4
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Oil Boom yang terjadi pada kisaran tahun 1970-an menyebabkan berbagai dampak bagi perekonomian negara-negara yang memiliki sumber daya alam, khususnya minyak. Venezuela merupakan salah satu negara yang terkena efek dari fenomena tersebut, dilihat dari perubahan yang terjadi pada struktur masyarakatnya. Pada dasarnya, Venezuela merupakan negara yang memiliki potensi sumber daya minyak dan mineral yang cukup besar di kawasan Amerika Latin, namun potensi pertanian yang dimiliki oleh Venezuela juga sangat besar. Fenomena
internasional Oil Boom tersebut menyebabkan Venezuela terus memfokuskan perekonomiannya
pada sektor industri minyak bumi yang terbukti dapat meningkatkan pendapatan negara, namun disatu sisi arah perekonomian Venezuela ini menimbulkan terjadinya suatu bencana pada sektor lainnya, yaitu sektor pertanian, karena sektor pertanian ini menjadi tidak terurus dan tidak diperhatikan dengan baik seiring dengan konsentrasi perekonomian Venezuela yang lebih mengarah pada sektor industri minyak bumi, hal ini juga diperburuk oleh perubahan struktur masyarakat yang kemudian mengikutinya, yaitu migrasi besar-besaran para penduduk desa ke wilayah perkotaan dan meninggalkan pekerjaan tradisionalnya sebagai petani.
Dampak negatif yang diakibatkan oleh migrasi besar-besaran ini cukup besar, yakni ketidaktersediaan lapangan pekerjaan yang cukup banyak bagi para migran, yang kemudian
mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran di wilayah urban.1 Bersamaan dengan itu,
sektor pertanian yang secara perlahan dan berkelanjutan ditinggalkan oleh masyarakat, semakin mengalami penurunan dalam produktivitasnya. Akibatnya Venezuela menjadi negara dengan jumlah luas wilayah pertanian terkecil di wilayah Amerika Selatan, dengan 80% kepemilikan tanah pribadi yang ada di Venezuela dimiliki oleh hanya 5% penduduknya yang merupakan tuan
tanah, dan sebagian besar dari tanah itu bahkan masih kosong dan tidak produktif.2
1
S. Delong, ‘Venezuela’s Agrarian Land Reform: More like Lincoln than Lenin’, Venezuelanalysis.com (online), 2005, <http://venezuelanalysis.com/analysis/963>, diakses pada 3 January 2014.
2
5 Keadaan di atas berlangsung cukup lama, dan cenderung tidak ada upaya dari pemerintah untuk kembali menyejahterakan industri pertanian Venezuela. Perjuangan yang datang dari rakyat yang menuntut agar pemerintah segera memberlakukan keputusan yang berpihak pada
petani pun sudah muncul sejak jauh sebelum terjadinya peristiwa Oil Boom.3 Tuntutan yang
muncul antara lain lebih banyak mengenai pemerataan distribusi lahan pertanian yang mana sejauh ini selalu menjadi problematika di Venezuela. Kebijakan pertama yang muncul dan
memiliki concern untuk mengembalikan produktivitas pertanian muncul pada pemerintahan
Hugo Chavez Frias, yang merupakan pemimpin Venezuela yang terpilih pada tahun 1998.4
Kebijakan yang dijalankan oleh pemerintahan Hugo Chavez tepatnya dimulai sejak tahun 2003, dan tidak hanya terkonsentrasi pada satu kebijakan saja. Serangkaian kebijakan yang diberlakukan sejak saat itu memiliki tujuan untuk mengembalikan kekuatan industri pertanian di daerah sub-urban Venezuela. Apa yang dilakukan oleh Venezuela tersebut kemudian dikenal
dengan sebutan “Bolivarian Mission”, yang juga merupakan bentuk land reform. Sektor
agrikultur Venezuela mulai berkembang lagi dengan pertumbuhan hingga puluhan persen dari sejak awal Chavez berkuasa. Salah satu kebijakan pemerintahan Chavez yang terkait dengan keberhasilan Venezuela untuk mencapai kondisi ketahanan pangan dan pertanian yang lebih baik
ini adalah Bolivarian Mission yang didalamnya termasuk Hukum Tanah, Mission Zamora,
Vuelta El Campo, Organoponico Bolivar, dan Peasant Militia.
Sebelumnya selain dikenal sebagai figur dengan latar belakang militernya, Chavez juga dikenal sebagai sosok yang berasal dari “rakyat” dan dekat dengan perjuangan kelompok petani, bahkan sejak saat Chavez terpilih menjadi presiden Venezuela. Janji yang juga diutarakan oleh Chavez saat berada pada masa kampanye pemilihan umum presiden pada tahun 1998 adalah
akan dilakukannya perubahan yang mendasar untuk kaum petani di Venezuela.5 Janji tersebut
kemudian mulai menemui realisasi pada perubahan konstitusi 1999, yang terletak pada pasal 307.
Reformasi agrikultur yang dilakukan oleh Hugo Chavez disebut-sebut dilakukan dalam rangka meningkatkan kondisi ekonomi Venezuela. Namun pada kenyataannya pemberlakuan
3
Nancy D. Lapp, Landing Votes: Representation and Land Reform in Latin America, Palgrave Macmillan, New York, 2004, halaman 86.
4
Rickard Lalander, Suicide of the Elephants? Venezuelan Decentralization between Partyarchy and Chavismo,
Renvall Institute of Area and Cultural Studies, University of Helsinki, Helsinki, 2004, halaman 209.
5
6 kebijakan agrikultur yang baru tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Venezuela. Dugaan yang muncul adalah karena banyaknya kekeliruan yang terjadi pada level implementasi kebijakan, salah satunya adalah para pelaku kebijakan yang
memiliki kecederungan tinggi untuk melakukan korupsi dalam implementasinya.6 Revolusi besar
yang dibawa oleh pemerintahan Chavez, yakni “Bolivarian Mission” pun tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi pertanian dengan adanya berbagai hambatan yang memicu tidak maksimalnya pencapaian dari revolusi besar ini. Dengan kata lain, upaya yang diberikan oleh Chavez untuk memberlakukan kebijakan pertanian dalam lingkup Revolusi Bolivarian ini tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan. Namun, upaya yang diperjuangkan oleh Chavez untuk tetap melakukan eksekusi terhadap kebijakan-kebijakan dengan target kelompok petani kecil di Venezuela ini cukup besar meskipun dengan hasil yang tidak sebanding tersebut. Hal ini kemudian memunculkan dugaan adanya agenda politik yang lebih besar yang ingin dicapai oleh seorang Hugo Chavez dengan menggunakan kebijakan-kebijakan reformasi di sektor agrikultur sebagai salah satu instrumen untuk mewujudkan agenda tersebut.
Melalui skripsi ini, penulis akan berusaha memaparkan dan menganalisa strategi apa saja yang telah ditempuh oleh pemerintahan Chavez dan bagaimana kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan kemudian. Terkait dengan usaha Venezuela untuk memperbaiki sektor pertaniannya ini, penulis juga akan menganalisa motif yang mendasari Hugo Chavez untuk menjalankan reformasi yang digadang-gadang cukup memakan biaya yang besar ini, daripada memaksimalkan pembangunan di daerah urban yang memiliki kecenderungan prospektif dengan potensi sumber daya minyaknya.
B. Pertanyaan Penelitian
Skripsi ini akan menjawab dua pertanyaan utama yakni:
a. Mengapa keputusan untuk melakukan reformasi pada sektor agrikultur tetap dilakukan oleh Hugo Chavez, sementara hasil yang didapatkan kurang memuaskan bagi perekonomian Venezuela?
b. Apa strategi Hugo Chavez yang dilakukan melalui kebijakan-kebijakan agrikultur untuk mendukung agenda politiknya yang lebih besar sebagai presiden?
6
7
C. Landasan Konseptual Populisme
Populisme dalam pengertian yang luas pada dasarnya merupakan filosofi politik yang berkaitan dengan idealisme individu maupun kelompok yang mendukung hak dan kekuatan
perjuangan masyarakat.7 Populisme dalam ideologi kemudian diartikan sebagai pemahaman
yang bersifat thin-centered dan memandang adanya diferensiasi dakam struktur masyarakat,
yang kemudian dibedakan menjadi dua kelompok yang bersifat berlawanan. Kelompok pertama disebut ”the pure people” atau rakyat, dan yang kedua disebut dengan kelompok elit. Ideologi tersebut kemudian mengatakan bahwa politik seharusnya berjalan dengan berdasarkan suara dari
kelompok rakyat.8
Namun demikian, Populisme sebagai ideologi memiliki pengertian yang sangat luas, dan memiliki pemahaman yang berbeda-beda, yang dilatarbelakangi oleh peristiwa yang terjadi di masing-masing wilayah. Di Rusia, misalnya, pada abad ke-19, Populisme dipahami sebagai suatu ide yang dipopulerkan oleh kelas menengah yang menghimpun kekuatan dari kubu petani yang bersifat komunal. Kekuatan yang yang kemudian berhasil dihimpun tersebut kemudian dipergunakan sebagai antidot bagi dominasi liberalisme Barat. Di Perancis, Populisme diartikan sebagai perjuangan kelompok petani dan pedagang kecil melawan perusahaan besar dan pengaruh luar negeri. Perkembangan Populisme di Amerika Serikat menguat pada tahun
1890-an, ketika People’s Party yang memiliki basis masyarakat pedesaan Midwest, melakukan
perlawanan terhadap kartel.9
Sedangkan di Amerika Latin, Populisme sebagai Political Style muncul sebagai gerakan
urban yang diimplementasikan oleh tokoh-tokoh dengan jabatan politik yang tinggi. Generalisasi ini dapat diperoleh dengan melihat pola kampanye dan kepemimpinan beberapa kepala negara populis yang ada di Amerika Latin, seperti Lula da Silva di Brazil, Nestor Kirchner dan Andres
Manuel Lopez di Argentina, dan Hugo Chavez di Venezuela.10 Dengan menggunakan Populisme
7
Populism Translation (online) ,< http://www.merriam-webster.com/dictionary/populism>, diakses pada 2 Desember 2014.
8
C. Mudde and Cristobal Rovira Kaltwasser, Voices of the Peoples: Populism in Europe and Latin America Compared, Working Paper #378, 2011, Kellog Institute, The Hellen Kellog Institute for International Studies, Notre Dame, Amerika Serikat, halaman 5.
9
The Return of Populism (daring), The Economist: Latin America, < http://www.economist.com/node/6802448 >, diakses pada 28 Januari 2015.
10
The Return of Populism (daring), The Economist: Latin America, < http://www.economist.com/node/6802448 >, diakses pada 28 Januari 2015.
8 sebagai “cara” untuk berpolitik, motif yang dimiliki figur-figur tersebut dalam memiliki sikap populis menjadi kabur, apakah karena memang mereka benar-benar memiliki idealisme populer, ataukah membawa isu populer digunakan untuk mengelola kekuatannya sebagai pemimpin. Strategi politik ini kemudian dikembangkan oleh pemimpin untuk memperkuat posisinya dengan menggunakan instrumen dukungan yang bersifat langsung, tidak termediasi, tidak terinstitusi
dari masyarakat dengan jumlah yang besar yang tidak terorganisir.11
Beberapa ciri khas yang dapat dilihat dari pemimpin yang menggunakan Populisme sebagai cara berpolitik ini di antaranya adalah, (i). Selalu memanfaatkan semua kesempatan yang
dimiliki untuk mengatakan “apa yang ingin didengar oleh rakyat”12; (ii). Memiliki cara tersendiri
untuk berinteraksi dengan rakyat, sehingga menghasilkan kesan bahwa mereka dekat dengan rakyat, dan juga pemegang kekuasaan di suatu negara.; (iii). Bersikap seakan-akan anti terhadap
adanya kelompok-kelompok elit dan kelas menengah.13 Ketiga ciri-ciri di atas mudah ditemui
pada beberapa figur pemimpin populis era kontemporer di Amerika Latin yang telah disebutkan sebelumnya.
Rakyat menjadi salah satu hal yang paling penting bagi pemimpin populis. Sebagai sebuah komponen utama dalam basis massa, pemimpin dengan gaya populis cenderung melakukan
konstruksi definisi terhadap rakyat sesuai dengan kepentingan yang mereka bawa.14 Kaitannya
dengan pengelolaan power pemimpin tersebut, rakyat yang mereka sebut-sebut biasanya
merupakan kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki afiliasi atau keterkaitan dengan pemimpin tersebut.
Para pemimpin populis di Amerika Latin melihat bahwa pemilihan umum merupakan satu jalan yang dapat mereka tempuh untuk mendapatkan kekuasaan di suatu negara. Hal lain yang penting dan harus diperkuat oleh populis adalah besarnya mobilisasi massa. Pada intinya, pemerintahan yang memiliki dasar ide Populisme biasanya kemudian merumuskan
11
C. Mudde and Cristobal Rovira Kaltwasser, Voices of the Peoples: Populism in Europe and Latin America Compared, Working Paper #378, 2011, Kellog Institute, The Hellen Kellog Institute for International Studies, Notre Dame, Amerika Serikat, halaman 6.
12
J. de Raadt, D. Hollanders, A. Krouwelm, Varieties of Populism: An Analysis of the Programmatic Character of Six European Parties, 2004, Working Papers on Political Science No. 2004/04, Vrije Universiteit, Amsterdam, halaman 2.
13
J. de Raadt, D. Hollanders, A. Krouwelm, Varieties of Populism: An Analysis of the Programmatic Character of Six European Parties, 2004, Working Papers on Political Science No. 2004/04, Vrije Universiteit, Amsterdam, halaman 6-7.
14
Carlos de la Torre, The Resurgence of Radical Populism in Latin America, Constellations Volume 12 No.3, 2007, Oxford, halaman 394.
9 kebijakan, yang apabila dilihat dari sudut pandang rakyat, seakan-akan kebijakan-kebijakan tersebut “diangkat” atau diakomodasi dari kepentingan rakyat secara umum. Namun kemudian, apabila dilihat dari sudut pandang pemerintah, seringkali rumusan kebijakan-kebijakan tersebut hanya memiliki tujuan untuk mendapatkan legitimasi dari rakyat.
Keberadaan basis massa menjadi salah satu hal yang paling mendukung keberlangsungan pemerintahan populis. Target yang menjadi sasaran pemerintah sebagai basis massa biasanya secara struktur berbentuk kelompok-kelompok masyarakat yang mudah untuk diorganisir. Hal ini terjadi atas dasar asumsi bahwa masyarakat rata-rata rentan terhadap provokasi ide-ide politik, terutama ide-ide populer yang diusung oleh pemerintahan yang populis. Maka dari itu, terkadang kelompok masyarakat tersebut kurang dapat membedakan mana yang rasional dan mana yang tidak. Masyarakat secara individu mungkin merupakan pribadi yang rasional, tetapi
perbandingannya tidak sebanding dengan mereka yang berkelompok membentuk basis massa.15
Oleh sebab itu, pemimpin populis melihat pentingnya sebuah organisasi untuk membantu mengorganisir basis massa tersebut, namun bukan merupakan sebuah partai. Organisasi yang dibentuk kemudian bisa jadi merupakan sebuah organisasi yang merepresentasikan pemerintah dan sekaligus bersifat populer. Fungsi dari organisasi ini bagi seorang pemimpin populis tersebut
tentunya cukup membantu dalam hal keberlangsungan politiknya.16
D. Argumentasi Utama
Chavez merupakan pemimpin yang menerapkan Populisme sebaga cara berpolitik di Venezuela, yang dilakukan dengan cara mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang “pro” terhadap rakyat, namun tidak diimbangi dengan adanya upaya pencapaian yang maksimal. Kebijakan-kebijakan yang dieksekusi oleh pemerintahan Chavez salah satunya terkonsentrasi pada sektor pertanian, dimana Chavez memberlakukan kebijakan-kebijakan pertanian yang memberikan efek langsung kepada petani kecil. Langkah yang dilakukan adalah dengan menerapkan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian di Venezuela. Konsentrasi yang besar diberikan oleh Chavez terhadap sektor pertanian diduga karena adanya upaya untuk melakukan pengelolaan kekuatan politik, dimana basis masa Chavez memang berasal dari kelompok petani.
15
Kirk A. Hawkins, Venezuela’s Chavismo and Populism in Comparative Perspective, Cambridge University Press, Cambridge, 2010, halaman 137.
16
K.M Roberts, Populism, Political Conflict, and Grass-Roots Organization in Latin America: A Comparison of Fujimori and Chavez, Department of Political Science, University of New Mexico, Albuquerque, New Mexico, Amerika Serikat, halaman 24.
10 Strategi mengelola kekuatan dilakukan oleh Chavez salah satu diantaranya adalah dengan cara
memberikan reward kepada pendukungnya melalui eksekusi kebijakan-kebijakan tersebut.
E. Metode Penelitian
Metodologi penelitian yang akan ditempuh penulis untuk menyelesaikan skripsi ini adalah Metode Studi Literatur. Metode ini dipilih untuk menunjang penelitian yang bersifat kualitatif ini dengan cara menghimpun informasi sebanyak-banyaknya dari literature-literatur yang ada, baik cetak maupun dalam jaringan. Informasi-informasi tersebut kemudian diolah dan dianalisa melalui serangkaian tahapan sehingga penulis mampu mengkajinya hingga menghasilkan penelitian yang terstruktur.
F. Sistematika Penulisan
Pada Bab 1 akan terdapat Pendahuluan yang menjelaskan mengenai latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, landasan konseptual, argumentasi utama, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian. Bab 2 penulis akan memulai pembahasan dengan menuliskan sejarah
pertanian di Venezuela. Bab 2 akan terdiri dari dua sub-bab, yakni dampak Oil Boom terhadap
sektor pertanian dan struktur masyarakat Venezuela, dan kebijakan-kebijakan pertanian yang muncul di bawah kepemimpinan Hugo Chavez.
Bab 3 akan terdiri dari analisa reformasi agrikultur yang ditinjau dari sudut pandang populisme. Terdiri dari dua sub-bab, yakni Hugo Chavez dan “Bolivarian Mission”, serta strategi yang digunakan oleg Hugo Chavez dalam menggunakan kebijakan-kebijakan pertanian sebagai cara untuk melakukan mobilisasi massa. Pada bab 4, akan ditulis bab terakhir yang berisi kesimpulan dari keseluruhan skripsi.