• Hotel murah : hotel bintang 1 • Hotel ekonomi : hotel bintang 2 • Hotel kelas menengah : hotel bintang 3 • Hotel kelas 1 : hotel bintang 4

(6)

• Hotel mewah : hotel bintang 5

M enurut ketentuan Dirjen Pariwisata, Hotel dapat dibagi menjadi 4 golongan menurut jenis tamu yang datang yaitu :

• Transit Hotel • Business Hotel • Resort Hotel • Residential Hotel

II.1.7 Karakteristik Hotel Bintang Tiga

sebagai batasan fasilitas pada proyek Karya Tulis Tugas Akhir adalah : (secara lengkap dapat dilihat di lampiran)

Untuk menunjang kelancaran operasional hotel, disetiap departemen harus dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk mendukung departemen dalam menjalankan operasionalnya.

Dibawah ini adalah fasilitas-fasilitas hotel yaitu: 1) Fasilitas Penunjang Operacional Hotel

o Function room o Fitness centre o Kolam renang

o Fasilitas lainya : Poliklinik, musholla, driver room, massage, salon, toko obat, Business Center, toko bunga, money changer, coffee shop, lounge bar, restoran.

(7)

2) Fasilitas Penunjang Operacional Departemen o General M anager and secretary office o Front Office Department

o Housekeeping Department - Laundry

o Engineering Department

o Food and Beverage Department - M ain Kitchen o Personal manager o Accounting Department - Purchasing o M arketing o Pos Security o Rambu-rambu o WC karyawan pria/wanita

II.1.8 Persyaratan Hotel Bintang Tiga (3)

Untuk pembahasan dari paper ini, klasifikasi yang digunakan adalah klasifikasi hotel bintang 3. Hotel bintang 3 termasuk ke dalam golongan city hotel. (secara lengkap dapat dilihat di lampiran)

Unsur-unsur persyaratan hotel bintang tiga ( diambil dari Buku ”manajemen hotel” karya Richard Komar ) adalah :

(8)

a) Lokasi hotel mudah dicapai kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi roda empat dengan akses langsung ke area hotel.

b) Hotel harus menghindarkan pencemaran yang diakibatkan gangguan luar.

2. Taman

Hotel memiliki taman luar dan taman dalam. 3. Tempat parkir

Tersedia tempat parkir kendaraan tamu hotel dan pengunjung. 4. Olaraga dan Rekreasi

a) Hotel menyediakan sarana kolam renang untuk dewasa dan untuk anak-anak.

b) Hotel menyediakan 2 (dua) sarana olaraga dan rekreasi lainnya yang merupakan pilihan dari : fitnes centre, sauna, squash, game room, bowling, dan tenis.

5. Bangunan

Bangunan hotel memenuhi persyatan perizinan sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Persyaratan dari bangunan adalah :

a) Keadaan bangunan bersih dan terawat dengan baik (tidak berdebu, berlumut, sarang laba-laba,dan lain sebaginya ).

b) Pengeturan ruang hotel ditata sesuai dengan fungsi sehingga memudakan : arus tamu, arus karyawan dan arus barang/produk hotel.

(9)

c) Unsur dekorasi indonesia harus tercermin dalam: ruang lobi, restoran, kamar tidur, atau function room.

d) Peralatan teknis bangunan terdiri dari : transportasi mekanis/lift/elevator. Setiap bangunan dengan 4 lantai ke atas harus dilengkapi dengan lift/elevator dan memiliki sertifikat keamanan sesuai dengan ketetapan DEPNAKER. Utilitas air dimana tersedia air yang cukup dan memenuhi persyaratan keseatan (PERM ENKES No 01 tahun 1975) serta mempunyai sertifikat dari PAM mengenai kualitas air, kapasitas air minimal 500 L/orang/hari dan tersedia instalasi air panas. Listrik adanya pemasangan instalasi listrik memenuhi persyaratan pemerintah (PUIL 1977), tersedia pembangkit tenaga listrik cadangan dengan kapasitas minimal 50% dari kapasitas PLN. Tata udara dimana diatur dengan atau tanpa alat pengatur suhu, ruangan yang tidak mempergunakan AC harus mempunyai ventilasi yang baik. Komunikasi hotel antara lain : Tersedianya telepon satu saluran yang dapat digunakan untuk sambungan lokal, interlokal, dan internasional. Tersedia saluran telepon dalam ( aiphone), tersedia sentral radio dan musik pegiring. Hotel juga menyediakan pencegah bahaya kebakaran seperti : alat deteksi dini (asap/panas) disetiap ruangan, alat pencegahan pemadam kebakaran, dan alat kontrol lokasi kebakaran. Tersedia juga petunjuk cara menyelamatkan diri di setiap koridor dan pembuangan limbah.

(10)

6. Kamar Tamu

Untuk kamar tamu atau kamar penghuni hotel mempunyai klasifikasi ukuran-ukuran dan klasifikasi lainnya seperti :

a) Jumlah kamar minimal 15 buah .dan dilengkapi kamar mandi dalam

b) Luas minimal kamar standar 20 m². c) Tinggi kamar minimal 2,6 m. d) Kamar tidur kedap suara,.

e) Disarankan seluruh lantai dilapisi karpet.

f) Jendela dengan tirai yang tidak tembus sinar dari luar. g) Tata udara diatur dengan atau tanpa pengatur suhu. h) Interior kamar mencerminkan suasana Indonesia.

i) Tersedia sekurang-kurangnya satu stop kontak di tiap kamar dan satu kamar mandi khusus untuk alat cukur.

j) Seluruh dinding kamar mandi harus dengan bahan kedap air. k) Tersedia perlengkapan kamar tidur.

II.1.9 Pengertian Kostel

Dikarenakan tidak adanya pengertian dari kostel yang disahkan, berdasarkan pengertian dari kos menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan pengertian dari hotel menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW – 301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977, maka saya berasumsi bahwa yang dimaksud dengan kostel adalah bangunan bersusun yang diperuntukan sebagai

(11)

tempat penyewaan kamar yang bersifat sementara dengan jangka waktu tertentu dan dilengkapi dengan operasional dan fasilitas serta pelayanan seperti hotel.

II.1.10 Karakteristik Kostel

Karakteristik dari kostel dari pembahasan mengenai kos dan hotel. Untuk batasan hotel, klasifikasi hotel yang digunakan adalah hotel bintang 3 dengan jenis hotel termasuk ke dalam residential hotel yaitu hotel yang menyediakan akomodasi para tamu yang ingin menikmati keindahan dimana kamar disewakan unuk jangka waktu yang panjang dengan layanan layaknya suatu hotel biasa. Disesuaikan dengan persyaratan hotel bintang 3 (tiga), karakteristik kos dan hasil survey lapangan, maka saya berasumsi untuk karakteristik kostel sebagai berikut :

ƒ Memiliki jumlah lebih dari 1 lantai.

ƒ Terdiri dari beberapa unit hunian dalam 1 lantai. ƒ Terdapat kamar mandi dalam di setiap unit hunian. ƒ Terdapat fasilitas telepon di dalam kamar.

ƒ Memiliki fasilitas meja, lemari dan TV di dalam kamar ƒ Terdapat dapur dan tempat cuci pakaian di setiap lantai. ƒ Terdapat ruang komunal.

ƒ Terdapat akses vertikal berupa tangga/lift/elevator.

ƒ Memiliki sistem pembayaran per bulan seperti kos-kosan. ƒ Mendapatkan pelayanan seperti hotel yaitu adanya pelayanan

laundry (cuci pakaian) dan pelayanan pemberian makan pagi. ƒ Terdapat kantin sebagai tempat makan bersama.

(12)

ƒ Memiliki sistem house keeping seperti hotel.

ƒ Terdapat fasilitas olah raga seperti : fitness centre, spa & sauna, kolam renang, lapangan tenis/outdoor.

ƒ Memiliki area parkir tamu dan pengunjung. ƒ Akses keamanan 24 jam.

ƒ Memiliki taman sebagai area hijau.

II.1.11 Fungsi dan Tujuan Kostel (Kos – kosan Hotel) • Fungsi Kostel adalah sebagai berikut :

¾ Tempat tinggal sementara bagi mahasiswa selama dalam masa studinya ¾ Sarana berkumpul atau bersosialisasi dengan lingkungan sosial di sekitarnya ¾ Sarana penunjang dalam proses belajar.

• Tujuan Kostel adalah sebagai berikut :

¾ Membantu mahasiswa dengan menyediakan suatu tempat tinggal sementara khusunya bagi mahasiswa yang berasal dari luar kota Jakarta yang dekat dengan lingkungan kampus. Namun tidak tertutup kemungkinan bagi mahasiswa dari dalam kota yang memiliki rumah tinggal jauh dari lingkungan kampus.

¾ Menampung kontinuitas belajar mahasiswa, sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan.

(13)

II.2 Tinjauan Khusus II.2.1 Tinjauan terhadap Tapak

Data – data Tapak :

Peta 2.1 Lokasi Tapak dan besaran tapak

™ Jenis Proyek : Fiktif ™ Pemilik Proyek : Swasta

™ Lokasi : Jl. Rawa Belong dan Jl. Kebon Jeruk Raya ™ Luas Tapak : ± 7547.75 m²

™ Batas-batas :

ƒ Utara : Area Pemukiman

ƒ Selatan : Jl. Kebon Jeruk Raya, row 6 m ƒ Barat : Area Permukiman

ƒ Timur : Jl. Rawa Belong, row 12 m ™ RWBK DKI Jakarta :

ƒ Peruntukkan Lahan Pada tapak : Area Perkantoran dan Perdagangan

ƒ KDB : 80 % x 7548 m² = 6038 m²

Lokasi Tapak

(14)

ƒ KLB : 3.5 x 7548 m² = 26418 m² ƒ Ketinggian Bangunan : 6 lantai

ƒ GSB : - 6 m dari Jl. Rawa Belong

- 10 m dari Jl. Kebon Jeruk Raya

II.2.2 Tinjauan Terhadap Topik dan Tema

Topik : Arsitektur Berkelanjutan – Hemat Energi

Tema : Bangunan berkelanjutan yang berbasis pada arsitektur tropis dan hemat Energi

II.2.3 Pengertian Arsitektur Berkelanjutan – Hemat Energi II.2.3.1 Pengertian Arsitektur

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2002

¾ Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan serta membuat konstruksi bangunan, serta metode dan gaya merancang suatu konstruksi bangunan.

Berdasarkan www.wikipediaindonesia.com, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. 27 Februari 2007, 14.20 WIB

¾ Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

(15)

II.2.3.2 Pengertian Berkelanjutan

Berdasarkan The World Congress of Architects di Chicago, USA, Juni 1993 ¾ Berkelanjutan (sustainability) berarti memenuhi keperluan generasi masa kini

tanpa harus berkompromi dengan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

II.2.3.3 Pengertian Arsitektur Berkelanjutan

Arsitektur berkelanjutan adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan yang dapat memenuhi kebutuhan masa kini tanpa harus berkompromi dengan

kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka nanti. Berdasarkan www.wikipedia.org

¾ Arsitektur Berkelanjutan adalah suatu pembangunan yang tidak pernah punah, yang memaksimalkan kualitas kehidupan generasi sekarang dan tidak

menyebabkan penurunan kualitas kehidupan generasi mendatang. Menurut Probo Hindarto

¾ Arsitektur Berkelanjutan adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama.

Menurut Ir. Budi Sudarwanto, Februari 2008

¾ Arsitektur Berkelanjutan adalah suatu eksplorasi rancangan arsitektur yang berbasis pada keberlanjutan alam dan lingkungannya yang dilakukan oleh manusia yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan secara aktif dan terus-menerus.

(16)

II.2.3.4 Bangunan Arsitektur Berkelanjutan (Sustainable Building)

Sustainable Building adalah bentuk gabungan dari berbagai displin ilmu yang bertanggung jawab soal lingkungan menjadi suatu disiplin yang selalu mengacu pada efek lingkungan, sosial, ekonomi, dari sebuah bangunan atau proyek terbangun secara keseluruhan.

Tujuan diterapkannya kebijaksanaan mengenai sustainable building :

o M enyelamatkan manusia dan lingkungan dari bahaya yang dihadapi.

o M enunjukkan komitmen kota terhadap lingkungan, ekonomi dan pelayanan sosial.

o M enghasilkan penghematan dunia bagi pembangunan.

o M enyediakan lingkungan kerja yang sehat bagi staf dan pengunjung.

o M empercepat pencapaian tujuan kota dalam melindungi, mengkonversi, dan meningkatkan sumber-sumber lingkungan.

Suistainable building berkaitan dengan :

o Lingkungan ( Environment Sustainability ) o Ekonomi ( Economic Sustainability ) o Sosial ( Social Sustainability )

(17)

Lingkunga

Ekonomi Sosial

Kehidupan sejahtera bagi umat manusia

Gambar 2.1 Hubungan integrasi lingkungan, ekonomi dan sosial

( Sumber : Sustainable Architecture and Building Design )

Adanya kenaikan suhu pada bumi yang diakibatkan oleh pemanasan global, polusi udara di hampir setiap negara maju dan berkembang dan pengurangan sumber tenaga, maka permasalahan energi berkelanjutan merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan. Buletin Environmental Building News telah menyatakan bahwa ada 11 permasalahan dalam perancangan yang berkaitan dengan desain berkelanjutan.

Daftar prioritas untuk bangunan berkelanjutan (Sustainable Building) : 1. Hemat Energi : merancang dan membangun bangunan hemat energi

2. Bangunan Daur – ulang : memanfaatkan ulang bangunanyang ada serta infrastrukturnya daripada menggunakan ruang terbuka

(18)

3. M embangun M asyarakat : merancang masyarakat untuk mengurangi ketergantungan pemakaian kendaraan bermotor serta mendorong kepekaan masyarakat sekitar

4. M engurangi Pemakaian Bahan : mengoptimalkan rancangan yang menggunakan ruang lebih kecil serta memanfaatkan materi dengan lebih efisien

5. M elindungi dan meningkatkan M utu Lahan : menjaga kelestarian dan mengembalikan ekosistem lokal dan keanekaragaman

6. M emilih Bahan Bangunan yang Berdampak paling rendah terhadap Lingkungan : menggunakan materi bangunan yang berdampak paling kecil terhadap lingkungan dan juga bahan dengan sumber efisien

7. M emaksimalkan Umur Panjang : merancang agar dapat bertahan lama dan mudah beradaptasi

8. M enyelamatkan Air : merancang bangunan serta ruang luar yang hemat air 9. M embuat Bangunan Sehat : menghasilkan lingkungan ruang dalam yang

aman serta nyaman

10. M eminimalisasi Sampah Konstruksi dan Sampah Hasil Penghancuran Bangunan : mengembalikan, memakai ulang, serta mendaur ulang sampah dari bidang pekerjaan dan mempraktikan sifat peduli lingkungan

11. ”M enghijaukan” Bisnis Anda : meminimalkan dampak lingkungan di tempat anda bekerja dan menyebarluaskan konsep ini

(19)

II.2.3.5 Pengertian Hemat Energi

Berdasarkan An English-Indonesian Dictionary, John H. Eckols dan Hassan shadily, Agustus 2000

¾ Hemat adalah tepat guna, berdaya guna

Berdasarkan buku Arsitektur Sadar Energi dan Prasasto Satwiko2005, ppl ¾ Energi adalah kemampuan untuk mengerjakan sesuatu

Berdasarkan An English-Indonesian Dictionary, John H. Eckols dan Hassan shadily, Agustus 2000

¾ Energi adalah tenaga, daya atau kekuatan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Phoenix. April 2007

¾ Energi adalah suatu tenaga / daya kekuatan yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses aktifitas

Kesimpulan :

Hemat Energi adalah kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan daya secara tepat guna.

Berdasarkan sumber Majalah Idea, Februari 2008 Hemat energi berarti :

ƒ Memilih teknologi baru penambah kenyamanan hidup yang menggunakan energi lebih sedikit

ƒ Bijaksana menggunakan energi

(20)

II.2.4 Tinjauan terhadap Arsitektur Hemat Energi

Dikutip dari Tri Endangsih, ST dalam makalah “Penerapan Hemat Energi Pada Kenyamanan Bangunan”

¾ Arsitektur Hemat Energi adalah arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran “meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya” dengan memanfaatkan sains dan teknologi mutakhir secara pasif.

Pada saat ini konsumsi energi di dunia semakin meningkat. Peningkatan bukan hanya terjadi pada sektor industri dan transportasi namun juga dalam sektor bangunan atau arsitektur. Hal ini dikarenakan perkembangan tekonologi moderen yang konsumtif terhadap pemakaian energi. Konsumsi energi dalam bangunan untuk penerangan, AC, lift, dsb tercatat hampir seperempat dari suplai tahunan energi dunia pada akhir tahun 80’an. Sehingga diperkirakan pada jangka waktu tidak lebih dari 100 tahun, usia cadangan energi akan semakin menipis. Hal ini juga berlaku di negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia yang menggunakan teknologi secara besar-besaran tanpa memikirkan resiko pengurangan sumber energi yang tidak terbaharukan. (Tri Harso Karyono, Kemapanan Pendidikan Kenyamanan dan Penhematan Energi)

Sumber energi yang digunakan dalam sebuah bangunan dapat dibagi menjadi 2 kelompok utama yaitu sumber energi yang dapat diperbarui dan tidak dapat diperbarui. Yang termasuk energi yang dapat diperbarui sebagai berikut :

(21)

• Energi Angin. • Energi Photovoltaic • Energi Biomass.

• Energi Hydroelectric ( hidro-listrik). • Energi Geothermal.

Sementara yang termasuk dengan energi yang tidak dapat diperbarui adalah sebagai berikut :

• Bahan bakar minyak bumi. • Bahan bakar gas alam • Bahan bakar batu bara

Dalam prinsip Arsitektur Hemat Energi, penggunaan energi tidak terbarukan digantikan oleh energi yang terbarukan agar terjadi penghematan dalam penggunaan energi. Penggantian ini menjadi faktor utama dalam desain arsitektural yang mengarah pada bangunan hemat energi.

Untuk itu saat ini dituntut bagi seorang arsitek agar dapat menghasilkan karya yang tidak hanya bertujuan seni atau fungsional namun dapat memperhatikan dari segi bangunan yang nyaman dan hemat energi. Dari hal ini pengetahuan mengenai arsitektur hemat energi haruslah dapat dikuasai dengan baik. Dalam sasaran perancangan bangunannya, penghematan pemakaian energi menjadi tujuan utama tanpa mengorbankan kenyamanan dari penghuninya. Beberapa strategi umum dalam melakukan penghematan energi di dalam bangunan tanpa mengorbankan kenyamanan dari penghuninya :

(22)

• Mencegah terjadinya efek rumah kaca.

• Mencegah terjadinya akumulasi panas pada ruang antara atap dan langit-langit.

• Meletakkan ruang-ruang penahan panas pada sisi timur-barat. • Melindungi pemanasan dinding yang menghadap timur atau

barat.

• Mencegah jatuhnya radiasi matahari pada permukaan keras. • Memanfaatkan aliran udara malam hari yang bersuhu rendah.

II.2.5 Tinjauan Terhadap Bangunan Hemat Energi

Menurut Prasasto Satwiko dalam buku arsitektur sadar energi

Efisiensi energi bukanlah kriteria baru dalam desain arsitektur (Watson, 1979). Peran energi di dalam arsitektur sangatlah luas. Pada proyek komersial, kebutuhan energi perlu dihitung rinci, atau paling tidak dipikirkan, antara lain untuk :

• Survei

• Proses perancangan

• Pembukaan dan penyiapan lahan • Transportasi material bangunan • Konstruksi (pembangunan) • Operasional :

1. Penerangan (ruang dalam dan ruang luar) 2. Ventilasi (sistem penyejukan udara, fan)

(23)

3. Penyediaan air (minum, sanitasi, mandi, penyiraman)

4. Transportasi (lift untuk transportasi lokal, kendaraan untuk mencapai lokasi bangunan)

5. Penyimpanan (ruang pendingin) • Perawatan berkala

1. Pembersihan

2. Penggantian elemen bangunan 3. Pengecatan

• Renovasi besar (penyesuaian bangunan untuk fungsi baru, facelift)

• Penghancuran (bangunan tidak layak dipertahankan, lahan akan dipakai untuk fungsi baru)

• Pengangkutan runtuhan bangunan ke lahan lain

Setiap material bangunan juga membawa serta karakter kandungan energi sendiri- sendiri, misalnya alumunium dikenal sebagai bahan yang boros listrik pada waktu pembuatannya.

Dalam kehidupan sehari – hari, energi untuk kegiatan operasional dan perawatan lebih sering dirasakan dan diusahakan penghematannya. M asing – masing bangunan, sesuai aktivitas di dalamnya, mempunyai komposisi alokasi energi sendiri – sendiri. Namun pada umumnya, energi untuk sistem penyejuk udara mengambil porsi terbanyak, disusul energi untuk penerangan dan keperluan rumah tangga yang lain.

(24)

Dengan menfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah. Strategi yang paling baik adalah dengan memaksimalkan potensi positif dan meminimalkan dampak potensi negatif yang ada di lahan. Hal itu dapat berarti mengolah total setiap elemen desain, baik yang langsung pada bangunan maupun yang ada di lingkungannya. Harus selalu diingat bahwa lingkungan harus dirancang sedemikian rupa agar dapat mendukung terciptanya kualitas hidup yang baik (nyaman, produktif). Itu dapat melipatkan pemakaian energi yang sangat banyak, sehingga perlu ditata. Dalam konteks iklim tropis seperti di Indonesia (panas, lembab), maka konsep rancangan bangunan dan lingkungan perlu diarahkan untuk :

• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk memperoleh kenyamanan termal;

• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk memperoleh penerangan yang sehat dan indah;

• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk pengadaan air; • Meminimalkan energi yang diperlukan untuk transportasi vertikal;

• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk merawat dan mengganti peralatan;

• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk merawat elemen bangunan.

Pertimbangan dalam pengefisiensian energi didalam arsitektur lebih rinci memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

(25)

• Lokasi daerah : ketinggian dan lingkungan.

• Lahan : topografi, dimensi dan ketinggian air tanah. • Massa : jumlah dan bentuk, orientasi, ketinggian. • Organisasi ruang : pengelompokan ruang.

• Elemen bangunan : atap, dinding, lantai. • Penerangan : penerangan alami dan buatan. • Penghawaan : penghawaan alami dan buatan.

• Struktur : penggunaan struktur ringan, pemakaian bahan-bahan lokal, dan pemilihan bahan-bahan-bahan-bahan hemat energi. • Utilitas : penyediaan air dan transportasi vertikal.

Berdasarkan Karyono, T.H., Arsitektur, Kemapanan, Kenyamanan, dan Penghematan Energi, Catur libra Optima, Jakarta, 1999

Beberapa strategi umum dalam menekan penggunaan energi dalam bangunan (tanpa harus mengorbankan kenyamanan) adalah sebagai berikut :

1. M encegah terjadinya efek rumah kaca

Efek rumah kaca adalah akumulasi panas di dalam bangunan / ruang akibat radiasi matahari. Dinding - dinding transparan (kaca) yang ditembus oleh cahaya matahari langsung akan menimbulkan efek rumah kaca. Jika hal ini terjadi dalam bangunan dengan skala pemanasan yang besar, suhu dalam bangunan akan meningkat. Untuk menurunkannya diperlukan mesin pengkondisian udara dengan kapasitas yang lebih besar dibanding jika bangunan

(26)

tidak / atau sedikit mengalami efek rumah kaca. Energi untuk pendinginan akan menjadi besar akibat efek rumah kaca ini. Untuk mencegah efek rumah kaca, dinding – dinding transparan harus dihindari dari jatuhnya sinar matahari langsung.

2. M encegah terjadinya akumulasi panas pada ruang antara atap dan langit – langit Untuk bangunan dengan atap miring perlu dipikirkan untuk menghindari terjadinya akumulasi panas pada ruang antara atap dengan langit – langit. Untuk itu ruang ini perlu diberi bukaan, sehingga memungkinkan aliran udara silang menyingkirkan panas yang terakumulasi ini. Jika hal ini tidak dilakukan ruang dibawah langit – langit akan panas, sehingga bangunan memerlukan energi ekstra (misalnya mesin pendingin) untuk menurunkan suhu ruang tersebut. 3. M eletakkan ruang – ruang penahan panas pada sisi timur – barat

Pada sisi – sisi timur dan barat bangunan yang langsung berhadapan dengan jatuhnya sinar matahari sebaiknya diletakan ruang – ruang yang berfungsi sebagai ruang antara guna mencegah aliran panas menuju ruang utama misalnya ruang kantor. Ruang – ruang antara ini dapat berupa ruang tangga, gudang, toilet, pantry, dan sebagainya.

4. M elindungi pemanasan dinding yang menghadap timur atau barat

Seandainya pada sisi timur dan barat bangunan tanpa dapat dihindari harus diletakan ruang – ruang utama, maka untuk menghindari pemanasan pada ruang tersebut dinding – dinding ruang perlu diberi penghalang terhadap sinar matahari langsung. Atau dinding dibuat rangkap dimana diantara kedua dinding tersebut diberi ruang antara yang diberi lubang – lubang ventilasi. Hal ini akan

(27)

sangat berpengaruh terhadap perilaku termis ruang utama di dalamnya, dimana suhu udara ruang akan lebih rendah secara mencolok dibanding hanya menggunakan dinding tunggal.

5. M encegah jatuhnya radiasi matahari pada permukaan keras

Karena permukaan keras (aspal, beton, dsb) cenderung merupakan material yang menyerap panas (kemudian dipancarkan kembali ke udara), maka suhu udara di atas permukaan keras yang terkena radiasi matahari cenderung lebih tinggi dibanding dengan diatas rumput atau perdu misalnya. Penggunaan material keras sebagai penutup halaman, jalan, tempat parkir, dsb. Akan menaikan suhu udara di sekitar bangunan seandainya permukaan tersebut dibiarkan terbuka terhadap radiasi langsung matahari. Untuk itu permukaan dengan material padat / keras sebaiknya dilindungi (dipayungi) dari jatuhnya radiasi langsung matahari agar suhu udara sekitar bangunan tetap rendah.

6. M emanfaatkan aliran udara malam hari yang bersuhu rendah

Suhu udara minimum rata – rata Jakarta adalah 23°C, dan ini terjadi pada malam hari menjelang pagi. Dalam rangka penghematan energi dalam bangunan potensi ini dapat dimanfaatkan dengan cara mengalirkan angin yang bersuhu rendah tersebut melalui dinding (yang dibuat rangkap – berongga) serta lantai (berongga, dengan raised floor). Tujuan dari pengaliran udara ini adalah menurunkan suhu massa bangunan (building fabric) serendah mungkin mendekati atau sama dengan suhu udara minimum tersebut. Suatu ruang yang memiliki lantai, dinding dan langit – langit dengan suhu rendah akan lebih mudah mencapai kenyamanan meskipun suhu udara luar relatif tinggi, karena

(28)

pada kenyataan sensasi suhu (termis) tidak saja ditentukan oleh suhu udara, namun juga oleh suhu radiasi permukaan ruang (lantai, dinding dan langit – langit). Beberapa percobaan model dengan simulasi komputer serta uji coba pada bangunan – bangunan baru telah membuktikan keampuhan teknik pendinginan malam hari ini dalam usaha menekan penggunaan energi dalam bangunan.

II.2.6 Contoh – contoh Bangunan Hemat Energi II.2.6.1 Wisma Dharmala Sakti, Jakarta

Bangunan perkantoran yang berlokasi di Jakarta ini juga merupakan hasil karya Paul Rudolph. Bangunan ini juga menggunakan konsep berkelanjutan hemat energi yang dipadu dengan konsep bangunan vernakular. Bangunan ini dirancang untuk memecahkan persoalan diperlukannya penghematan energi serta iklim tropis namun tetap berpegang pada kaidah – kaidah arsitektur Indonesia.

II.2.6.2 Wisma Dharmala, Surabaya

Wisma Dharmala ini merupakan Satu dari 5 karya Paul Rudolph (new york) Yang ada di Surabaya Dan sudah Berdiri. Dan terdiri dari 12 lantai.

Wisma Dharmala Surabaya Oleh Paul Rudolph diberi semboyan “Health Of Future” Yaitu Sebuah gedung yang peduli dengan kesehatan mental dan fisik

(29)

penghuninya, ini berkat penempatan balkon serta teras yang tersebar merata di setiap lantai. Desain gedungnya cenderung ramping Sehingga membuahkan akses langsung ruang per ruang, dengan sinar matahari dan udara segar. Dan akan sangat bermanfaat jika AC sedang black down. Desain bangunan ini menerapkan konsep Tropis Vernakular. Arsitek menkombinasi berbagai potensi alami yang tersedia di lingkungan site berada, dan memanfaatkan untuk membantu life cycle bangunan.

Seperti bagaimana menyiasati sinar matahari yang berlimpah, Arsitek membuat teras ditambah kanopi aluminium spandrill di tiap muka unit ruang. Gunanya untuk mencacah sinar ultra violet M atahari. Hasilnya hanya 20% panas yang berhasil masuk tetapi ruangan tetap terang dengan cahaya matahari.

Gambar 2.3 Treatment panas matahari ke dalam ruangan

Dari skema diatas kita dapat melihat bagaimana angin dapat masuk kedalam ruangan sehingga kan terjadi suatu pergerkan udara yang pada akhinya akan isebut dengan ventilasi alami. Dan juga dengan desain teras yang panjang keluar yang berfungsi sebagai penangkap angin.

(30)

Gambar 2.4Potongan melintang Gambar 2.5 Tampak Mata burung bangunan

(31)

II. 3 S tudi Banding

II.3.1 Studi Lapangan Kostel dan Kos-kosan

P anorama Kost P arahyangan Hall Villa Ravi

Lokasi Jl. Lebak Bulus II No. 8,

Cilandak, Jakarta Selatan

Jl. Bukit Indah Dalam No. 105 E, Ciumbeluit, Bandung

JL. Tubagus Ismail VIII No.2 Dago, Bandung

Kapasitas 18 – 32 orang 75 orang 45 orang

Jumlah lantai 3 lantai 2 lantai 2 lantai

Jumlah kamar 9 – 16 kamar / per unit Total : 80 kamar

67 kamar 40 kamar

Jenis kamar Double room ( 2 orang ) Single room ( 1 orang ) - Single room ( 1 orang )

- Suite room ( 3 orang )

Harga sewa kamar ( per bulan )

Rp. 1.500.000,- hingga Rp.2.900.000,- Rp.1.500.000,- - Rp.1.250.000,- ( kamar non tv, non AC )

- Rp.1.500.000,- ( kamar non tv, AC ) - Rp.3.000.000,- ( uite room)

Luasan kamar 4 m × 5 m 3 m × 3,5 m Single room : 4 m × 4 m

Suite room : 4 m × 6 m

(32)

Kamar mandi Di dalam kamar Di dalam kamar Di dalam kamar

Sasaran penghuni Mahasiswa Univ.P rasetya Mulia dan pekerja

Mahasiswa Univ.P arahyangan dan pekerja

Mahasiswa UNIKOM dan pekerja

Ruang komunal Ada 1 di setiap unit bangunan terletak di lantai dasar.

Terdapat di setiap lantai Terdapat di luar bangunan berupa gazebo

Dapur Dapur bersama terdapat di lantai dasar Terdapat di setiap lantai -

Ruang Laundry 1 unit bangunan terdapat 1 Terdapat di setiap lantai Ada 1 untuk secara keseluruhan bangunan

Sistem laundry 1 hari maksimal 2 pasang potong celana / baju

1 hari maksimal 5 potong pakaian, lebih dikenakan charge Rp.1000,-/ potong

(33)

Akses vertikal Tangga Tangga Tangga

Sistem keamanan Sekuriti 24 jam Sekuriti 24 jam + CC TV P enjaga Kostel biasa

Area parkir Di sekitar bangunan, ± 25 mobil Basement dengan iuran Rp.100.000,-/bulan

Di sekitar bangunan

Ruang makan/kantin Di lantai dasar kantor pemasaran - Di gazebo

Fasilitas fitness - Membership Rp.100.000,-/bln ( dalam pembangunan )

Fasilitas kolam renang

Ada 1 untuk keseluruhan - -

(34)

Fasilitas Lapangan Outdor

Ada 1 untuk keseluruhan - -

Keunggulan - Jumlah massa bangunan mencapai 9 rumah

- Dapat disewakan per hari atau per minggu

Menggunakan card key sistem ( 1 kartu untuk masuk pintu kamar dan tombol listrik kamar)

Massa bangunan terpisah oleh taman sehingga dapat akses langsung ke ruang luar begitu keluar dari kamar.

(35)

II.3.2 Kesimpulan Studi Lapangan

Tabel 2.2 Kesimpulan dari studi lapangan

Parahyangan Hall ( Bandung ) Villa Rafi ( Bandung ) Panorama Kost ( Jakarta)

Penghuni Total = 67 orang

Mahasiswa, karyawan Atau Masyarakat umum Total = 20 orang Mahasiswa, Karyawan Atau Masyarakat umum Total = 18-32 orang Mahasiswa, Karyawan Atau Masyarakat umum

Bangunan Menggunakan konsep arsitektur

Hemat energi, terlihat dari :

- Banyak bukaan untuk pencahayaan alami dan pengudaraan alami

Menggunakan konsep arsitektur Hemat energi, terlihat dari :

- Banyak bukaan untuk pencahayaan alami dan pengudaraan alami

Menggunakan konsep arsitektur Hemat energi, terlihat dari :

- Banyak bukaan untuk pencahayaan alami dan pengudaraan alami

Jumlah Massa Bangunan Kostel

Hunian = 1 massa

Kantor pengelola = 1 massa

Hunian = 4 massa Hunian = 1 massa

Kantor pengelola = 1 massa Kostel

(36)

Kamar Tidur 1 kamar untuk 1 orang Luas = 3.5 m x 3 m Tinggi = ± 2.50 m

Ruangan memiliki jendela satu, untuk mendapatkan aliran udara dan pencahayaan alami

1 kamar untuk 1 orang Luas = 4 m x 4 m Tinggi = ± 2.50 m

Ruangan memiliki jendela satu, untuk mendapatkan aliran udara dan pencahayaan alami

1 kamar untuk 1 orang Luas = 4 m x 5 m Tinggi = ± 2.50 m

Ruangan memiliki jendela dua, untuk mendapatkan aliran udara dan pencahayaan alami

Fasilitas Ruang Belajar Bersama & Ruang TV

Terdapat di dalam kamar Terdapat di dalam kamar Terdapat di dalam kamar

Fasilitas

Ruang Serba Guna

Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia

(37)

Mushola Tidak tersedia Tidak disediakan Tidak disediakan

Kamar mandi dan Toilet

Terdapat di dalam kamar tidur Terdapat di dalam kamar tidur Terdapat di dalam kamar tidur

Ruang Cuci & Jemur

Terdapat pada setiap lantai. Ruangan memiliki banyak bukaan sehingga tidak lembap.

Terdapat pada setiap lantai. Ruangan memiliki banyak bukaan sehingga tidak lembap.

Terdapat pada setiap lantai. Ruangan memiliki sedikit bukaan.

Dapur & Kantin Dapur terdapat di setiap lantai Tidak disediakan kantin

Dapur terdapat di setiap lantai Tidak disediakan kantin

Dapur terdapat di setiap lantai Kantin terdapat di halaman depan

Fasilitas Olah Raga & Rekreasi

Tidak terdapat fasilitas olah raga dalam area kostel

Tidak tersedia fasilitas olah raga Hanya tersedia halaman terbuka

Tersedia kolam renang

Parkir Tersedia parkir mobil dengan

kapasitas ± 24 mobil dan parkir motor dengan kapasitas ± 30 motor.

Tersedia parkir mobil dan parkir motor

Tersedia parkir mobil dan parkir motor

(38)

Keamanan Pos Jaga berlokasi di depan kostel dan adanya patroli keamanan setiap malam.

Pos Jaga berlokasi di depan kostel dan adanya patroli keamanan setiap malam.

Pos Jaga berlokasi di depan kostel dan adanya patroli keamanan setiap malam.

Kesimpulan :

ƒ Bangunan kostel harus mampu menampung segala kegiatan penghuni khususnya mahasiswa mulai dari kegiatan akademis sampai pada kegiatan sehari-hari, seperti : makan, tidur, bersosialisasi, olahraga, belajar dan sebagainya. Hal tersebut harus dipikirkan dengan menyediakan ruang-ruang seperti :

o Ruang tidur

o Ruang komunal (ruang bersama) o Ruang pengelola

o Lapangan outdoor

o Fasilitas seperti kantin, fitness centre, laundry, dll.

ƒ Untuk ruang service, harus selalu diperhatikan antara pencahayaan dan pengudaraan alami, agar di ruangan tersebut bisa menjadi lebih nyaman

(39)

II.3.3 Studi Literatur Hotel Bintang Tiga

Tabel 2.3 Studi literatur hotel bintang tiga

Hotel Ibis Slipi Jakarta Hotel Santika Bandung Hotel All Seasons Bali Kesimpulan Lokasi Jl Letjen S.Parman

Kav.59 11066, Jakarta Jl. Sumatra No. 52-54, PO Box 1314, Bandung Jl. Legian , Denpasar, Bali. Terletak di pusat kota

Jumlah lantai 16 lantai 2 lantai 3 lantai Rata-rata memiliki

±7 lantai atau lebih

Jumlah kamar 338 kamar 70 kamar 113 kamar Rata-rata memiliki ±

174 kamar Jenis kamar - Standart room dgn

single beds - Standart room dgn queen bed - Superior - Santika suite - Deluxe - Family suite - Junior suite - Suite - Single room - Double room - Family room Rata-rata memliki 2 jenis kamar yaitu single dan double room. Harga sewa kamar ( per hari ) - Standart room : Rp.530.000,- - Superior : Rp.663.300,- - Deluxe : Rp.723.700,- - Junior suite : Rp.1.031.000,- - Suite : Rp.1.152.400,- Single room : Rp.325.000,- Double room : Rp.527.000,- Family room : Rp.644.000,-

Harga per kamar berkisaran antara Rp.300.000,- hingga Rp 700.000,- per malam Sasaran penghuni Masyarakat umum, pengusaha, wisatawan. Wisatawan, masyarakat umum. Wisatawan asing, wisatawan lokal, masyarakat pendatang. Sasaran pada umumnya adalah wisatawan atau pengusaha

(40)

Akses vertikal

Lift dan tangga berjalan Tangga Tangga Akses vertikal yang

digunakan adalah tangga dan lift Fasilitas

Penunjang

Restoran, ruang pertemuan, bussiness center, bar, gymnasium, kolam renang, safe deposit box, currebt exchange, 24 jam room service, pelayanan keamanan 24 jam, laundry, parkir.

Restoran, function room, fitnes center, kolam renang, hot spot, cable tv, 24 jam room service, pelayanan kesehatan, laundry, valet-parking, parker basement.

Rumah makan, bar, kolam renang, ruang pertemuan, 24 jam room service, laundry, spa, money exchange, parkir, pelayanan kesehatan dan pelayanan keamanan.

Fasilitas yang terdapat pada

umumnya : restoran, kolam renang, ruang pertemuan, laundry, parker, 24 jam room service dan

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan integrasi lingkungan, ekonomi dan sosial
Gambar 2.3 Treatment panas matahari ke dalam ruangan
Tabel 2.2 Kesimpulan dari studi lapangan
Tabel 2.3 Studi literatur hotel bintang tiga

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Bekerjasama dengan Ke Kelit dari Austria, Rucika Kelox merupakan pipa multilayer yang terdiri dari bahan berkualitas premium seperti plastik (PE-RT), lapisan perekat dalam,

Tujuan komunikasi terapeutik adalah dengan memiliki ketrampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan pasien, sehingga akan

Berpijak pada kenyataan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatka kemampuan anak membaca huruf vokal

<p>•  jk ada kakek sekandung sebapak tanpa ada ahli waris yang lain, jk ada saudara lk pr sekandung atau seabapak lakukan proses hitung jumlah bagian kakek

Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem transportasi dari

Jadi, dengan demikian bahasa (Indonesia) merupakan sarana pengungkap kebudayaan nasional Indonesia yang digunakan sebagai dasar pengembangan pariwisata di Indonesia.(2) hubungan yang

Keluarga penulis adalah salahsatu dari pemelihara kuda, saat itu kudanya ada dua satunya diberi nama “hercules” seperti nama pesawat tempur TNI saja, warna hitam terdapat tanda