• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Brand Awareness Dengan Motivasi Pembelian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Brand Awareness Dengan Motivasi Pembelian"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Antara Brand Awareness Dengan Motivasi Pembelian

Naning Damayanti1,Funny Mustikasari2, Uud Wahyudin3 Jurusan Ilmu Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Padjadjaran

Corresponding Author: naningd@gmail.com

Abstract

This research studies about the relationship between brand awareness with purchase motivation. The proposed of this research is to find out whether there is a correlation between brand awareness bottled drinking water (AMDK) WaterMed dan Hanaang with purchase motivation product AMDK Perusahaan Daerah Air Minum Tirtawening Kota Bandung. Correlation method and quantitative analysis technique are used in this research. Variabels were tasted using spearman rank correlation and the extrapolation was using SPSS version 18. From the research result is was obtained a correlation value (rs) of 0,541 and test significance test of 7,370 and t-table 2,013. The study result concluded that there are correlation between brand awareness bottled drinking water (AMDK) WaterMed dan Hanaang with purchase motivation product AMDK Perusahaan Daerah Air Minum Tirtawening Kota Bandung. The suggsestion that given by the researchers is a company needs to conduct promotional mix and marketing mix better, so that products can be recognized by the public.

Keyword : brand awareness, purchase motivation

Pendahuluan

Beberapa tahun belakangan ini perkembangan industri-industri yang bergerak dalam bidang air minum dalam kemasan (AMDK) sudah sangat pesat, khususnya air

1Penulis 2

(2)

mineral dalam kemasan cup, botol maupun galon. Perkembangan industri air minum dalam kemasan (AMDK) ini tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat akan air minum yang mudah untuk dikonsumsi, terutama kebutuhan akan air mineral.

Menyadari kebutuhan

masyarakat yang semakin meningkat terhadap air minum dalam kemasan, maka saat ini banyak sekali air minum dalam kemasan yang beredar dipasaran. Konsumen tidak hanya disuguhkan oleh air minum merek-merek terkenal saja, tetapi juga banyak merek-merek lain yang ikut terjun dalam industri air minum dalam kemasan ini.

Konsumen ditawarkan dalam beragam pilihan merek air minum dalam kemasan (AMDK), yaitu terkait dengan keputusan mengenai merek dari air minum dalam kemasan mana yang akan mereka beli. Dalam menjalankan usahanya, tentu saja para produsen air minum dalam kemasan ini menghadapi para pesaing yang menawarkan produk yang serupa.

Perusahaan menggunakan brand (merek) sebagai simbol perantara kepada konsumennya untuk berkomunikasi sehingga perusahaan

dapat memperoleh nilai tambah tersendiri. Perusahaan berbicara melalui brand (merek), konsumen mencerna brand (merek) tersebut kemudian mengolahnya untuk menciptakan sebuah pengalaman akan sebuah merek. Dalam hal ini perusahaan harus menciptakan brand awareness (kesadaran merek) dalam diri konsumen atau calon pembeli.

Brand awareness adalah

seberapa nama merek mampu

disebutkan oleh konsumen atau kemampuan dari seseorang yang merupakan calon pembeli (potential buyer) untuk mengenali atau menyebutkan kembali suatu merek yang merupakan bagian dari suatu kategori tertentu (Aaker, 1991: 61)

Sebelum melakukan pembelian biasanya konsumen memiliki tahap perkenalan kepada merek tersebut. Tahap ini menurut David A. Aaker terdiri dari 4 langkah, yaitu :

1. Unaware of Brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.

2. Brand Recognition (pengenalan merek) adalah tingkatan minimal

(3)

kesadaran merek, dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).

3. Brand Recall (pengingat kembali terhadap merek) adalah pengingat kembali terhadap merek tanpa bantuan (unaided brand).

4. Top of Mind (puncak pikiran) adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata lain merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen (Rangkuti, 2008:40-41)

Brand awareness merupakan titik dimana konsumen mulai tahu akan suatu produk, oleh karena itu brand awareness sangat menentukan apakah produk itu dikenal atau tidak.

Brand awareness merupakan

merupakan langkah awal bagi setiap konsumen untuk tahu akan keberadaan suatu produk.

Secara tidak langsung brand awareness akan suatu produk akan tercipta dalam diri konsumen, ketika mereka tahu dan merasakan manfaat dari suatu produk. Pada saat mereka

butuh dan ingin menggunakan suatu produk tertentu, jika kesadaran merek sudah muncul maka mereka tidak akan memilih produk lain, melainkan langsung memilih produk yang sudah ada dalam benak mereka.

PDAM Kota Bandung sebagai penyedia kebutuhan air Kota Bandung juga ikut terjun dalam industri air minum dalam kemasan (AMDK). Air minum dalam kemasan (AMDK) Perusahaan Daerah Air Minum

Tirtawening Kota Bandung,

memproduksi air minum dalam kemasan yang diberi nama WaterMed dan Hanaang.

PDAM sebagai perusahaan milik daerah berupaya menyediakan air minum dalam kemasan yang terjangkau harganya oleh masyarakat dan juga dengan kualitas yang tidak berbeda jauh dengan merek-merek yang sudah terkenal. Sebagai produk yang terbilang cukup baru, PDAM sebagai produsen AMDK WaterMed dan Hanaang ini harus menciptakan brand awareness dalam diri calon pembeli.

Dengan adanya brand

awareness yang kuat dalam diri konsumen atau calon pembeli, maka hal ini akan berpengaruh kepada

(4)

motivasi pembelian konsumen. Motivasi pembelian konsumen akan menjadi tinggi karena konsumen sudah sadar akan keberadaan suatu merek. Motivasi adalah daya penggerak yang menjadi aktif pada saat tertentu bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau dihayati (W. S. Winkel, 1996:27). Menurut Wells dan Prensky (1996), motivasi sebagai titik awal dari semua perilaku konsumen, yang merupakan proses dari seseorang untuk mewujudkan kebutuhannya serta memulai melakukan kegiatan untuk memperoleh kepuasan. Motivasi pembelian dibagi menjadi dua, yaitu motivasi rasional dan motivasi emosional.

Motivasi membeli ini ada dikarenakan, konsumen sudah tahu, merasa cocok dan percaya oleh produk

yang ditawarkan oleh AMDK

WateMed dan Hanaang. Konsumen merasa bahwa produk AMDK WaterMed dan Hanaang tidak jauh berbeda dengan produk-produk air mineral lain dipasaran.

Kajian Pustaka

Setiap pemasar suatu produk harus bisa mengarahkan usahanya

pada penciptaan brand awareness (kesadaran merek) dalam diri

konsumen. Brand awareness

merupakan titik awal dimana konsumen mulai tahu akan suatu produk, oleh karena itu brand awareness sangat menentukan apakah produk itu dikenal atau tidak. Brand awareness (kesadaran merek) akan menciptakan sikap dan nilai positif dalam benak konsumen akan suatu merek.

Brand awareness adalah

seberapa nama merek mampu

disebutkan oleh konsumen atau kemampuan dari seseorang yang merupakan calon pembeli (potential buyer) untuk mengenali atau menyebutkan kembali suatu merek yang merupakan bagian dari suatu kategori tertentu (Aaker, 1991:61).

Brand awareness (kesadaran merek) membutuhkan jangkauan kontinum (continum ranging) dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tersebut telah dikenal sebelumnya, sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya merek dalam suatu kelompok tertentu.

Konsumen cenderung memilih merek yang sudah dikenal karena

(5)

merasa aman dengan merek yang sudah dikenal, mereka merasa aman, terhindar dari berbagai resiko pemakaian dengan asumsi bahwa merek yang sudah dikenal lebih dapat diandalkan, produk dengan merek yang sudah dikenal itu dikatakan memiliki kesadaran merek yang cukup baik (Durianto, dkk, 2001:54). Dengan kata lain, sebuah merek yang dikenal mempunyai kemungkinan bisa diandalkan, kemantapan dalam bisnis,

dan kualitas yang

dipertanggungjawabkan.

Menurut David A.Aaker ada empat tingkat dalam brand awareness, yaitu :

1. Unaware of Brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.

2. Brand Recognition (pengenalan merek) adalah tingkatan minimal kesadaran merek, dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).

3. Brand Recall (pengingat kembali terhadap merek) adalah pengingat

kembali terhadap merek tanpa bantuan (unaided brand).

4. Top of Mind (puncak pikiran) adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata lain merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen (Rangkuti, 2008:40-41).

Brand Awareness adalah suatu tahapan yang sangat penting, setelah merek melakukan tahapan positioning, merek harus memiliki tingkat kesadaran dari konsumen, karena kualitas produk yang baik jika tidak dibarengi dengan brand awareness yang tinggi tidak akan mempengaruhi brand attitude konsumen terhadap produk. Konsumen yang tidak mengenal atau mengetahui suatu merek produk akan cenderung bertanya-tanya akan kualitas merek tersebut, sehingga akhirnya mempengaruhi sikap konsumen terhadap pembelian (Percy, 2008:93).

Motivasi adalah daya penggerak yang menjadi aktif pada saat tertentu bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau dihayati (W. S. Winkel, 1996:27).

(6)

Menurut Morgan (1961), motivasi adalah sebuah istilah umum yang merujuk pada suatu keadaan yang memotivasi sebuah perilaku, suatu perilaku yang termotivasi oleh keadaan tersebut, dan pada suatu tujuan atau akhir dari perilaku tersebut. Selain itu menurut Robbins (1993), motivasi adalah suatu dorongan yang menghitung intensitas, arah dan persistence dari usaha seseorang untuk mencapai suatu harapan atau cita-cita.

emosional.

Menurut Wells dan Prensky (1996), motivasi sebagai titik awal dari semua perilaku konsumen, yang merupakan proses dari seseorang untuk mewujudkan kebutuhannya serta memulai melakukan kegiatan untuk memperoleh kepuasan. Dalam bidang pemasaran Sigit (2002:17) menjelaskan bahwa motivasi pembelian adalah pertimbangan-pertimbangan dan pengaruh yang mendorong orang untuk melakukan pembelian. Dalam motivasi pembelian terbagi menjadi dua bagian menjadi motivasi rational dan motivasi emosional.

Motivasi rasional adalah pembelian yang didasarkan pada

kenyataan-kenyataan yang

ditunjukkan oleh suatu produk kepada konsumen dan merupakan atribut produk yang fungsional serta obyektif keadaannya misalnya kualitas produk, harga produk, ketersediaan barang, efisiensi kegunaan barang tersebut dapat diterima. Sedangkan motivasi emosional dalam pembelian berkaitan dengan perasaan, kesenangan yang dapat ditangkap oleh pancaindera misalnya dengan memiliki suatu barang tertentu dapat meningkatkan status sosial, peranan merek menjadikan pembeli menunjukkan status ekonominya dan pada umumnya bersifat subyektif dan simbolik. Pada saat seseorang akan mengambil keputusan untuk membeli suatu produk tentunya akan dipengaruhi oleh kedua jenis motivasi tersebut yaitu motivasi rasional dan emosional.

Motivasi pembelian akan muncul dalam diri konsumen ketika konsumen sudah percaya dan memiliki sikap positif akan suatu merek. Jika konsumen sudah percaya pada suatu merek maka bisa dipastikan jika brand awareness (kesadaran merek) sudah melekat dalam diri konsumen.

(7)

Hipotesis

Berdasarkan kerangka diatas, maka penulis mengemukakan suatu hipotesis untuk identifikasi masalah dan tujuan penelitian sebagai berikut : H0 : Tidak ada hubungan antara brand

awareness dengan mitovasi pembelian konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang.

H1 : Ada hubungan antara brand awareness dengan motivasi pembelian konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang.

H0 : Tidak ada hubungan antara

Unaware of Brand (tidak menyadari merek) dengan motivasi pembelian konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang.

H1: Ada hubungan antara Unaware of

Brand (tidak menyadari merek) dengan motivasi pembelian konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang.

H0 : Tidak ada hubungan antara Brand

Recognition (pengenalan terhadap

merek) dengan motivasi

pembelian konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang.

H1 : Ada hubungan antara Brand Recognition (pengenalan terhadap

merek) dengan motivasi

pembelian konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang.

H0 : Tidak ada hubungan antara Brand Recall (pengingat kembali terhadap merek) dengan motivasi pembelian konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang.

H1 :Ada hubungan antara Brand Recall (pengingat kembali terhadap merek) dengan motivasi pembelian konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang.

H0: Tidak ada hubungan antara Top of Mind (puncak pikiran) dengan motivasi pembelian konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang. H1: Ada hubungan antara Top of Mind

(puncak pikiran) dengan motivasi pembelian konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang.

Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian kuantitatif dengan studi korelasional, yaitu metode yang bermaksud meneliti hubungan antara variabel (Rakhmat, 1991 : 27). Dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara brand awareness dengan motivasi pembelian konsumen Air

(8)

Minum Dalam Kemasan (AMDK) WaterMed dan Hanaang.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:80). Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.

Populasi diambil dari konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang di 2 daerah yaitu daerah Gedebage/Ujungberung dan Karees. Jumlah populasi yang diambil adalah 205 orang konsumen. Setelah populasi ditentukan, maka selanjutnya diambil sampel. Sampel sering diartikan sebagi populasi, oleh karena itu sampel harus memenuhi ciri-ciri yang sama dengan populasi. Sampel dalam penelitian ini

menggunakan sampling acak

sederhana, sampel dalam penelitian ini berjumlah 67 orang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu 1. Kuesioner (angket), 2. Observasi, 3. Wawancara, 4. Studi Kepustakaan.

Pada penelitian ini, teknik pengukuran yang digunakan adalah skala Likert, karena salah satu ukuran yang digunkan dalam penelitin ini adalah skal ordinal. Skala ini memungkinkan responden untuk mengkespresikan intensitas perasaan mere (Simamora, 2004:46). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.

Hasil dan Pembahasan

Pengukuran validitas pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi Rank Spearman. Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur (instrumen) yang digunakan dapat dipercaya atau dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan ketepatan pengukuran. Untuk mengetahui ketepatan alat ukur yang digunakan adalah reliabilitas uji belah dua (Split Half) dari Spearman Brown. Suatu item dinyatakan valid atau dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien

(9)

14 0,837 Valid 15 0,751 Valid 16 0,862 Valid 17 0,583 Valid 18 0,637 Valid 19 0,617 Valid 20 0,949 Valid 21 0,587 Valid 22 0,596 Valid 23 0,361 Valid 24 0,373 Valid 25 0,735 Valid 26 0,797 Valid 27 0,680 Valid 28 0,766 Valid

Split Half 0,976 Reliabel

No Item Koefisien Validitas Ket 5 0,757 Valid 6 0,864 Valid 7 0,758 Valid 8 0,751 Valid 9 0,601 Valid 10 0,601 Valid 11 0,757 Valid 12 0,864 Valid 13 0,722 Valid

validitasnya lebih dari satu atu sama dengan 0,30 (Kaplan dan Saccuzo, 1993: 141). Selain harus valid alat ukur juga harus reliabel. Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Kaplan dan Saccuzo (1993 : 123)

menyatakan : “Sekumpulan

pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,700” (Kaplan, 1993:123).

Berdasarkan penelitian pendahuluan terhadap 30 orang responden untuk menguji kelayakan kuesioner penelitian diperoleh hasil uji validitas dan uji reliabilitas sebagai berikut :

Tabel 1

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Brand Awareness

Sumber : pengolahan data

Hasil perhitungan korelasi untuk uji validitas alat ukur brand awareness berkisar antara 0,361

sampai 0,949. Angka yang

dipergunakan sebagai pembanding untuk melihat valid atau tidaknya suatu item, seperti dikemukanan oleh (Kaplan dan Saccuzo, 1993:141) suatu item dinyatakan valid atau dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari satu atu sama dengan 0,30. Hasil di atas menunjukkan dari 24 item telah dinyatakan valid. Berdasarkan uji reliabilitas, diperoleh koefisien reliabilitas Split Half sebesar 0,976

(10)

0,700. Nilai koefisien reliabilitasnya (0,976) menunjukkan kuesioner tersebut mempunyai kendalan yang baik dalam mengukur Varibel Brand Awareness. Dengan demikian kuesioner cukup layak dipergunakan untuk penelitian. Hubungan antara

brand awareness dengan motivasi

pembelian diukur dengan

menggunakan korelasi rank spearman. Adapun hasil jawaban atas hipotesis-hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Hubungan antara brand awareness (X) dengan motivasi pembelian konsumen (Y)

Variabel rs t hitung t tabel Keputusan Keterangan

X dan Y 0,541 7,370 2,013 Ho ditolak Signifikan Sumber : Data diolah, 2012

Tabel 3

Hubungan antara Unaware of Brand (tidak menyadari merek) (X1) dengan motivasi pembelian konsumen (Y)

Variabel rs t hitung t table Keputusan Keterangan

X1dan Y 0,512 4,257 2,013 Ho ditolak Signifikan

Sumber : Data diolah, 2012

Tabel 4

Hubungan antara Brand Recognition (pengenalan merek) (X2) dengan motivasi pembelian konsumen (Y)

Variabel rs t hitung t table Keputusan Keterangan

X2dan Y 0,524 4,735 2,013 Ho ditolak Signifikan

(11)

Tabel 5

Hubungan antara Brand Recall (pengingat kembali terhadap merek) (X3) dengan motivasi pembelian konsumen (Y)

Variabel rs t hitung t table Keputusan Keterangan

X3dan Y 0,497 3,611 2,013 Ho ditolak Signifikan

Sumber : Data diolah, 2012

Tabel 6

Hubungan antara Top of Mind (puncak pikiran) (X4) dengan motivasi pembelian konsumen (Y)

Variabel rs t hitung t table Keputusan Keterangan

X4dan Y 0,493 4,088 2,013 Ho ditolak Signifikan

Sumber : Data diolah, 2012

Pada tabel 2 diatas dapat dilihat korfisien korelasi rank spearman (rs) adalah sebesar 0,541.

Hasil uji signifikansi diperoleh nilai t hitung sebesar 7,370 dan nilai t tabel sebesar 2,013, maka dapat dilihat bahwa thitung (7,370) > ttabel (2,013) sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Brand Awareness (X) dengan Motivasi Pembelian (Y).

Pada tabel 3 diatas dapat dilihat koefisien korelasi rank spearman (rs) adalah sebesar 0,512.

Hasil uji signifikansi diperoleh nilai t hitung sebesar 4,257 dan nilai t tabel sebesar 2,013, maka dapat dilihat

bahwa thitung (4,257) > ttabel (2,013), sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Unaware of Brand (tidak menyadari merek) dengan motivasi pembelian.

Pada tabel 4 diatas dapat dilihat koefisien korelasi rank spearman (rs) adalah sebesar 0,524.

Hasil uji signifikansi diperoleh nilai t hitung sebesar 4,735 dan nilai t tabel sebesar 2,013, maka dapat dilihat nilai thitung (4,735) > ttabel (2,013), sehingga

H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Brand Recognition (pengenalan merek) dengan motivasi pembelian.

(12)

Pada tabel 5 diatas dapat dilihat koefisien korelasi rank spearman (rs) adalah sebesar 0,497.

Hasil uji signifikansi diperoleh nilai t hitung sebesar 3,611 dan nilai t tabel sebesar 2,013, maka dapat dilihat nilai thitung(3,611) > ttabel (2,013), sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Brand Recall (pengingat kembali terhadap merek) dengan motivasi pembelian.

Pada tabel 6 diatas dapat dilihat koefisien korelasi rank spearman (rs) adalah sebesar 0,493.

Hasil uji signifikansi diperoleh nilai t hitung sebesar 4,088 dan nilai t tabel sebesar 2,013, maka dapat dilihat nilai thitung(4,088) > ttabel (2,013), sehingga

H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Top of Mind (puncak pikiran) dengan motivasi pembelian.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara brand awareness dengan motivasi pembelian konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang. Untuk kesimpulan sub variabelnya adalah sebagai berikut :

1. Ada hubungan yang signifikan antara Unaware of Brand (tidak menyadari merek) dengan motivasi pembelian konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang.

2. Ada hubungan yang siginfikan antara Brand Recognition (pengenalan merek) dengan motivasi pembelian konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang. 3. Ada hubungan yang signifikan

antara Brand Recall (pengingat kembali terhadap merek) dengan motivasi pembelian konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang. 4. Ada hubungan yang signifikan

antara Top of Mind (puncak pikiran) dengan motivasi pembelian konsumen AMDK WaterMed dan Hanaang.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna, sebagai berikut:

1. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa atribut dari merek air minum dalam kemasan WaterMed dan Hanaang cukup dikenal oleh konsumen, perusahaan PDAM Tirtawening Kota Bandung harus lebih meningkatkan promosi dalam

(13)

memperkenalkan produk WaterMed dan Hanaang kepada masyarakat Bandung.

2. Hubungan semua sub variabel brand awareness dengan motivasi pembelian konsumen AMDK

WaterMed dan Hanaang

merupakan hubungan yang cukup berarti, perlu ditingkatkan oleh

PDAM Tirtawening agar

hubungan tersebut menjadi kuat, dengan cara melakukan bauran promosi atau buaran pemasaran produk.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Aaker A. David dan John G. Myers. 1986. Advertising Management. Prentice Hall. ---. 1991. Managing Brand Equity: Capitalizing on the Value of a

Brand Name. New York. The Free Press.

Aaker A., David, 1997. Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta: Spektrum Mitra Utama. Azwar, Syaifuddin. 2002. Realibilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, Robert A & Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Blech, George E.& Michael A. Belch. 2003. ADVERTISING AND PROMOTION An Intergrated Marketing Communication Perspective, Sixth Edition, © The McGraw−Hill Companies.

Durianto, Darmadi, Sugiarto & Lie Joko Budiman. 2004. Brand Equity Ten : Strategi Menimpin Pasar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kasali, Rhenald. 2007. Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Keller, Kevin. L. 2003. Strategic Brand Management. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Kotler, Philip. 1994. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Penerbit Erlangga-Prentice Hall.

. 2002. Manajemen Pemasaran Edisi Millenium. Jakarta: PT. Prenhalindo.

. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta: Indeks.

. 2008. Manajemen Pemasaran Edisi keduabelas Jilid 1. Jakarta: Indeks.

(15)

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pickton, David & Amanda Broderick. 2001. Integrated Marketing Communication. Harlow: Prentice Hall.

Prasetijo, Ristiyanti, Dra., MBA & Ihalauw, John J.O.I, Prof., Ph.D. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Andi.

Prisgunanto, Ilham, M.Si. Komunikasi Pemasaran : Strategi dan Taktik. Bogor: Ghalia Indonesia

Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rangkuti, F. 2003. Riset Pemasaran. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. . 2004 The Power of Brands. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi

Pemasaran Terpadu Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Siegel, Sydney. 1997. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia.

Sigit, Soehardi. 2002. Pemasaran Praktis Edisi Ke-Tiga. Yogyakarta: BPFE.

Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia. . 2003. Aura Merek, 7 Langkah Membangun Merek yang Kuat. Jakarta: PT. Gramedia.

Sugiyono, Prof., Dr. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alvabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi melaksanakan diet pada pasien diabetes mellitus rawat jalan di RSUD Dr.. Bagi RSUD

Regio Urogenital Ceramah/ Kuliah Pakar, dan praktikum LCD, laptop, power point bahan ajar, Buku penuntun praktikum 2 x 60 menit 3 x 60 menit (praktik um) • Ujian

Selain itu diharapkan hasil penelitian yang penulis temukan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil kebijakan

Terdapat perbedaan signifikan nilai pretest dan posttest sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan, berdasarkan hasil t hitung lebih besar dari pada harga t tabel

Selain itu pendapat lain, menurut Abdurrahman (2010, hlm. 223) menyata- kan, bahwa banyak orang yang menyukai membaca daripada menulis, karena menulis dirasakan lebih

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI nomor 21 tahun 2009 tentang Standar Penyiaran Digital Untuk Penyiaran Radio pada Pita VHF di Indonesia menyatakan

Kemudian di didihkan sampai jernih (kurang lebih 5 jam) (pengerjaan harus dilakukan dilemari asam). Titrasi destilat yang diperoleh dengan HCl 0,02 N sampai