• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pekerjaan Lapis Perkerasan Lentur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelaksanaan Pekerjaan Lapis Perkerasan Lentur"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami  panjatkan puja dan puji syuk

 panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,ur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Pelaksanaan“Pelaksanaan Pekerjaan Lapis Perkerasan Lentur”.

Pekerjaan Lapis Perkerasan Lentur”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari  berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah

 berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kamiini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam  pembuatan makalah ini.

 pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan  baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh

 baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangankarena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kr

terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaikiitik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, Februari 2017 Malang, Februari 2017

Penyusun Penyusun

(2)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

(3)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

(4)

PELAKSANAAN PEKERJAAN PERKERASAN LENTUR PELAKSANAAN PEKERJAAN PERKERASAN LENTUR Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis l

Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis l apisan perkerasan yangapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :

tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut : • Lapisan tanah dasar (sub grade)

• Lapisan tanah dasar (sub grade) • Lapisan

• Lapisan pondasi bawah (subbase course) pondasi bawah (subbase course) • Lapisan pondasi atas (base course)

• Lapisan pondasi atas (base course)

• Lapisan permukaan / penutup (surface course) • Lapisan permukaan / penutup (surface course)

Terdapat beberapa jenis / tipe perkerasan terdiri : Terdapat beberapa jenis / tipe perkerasan terdiri : a.

a. Flexible pavement (perkerasan lentur).Flexible pavement (perkerasan lentur).  b.

 b. Rigid pavement (perkerasan kaku)Rigid pavement (perkerasan kaku) c.

c. Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement).Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement).

PERKERASAN LENTUR  PERKERASAN LENTUR 

 Fungsi lapisan Fungsi lapisan perkerasperkerasanan

Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar.

menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar.

 Lapisan Tanah Dasar Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)(Subgrade)

Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah

Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempatyang berfungsi sebagai tempat  perletakan lapis perkerasan dan mendukung k

 perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya.onstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang  berkenaan dengan kepadatan dan

 berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBdaya dukungnya (CBR).R). Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli

Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik,yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah

atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi danyang distabilisasi dan lain lain.

(5)

Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :

 Lapisan tanah dasar, tanah galian.  Lapisan tanah dasar, tanah urugan.  Lapisan tanah dasar, tanah asli.

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar.

Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :

 Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.  Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.

 Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah

 pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.

 Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)

Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas.

Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :

 Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.  Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.

 Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis

 pondasi atas.

 Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat

lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.

 Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.

 Lapisan pondasi atas (base course)

Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis  pondasi bawah dan lapis permukaan.

Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :

 Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan

 beban ke lapisan di bawahnya.

(6)

Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda.

Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut  bahan ke lapangan.

 Lapisan Permukaan (Surface Course)

Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan.

Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :

 Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.

 Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapis aus).

 Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisa n

 bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.

 Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh

lapisan di bawahnya.

Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing course) di atas lapis permukaan tersebut.

Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Lapis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.

(7)

1. PEKERJAAN SUB-GRADE/ TANAH DASAR.

Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian- bagian perkerasan lainnya.

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat- sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut:

a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat beban lalu lintas.

 b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.

c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat  pelaksanaan.

A. PEKERJAAN GALIAN

Pekerjaan galian adalah pekerjaan yang dilaksanakan dengan membuat lubang di tanah membentuk pola tertentu untuk keperluan pondasi bangunan. Galian tanah yang dibuat harus dilakukan sesuai perencanaan dan mencapai lapisan tanah yang keras. Jika dibutuhkan, tanah tersebut juga perlu didapatkan agar kondisinya lebih kokoh serta mampu menahan beban bangunan dengan baik.

Peralatan yang digunakan pada pekerjaan galian : 1. Excavator

(8)

2. Dump Truck

3. Dozer

4. Compactor/Vibrator 5. Tangki Air

Galian Biasa

Pelaksanaan galian biasa prosedurnya sebagai berikut:

1. Pengukuran dan pemasangan bowplank atau menentukan kedalaman galian. Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur theodolit dengan  berpedoman hasil rekayasa yang telah ditentukan oleh konsultan dan pihak

 proyek. Pemasangan bowplank dilakukan setelah hasil dari pengukuran disetujui oleh pihak konsultan dan direksi pekerjaan.

2. Penggalian secara manual dilaksanakan setelah pemasangan bowplank. Tanah yang digali secara manual dikumpulkan di tepi galian dan selanjutnya dimuat ke dump truk kemudian diangkut keluar lokasi proyek.

3. Penggalian dengan menggunakan alat berat pekerjaan penggalian dilaksanakan setelah pemasangan bowplank.Tanah yang digali oleh excavator langsung dimuat ke dump truk kemudian diangkut keluar lokasi proyek

(9)

Pelaksanaan Galian Menggunakan Alat Berat

Galian Struktur 0 - 2 Meter

Penggalian tanah yang dipotong umumnya berada disisi jala n dilakukan dengan menggunakan Excavator Selanjutnya Excavator menuangkan material hasil galian kedalam Dump Truck dan membuang material hasil galian keluar lokasi jalan.

B. PEKERJAAN TIMBUNAN

Timbunan biasa, adalah timbunan atau urugan yang digunakan untuk  pencapaian relevasi akhir subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan

tanpa maksud khusus lainnya. Timbunan biasa ini juga digunakan untuk pengganti material existing subgrade yang tidak memenuhi syarat.

Timbunan pilihan, adalah timbunan atau urugan yang digunakan untuk  pencapaian elevasi akhir subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan

dengan maksud khusus lainnya, misalnya untuk mengurangi tebal lapisan pondasi  bawah, untuk memperkecil gaya lateral tekanan tanah dibelakang dinding penahan

tanah talud jalan.

Timbunan Pilihan

Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari  bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas level timbunan biasa

dan sebagai tambahan harus memiliki sifat - sifat tertentu yang sesuai dengan yang ditetapkan.

Pekerjaan Urugan

Pekerjaan urugan pilihan dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Pengangkutan material pengangkutan material urugan pilihan ke lokasi pekerjaan menggunakan dump truck dan loadingnya dilakukan dengan menggunakan wheel loader. Pengecekan dan pencatatan volume material dilakukan pada saat

(10)

 penghamparan agar tidak terjadi kelebihan material di satu tempat dan kekurangan material di tempat lain.

2. Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan motor grader dalam tahap penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal berikut: (a) kondisi cuaca; (b)  panjang hamparan, lebar hamparan, dan tebal hamparan; (c) material yang tidak

dipakai dipisahkan dan ditempatkan pada lokasi yang ditetapkan.

3. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan vibro roller, dimulai dari bagian tepi ke bagian tengah. Pemadatan dilakukan berulang jika dimungkinkan untuk

mendapat hasil yang maksimal dengan dibantu alat water tank untuk membasahi material timbunan pilihan dan diselingi dengan pemadatan dengan menggunakan vibro roller. timbunan pilihan dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak

menuju ke arah sumbu jalan dengan sedemikian rupa yang sama. Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pengangkuatn, Penghamparan dan pemadatan bahan untuk pelaksanaan lapis pondasi jalan Tanpa penutup aspal dan suatu lapis

 permukaan sementara pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah yang telah disiapkan.Pemasokan bahan akan mencakup , jika perlu, pemecahan,

 pengayakan, pencampuran dan operasi- operasi lainnya yang diperlukan, untuk memperoleh bahan yang memenuhi ketentuan dari spesifikasi ini.

C. PROSEDUR DAN METODE PELAKSANAAN PERSIAPAN TANAH DASAR (SUBGRADE PREPARATION)

(1) UraianPekerjaan

Persiapan Tanah Dasar

Tanah dasar (subgrade) merupakan bagian dari pekerjaan yang dipersiapkan untuk dasar lapis pondasi agregat bawah (sub-base) atau jika tidak terdapat sub-base, untuk dasardari lapis pondasi atas (base) dari perkerasan. Subgrade harus mencakup

(11)

sepenuh lebar badan jalan termasuk bahu jalan dan pelebaran setempat atau daerah-daerah terbatas semacam itu seperti tampak pada gambar atau sesuai dengan instruksi Konsultan Pengawas.

Untuk tujuan pembayaran tidak ada perbedaan yang dilakukan antara tanah dasar (subgrade) di daerah galian atau di daerah timbunan. Pekerjaan penyiapan tanah dasar dilaksanakan bila pekerjaan lapis pondasi agregat atau perkerasan sudah akan segera dilaksanakan.

(2) Pelaksanaan Pekerjaan

(a) Mal Lengkung dan Mal Datar (Template and Straightedge)

Kontraktor harus menyediakan dan menggunakan straightedge untuk memeriksa ketepatan pekerjaan dan untuk menjamin kesesuaiannya dengan ketentuan-ketentuan Spesifikasi.

(b) Persiapan Tempat Pekerjaan

Pekerjaan gorong-gorong, pipa saluran air, dan struktur-struktur minor lainnya yang berada di bawah posisi tanah dasar, termasuk urugan yang dipadatkan, harus sudah selesai sebelum pekerjaan penyiapan tanah dasar dimulai. Parit-parit, saluran, outlet drainase, dan headwall untuk gorong-gorong harus sudah berada dalam kondisi siap berfungsi agar drainase bekerja efektif dan untuk mencegah kerusakan terhadap subgrade karena air permukaan. Daerah-daerah subgrade yang tidak tepat/sesuai dengan elevasi yang ditentukan, karena penurunan atau sebab-sebab lain, atau sudah rusak sejak selesainya pekerjaan tanah, harus dibongkar, materialnya diganti atau ditambah, dipadatkan dan diselesaikan sampai kegaris, ketinggian dan penampang melintang sebagaimana petunjuk Konsultan Pengawas.

(c) Derajat Kepadatan

Seluruh material sampai kedalaman 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sekurang-kurangnya 100 % dari kepadatan kering maksimum

sebagaimana ditentukan sesuai dengan AASHTO T 99 pada rentang kadar air - 3% sampai dengan +1% dari kadar air optimum di laboratorium. Apabila tidak ditentukan lain dalam gambar, nilai CBR minimum yang diharuskan untuk subgrade pada

(12)

(d) Tanah Dasar di Daerah Galian

Bila tanah dasar berada pada daerah galian, maka subgrade ini harus dibentuk sesuai penampang melintang dan memanjang jalan,tetapi dengan ketinggian yang lebih tinggi dari pada elevasi akhir, setelah memperhitungkan adanya penurunan elevasi akibat pemadatan. Tanah harus dipadatkan dengan alat pemadat (compactor) yang telah disetujui, dan sebelum pemadatan kadar airnya harus disesuaikan dengan cara disiram air melalui truk sprinkler yang telah disetujui. Sebelum suatu

sumbertanah akan digunakan sebagai material subgrade, harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Untuk penambahan kadar air atau pengeringan tanah subgrade harus digaru beberapa kali untuk menghasilkan kadar air yang seragam (homogen). Bila karakteristik alamiah tanah sedemikian rupa sehingga tidak

memungkinkan tercapainya CBR minimum sebesar 6 % dengan dipadatkan sesuai ketentuan dalam Spesifikasi. Tanah bongkaran yang memenuhi syarat sebagai tanah timbunan dapat digunakan sebagai tanah timbunan, sedangkan tanah bongkaran yang tidak memenuhi syarat sebagai tanah galian biasa maka tanah tersebut harus dibuang.

(e) Tanah Dasar pada Timbunan

Bila tanah dasar akan dibuat pada timbunan, material yang diletakkan lebih dari satu lapis pada bagian atas timbunan sampai kedalaman 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus memenuhi ketentuan pemadatan.Ukuran dan jenis alat pemadat yang diterima oleh Konsultan Pengawas harus digunakan untuk pemadatan dan kadar air harus disesuaikan sebagaimana mestinya agar diperoleh kepadatan kering

maksimum.

(f) Perlindungan untuk Pekerjaan yang Telah Diselesaikan

Setiap bagian tanah dasar yang telah diselesaikan harus terlindung dari

kemungkinan mengering dan retak, harus diperbaiki tanpa ada pembayaran tambahan.

(g) Lalu Lintas dan Perbaikan

Kontraktor harus bertanggung jawab atas segala akibat dari lal u lintas yang memasuki lapisan tanah dasar, dan Kontraktor dapat melarang/menutup jalan bila

(13)

sudah membuat jalan sementara (detour) atau tengah mengerjakan set engah lebar  jalan. Kontraktor harus memperbaiki bekas roda kendaraannya sendiri atau orang lain

dengan membentuk dan memadatkan lagi dengan memakai alat pemadat dengan ukuran dan tipe yang diperlukan untukperbaikan itu. Kontraktor harus menyusun  penyiapan tanah dasar dan penghamparan lapis pondasiagregat (sub-base) secara  berurutan.

D. PENGUJIAN

Metode Pengujian Subgrade

a. Mal Lengkungdan Mal Datar(Template and Straightedge) Kontraktor harus menyediakan dan menggunakan straight edge untuk memeriksa ketepatan  pekerjaan dan untuk menjamin kesesuaiannya dengan ketentuan-ketentuan

Spesifikasi.

 b. Persiapan Tempat Pekerjaan Pekerjaan gorong-gorong, pipasaluran air, dan

struktur-struktur minor lainnya yang berada di bawah posisi tanah dasar, termasuk urugan yang dipadatkan, harus sudah selesai sebelum pekerjaan penyiapan tanah dasar dimulai.Parit-parit, saluran, outlet drainase, dan headwall untuk gorong-gorong harus sudah berada dalam kondisi siap berfungsi agar drainase bekerj aefektif dan untuk mencegah kerusakan terhadap subgrade karena air permukaan. Daerah-daerah subgrade yang tidak tepat/sesuai dengan elevasi yang ditentukan, karena penurunan atau sebab-sebab lain, atau sudah rusak sejak selesainya

 pekerjaan tanah, harus dibongkar, materialnya diganti atau ditambah, dipadatkan dan diselesaikan sampai kegaris, ketinggian dan penampang melintang

sebagaimana petunjuk Konsultan Pengawas. c. Derajat Kepadatan

Seluruh material sampai kedalaman 30 cm di bawah elevasi t anah dasar harus dipadatkan sekurang-kurangnya 100 % dari kepadatan kering maksimum

sebagaimana ditentukan sesuai dengan AASHTO T 99 pada rentang kadar air -3% sampai dengan +1% dari kadar air optimum di laboratorium. Apabila tidak

(14)

ditentukan lain dalam Gambar, nilai CBR minimum yang diharuskan untuk subgrade pada pekerjaan perkerasan jalan dalam kontrak ini adalah sebesar 6 %. d. Tanah Dasar di Daerah Galian

Bila tanah dasar berada pada daerah galian, maka subgrade ini harus dibentuk sesuai penampang melintang dan memanjang jalan, tetapi dengan ketinggian yang lebih tinggi dari pada elevasi akhir, setelah memperhitungkan adanya penurunan elevasi akibat pemadatan. Tanah harus dipadatkan dengan alat pemadat

(compactor) yang telah disetujui, dan sebelum pemadatan kadar airnya harus disesuaikan dengan cara disiram air melalui truk sprinkler yang telah disetujui. Sebelum suatu sumber tanah akan digunakan sebagai material subgrade, harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Untuk penambahan kadar air atau pengeringan tanah subgrade harus digaru beberapa kali untuk menghasilkan kadar air yang seragam (homogen).

Bila karakteristik alamiah tanah sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan tercapainya CBR minimum sebesar 6 % dengan dipadatkan sesuai ketentuan dalam Spesifikasi.

Tanah bongkaran yang memenuhi syarat sebagai tanah timbunan dapat digunakan sebagai tanah timbunan, sedangkan tanah bongkaran yang tidak memenuhi syarat sebagai tanah galian biasa maka tanah tersebut harus dibuang.

e. Tanah Dasar pada Timbunan

Bila tanah dasar akan dibuat pada timbunan, material yang diletakkan lebih dari satu lapis pada bagian atas timbunan sampai kedalaman 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus memenuhi ketentuan pemadatan. Ukuran dan jenis alat pemadat yang diterima oleh Konsultan Pengawas harus digunakan untuk pemadatan dan kadar air harus disesuaikan sebagaimana mestinya agar diperoleh kepadatan kering maksimum.

f. Perlindungan untuk Pekerjaan yang Telah Diselesaikan Setiap bagian tanah dasar yang telah diselesaikan harus terlindung dari kemungkinan mongering dan retak, harus diperbaiki tanpa ada pembayaran tambahan.

g. Lalu Lintas dan Perbaikan Kontraktor harus bertanggung jawab atas segala akibat dari lalu lintas yang memasuki lapisan tanah dasar, dan Kontraktor dapat

melarang/menutup jalan bila sudah membuat jalan sementara (detour) atau tengah mengerjakan setengah lebar jalan. Kontraktor harus memperbaiki bekas roda kendaraannya sendiri atau orang lain dengan membentuk dan memadatkan lagi

(15)

dengan memakai alat pemadat dengan ukuran dan tipe yang diperlukan untuk  perbaikan itu. Kontraktor harus menyusun penyiapan tanah dasar dan

 penghamparan lapis pondasi agregat (sub-base) secara berurutan.

2. PEKERJAAN LAPIS PONDASI BAWAH (LPB)

Lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar dinamakan lapis pondasi bawah ( sub-base course) yang berfungsi sebagai :

1. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai CBR < 20% dan Plastisitas Indeks (PI) > 10%.

2. Efisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatif murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan di atasnya.

3. Mengurangi tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal.

4. Lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.

5. Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancer. Hal ini sehubungan dengan kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca, atau lemahnya daya dukung tanah dasar menahan roda-roda alat berat.

6. Lapisan untuk mencegah partikel-parikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas. Untuk itu lapisan pondasi bawah haruslah memenuhi syarat filter yaitu :

Jenis lapisan pondasi bawah yang umum digunakan di Indonesia adalah :

a) Agregat bergradasi baik, dibedakan atas sirtu/pitrun yang terbagi dalam kelas A, kelas B dan kelas C. sirtu kelas A bergradasi lebih kasar dari sirtukelas B, yang masing-masing dapat dilihat pada spesifikasi yang diberikan.

 b) Stabilisasi, yang terdiri dari :

 Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Trreated Subbase)

(16)

 Stabilitas tanah dengan semen (Soil Cement Stabilization)  Stabilisasi tanah dengan kapur (Soil Lime Stabilization)

A. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN

Contoh bahan yang akan digunakan harus disertakan kepada direksi untuk

mendapatkan persetujuan paling sedikit 14 hari sebelum pekerjaan dimulai beserta hasil test laboratorium.

Bahan yang dipilih dan digunakan untuk pembangunan lapis pondasi bawah terdiri dari bahan-bahan berbutir dan memenuhi persyaratan.

a. Untuk Klas B Syarat Gradasi :

- Ukuran Saringan 52.5 mm lolos atas berat : 100 % - Ukuran Saringan 37.5 mm lolos atas berat : 57 - 100 % - Ukuran Saringan 25 mm lolos atas berat :

-- Ukuran Saringan 19 mm lolos atas berat : 40 - 100 % - Ukuran Saringan 9.5 mm lolos atas berat : 25 - 80 % - Ukuran Saringan 4.75 mm lolos atas berat : 16 - 66 % - Ukuran Saringan 2.36 mm lolos atas berat : 10 - 55 % - Ukuran Saringan 1.18 mm lolos atas berat : 6 - 45 % - Ukuran Saringan 0.6 mm lolos atas berat :

-- Ukuran Saringan 0.425 mm lolos atas berat : 3 - 33 % - Ukuran Saringan 0.075 mm lolos atas berat : 0 - 20 %

 b. Untuk Klas C Syarat Gradasi :

- Ukuran Saringan 37.5 mm lolos atas berat : 100 % - Ukuran Saringan 2.36 mm lolos atas berat : 80 % - Ukuran Saringan 0.075 mm lolos atas berat : 15 %

Syarat Kualitas :

-  batas cair --- maksimum 35 % - indeks plastisitas--- maksimum 4 - 12 % -  bahan halus plastisitas--- maksimum 25 % - CBR (direndam) --- maksimum 35 %

(17)

- kekurangan berat karena abrasi--- maksimum 40 %

B. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PEKERJAAN LAPIS PONDASI BAWAH (SUB BASE COURSE) :

Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Alat-alat yang digunakan dalam proses  pekerjaannya yaitu:

1. Dump Truk 2. Motor Grader

Beberapa pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh Grader antara lain adalah: · Perataan tanah (Spreading ).

· Pekerjaan tahap akhir ( finishing ) pada “pekerjaan tanah”.

· Pencampuran tanah maupun pencampuran material (Side cast/mixing ). · Pembuatan parit (Crowning Ditching )

· Pemberaian butiran tanah ( scarifying )

Pada umumnya Grader digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan  pembangunan dan pemeliharaan jalan, diantaranya :

• Grading, Spreading, Ditching  • Scarifying  • Side Sloping  • Dozing  • Ripping  3. Vibratory roller C. METODE PELAKSANAAN

Lapis Pondasi Bawah adalah lapisan konstruksi pembagi beban kedua yang  berupa bahan berbutir diletakkan di atas lapisan tanah dasar yang dibentuk dan

dipadatkan, serta langsung di bawah Lapis Pondasi Atas perkerasan.Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah terdiri dari menempatkan, memproses, mengangkut, menebarkan, mengairi dan memadatkan bahan Lapis Pondasi Bawah berbutir yang disetujui sesuai dengan gambar-gambar.

(18)

 Bahan Lapis Pondasi Bawah harus ditempatkan dan ditimbun di tempat yang

 bebas dari lalu-lintas serta saluran -saluran dan lintasan air di sekitarnya.

 Lapis Pondasi Bawah tersebut dicampur dilapangan ruas jalan yang ber – 

sangkutan dengan menggunakan tenaga kerja atau motor grader. Pengadukan yang merata diperlukan dan bahan tersebut harus dipasang dalam lapisan-lapisan melebihi 20 cm tebalnya atau ketebalan lain seperti diperintahkan oleh Direksi Teknik agar dapat mencapai tingkat pemadatan yang ditetapkan.

 ketebalan Lapis Pondasi Bawah terpasang harus sesuai dengan Gambar Rencana

dan seperti dinyatakan dalam Daftar Penawaran, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik di lapangan untuk memenuhi kondisi lapis bawah dasar yang sebenarnya.

b. Penghamparan Material Agregat Lapis Pondasi

Penghamparan material adalah suatu proses meratakan agregat lapis  pondasi setelah proses angkut menggunakan dump truk  dari base camp.

Penghamparan material agregat tidak boleh di lakukan apabila cuaca tidak mendukung seperti pada waktu hujan karena kadar air terlalu tinggi. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3 % di  bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar

air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum (modified) yang ditentukan olehspesifikasi SNI. Alat untuk menghamparkan material agregat lapis pondasi menggunakan Motor Grader. Setelah material sudah rata sesuai elevasi dan ketebalan yang di tentukan proses selanjutnya yaitu di padatkan menggunakan alat pemadat vibratory roller .

c. Proses Pelaksanaan Pemadatan Material Agregat Lapis Pondasi

Pemadatan adalah suatu peristiwa bertambahnya berat volume kering oleh beban dinamis, akibat beban dinamis butir-butir agregat seperti krikil dan  pasir merapat satu sama lain yang saling mengunci sebagai akibat berkurangnya

rongga udara. Tujuan pemadatan dapat tercapai dengan pemilihan  bahan agregat, cara pemadatan, pemilihan mesin pemadat, dan jumlah

lintasan atau passing yang sesuai. Pada pekerjaan pemadatan la pis pondasi agregat di pakai alat pemadat vibratory roller  merk Hamm dengan berat 20 ton. Yang perlu di perhatikan dalam pekerjaan pemadatan yaitu penghamparan yang

(19)

agak berlubang atau kurang rata perlu di tambahkan agregat material secara manual agar mendapat hasil yang padat dan merata.

Proses pekerjaan pemadatan di lapangan yang pertama kali sete lah material di hamparkan secara merata yaitu di padatkan dengan compactor setelah agak merata kemudian di siram air secara merata dengan menggunakan water tank dengan kapasitas 5000 liter. Setelah air merata di permukaan agregat yang sudah di padatkan kemudian agregat lapis pondasi di padatkan lagi

dengan vibratory roller sampi merata dan padat. Fungsi penyiraman ini untuk  pemadatan, karena dengan adanya penyiraman air ini rongga-rongga antara

agregat akan terpadatkan dengan sendirinya dan saling mengunci sehingga tidak ada rongga udara di dalamnya.

Untuk Bagian-bagian yang sempit di sekitar Kerb atau dinding yang tidak dipadatkan dengan mesin gilas, harus dipadatkan dengan pemadat atau mesin tumbuk yang disetujui.Kandungan kelembaban untuk pemasangan harus dijaga dalam batas-batas 3% kurang dari kadar air optimum sampai 1% le bih dari kadar air o ptimum dengan penyemprotan air atau pengeringan seperlunya, dan  bahan Lapis Pondasi Bawah dipadatkan untuk menghasilkan kepadatan yang

ditetapkan, ke seluruh ketebalan penuh masing-masing lapisan, mencapai 100% kepadatan kering maksimum yang ditetapkan yang sesuai dengan AASHTO T99 (PB –  0111).

D. PENGUJIAN a. Uji CBR

CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan standard dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama cara umum.

Perkerasan jalan harus memenuhi 2 syarat, yaitu :

1) Secara keseluruhan perkerasan jalan harus cukup kuat untuk Memikul berat kendaraan yang akan memakainya.

2)  permukaan jalan harus dapat menahan gaya gesekan dan keausan dari roda-roda kendaraan, juga terhadap air dan hujan.

Bila perkerasan jalan tidak mempunyai kekuatan secukupnya secara

keseluruhan, maka jalan tersebut akan mengalami penurunan dan pergeseran, baik  pada perkerasan jalan maupun pada tanah dasar. Akibatnya jalan tersebut akan

(20)

Sedangkan kalau perkerasan jalan tidak mempunyai lapisan yang kuat, maka

 permukaan jalan mengalami kerusakan yaitu berupa lobang-lobang kecil dan pada akhirnya akan bertambah banyak dan bertambah besar sampai perkerasan jalan menjadi rusak secara keseluruhan. Jadi untuk menilai kekuatan dasar atau bahan lain yang hendak dipakai untuk menentukan tebal lapisan perkerasan

dipergunakan percobaan CBR. Nilai CBR ini digunakan untuk menilai kekuatan yang  juga dipakai sebagai dasar untuk penentuan tebal lapisan dari suatu perkerasan.

Kekuatan tanah dasar tentu banyak tergantung pada kadar airnya. Makin tinggi kadar airnya, makin kecil kekuatan CBR dari tanah tersebut. Walaupun demikian, hal itu tidak berarti bahwa sebaiknya tanah dasar di padatkan dengan kadar air rendah untuk mendapatkan nilai CBR yang tinggi, karena kadar air tidak konstan pada nilai rendah itu. Setelah pembuatan jalan, maka air akan dapat meres ap kedalam tanah dasar sehingga kekuatan CBR turun sampai kadar air mencapai nilai yang constant. Kadar air yang constant inilah yang disebut kadar air keseimbangan. Batas- batas

kadar air dan berat isi kering dapat ditentukan dari hasil percobaan laboratorium, yaitu  percobaan pemadatan dan CBR.Gambar 6.6 alat uji CBR menggunakan Field cbr test  set  (cbr lapangan).

b. Uji Sand Cone

Sand cone test adalah pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan yang mempunyai sifat kering,bersih,keras,tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir  bebas. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dari suatu tanah di

lapangan dengan berat isi kering laboratorium. Gambar proses tes kepadatan lapangan menggunakan alat sand sone. Dari proses uji CBR dan Sand Cone apabila di dapat data tidak sesuai spesifikasi maka akan di lakukan perbaikan lapis agregat pondasi atau pemadatan ulang.

Dibawah ini urutan gambar proses pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A dan agregat kelas B sampai terakhir pengujian CBR dan sand cone.

(21)

Gambar Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Gambar Proses penghamparan material pondasi

(22)

Gambar Pekerjaan Penyiraman Air dan Pemadatan.

Gambar Hasil Akhir setelah selesai proses pemadatan

(23)

Gambar Uji Sand Cone

3. PEKERJAAN LAPIS PONDASI ATAS (LPA)

Lapis perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dan lapis pondasi dinamakan lapis pondasi atas (base course) yang berfungsi sebagai :

1. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan kelapisan kebawahnya. Lapisan ini harus kuat dan awet, mempunyai CBR >50% dan Plastisitas Indeks (PI) 4%.

2. Lapisan peresapan untuk apisan pondasi. 3. Bantalan untuk lapisan permukaan.

Jenis lapisan pondasi bawah yang umum digunakan di Indonesia adalah :

a) Agregat bergradasi baik, dibedakan atas sirtu/pitrun yang terbagi dalam kelas A, kelas B dan kelas C. sirtu kelas A bergradasi lebih kasar dari sirtukelas B, yang masing-masing dapat dilihat pada spesifikasi yang diberikan.

 b) Stabilisasi, yang terdiri dari :

 Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Trreated Subbase)  Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Subbase)  Stabilitas tanah dengan semen (Soil Cement Stabilization)  Stabilisasi tanah dengan kapur (Soil Lime Stabilization)

A. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN 1. Sumber bahan

(24)

Bahan lapis pondasi agregat harus dipilih dari sumber yang telah disetujui. 2. Fraksi agregat kasar

 Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel

atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet .

o Bilamana digunakan untuk lapis pondasi agregat kelas A maka untuk

agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 100 % berat agregat kasar ini harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.

3. Fraksi agregat halus

 Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami

atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya.

o Fraksi agregat yang lolos ayakan No.200 tidak boleh lebih besar 2/3 dari

fraksi agregat lolos ayakan No.40. Sifat-sifat bahan yang disyaratkan

 Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan

lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki.

 Gradasi harus memenuhi ketentuan (menggunakan pengayakan secara basah)

yang diberikan dalam Tabel 2.5.4.(1). Tabel d(1). : Gradasi lapis pondasi agregat

Ukuran saringan Persen berat yang lolos, % lolos ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas C

3" 75 100

2" 50 100 75-100

1½" 37,5 100 88 – 100 60-90 1" 25,0 77 – 100 70 – 85 45-78

(25)

3/8" 9,50 44 – 60 40 – 65 25-55  No.4 4,75 27 – 44 25 – 52 13-45  No.10 2,0 17 – 30 15 – 40 8-36  No.40 0,425 7 – 17 8 – 20 7-23  No.200 0,075 2 – 8 2 - 8 5-15

Sifat-sifat agregat harus memenuhi persyaratan seperti dalam Tabel 2.5.4.(2).

Tabel d(2). : Sifat-sifat lapis pondasi agregat

Sifat

 – 

 sifat Kelas A Kelas B Kelas C

Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 03-2417-1990) mak. 40% mak.

40% mak. 40% Indek Plastis (SNI-03-1966-1990 dan

SNI-03-1967-1990).

mak. 6 mak. 6 4 –  9

Hasil kali Indek Plastisitas dengan % Lolos Saringan

 No.200 mak. 25 --

--Batas Cair (SNI 03-1967-1990) mak. 25 mak. 25 mak. 35 Gumpalan Lempung dan Butir-Butir Mudah Pecah dalam

Agregat (SNI- 03-4141-1996) 0%

mak.

1% mak. 1%

CBR (SNI 03-1744-1989) min. 90% min. 65

% min. 35%

Perbandingan persen lolos #200 dan #40 mak. 2/3 mak.

2/3 mak. 2/3

B. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PEKERJAAN LAPIS PONDASI ATAS:

(26)

Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai harus layak pakai dan selama pelaksanaan harus dirawat agar supaya selalu dalam keadaan yang memuaskan. Peralatan processing harus direncanakan,dipasang,dioperasikan dan dengan kapasitas sedemikian sehingga dapat mencampur agregat air secara merata sehingga menghasilkan campuran yang homogen seragam yang diperlukan untuk pemadatan. Bilamana instalasi pencampur digunakan maka instalasi pencampur tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan  proporsi yang benar.

1. Alat Penghampar

Alat penghampar agregat harus menggunakan peralatan mekanis yang mampu menyebarkan bahan lapis pondasi agregat dengan lebar dan toleransi  permukaan yang diinginkan serta tidak menimbulkan gregasi.

2. Alat Pemadat

Alat pemadat roda besi dengan penggetar, pemadat roda besi tanpa  penggetar atau pemadat roda karet, harus digunakan untuk pemadatan pondasi

agregat yang sudah dalam keadaan kadar air optimum untuk pemadatan Alat  pemadat roda besi dengan penggetar hanya boleh digunakan pada awal  pemadatan.

3. Alat Pengangkut

Dump truk dengan penutup terpal harus pekerjaan Bahan harus digelar dalam penggilas. Digunakan untuk pengangkutan bahan ke lokasi keadaan air optimum

4. Perkakas-perkakas lain

Perkakas-perkakasn lain yang termasuk dalam daftar berikut ini harus disediakand alam jumlah yang cukup dan ditambah dengan perkakaslainnya yang diperlukan.

. Mistar pengecek kerataan permukaan. . Alat perata dengan manual.

C. METODE PELAKSANAAN 1. Persiapan Pelaksanaan

(27)

a) Memobilisasi dan setting peralatan dilapangan yang diperlukan untuk  penghamparan dan pemadatan lapis pondasi aggregate sub base.

b) Pembersihan lokasi permukaan yang akan dihampar aggregate sub base. Lokasi tersebut harus sudah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

c) Lokasi pekerjaan merupakan daerah pelebaran yang sebelumnya telah digali dan dihampari bunan pilihan dan sudah berada pada elevasi sesuai gambar kerja serta telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

d) Pencampuran untuk aggregat Klas A, dilakukan di base camp dan setelah disetujui direksi, lalu material tersebut di angkut kelokasi pekerjaan

dengan menggunakan dump truck.

e) Melakukan trial compaction untuk mengetahui jumlah lintasan alat  pemadat yang digunakan dandisetujui oleh Direksi Pekerjaan.

2. Proses Pelaksanaan

a) Pemasangan rambu-rambu pengaman lalu lintas

b) Material pondasi agregat diproduksi di base camp sesuai JMF yang disetujui diangkut ke lokasi penghamparan dengan menggunakan Dump Truck.

c) Material dihampar sesuai tebal dan elevasi rencana yang terlihat didalam shop drawing.

d) Material dihampar dengan menggunakan Motor grader kemudian dipadatkan dengan menggunakan vibro roller dengan berat alat dan  jumlah lintasan sesuai dengan trial compaction yang telah disetujuioleh  pihak Direksi pekerjaan.

e) Water tanker disediakan untuk menjaga kadar air agar pemadatan dilakukan pada kadar air optimum.

3. Pengendalian Kualitas

a) Pengujian kepadatan lapisan dengan metode sand cone dilakukan untuk mengetahui nilaikepadatanlapangan, dimana nilai kepadatan l apangan harus >100% dari nilai kepadatan hasil pengujiandi lab.

 b) Proof rolling test akan dilakukan terlebih dahulu terhadap lapisan agregat B sebelum pengujian densitytest.

(28)

E. PENGUJIAN c. Uji CBR

CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan standard dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama cara umum.

Perkerasan jalan harus memenuhi 2 syarat, yaitu :

3) Secara keseluruhan perkerasan jalan harus cukup kuat untuk Memikul berat kendaraan yang akan memakainya.

4)  permukaan jalan harus dapat menahan gaya gesekan dan keausan dari roda-roda kendaraan, juga terhadap air dan hujan.

Bila perkerasan jalan tidak mempunyai kekuatan secukupnya secara

keseluruhan, maka jalan tersebut akan mengalami penurunan dan pergeseran, baik  pada perkerasan jalan maupun pada tanah dasar. Akibatnya jalan tersebut akan

 bergelombang besar dan berlobang-lobang, sampai pada akhirnya rusak sama sekali. Sedangkan kalau perkerasan jalan tidak mempunyai lapisan yang kuat, maka

 permukaan jalan mengalami kerusakan yaitu berupa lobang-lobang kecil dan pada akhirnya akan bertambah banyak dan bertambah besar sampai perkerasan jalan menjadi rusak secara keseluruhan. Jadi untuk menilai kekuatan dasar atau bahan lain yang hendak dipakai untuk menentukan tebal lapisan perkerasan

dipergunakan percobaan CBR. Nilai CBR ini digunakan untuk menilai kekuatan yang  juga dipakai sebagai dasar untuk penentuan tebal lapisan dari suatu perkerasan.

Kekuatan tanah dasar tentu banyak tergantung pada kadar airnya. Makin tinggi kadar airnya, makin kecil kekuatan CBR dari tanah tersebut. Walaupun demikian, hal itu tidak berarti bahwa sebaiknya tanah dasar di padatkan dengan kadar air rendah untuk mendapatkan nilai CBR yang tinggi, karena kadar air tidak konstan pada nilai rendah itu. Setelah pembuatan jalan, maka air akan dapat meres ap kedalam tanah dasar sehingga kekuatan CBR turun sampai kadar air mencapai nilai yang constant. Kadar air yang constant inilah yang disebut kadar air keseimbangan. Batas- batas

kadar air dan berat isi kering dapat ditentukan dari hasil percobaan laboratorium, yaitu  percobaan pemadatan dan CBR.Gambar 6.6 alat uji CBR menggunakan Field cbr test  set  (cbr lapangan).

d. Uji Sand Cone

Sand cone test adalah pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan yang mempunyai sifat

(29)

kering,bersih,keras,tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir  bebas. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dari suatu tanah di

lapangan dengan berat isi kering laboratorium. Gambar proses tes kepadatan lapangan menggunakan alat sand sone. Dari proses uji CBR dan Sand Cone apabila di dapat data tidak sesuai spesifikasi maka akan di lakukan perbaikan lapis agregat pondasi atau pemadatan ulang.

Dibawah ini urutan gambar proses pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A dan agregat kelas B sampai terakhir pengujian CBR dan sand cone.

4. PEKERJAAN PERKERASAN (LAPIS PERMUKAAN)

Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis permukaan aspal beton yang tersusun dari agregat dan material aspal yang dicampur di pusat pencampuran serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas suatu dasar (pondasi) yang telah disiapkan dan sesuai dengan persyaratan ini yang memenuhi bentuk sesuai dalam Gambar dalam hal elevasi (ketinggian), penampang memanjang dan melintangnya atau sesuai dengan yang

(30)

diperintahkan Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini juga akan mencakup peningkatan dan  perbaikan perkerasan aspal jalan lama, beserta penyediaan dan penghamparan konstruksi  perkerasan baru untuk membuat perkerasan yang sempurna, sesuai dengan Gambar dan

instruksi Konsultan Pengawas.

A. BAHAN BAHAN YANG DIGUNAKAN 1. Agregat

 Agregat terdiri dari batu pecah berupa agregat kunci dan agre gat penutup yang

 bersih, keras dengan kualitas seragam dan bebas dari kotoran lempung, bahan- bahan tumbuh-tumbuhan atau bahan lainnya yang harus dibuang.

 Batas perbedaan agregat

 Agregat kasar berupa lapisan utama yang berada dalam batas-batas agregat

ukuran nominal 2,5 cm –  6,25 cm yang tergantung kepada ketebalan lapisan dengan ukuran lebih /3 cm tebal rencana.

 Agregat kunci untuk lapisan utama harus lolos saringan 25 mm tetap tidak boleh

lebih dari 5% akan lolos dari saringan 9,5 mm.

2. Gradasi agregat

Ukuran Ayakan % Berat Yang Lolos Tebal Lapisan (cm) ASTM (mm) 7-10 5-8 4-5 Agegat Pokok : 3” 2½” 2” 1½” 1” ¾” 75 63 50 38 25 19 100 90 –  100 35 –  70 0 –  15 0 –  5 -100 95 –  100 35 –  70 0 –  15 0 –  5 100 95 –  100 -0 –  5 Agregat Pengunci : 1” ¾” 3/8” 25 19 9,5 100 95 –  100 0 –  5 100 95 –  100 0 –  5 0 –  5 95 –  100 100

(31)

3. Bahan Pengikat (Aspal)

 Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70 yang memenuhi AASHTO M20.

 Aspal emulsi CRS1 atau CRS2 yang memenuhi ketentuan Pd S-01-1995-03

(AASHTO M208) atau RS1 atau RS2 yang memenuhi ketentuan AASHTO M140.

 Aspal cair penguapan cepat (rapid curing) jenis RC250 atau RC800 yang memenuhi

ketentuan Pd S-03-1995-03, atau aspal cair penguapan sedang (medium curing) jenis MC250 atau MC800 yang memenuhi ketentuan Pd S-02-1995-03.

4. Syarat-Syarat Kualitas Agregat

Agregat yang digunakan untuk lapis permukaan penetrasi macadam adalah sebagai  berikut.

URAIAN BATANG BESI

1. Kehilangan berat karena abrasi 500 2. Indeks serpihan (brithish standart) 3. Penahanan aspal setelah pelapisan dan Pengelupasan

Maksimum 40% Maksimum 25% Minimum 95%

B. PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PEKERJAAN LAPIS PERKERASAN

Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Distributor Aspal

Distributor Aspal ini harus mempunyai tenaga penggerak sendiri; memakai  ban angin yang lebar dan jumlahnya memungkinkan beban pada permukaan jalan

tidak melebihi 100 kg per sentimeter lebar ban.Alat ini harus mampu menghamparkan material bitumen secara merata, bahkan dalam keadaan panas pada berbagai lebar  jalan sampai 5 meter; dapat mengontrol kecepatan sehingga hamparan yang terjadi

(32)

terkendali antara 0,2 sampai dengan 9,0 liter per meter persegi dengan tekanan merata, dan toleransi tidak lebih dari 0,1 liter per meter persegi.

Distributor Aspal harus mempunyai peralatan untuk mengukur kecepatan secara tepat pada kecepatan rendah, kecepatan aliran aspal melalui pipa penyemprot, suhu dalam tank dan tekanannya.Alat-alat ini harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga operator dapatdengan mudah membacanya ketika distributor dioperasikan.

Distributor Aspal harus dilengkapi dengan Generator tersendiri untuk pompa,  batang penyemprot yang bisa diatur posisi vertikal dan mendatar.Batang penyemprot

harus dikontrol oleh pekerja yang duduk di bagian belakang distributor, sehingga operasi penyemprotan sepenuhnya berada dalam pengawasannya.Distributor ini harus dilengkapi penyemprot tangan, yang hanya digunakan pada daerah yang tak

terjangkau batang penyemprot.

 b) Pemanas Aspal

Jenis alat ini harus tipe oil jacket atau tipe lain yang memakai pengaduk otomatis untuk mencegah overheating lokal pada material. Alat ini juga harus dilengkapi dengan termometer.

c) Instalasi Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant) Instalasi Pencampur Aspal harus :

Mempunyai sertifikat “laik operasi” dari Kementerian Pekerjaan Umum dan sertifikat kalibrasi dari Direktorat Metrologi Kementerian Perdagangan untuk

timbangan aspal, agregat dan bahan pengisi (filler) tambahan, yang masih berlaku. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas, Instalasi Pencampur Aspal atau

timbangannya dalam kondisi tidak baik maka Instalasi Pencampur Aspal atau timbangan tersebut harus dikalibrasi ulang meskipun sertifikatnya masih berlaku.

Pusat pencampuran dengan sistem penakaran (batching) dan mampu memasok mesin penghampar secara terus menerus bilamana menghampar campuran pada

kecepatan normal dan ketebalan yang dikehendaki;

Dirancang dan dioperasikan sedemikian hingga dapat menghasilkan c ampuran dalam rentang toleransi dari JMF (Job Mix Formula);

(33)

Untuk instalasi baru harus dipasang di lokasi yang jauh dari pemukiman dan disetujui oleh Konsultan Pengawas sehingga tidak mengganggu ataupun mengundang  protes dari penduduk di sekitarnya;

Dilengkapi dengan alat pengumpul debu (dust collector) yang lengkap yaitu sistem pusaran kering (dry cyclone) dan pusaran basah (wet cyclone) atau kantung  penampungan (bag house) sehingga tidak menimbulkan pencemaran debu. Bilamana

salah satu sistem di atas rusak atau tidak berfungsi maka AMP tersebut tidak boleh dioperasikan;

Mempunyai pengaduk (pug mill) dengan kapasitas minimum 800 kg (sebagaimana asli dari pabrik) dan dilengkapi dengan sistem penimbangan secara komputerisasi.

Jika digunakan untuk pembuatan campuran aspal yang dimodifikasi ha rus dilengkapi dengan pengendali temperatur termostatik otomatis yang mampu

mempertahankan temperatur campuran sebesar 175oC.Jika digunakan bahan bakar gas maka pemanas (dryer) harus dilengkapi dengan alat pengendali temperatur (regulator) untuk mempertahankan panas dengan konstan.

Jika digunakan untuk pembuatan AC-Base, mempunyai pemasok dingin (cold  bin) yang jumlahnya tidak kurang dari lima buah dan untuk jenis campuran beraspal

lainnya minimal tersedia 4 pemasok dingin..

Bahan bakar yang digunakan untuk memanaskan agregat dan aspalharuslah minyak atau gas. Agregat yang diambil dari pemasok panas (hot bin) atau pengering (dryer) tidak boleh mengandung jelaga dan atau sisa minyak yang tidak habis

terbakar.

d) Tangki Penyimpan Bitumen

Tangki penyimpan bahan aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang dapat dikendalikan dengan efektif dan handal sampai suatu temperature dalam rentang yang disyaratkan. Pemanasan harus dilakukan melalui kumparan uap (steam coils), lis trik, atau cara lainnya sehingga api tidak langsung memanasi t angki pemanas. Setiap tangki harus dilengkapi dengan sebuah termometer yang terletak sedemikian hingga temperatur tangki dapat dengan mudah dilihat.Sebuah keran harus dipasang pada pipa keluar dari setiap tangki untuk pengambilan benda uji.

Sistem sirkulasi untuk bahan aspal harus mempunyai ukuran yang sesuai agar dapat memastikan sirkulasi yang lancar dan terus menerus s elama periode

(34)

 pengoperasian.Perlengkapan yang sesuai harus disediakan, baik dengan selimut uap (steam jacket) atau perlengkapan isolasi lainnya, untuk mempertahankan temperatur yang disyaratkan dari seluruh bahan pengikat aspal dalam sistem sirkulasi.

Daya tampung tangki paling sedikit untuk memenuhi kuantitas dua hari  produksi. Jumlah tangki yang disediakan paling sedikit dua buah tangki dengan

kapasitas yang sama.

Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke alat pencampur.

e) Ayakan Penampung Panas (Hot Bin Screen)

Ukuran ayakan hot bin harus disediakan sesuai dengan yang cocok untuk jenis campuran aspal yang diperlukan untuk pekerjaan.

f) Pengendali Waktu Pencampuran

Instalasi harus dilengkapi dengan perlengkapan yang handal untuk

mengendalikan waktu pencampuran dan menjaga waktu pencampuran teta p konstan kecuali kalau diubah atas perintah Konsultan Pengawas.

g) Jembatan Timbang dan Rumah Timbang

Jembatan Timbang harus disediakan untuk menimbang agregat, aspal dan  bahan pengisi yang ditambahkan.Rumah timbang harus disediakan untuk menimbang

truk bermuatan yang siap dikirim ke tempat penghamparan. Timbangan tersebut harus memenuhi ketentuan seperti yang dijelaskan diatas.

h) Penyimpanan dan Pemasukan Bahan Pengisi

Silo atau tempat penyimpanan harus disediakan yang tahan cuaca untuk menyimpan dan memasok bahan pengisi dengan sistem penakaran berat.

C. METODE PELAKSANAAN 1. Persiapan Lapangan

Penetrasi macadam akan dipasang diatas pondasi yang telah dibangun diatas  permukaan dengan lapis penutup yang akan meliputi:

(35)

 Diletakkan diatas permukaan lapis penutup yang ada permukaan tersebut harus

dilapisi aspal pelekat pada suatu tingkat pemakaian tidak melebihi 0,51/m2.

 Permukaan perkerasan harus kering dan bebas dari batu-batu lepas atau suatu

 bahan lain yang harus dibuang.

 Sebelum pemasangan agregat kasar dan agregat kunci harus ditumpuk secara

terpisah dilapangan untuk mencegah pencampuran dan harus selalu bersih.

 Penghamparan dan Pemadatan

2. Metode mekanis

 Penghamparan dan pemadatan agregat pokok

 Truk penebar agregat harus dijalankan dengan kecepatan sedemikiansehingga

kuantitas agregatadalah seperti yang disyaratkan dan diperoleh permukaan yang rata.

 Pemadatan awal harus menggunakan alat pemadat6-8 ton yang bergerak

dengan kecepatan kurang dari 3 km/jam. Pemadatan dilakukan dalam arah memanjang, dimulai dari tepi luar hamparan dan dijalankan menuju ke sumbu  jalan. Lintasan penggilasan harus tumpang tindih(overlap) paling sedikit

setengah lebar alat pemadat. Pemadatan harus dilakukan sampai memperoleh  permukaan yang rata dan stabil (minimum 6 lintasan).

 Penyemprotan Aspal

Temperatur aspal dalam distributor harus dijaga pada te mperature yang disyaratkan untuk jenis aspal yang disyaratkan.

Temperatur Penyemprotan Aspal

Jenis Aspal Temperatur Penyemprotan (oC)

60/70 Pen 165-175

80/100 Pen 155-165

Emulsi Kamar, atau sebagaimana petunjuk  pabrik

Aspal cair

RC/MC 250 80-90

Aspal cair

(36)

 Penebaran dan pemadatan agregat pengunci

Segera setelah penyemprotan aspal, agregat pengunci harus ditebarkan pada takaran yang disyaratkan dan dengan cara yang sedemikian hingga tidak ada roda yang melintasi lokasi yang belum tertutup bahan aspal. Takaran

 penebaran harus sedemikian hingga, setelah pemadatan, rongga-rongga  permukaan dalam agregat pokok terisi dan agregatpokok masih nampak.

Pemadatan agregat pengunci harus dimulai segera setelah penebaran agregat  pengunci. Dengan cara yang sama seperti yang telah diuraikan diatas. Jika

diperlukan, tambahan agregat pengunci harus ditambahkan dalam jumlah kecil dan disapu perlahan-lahan diatas permukaan selama pemadatan. Pemadatan harus dilanjutkan sampai agregat pengunci tertanam dan terkunci penuh dalam lapisan dibawahnya.

3. Metode Manual

 Penghamparan dan pemadatan agregat pokok

 Jumlah agregat yang ditebar d atas permukaan yang telah disiapkan harus

sebagaimana yang disyaratkan. Kerataan permukaan dapat diperoleh dengan ketrampilan penebaran dan menggunakan perkakas tanganseperti penggaru.

 Pemadatan dilaksanakan seperti pada metode mekanis.

 Penyemprotan aspal dapat dikerjakan dengan menggunakan penyemprot

tangan (hand sprayer) dengan temperatu aspal seperti yang disebutkan diatas. Takaran penggunaan aspal harus serata mungkin pada takaran yang

direncanakan.

 Penebaran dan pemadatan agregat pengunci dilaksanakan dengan cara yang

sama dengan agregat pokok.

D. Kontrol Kualitas dan Pengujian Di Lapangan

1. Penyimpanan tiap fraksi agregat harus terpisah untuk menghindari

tercampurnya agregat, dan harus dijaga kebersihannya dari benda asing. 2. Penyimpanan aspal dalam drum harus dengan cara tertentu agar tidak terjadi

kebocoran atau kemasukan air.

(37)

Jenis Aspal Temperatur Penyemprotan (oC)

60/70 Pen 165-175

80/100 Pen 155-165

Emulsi Kamar, atau sebagaimana petunjuk  pabrik

Aspal cair

RC/MC 250 80-90

Aspal cair

RC/MC 800 105-115

Dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan aspal akan dilakukan pengujian pada tahap-tahap sebagai berikut :

A. Design Mix Formula

Usulan rancangan campuran rencana (DMF) untuk campuran yang akan digunakan dalam pekerjaan. Untuk mendapatkan rumusan campuran rencana dilakukan pengujian Marshall (Marshall Test).

B. Job Mix Formula

Percobaan campuran di AMP dan penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan akan menjadikan rancangan campuran rencana (DMF) dapat disetujui sebagai rancangan campuran kerja (JMF). Untuk mendapatkan rancangan campuran kerja dilakuka uji coba penghamparan. Contoh campuran dari hasil uji coba

 penghamparan akan dilakukan uji marshall dan pemadataan membal (refusal density).

C. Pengendalian Mutu dan Pemeriksaan di Lapangan a. Pengujian permukaan perkerasan

Dengan mistar  b. Ketentuan kepadatan

(38)

Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti ditentukan pada SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 98% Kepadatan Sta ndar Kerja.

c. Pengujiann pengendalian mutu campuran beraspal - Analisa ayak

- Temperatur campuran di instalasi pencampur (AMP) dan di lokasi penghamparan - Kepadatan Marshall

- Kepadatan hasil lapangan

- Stabilitas kelelehan, Marshall Quetient - Kadar bitumen aspal

- Rongga dalam campuran

- Kadar bahan anti pengelupasan

DAFTAR PUSTAKA

Aulia.R, Arini. 2013. Prosedur PelaksanaanPekerjaan Jalan Baru Lapis Sub Grade, (Online) dalam (https://materialproyeku.blogspot.co.id/2016/06/prosedur-dan-metode- pelaksanaan-subgrade.html diakses tanggal 22 Februari 2017)

Arta, Goen. 2015. Pelaksanaan Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A dan Agregat Kelas  B (Online) dalam (https://sipiluty11.blogspot.co.id/2015/04/pelaksanaan-pekerjaan-lapis- pondasi.html diakses tanggal 22 Februari 2017)

Sarkol, Theresia. 2016. Metode Pelaksanaan Lapis Pondasi Atas (Base Couse), (Online) dalam (https://theresiasarkol.wordpress.com/2016/metode-pelaksanaan-lapis-pondasi-atas.pdf diakses tanggal 22 Februari 2017)

Agusti, Repi. 2009. Panduan Pelaksanaan Pekerjaan untuk Pengawasan Lapangan Proyek (Lapisan Pondasi Bawah), (Online) dalam (https://adenkasev.blogspot.co.id/2009/09/iv.html diakses tanggal 22 Februari 2017)

Agusti, Repi. 2009. Panduan Pelaksanaan Pekerjaan untuk Pengawasan Lapangan Proyek (Lapisan Pondasi Atas), (Online) dalam

Gambar

Gambar Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Gambar Uji CBR menggunakan alat Field CBR Test
Gambar Uji Sand Cone

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian CBR dengan material batu kapur memenuhi syarat SNI yaitu 10%, sehingga material kapur layak untuk digunakan sebagai bahan timbunan pilihan pada

Perkerasan beton semen atau lebih dikenal sebagai perkerasan kaku adalah suatu struktur perkerasan yang umumnya terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi bawah dan

5. Tahap berikutnya adalah menentukan nilai structural seluruh lapis perkerasan di atas tanah dasar. Dengan cara yang sama, selanjutnya menghitung nilai structural

Hasil pengujian CBR dengan material batu kapur memenuhi syarat SNI yaitu 10%, sehingga material kapur layak untuk digunakan sebagai bahan timbunan pilihan pada

 Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Material pondasi bawah relatip lebih murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan di atasnya.

Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah (LASTON BAWAH) adalah pada umumnya merupakan lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar jalan yang terdiri dari

Sehingga, stabilisasi tanah lempung bukit Rawi memenuhi syarat untuk Lapis Pondasi Bawah Jalan Raya karena nilai UCS 9.06 kg/cm 2 &gt; UCS 6 kg/cm 2 Naiknya nilai

Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, fondasi macadam, lapen, laston atas.. Tebal fondasi bawah =