Presentasi Kasus
Pembimbing: dr.Agah Gadjali, SpM dr.Hermansyah, SpM dr.Gartati Ismail, SpM dr.Mustafa, SpM dr.Henry A W, SpM Oleh:Theresia Risa Davita FKUPH / 07120080018
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto
Data Demografi Pasien
• Nama : Ny. C
• Umur : 26 tahun
• Jenis Kelamin : Wanita
• Agama : Islam
• Suku : Jawa
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : PNS
• Status Perkawinan : Belum menikah
• Alamat : Jl. Pertengahan RT 1/3
Cijantung
Anamnesis
• Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 September 2012
Keluhan Utama
• Kelopak mata kiri atas terdapat benjolan kecil sejak 6 minggu sebelum berobat ke RS POLRI.
Keluhan Tambahan
• Pasien merasa tidak nyaman dan mengganjal pada kelopak mata kiri atas.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Sejak 6 minggu sebelum berobat ke RS POLRI, pasien mengeluhkan timbulnya benjolan kecil pada kelopak mata kiri bagian atas.
• Pasien menyangkal adanya rasa gatal dan nyeri.
• Pasien menyangkal adanya keluhan di mata kanan.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien memiliki riwayat asma terkontrol sejak kecil
• Riwayat penyakit mata serupa disangkal • Riwayat trauma disangkal
• Riwayat operasi pada mata disangkal • Riwayat penyakit sistemik disangkal
• Riwayat alergi disangkal
• Riwayat penggunaan obat-obatan pada mata disangkal
• Riwayat infeksi mata sebelumnya disangkal
• Pasien sudah memakai kacamata lensa negatif (-1.00D) pada mata kiri dan (-1.25D) pada mata kanan sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga
• Keluarga pasien tidak pernah mengalami kondisi benjolan mata serupa.
• Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
Riwayat Kebiasaan
• Pasien mengaku suka mengonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak, seperti
gorengan, kulit ayam, sate, daging, dll.
• Pasien mengaku jarang berolahraga dikarenakan kesibukannya bekerja.
Pemeriksaan Fisik Umum
• Keadaan Umum : Baik
• Kesadaran : Compos mentis
• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Nadi : 84 x/menit
• Pernafasan : 18 x/menit
Pemeriksaan Oftalmologi
OD OS
Visus 5/20F S-1.25 5/5 DE(-) 5/20F S-1.00 5/5 DE(-) Kedudukan Bola Mata Ortoforia
Gerakan Bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Tekanan Intraokuler N/ Palpasi N/ Palpasi
Palpebra Superior Tenang Terdapat massa
berbentuk bulat dengan diameter ±5mm, batas tegas, permukaan rata, konsistensi keras,
palpebra tidak
kemerahan, nyeri tekan (-), dan tampak hiperemis pada konjungtiva tarsal superior.
Pemeriksaan Oftalmologi
OD OS
Palpebra Inferior Tenang Tenang Konjungtiva Tarsal superior Tarsal inferior Bulbi Tenang Tenang Tenang Hiperemi (+) Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
Bilik mata depan Jernih
Kedalaman sedang
Jernih
Pemeriksaan Oftalmologi
OD OS
Iris Warna coklat tua Radier (+)
Kripta (+)
Warna coklat tua Radier (+)
Kripta (+) Pupil Isokor, bulat,
diameter 3 mm
Isokor, bulat, diameter 3 mm
Refleks cahaya Langsung (+)
Tidak langsung (+)
Langsung (+)
Tidak langsung (+)
Lensa Jernih Jernih
Status Lokalis
• Pada palpebra superior okuli sinistra sisi lateral ditemukan adanya massa berbentuk bulat dengan diameter ±5mm, batas tegas, permukaan rata, konsistensi keras, palpebra tidak kemerahan, tidak ada nyeri tekan, dan tampak hiperemis pada konjungtiva tarsal superior.
• Pada massa tidak ditemukan adanya tanda-tanda neovaskularisasi dan nekrosis.
Status Lokalis
• Massa dapat digerakkan dari dasarnya, tidak terjadi infiltrasi pada otot
• Pada perabaan dan penekanan tidak terdapat nyeri.
• Tidak ditemukan pembesaran pada kelenjar getah bening preaurikuler.
Resume
• Pasien wanita berumur 26 tahun datang ke Poli Mata RS POLRI pada tanggal 10 September 2012.
• Sejak 6 minggu sebelumnya, pasien mengeluhkan timbulnya benjolan kecil pada kelopak mata kiri bagian atas tanpa disertai dengan rasa gatal dan nyeri.
• Pasien mengaku memiliki riwayat asma terkontrol sejak kecil, namun menyangkal adanya riwayat penyakit mata serupa, trauma, sistemik, alergi, dan riwayat penyakit keluarga.
• Pasien mengaku memiliki kebiasaan
mengonsumsi makanan berlemak dan jarang berolahraga.
• Pemeriksaan fisik umum pasien dalam batas normal.
• Pada pemeriksaan oftalmologi palpebra superior OS sisi lateral ditemukan adanya massa berbentuk bulat dengan diameter ±5mm, batas tegas, permukaan rata, konsistensi keras, palpebra tidak kemerahan, tidak ada nyeri tekan, dan tampak hiperemis pada konjungtiva tarsal superior.
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
• Hordeolum
Rencana Tatalaksana
• Non-medikamentosa:
– Edukasi: mengurangi makanan berlemak dan berprotein tinggi.
– Kompres hangat selama 10-15 menit, minimal 4 kali/hari. • Medikamentosa:
– Linkomisin 500mg 3 dd 1
– Metilprednisolon 8mg 2 dd 1
– Cendo Xitrol ED (Dexametason 0,1%, Neomisin Sulfat 3,5 ml/ml, Polimiksin B Sulfat 6000iu/ml) 6 dd gtt 1 OS
• Bedah:
Prognosis
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
Anatomi Palpebra
• 5 bidang jaringan utama:
– Kulit
– Jaringan Otot
• M. orbikularis okuli, M. rioland
• M. levator palpebra
– Jaringan Areolar
– Tarsus
• Sensorik:
Nervus Opthalmikus
(V1)
Nervus Maxillaris (V2)
• Motorik:
Nervus Facialis (VII)
Nervus Okulomotor (III)
• Arteri: opthalmikus, facialis, dan superfisialis temporal
• Vena - Vena Opthalmikus
Kelenjar di Palpebra
• Kelenjar Meibom (kelenjar tarsal)
– Kelenjar minyak yang terbuka ke perbatasan kelopak mata.
– Terdapat sekitar 30-40 buah di palpebra atas dan 20-30 buah di palpebra bawah.
– Fungsi: meminyaki air mata agar tidak cepat menguap.
• Kelenjar Zeis
– Kelenjar minyak yang terbuka ke folikel bulu mata.
• Kelenjar Moll
– Kelenjar keringat yang terbuka ke folikel bulu mata atau ke kelenjar Zeis, tidak terbuka langusng ke permukaan kulit.
• Kelenjar aksesoris Wolfring
Kalazion
• Definisi
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya.
• Etiologi
Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion dihubungkan dengan tingginya kadar lemak dalam darah, seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.
Penyumbatan kelenjar Meibom Akumulasi sekresi sebasea Inflamasi kronis & pembentukan jaringan granulasi Sembuh Hordeolum internum Kalsifikasi Karsinoma Patofisiologi
• Tanda dan Gejala Klinis
– Pembengkakan kelopak mata
– Tidak nyeri
– Tidak berfluktuasi
– Tidak hiperemik
– Konjungtiva jernih
– Pseudoptosis / Ptosis
– Tidak ada pembesaran kelenjar preaurikular
– Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi (astigmatisma) pada mata tersebut
• Komplikasi
– Kalazion besar dapat mengakibatkan gangguan refraksi, misalnya astigmatisma.
– Infeksi sekunder dapat mengakibatkan menjadi hordeolum internum.
– Pada beberapa kasus ditemukan kalsifikasi.
• Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis kalazion seringkali tidak membutuhkan adanya pemeriksaan penunjang.
Namun, pada kalazion yang rekuren, dilakukan pemeriksaan fine-needle aspiration cytology.
Kalazion Hordeolum Kista Dermoid
Definisi peradangan granulomatosa kelenjar Meibom
peradangan supuratif kelenjar Zeis, kelenjar Moll
(hordeolum eksternum) atau kelenjar Meibom (hordeolum internum)
pertumbuhan berlebih dari jaringan normal, non-cancer di lokasi abnormal
Etiologi penyumbatan kelenjar Meibom
infeksi akut biasanya disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus sp.
terperangkapnya lapisan-lapisan epitel saat
embriogenesis Letak kelenjar Meibom
palpebra
- eksternum: kelenjar Zeis dan Moll
- internum: kelenjar Meibom
- dangkal: frontozygomatic suture, frontolacrimal suture
- dalam: frontozygomatic suture, superior orbital fissure
Gejala Klinis pembengkakan kelopak mata tanpa rasa nyeri dan
hiperemik, diameter dapat mencapai 8mm
pembengkakan kelopak mata dengan rasa nyeri dan
hiperemik disertai
pembengkakan kelenjar preaurikular, diameter dapat mencapai 8mm
pembengkakan biasa terletak di daerah temporal dengan konsistensi keras, diameter 1-2cm
Gambar
• Tatalaksana
Nonmedikamentosa
– Kompres hangat 4 kali sehari selama masing-masing 15 menit.
– Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau shampoo yang tidak menimbulkan iritasi.
– Jangan menusuk kalazion sendiri karena dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius.
– Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi penyebab infeksi.
– Hindari penggunaan lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi sekunder.
Medikamentosa
– Steroid topikal.
– Pemberian antibiotik tertrasiklin dosis rendah (doksisiklin tablet 100mg/minggu) selama 6 bulan mungkin dapat menimbulkan perubahan biokimiawi.
pembentukan asam lemak rantai pendek yang dibandingkan dengan produksi asam lemak rantai panjang lebih jarang menimbulkan sumbatan pada mulut kelenjar.
– Bila kecil dapat dilakukan injeksi intralesi dengan steroid yang berdaya kerja lama (triamsinolon 0.2-2 mL of 5
Indikasi Operasi Kalazion
• Indikasi kosmetik
• Indikasi optik: bila mengganggu visus
• Indikasi sosial: bila mengganggu aktivitas sehari-hari
• Indikasi medik: bila berisiko komplikasi yang lebih parah
• Pada umumnya, bila tidak terjadi resorbsi dengan pengobatan konservatif dalam waktu 2 minggu sudah dapat dilakukan
Persiapan Operasi
• Berhenti merokok.
• Konsultasi dengan spesialis terkait jika:
– memiliki masalah sistemik,
– memiliki masalah dengan tekanan darah, jantung atau paru-paru, dan
• Anastesi:
– Topikal pentokain diteteskan pada mata
– Injeksi obat anastesi infiltratif (xylocaine 2%) di depan kalazion
• Kalazion dijepit dengan klem kalazion kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat.
• Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra
• Isi kalazion dikuret sampai bersih.
• Pembersihan dengan asam karbol dapat dilakukan dalam kavitas untuk mencegah kekambuhan.
• Klem kalazion dilepas, kemudian diberi salep antibiotik mata, dan mata ditutup selama 12 jam ke depan.
Setelah Operasi
• Mata akan ditutup kasa dan plastik pelindung yang dapat dilepas setelah 8-12 jam operasi.
• Kacamata dapat digunakan seperti biasa, namun lensa kontak tidak dapat digunakan di mata yang dioperasi selama 8 minggu.
• Obat analgetik diberikan untuk meminimalkan rasa nyeri dan tidak nyaman.
• Tetes mata antibiotik dan steroid diberikan untuk mencegah infeksi dan pembengkakan di mata.
• Menghindari air terkena mata selama 7-10 hari.
• Jika ada benang bekas operasi, dapat diambil setelah 5-7 hari setelah operasi.
Komplikasi pembedahan
• Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan
terbentuknya tonjolan.
• Insisi yang terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya fistula dan jarinagn parut.
• Kuretase dan drainase yang inadekuat dapat menyebabkan berulangnya / berkembangnya suatu granulomata.
• Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis.
Teori Temuan pada pasien
Definisi Peradangan granulomatosa kelenjar Meibom
OD OS Etiologi Penyumbatan kelenjar Meibom Penyumbatan kelenjar Meibom Gejala Klinis Pembengkakan kelopak mata
tanpa rasa nyeri dan hiperemik, diameter dapat mencapai 8mm
Pembengkakan kelopak mata kiri bagian atas, tidak disertai nyeri dan hiperemik, diameter ±5mm
Pemeriksaan Fine-needle aspiration cytology Tidak dilakukan Tatalaksana • Steroid topikal
• Antibiotik oral
• Injeksi intralesi steroid
• Insisi dan drainasi
• Metilprednisolon 8mg 2 dd 1
• Linkomisin 500mg 3 dd 1
• Cendo Xitrol (Dexametason 0,1%, Neomisin Sulfat 3,5 ml/ml, Polimiksin B Sulfat 6000iu/ml) 6 dd gtt 1 OS
Referensi
• Khurana A. K. Comprehensive Ophthalmology 4th
edition. New Age International Publisher, 2007. • Riordan-Eva P, Whitcher J.P. Vaughan & Asbury’s
General Opthalmology 16th edition. McGraw-Hill, 2004.
• Richard L. Drake, A. Wayne Vogl, Adam W.M. Mitchell. Gray’s Anatomy for students 2nd edition. Elsevier, 2009.
• Fauci, Braunwald, Kasper,dkk. Harrison’s principles of internal medicine 17th edition volume 1. McGraw-Hill,2 008.
• Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI,2004