• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEPSI DATA DAN INFORMASI SEBAGAI PENYEDIA LAYANAN PENGETAHUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEPSI DATA DAN INFORMASI SEBAGAI PENYEDIA LAYANAN PENGETAHUAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEPSI DATA DAN INFORMASI SEBAGAI PENYEDIA LAYANAN

PENGETAHUAN

Aradea1, Iping Supriana Suwardi2, Kridanto Surendro3 1

Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Siliwangi Tasikmalaya 2,3 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung 1 aradea@unsil.ac.id, 2 iping@informatika.org, 3 endro@informatika.org

Abstrak

Data dan informasi merupakan unsur awal yang harus disediakan dalam pembentukan suatau pengetahuan. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan penyediaan kebutuhan data dan informasi, dari mulai faktor yang berhubungan dengan lingkungan sampai dengan faktor yang berhubungan dengan pembangunan arsitektur informasi. Pengidentifikasian dan penyelarasan faktor-faktor yang berpengaruh tersebut, dapat menentukan kebutuhan penyediaan layanan pengetahuan yang sesuai dan selaras dengan lingkungannya. Makalah ini akan membahas analisis kebutuhan data dan informasi, dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesesuaian dari data dan informasi sebagai pembentuk struktur pengetahuan. Pembahasan diawali dengan latar belakang, dilanjutkan dengan penjelasan dari bahasan terkait, termasuk penelitian sebelumnya, kemudian uraian konsep kebutuhan arsitektur data dan informasi sebagai tinjauan awal yang diusulkan, serta pembahasan kasus.

Kata kunci : kebutuhan data, perilaku informasi, arsitektur informasi, layanan pengetahuan

1. Pendahuluan

Saat ini perkembangan teknologi informasi yang tumbuh begitu cepat, berdampak pada berkembangnya penyebaran informasi yang sudah tidak terkontrol lagi atau overload, sehingga informasi yang didapatkan tidak lagi sepenuhnya menjadi suatu pengetahuan dan relevan bagi penerimanya. Pandangan bidang computer science memiliki peran bagaiaman memudahkan manusia dalam memperoleh, mengelola dan menampilkan data sesuai dengan yang diinginkan [15]. Persepsi menampilkan data sesuai dengan yang diinginkan manusia, dapat diartikan sebagai kesesuaian kebutuhan manusia atas suatu informasi sebagai layanan pengetahuan.

Pemenuhan kebutuhan manusia atas informasi, dapat berhubunga dengan aspek perilaku informasi itu sendiri. Dimana persepsi manusia pada perilaku informasi dapat dipengaruhi oleh konteks dimana mereka berada [7][11], serta bagaimana manusia memahami dunia mereka [4]. Dalam konteks ini, dapat diartikan bahwa persepsi kepuasan manusia terhadap kualitas layanan informasi dapat dipengaruhi oleh perilaku informasi itu sendiri, artinya faktor lingkungan dimana mereka berada dan faktor penentuan proses sebagai upaya memahami dunia mereka, dapat menetukan kualitas informasi yang akan menjadi pengetahuan bagi mereka.

Kondisi lingkungan kompetitif saat ini, telah mendorong suatu upaya untuk mempertimbangkan kembali nilai-nilai dari perspektif yang berbeda, dan berusaha untuk menciptakan inovasi layanan dalam rangka mendapatkan keunggulan kompetitif baru, misalnya pada saat mengembangkan suatu aplikasi atau layanan teknologi informasi, rancangan dilakukan dengan mengintegrasikan prespektif teknologi dan perspektif perilaku informasi, manusia serta lingkungannya [13][2], sehingga sistem yang dibangun dapat selaras dengan kondisi dunia nyata.

Beberapa dekade terakhir, komunitas information science secara bertahap telah mengadopsi aspek perilaku informasi ketika mengembangkan sebuah apliaksi, semakin banyak aplikasi yang dirancang dengan pendekatan yang berpusat pada pengguna dan sesuai dengan model perilaku informasi [2]. Pengembangan suatu sistem yang memiliki tujuan untuk memudahkan manusia dalam memperoleh, mengelola dan menampilkan data sesuai dengan yang diinginkan (layanan pengetahuan), harus memiliki prioritas pada saat memulai aktivitas pengembangannya. Dimana prioritas awal yang dapat diidentifikasi, diantaranya dapat dimulai dari kebutuhan data dan informasi sebagai unsur pembentuk pengetahuan, sehingga ketersediaan data dan informasi yang relevan dapat terpenuhi.

(2)

2. Bahasan Terkait

2.1 Arsitektur Informasi dan Penelitian Sebelumnya

Aristektur informasi adalah sebuah representasi grafis dari perencanaan sumber daya data untuk kebutuhan bisnis [9]. Pada prinsipnya, penyediaan suatu layanan pengetahuan diawali melalui keberadaan data dan arsitektur informasi, dimana data merupakan tingkatan dasar dari pengetahuan yang dapat direpresentasikan sebagai suatu simbol. Sedangkan informasi dapat didefinisikan sebagai data yang sudah diproses menjadi sesuatu yang berguna, dan pengetahuan merupakan informasi yang berguna pada individu tertentu untuk kebutuhan spesifik [15]. Dalam upaya pengembangan suatu kebutuhan layanan pengetahuan, data sebagai tingkatan dasar dari pengetahuan, dapat dibentuk melalui entitas-entitas yang diidentifikasi dari sebuah lingkungan. Menurut [6], entitas tersebut dapat berupa orang, tempat, kejadian, atau konsep yang informasinya dapat direkam. Berdasarkan definisi tersebut, maka entitas yang berada dalam suatu lingkungan dapat diatur keterhubungannya, guna memenuhi tujuan tertentu dan tujuan bersama sebagai suatu kesatuan data.

Dari hasil penelitian sebelumnya [14], aktivitas perancangan arsitektur data dan informasi dapat diarahkan untuk kebutuhan model integrasi suatu sistem informasi, dengan tujuan dapat memiliki kemampuan dalam mengakomodasi setiap perubahan. Dalam penelitian tersebut, perubahan dipandang semestinya tidak mempengaruhi kinerja dari sistem informasi dan mengancam sistem untuk berjalan dengan lancar, karena karakteristik dari setiap komponen dasar adalah sama. Pada model tersebut, entitas dipandang sebagai suatu komponen, dan berdasarkan pada interaksi antar setiap komponen dasar tersebut, dilakukan pendefinisian arsitektur data dan informasi tanpa melakukan pemisahan subsistem seperti yang biasa dilakukan oleh suatu institusi terhadap masing-masing sumberdaya yang dimiliki. Definisi dari setiap komponen dasar dibuat dengan analisis dari setiap keterkaitan berdasarkan proses yang sesungguhnya di suatu institusi tersebut dan melibatkan setiap entitas utama dari sistem.

Penelitian tersebut menggunakan pendekatan business system planning (BSP) dalam teori kerekayasaan informasi. Berdasarkan urain tersebut, penelitian ini cukup memiliki kelengkapan konsep dalam mengidentifikasi kebutuhan data, berdasarkan kondisi eksisting dan fungsi yang ada didalam struktur fungsional institusi. Namun dalam penelitian ini, tidak dikaji secara mendalam bagaimana data-data teridentifikasi dari hasil tahapan siklus hidup sumber daya data, termasuk kebutuhan data berdasarkan persepsi pengguna atau perilaku informasi.

2.2 Perilaku Informasi

Menurut Wilson [17], perilaku informasi merupakan sebuah istilah untuk menggambarkan aktivitas seseorang ketika mengidentifikasi kebutuhan untuk informasi, dengan cara apapun, serta menggunakannya atau melakukan transfer informasi tersebut. Konsep dan pandangan mengenai perilaku informasi mengalami perubahan-perubahan seiring dengan realitas yang ada dari perkembangan informasi itu sendiri. Sebagaimana yang dibahas oleh Goldbold [7], pada awalnya perilaku informasi dalam sebuah konteks kebutuhan informasi muncul dan dipengaruhi dari situasi (lingkungan, peran sosial dan karakteristik individu), waktu dan pentingnya perencanaan, serta kemungkinan jenis hambatan yang harus diatasi. Kemudian berkembang sehingga berhubungan dengan konsep pengambilan keputusan dan kesenjangan yang mungkin muncul, termasuk strategi untuk menavigasi kesenjangan tersebut, apakah melalui cara membangun sebuah penghubung, menutupi kesenjangan, atau mengambil jalan yang berbeda.

Ide utama dari pendekatan perilaku informasi pada intinya adalah menentukan bagaimana orang dapat memahami dunia mereka. Elemen inti dari pendekatan tersebut, menurut [2][7] adalah : a. Situasi, yaitu mendefinisikan konteks dimana

kebutuhan informasi dapat timbul, melibatkan perjalanan proses melalui ruang dan waktu. b. Kesenjangan, yaitu mengidentifikasi perbedaaan

antara situasi kontekstual dan situasi yang diinginkan.

c. Hasil, yaitu pengalaman seseorang.

d. Penghubung, yaitu media yang dapat menurunkan kesenjangan antara situasi dan hasil sampai batasan tertentu, dapat didefinisikan sebagai proses menciptakan kesadaran dalam situasi ketidakpastian.

Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa persepsi manusia pada perilaku informasi dipengaruhi oleh konteks lingkungan dimana mereka berada dan penentuan atau perbaikan proses-proses yang dapat menurunkan kesenjangan yang terjadi. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi persepsi kepuasan pengguna terhadap kualitas informasi sebagai layanan pengetahuan..

2.3 Kerekayasaan Informasi

Kerekayasaan informasi dapat didefinisikan sebagai suatu set teknik otomatisasi didalam model perusahaan, model data, dan model proses yang dibangun dalam basis pengetahuan secara komprehensif, dan digunakan untuk menciptakan serta memelihara sistem pengolahan data. Atau dapat juga didefinisikan sebagai sebuah set organization-wide dalam disiplin otomatisasi untuk mendapatkan informasi yang tepat, bagi orang yang tepat, pada waktu yang tepat [10]. Pendefinisian

(3)

proses dan entitas data menurut Martin [10] dan IBM [9], terdiri dari empat tahapan utama, yaitu : a. Mendefinisikan tujuan bisnis.

b. Mendefinisikan proses bisnis. c. Mendefinisikan kelas data.

d. Mendefinisikan arsitektur informasi

Tujuan bisnis didefinisikan dari seluruh tingkatan eksekutif organisasi, untuk memastikan bahwa setiap proses dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan tingkatannya. Mendefinisikan proses dilakukan untuk menetapkan dukungan utama dalam bisnis, yang ditunjang oleh keberadaan kelas-kelas data sebagai penyedia informasi untuk mendukung satu atau lebih proses bisnis, dan diintegrasikan melalui pendefinisian arsitektur informasi. Pada tahapan ini, dalam rangka memastikan kelengkapan dekomposisi setiap proses, serta kebutuhan pengembangan dari setiap proses yang ada, dengan tujuan untuk peningkatan layanan, maka dipetakan kedalam siklus hidup sumber daya [16], seperti dapat dilihat pada Gbr.1. Kebutuhan, merupakan perencanaan data yang mendefinisikan tujuan atau tingkatan kebutuhan pada akuisisi untuk kebutuhan data transaksi, dan mendukung inventaris data pada pengelolaan, serta volume data transaksi untuk disposisi. Secara periodik rangkuman data yang diekstrak dari data inventaris dan historis transaksi disediakan sebagai umpan balik bagi kebutuhan data perencanaan.

Gambar 1. Siklus hidup sumber daya data : aktivitas dan jenis data [9]

Menurut teori tersebut, pemodelan data diawali dengan mendekomposisikan fungsi kedalam proses, kemudian bagaimana proses-proses saling berhubungan, dan entitas-entitas data apa saja yang akan digunakan, dirubah, dan dibuat untuk kebutuhan proses. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka keberadaan proses-proses dapat menentukan keakuratan data-data yang akan diidentifikasi. Oleh karena itu, pengembangan/ peningkatan/ perbaikan suatu proses merupakan faktor yang penting bagi kebutuhan ketersediaan data untuk mendukung proses tersebut. Pengembangan proses-proses yang akan menentukan ketersediaan data, dapat menjadi penentu kesesuaian dari struktur pengetahuan yang harus disediakan.

2.4 Manajemen Pengetahuan

Manajemen pengetahuan dapat dipandang sebagai proses atau upaya yang dilakukan secara sistematis, efektif, aktif dan cerdas untuk mengelola knowledge (data, informasi maupun knowledge itu sendiri), baik yang explicit (form bisnis, dokumen, prosedur, laporan dll.) maupun yang tacit (dalam diri manusia), dengan dukungan perangkat teknologi informasi (tool dan perangkat lunak pendukung), manusia (tacit knowledge, attitude, peran, kapasitas dan kapabilitas), dan lingkungan organisasi (struktur, budaya dll.) untuk mencapai tujuan tertentu [5].

TABEL 1. SIKLUS MANAJEMEN PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Fase Siklus Teknologi

Akuisisi pengetahuan Data mining Text mining Intelligent agent Search Engine

Electronic Document Management System Ontology Oriented Retrieval

Kreasi dan representasi pengetahuan

Expert Systems

Decision Support Systems Recommender Systems Intelligent Agent Database Data Warehouse Semantic Network Knowledge Maps Ontology Berbagi dan diseminasi pengetahuan

Workflow System Management Groupware

Multi Agent System Knowledge Repository

Menurut Dalkir [3], proses manajemen pengetahuan fokus pada aliran pengetahuan, yaitu proses menangkap dan kreasi, berbagi dan diseminasi, serta akuisisi dan aplikasi yang difasilitasi oleh teknologi informasi dalam lingkungan kultur organisasi. Teknologi memainkan peran penting dan menyediakan alat untuk penggunaan manajemen pengetahuan, sehingga kebutuhan teknologi untuk manajemen pengetahuan harus diselaraskan dengan kultur organisasi [1]. Pemetaan tahapan siklus manajemen pengetahuan dan teknologi yang dapat diimplementasikan, dengan merangkum dari beberapa sumber [5][12], dapat dilihat pada Tabel 1.

3. Konsep Kebutuhan Data dan Informasi Konsep yang diusulkan ini mencoba untuk melengkapi penelitian sebelumnya, dalam sudut pandang kerekayasaan informasi. Terutama pada saat aktivitas pengidentifikasian kelas-kelas data yang dibutuhkan bagi pembentukan arsitektur informasi sebagai sumber daya pengetahuan. Perilaku informasi dijadikan pertimbangan, dengan tujuan data-data yang teridentifikasi dapat menjadi dasar bagi pemenuhan pembentukan arsitektur informasi yang selaras dengan perilaku informasi.

(4)

Sehingga data-data tersebut mendukung setiap proses yang dapat menyediakan layanan pengetahuan sesuai dengan preverensi penggunanya. Berdasarkan teori perilaku informasi, konteks kebutuhan informasi dipengaruhi oleh dua faktor : a. Konteks lingkungan dimana mereka berada. b. Perbaikan proses yang dapat menurunkan

kesenjangan.

Konteks lingkungan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keberadaan pengguna saat membutuhkan informasi. Disini kami mendefinisikan hal tersebut berupa profil pengguna, fungsi, aktivitas, waktu dan orang/ kelompok. Sementara perbaikan proses merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan perbaikan dari proses yang ada, dan usulan proses baru untuk mendukung relevansi dari konten informasi. Dengan melihat ide utama dari pendekatan perilaku informasi, yaitu “bagaimana orang dapat memahami dunia mereka”, maka kami mengilustrasikan konteks dari faktor lingkungan, seperti pada Gbr. 2.

Gambar 2. Profil pengguna dan faktor lingkungan Berdasarkan pemetaan faktor lingkungan terhadap profil pengguna, maka dapat didefinisikan proses-proses apa saja yang dapat dikembangkan sehingga diharapkan menjadi media penghubung antara kebutuhan pengguna dengan situasi dimana kebutuhan informasi itu timbul. Pengembangan proses ini dapat dilakukan pada tahapan siklus hidup sumber daya data pada gambar 1, dengan memperhatikan beberapa pertimbangan seperti pada Tabel 2. Gambaran awal tentang dekomposisi proses untuk kebutuhan data pendukungnya. Penjelasan dari tabel tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pengguna, merupakan profil pengguna yang dapat dirancang sebagai kelompok pengguna, berdasarkan spesifikasi kebutuhannya.

b. Fungsi, adalah fungsi-fungsi bisnis yang ada dan akan melibatkan aktivitas proses dan kelompok pengguna tertentu berdasarkan profilnya masing-masing.

c. Aktivitas, berupa rincian proses yang ada dalam setiap fungsi, dan membutuhkan dukungan pengetahuan bagi kelompok pengguna yang sedang terlibat dalam proses tersebut.

d. Waktu, yaitu kesesuaian munculnya kebutuhan pengetahuan bagi kelompok pengguna berdasarkan waktu dan profilnya.

e. Orang/ kelompok, dapat dikatakan sebagai sumber daya informasi yang memberikan saran, opini, rekomendasi dan lain-lain, yang dapat diekstrak untuk mendukung setiap aktivitas kelompok penggunanya.

TABEL 2. PENDEFINISIAN PROSES DAN DATA

Faktor Kebutuhan Proses Deskripsi Data

Pengguna

Bagaimana membuat dan mengelompokan profil pengguna

Kelas data memiliki atribut yang dapat dikelompokan berdasarkan profil tertentu Fungsi

Bagaimana hubungan antar fungsi dan aktivitas untuk pengguna

Kelas data dapat mewakili setiap fungsi dalam sistem

Aktivitas

Bagaimana

menyampaikan informasi berdasarkan waktu dan profil pengguna

Kelas data dapat mewakili setiap proses yang ada dalam fungsi sistem

Waktu

Bagaimana

mendefinisikan waktu berdasarkan fungsi dan aktivitas proses

Kelas data mengakomodir hirarki agenda berdasarkan faktor fungsi dan aktivitas Orang/

kelompok

Bagaimana mengekstrak pengetahuan dari orang/ kelompok yang relevan

Kelas data memiliki spesifikasi kelompok sebagai sumber daya pengetahuan

Apabila mengacu pada Tabel 1 mengenai kebutuhan teknologi bagi setiap tahapan siklus manajemen pengetahuan, maka dalam konteks kerekayasaan informasi, teknologi database dan data warehouse dapat diadopsi melalui penentuan kebutuhan data untuk mendeskripsikan gambar 2, dengan berpedoman pada tabel 2. Melalui konsep data warehouse, data-data yang sudah teridentifikasi melalui tahapan BSP dalam teori kerekayasaan informasi, serta hasil identifikasi kebutuhan informasi bagi pengguna, maka dapat dilakukan pemodelan data dimensional. Terdapat 2 macam aspek dalam pemodelan dimensional, yaitu ukuran (metric) dan dimensi (dimension), ukuran adalah besaran data, sedangkan diemensi adalah konteks data atau parameter bisnis, parameter tersebut dapat dilihat dari karakteristik seperti who, what, where, when, dan how dari subjek data. Ukuran disimpan dalam bentuk tabel fakta, sedangkan dimensi disimpan dalam bentuk tabel dimensi [8].

Dalam kasus ini, pada database yang sudah terbentuk bagi kebutuhan layanan informasi dengan berpusat pada profil pengguna, maka pengukuran dapat dilakukan berdasarkan :

a. Dimensi pengguna (who) b. Dimensi fungsi bisnis (where) c. Dimensi aktivitas proses (what) d. Dimensi waktu (when)

(5)

Dengan terdefinisinya dimensi tersebut, maka dapat dibentuk 5 tabel dimensi yaitu tabel pengguna, fungsi, aktivitas, waktu, dan orang/kelompok, serta 1 tabel fakta untuk merepresentasikan metric proses bisnis. Tabel dimensi dan tabel fakta tersebut selanjutnya dipetakan kedalam skema dimensional seperti pada Gbr. 3. Terdapat 2 jenis skema yang umum digunakan yaitu star schema dan snowflake schema, star schema digunakan jika tabel-tabel pada database telah didenormalisasi terlebih dahulu, sedangkan snowflake schema digunakan jika proses denormalisasi tidak dilakukan.

Gambar 3. Skema dimensional data dan parameter bisnis Dengan terdefinisinya konsep ini, maka aktivitas pengembangan arsitektur informasi, dapat dibentuk oleh data-data yang memiliki dukungan bagi terciptanya pengetahuan, dengan fokus pendekatan kepada pengguna. Sehingga diharapkan sistem yang terbentuk mampu mengakomodir faktor perilaku yang mencerminkan kesesuaian bagi penggunanya. Konsep ini baru suatu kajian pendahuluan, yang masih memerlukan kajian yang lebih mendalam, dan tahapan yang lebih spesifik untuk menentukan pemilihan teknik-teknik yang akan mendefinisikan setiap modul pembentuk sistem secara utuh. Modul-modul yang dapat dikembangkan, misalnya untuk menangani kebutuhan identifikasi profil pengguna, clustering kelompok pengguna, mekanisme learning dan filtering sehingga rekomendasi dari informasi yang disampaikan dapat terhindar dari ketidakakuratan. 4. Contoh Kasus : Kebutuhan Data Mahasiswa

Dalam pembahasan contoh kasus ini, kami mengambil sebuah tempat studi kasus salah satu perguruan tinggi untuk mendapatkan gambaran kondisi nyata. Melalui tahapan metodologi BSP teridentifikasi seluruh fungsi bisnis, aktivitas proses, tabel data, dan orang yang terlibat. Sebagai gambaran global aktivitas mahasiswa dapat diilustrasikan seperti dapat dilihat pada Gbr 4. Terdapat 10 fungsi bisnis yang berhubungan dengan mahasiswa, mulai dari mahasiswa tersebut terlibat dalam fungsi penerimaan mahasiswa baru, sampai dengan mahasiswa tersebut menjadi alumni.

Gambar 4. Aktivitas proses mahasiswa

Pada setiap fungsi yang teridentifikasi, terdapat aktivitas-aktivitas proses yang didekomposisikan melalui siklus hidup sumber daya data. Sebagai contoh, fungsi penerimaan mahasiswa baru salah satu aktivitas prosesnya adalah pendaftaran, fungsi pengajaran salah satu aktivitas prosesnya adalah perkuliahan, dan fungsi bursa kerja salah satu aktivitas prosesnya adalah pendaftaran. Beserta faktor lainnya seperti profil, waktu, dan orang/ kelompok yang terlibat, seperti pada Tabel 3.

TABEL 3. PENDEFINISIAN PROSES MAHASISWA

Faktor Unit Kerja

Biro Akademik Fakultas Kerja sama

Pengguna Calon mahasiswa Mahasiswa Wisudawan

Fungsi Penerimaan mahasiswa baru Pengajaran Bursa kerja

Aktivitas Pendaftaran Perkuliahan Pendaftaran

Waktu Awal semester Minggu

pertama Akhir semester

Orang/ Kelompok Calon mahasiswa lain, prodi, panitia, dll. Teman sekelas, dosen, prodi, komunitas, dll. Mitra industri, pemerintahan, swasta, dll. Berdasarkan kebutuhan Tabel 3, maka dapat ditetapkan pemodelan data dimensional seperti dapat dilihat pada Gbr. 5, skema yang digunakan adalah snowflake schema, dengan asumsi kelas-kelas data yang sudah teridentifikasi melalui tahapan metodologi BSP tidak dilakukan denormalisasi. Dimensi pengguna dapat mengelompokan pengguna pada saat pengguna bertindak sebagai calon mahasiswa, mahasiswa aktif, dan alumni, dimensi ini akan terhubung dengan tabel lainnya seperti tabel calon mahasiswa, mahasiswa dan alumni yang disimbolkan dengan atribut hirarki_1. Dimensi fungsi memiliki sub dimensi unit kerja yang terlibat, dan terhubung dengan dimensi aktivitas. Dimensi waktu mewakili agenda fungsi bisnis dan aktivitas proses, dalam kasus ini waktu didekomposisi berdasarkan kalender akademik, sehingga memiliki dimensi kategori, serta subdimensi semester dan minggu. Dimensi orang/ kelompok dapat

(6)

mengelompokan orang/ kelompok tertentu yang terlibat dalam aktivitas proses, dimensi ini akan terhubung dengan tabel lainnya seperti tabel mahasiswa, program studi, pegawai, mitra, komunitas dan lain-lain yang dianggap relevan.

Gambar 5. Struktur profil kebutuhan data mahasiswa

Setelah terbentuknya struktur profil kebutuhan data mahasiswa, langkah selanjutnya adalah mengembangkan modul-modul sistem, melalui penentuan teknik-teknik yang dapat mewujudkan kebutuhan layanan pengetahuan bagi mahasiswa. Dengan skenario, setiap mahasiswa yang terlibat pada suatu aktivitas proses dalam fungsi bisnis tertentu, akan mendapatkan informasi yang relevan, sesuai dengan waktu pada saat informasi tersebut dibutuhkan. Pengetahuan tersebut bersumber dari internal dan eksternal perguruan tinggi yang diidentifikasi melalui tabel dimensi.

5. Kesimpulan

Data sebagai unsur awal yang harus disediakan dalam penyediaan layanan pengetahuan, memerlukan suatu mekanisme perencanaan dan analisis kebutuhan yang tepat, sehingga dapat membentuk informasi yang berkualitas sebagai sumber daya pengetahuan. Tahapan perencanaan dan analisis kebutuhan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, apabila faktor-faktor tersebut tidak dikelola dan diantisipasi dengan baik, maka akan berdampak pada ketidak sesuaian data dan informasi sebagai pembentuk struktur pengetahuan, sekaligus sebagai penyedia layanan pengetahuan.

Aspek perilaku informasi yang terdiri dari faktor lingkungan dan faktor proses, dapat dijadikan sebagai faktor yang dapat dipertimbangkan pada saat melakukan aktivitas analisis kebutuhan data dan informasi untuk penyedia layanan pengetahuan. Berdasarkan penentuan faktor lingkungan yang

teridentifikasi, untuk mengembangkan suatu struktur pengetahuan yang dibentuk oleh data-data yang relevan, maka dapat dilakukan pemodelan dimensional. Pemodelan dimensional dilakukan untuk mengidentifikasi tabel dimensi sebagai suatu konteks data atau parameter bisnis, dan tabel fakta sebagai metric dari suatu proses bisnis. Makalah ini merupakan kajian pendahuluan sebagai gambaran awal untuk mengidentifikasi kebutuhan data, tahapan selanjutnya yang kami lakukan adalah mengembangkan modul-modul sistem sebagai pengendali dari suatu sistem yang utuh.

Daftar Pustaka:

[1] Aradea, Supriana I., Surendro K., 2014, An overview of multi agent system approach in knowledge management model, International Conference on Information Technology Systems and Innovation ITB [2] Chen-Ya Wang, et. al, 2010, Toward A Ubiquitous Personalized Daily-Life Activity Recommendation Service With Contextual Information : A Services Science Perspective, Inf Syst E-Bus, 13–32, Springer. [3] Dalkir, Knowledge Management in Theory and

Practice. Boston: Butterworth-Heinemann, 2005. [4] Dervin, B., 2000, Chaos, order and sense-making: A

proposed theory for information design. In R. Jacobson (Ed.), Information design, pp. 35-57. [5] Erikson, 2006, Perancangan Instrumen Pengukuran

Kesiapan untuk Mendukung Pemilihan Metode Implementasi Knowledge Management, Tesis, ITB. [6] Fatansyah, 2002, Basis Data, CV. Informatika. [7] Godbold N., 2006, Beyond information seeking:

towards a general model of information behavior, Information research 11(4), paper 269.

[8] Han J., KamberM., Pei J., 2009, Data Mining : Concept and Techniques – Data Warehousing and OLTP, University of Illinois at Urbana-Champaign & Simon Farser University.

[9] IBM, 1983, Business Systems Planning : Information System Planning Guide, 3rd Edition, IBM.

[10] Martin J., 1989, Information Engineering, Book I : Introduction, Prentice Hall International Edition. [11] Pettigrew K.E., et. al, 2001, Conceptual frameworks

in information behavior. Inf Sci Tech :43–78 ARIST. [12] Silwattananusarn T., Tuamsuk K., 2012, Data Mining

and Its Applications for KM : A Literature Review from 2007 to 2012, International Journal of Data Mining & KM Process Vol.2, No.5.

[13] Spohrer J, Maglio PP, 2006, The emergence of service science: toward systematic service innovations to accelerate co-creation of value. IBM. [14] Supriana I., Permatasari D. S., 2007, New Integration

Model of Information System on Higher Education Institution, International Conference on Electrical Engineering and Informatics, ITB.

[15] Supriana I., Wachidah, 2005, Knowledge

Management at Glance, KNSI, Bandung.

[16] Surendro K., 2007, Pemanfaatan Enterprise Architecture Planning untuk Perencanaan Strategis Sistem Informasi, Jurnal Informatika vol. 8, no. 1. [17] Wilson, T.D., 2005, Evolution in information

behavior modeling: Wilson's model. In K. E. Fisher, S. Erdelez & L. McKechnie (Eds.), Theories of information behavior., (pp. 31-36).

Gambar

Gambar 1. Siklus hidup sumber daya data : aktivitas dan  jenis data [9]
Gambar 2. Profil pengguna dan faktor lingkungan  Berdasarkan  pemetaan  faktor  lingkungan  terhadap  profil  pengguna,  maka  dapat  didefinisikan  proses-proses  apa  saja  yang  dapat  dikembangkan  sehingga  diharapkan  menjadi  media  penghubung  anta
Gambar 3. Skema dimensional data dan parameter bisnis  Dengan  terdefinisinya  konsep  ini,  maka  aktivitas  pengembangan  arsitektur  informasi,  dapat  dibentuk  oleh  data-data  yang  memiliki  dukungan  bagi  terciptanya  pengetahuan,  dengan  fokus
Gambar 5. Struktur profil kebutuhan data mahasiswa

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan sebaiknya memaksimalkan proses produksi yang berjalan agar dapat meminimalisir kerusakan hasil produksi dan mengurangi kesalahan- kesalahan yang dibuat oleh

* Siklus Brayton dengan intercooling menggunakan dua tingkat kompresor atau lebih dengan satu intercooler atau lebih, maka daya yang dibutuhkan untuk mengkompresi akan

“ Bahwa Perumusan adat Jambi dilakukan turun temurun dari pimpinan adat yang lama kepada yang baru, namun tetap kita menjunjung tinggi Al- Quran dan as-Sunnah, oleh

3) Hindari pemborosan. Penting bagi pebisnis pemula untuk dapat menahan diri terhadap hal-hal yang bisa memperlemah kondisi finansial bisnis. Pebisnis pemula

Various methods have been used to estimate the population density indices of this species, such as night collection in cattle shelters, morning collections in

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT, atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Paparan Karbon Monoksida

Hal ini menunjukan bahwa variabel keterlibatan pegawai, fokus pelanggan, manajemen berbasis fakta, pengendalian monitoring proses, dan efektifitas insentif