• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS MAKALAH POLITIK HUKUM PERTANAHAN - Desi Yolanda (E1032161041)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS MAKALAH POLITIK HUKUM PERTANAHAN - Desi Yolanda (E1032161041)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MAKALAH

POLITIK HUKUM PERTANAHAN

DISUSUN OLEH :

DESI YOLANDA

(E1032161041)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2017

(2)

Puji syukur saya panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dengan selasai dan ketentuan yang diberikan Dosen kepada saya.

Penulisanm makalah yang berjudul “Politik Hukum Pertanahan” ini, bertujuan untuk mengetahui Politik Hukum Pertanahan di Indonesia pada umumnya.

Pada saat ini saya menyampaikan apa bila ada kesalahan yang kurang baik dalam menyelesaikan makalah ini saya minta maaf. saya menyadari dalam menyelesaikan makalah ini, masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas untuk itu saya sangat mengharapkan arahan, bimbingan dan saran dari Bapak/Ibu Dosen sebagai bahan bagi saya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dikemudian hari.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua narasumber yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.

Pontianak, April 2018

Desi Yolanda

(3)

KATA PENGANTAR………..

E. Kebijakan Pertanahan Berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor Ix Tahun2001………

F. Kebijakan Pertanahan Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Nasional Di Bidang Pertanahan………..

G.Kebijakan Pertanahan Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional………..

(4)

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan……….

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berdasarkan beberapa pengertian atau definisi di atas, maka dapat dikemukakan pengertian atau definisi politik hukum tanah atau agraria adalah legal policy atau garis(kebijakan) resmi tentang hukum yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan penggantian hukum lama, dalam rangka mencapai tujuan negara dalam bidang pertanahan atau agraria.

Politik agraria adalah garis besar kebijaksanaan yang dianut oleh negara dalammemelihara, mengawetkan, memperuntukkan, mengusahakan, mengambil manfaat,mengurus dan membagi tanah dan sumber alam lainnya termasuk hasilnya untuk kepentingankesejahteraan rakyat dan negara, yang bagi negara Indonesia berdasarkan Pancasila danUndang-undang Dasar (UUD) 1945.

Berlakunya Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok – pokok agraria pada tanggal 24 September 1960 merupakan tonggak sejarah perkembangan agraria / pertanahan di Indonesia dan hukum pertanahan pada khusunya.

(6)

publik dan perdata yang dapat disusun dan dipelajarai secara sistematik hingga secara keseluruhan menjadi satu kesatuan yang merupakan suatu sistem.

Politik hukum tanah Indonesia bertitik tolak dari keberadaan Pasal 33 UUD 1945 yanng mengamanatkan penguasaan bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya oleh negara digunakan sebesar – besarnya kemakmuran rakyat. Sehingga arah kebijakan pembangunan petanahan Indonesia kepada pendayagunaan potensi dalam negeri demi kepentingan rakyat. Yahya Harahap berpendapat hukum mengendalikan keadilan. Keadilan yang dikehendaki hukum harus mencapai nilai : persamaan hak azazi individu, kebenaran, kepatutan dan melindungi masyrakat. Selain itu juga menurut beliau hukum tidaklah sesuatu yang berdiri sendiri ia tidak dapat dipisahkan dari budaya, sejarah dan waktu dimana kita sedang berada. Setiap perkembangan sejarah dan sosial akan didikuti dengan perkembangan hukum, karena setiap perubahan sosial akan mempengaruhi perkembangan hukum.

(7)

B. Rumusan Masalah

a) Apakah yang dimaksud dengan Hukum Politik Pertanahan?

b) Apa saja Hukum Politik Pertanahan?Tujuan C. Tujuan Masalah

a) Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Hukum Politik Pertanahan.

b) Untuk mengetahui apa saja Hukum Politik Pertanahan.

(8)

A.

PENGERTIAN POLITIK

Pengertian Politik Menurut Para Ahli, di antaranya sebagai berikut :

1. Wilbur White (White’s Political Dictionary, 1947) mengatakan bahwa Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari negara dan pemerintahan; ilmu politik adalah sebuah studi yang berhubungan dengan tata letak, bentuk-bentuk, dan proses dari sebuah negara dan pemerintahan.

2. David Easton (1965) menjelaskan bahwa politik adalah satu bentuk tertentu dari tindakan sosial,yakni bentuk tindakan yang menjamin pengambilan dan pelaksanaan keputusan-keputusan, serta definisi atas bidang penerapannya (Antropologi Politik, George Balandier).

3. Rober A. Dahl menyatakan bahwa politik bisa dilihat dari sisi penekannyan pada individu. Bagi Dahl, politik adalah pola-pola menetap dari relasi manusia yang berkepentingan dengan masalah kekuasaan,, hukum (pemerintah, kaidah, adat) dan kekuasaan.

4. Black Colitic mengatakan bahwa hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan dan administrasi pemerintah negara dan bangsa/ penyelenggara fungsi-fungsi/ penyelenggara mengatur urusan pemerintah.

5. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Badudu,Zaine mengatakan bahwa politik adalah dengan segala macam ketatanegaraan yang menyangkut pemerintahan yang didalamnya ada sistem kebijakan serta siasat menyikapi urusan dalam maupun luar negeri.

(9)

Pengertian Politik Hukum adalah yang berhubungan dengan kebijaksanaan untuk menentukan kaidah – kaidah hukum sesuai dengan ideologi penguasa.

Menurut Rahardjo Kaidah/Tujuannya dalam penegak hukum adalah mencapai tujuan, cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut dan cara mana untuk mencapai tujuan tersebut, mengapa politik itu di ubah dan apa dampaknya, bagaimanakah cara perubahan itu sebaiknya dilakukan.

Politik Hukum Pertanahan adalah Kebijakan pemerintah dibidang pertanahan yang ditujukan untuk peruntukan dan penggunaan penguasa atau pemilik tanah, peruntukan penggunaan tanah untuk menjamin perlindungan huku dan meningkatkan kesejateraan serta mendorong kegiatan ekonomi melalui pemberlakuan Undang-Undang Pertanahan dan Peraturan Pelaksanaannya.

(10)

C.

KONSEPSI HUKUM TANAH NASIONAL

Sumber utama dalam pembangunan hukum tanah nasional adalah hukum adat. Hal ini tercermin dari rumusan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang UUPA yang menyatakan bahwa: hukum agraria yang berlaku atas bumi, air, dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia, serta dengan peraturan-peraturan yang tercermin dalam undangundang ini dan dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama.

Sifat komunalistik dalam konsepsi hukum tanah nasional tercermin dalam rumusan Pasal 1 ayat 1 UUPA yang menyebutkan bahwa seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia. Sementara itu, sifat religius konsepsi hukum tanah nasional terdapat dalam Pasal 1 ayat 2 UUPA yang menyebutkan bahwa seluruh bumi,air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan lam yang terkandung didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air, dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.

D.

HAK PENGUASA ATAS TANAH SEBAGAI OBJEK HUKUM

(11)

1.

Hak Bangsa Indonesia

Hak bangsa Indonesia mengandung dua unsur, yaitu sebagai berikut.

a.

Unsur kepunyaan bersama yang bersifat perdata, tetapi bukan berarti hak kepemilikan dalam arti yuridis, tanah bersama dari seluruh rakyat Indonesia yang telah bersatu menjadi bangsa Indonesia (Pasal 1 ayat (1) UUPA)

.

Pernyataan ini menunjukkan sifat komunalistik dari konsepsi Hukum Tanah Nasional. Apabila unsur perdata sifatnya abadi dan tidak memerlukan campur tangan kekuasaan politik untuk melaksanakannya tugas kewajiban yang termasuk hukum publik tidak mungkin dilaksanakan sendiri oleh rakyat.

(12)

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2.

Hak Menguasai Negara

Dalam Pasal 2 ayat (1) UUPA disebutkan bahwa negara adalah organisasi kekuasaan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa bangsa Indonesia membentuk negara Republik Indonesia untuk melindungii segenap tanah air Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum.

3.

Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat

Berdasarkan Pasal 3 UUPA terhadap hak ulayat yang masih ada diakui eksistensinya oleh UUPA sepanjang hak ulayat itu masih hidup. Sementara itu, pelaksanaannya dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan UUPA serta kepentingan pembangunan yang diselenggarakan dewasa ini.

4.

Hak – hak Perorangan Atas Tanah

a.

Hak – hak Atas Tanah

(13)

memenuhi dua jenis kebutuhan, yaitu untuk diusahakn dan tempat membangun sesuatu.

Hak-hak atas tanah dalam hukum tanah nasional, pada dasarnya meliputi sebagai berikut.

1)

Hak-hak atas tanah yang primer, yaitu hak-hak atas tanah yang diberikan oleh negara dan bersumber langsung pada hak bangsa Indonesia atas tanah. Jenis hak atas tanahnya antara lain: hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai.

2)

Hak-hak atas tanah yang sekunder, yaitu hak-hak atas tanah yang diberikan oleh pemilik tanah dan bersumber secara tidak langsung pada hak bangsa Indonesia atas tanah.

b.

Hak Atas Tanah Wakaf

(14)

sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah atay kesejahteraan umum menurut syariah.

c.

Hak Jaminan Atas Tanah

Hak Jaminan atas tanah dalam hukum tanah nasional adalah hak tanggungan menggantikan Hypotheek dan Credietverband sebagai lembaga-lembaga hak jaminan atas tanah yang lama. Hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, sesuai dengan ketentuan Pasal 25,33,39 UUPA, dan hak milik atas satuan rumah susun menurut Pasal 13 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah dan Benda – benda yang berkaitan dengan Tanah, objek hak tanggungan ditambah hak pakai atas tanah negara.

d.

Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun

(15)

e.

Hak Pengelolaan

Hak pengelolaan untuk kali pertama disebut dan diatur dalam Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konveksi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara dan Ketentuan-ketentuan tentang kebijakan selanjutnya juncto Peraturan Menteri Agraria Nomor 1 Tahun 1966 tentang Pendaftaraan hak Pakai dan Hak Pengelolaan dan dihubungkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 tentang Penguasaan Tanah-tanah Negara, yaitu dalam menegaskan pelaksanaan konveksi hak-hak penguasaan yang ada pada departemen-departemen dan daerahdaerah swatantra berdasarkan peraturan menteri tersebut. Ketentuan hak Pengelolaan dalam Peraaturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahn 1965 diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974 tentang Ketentuan –Ketentuan Mengenai Penyediaan dan Pemberian Hak untuk Keperluan Perusahaan juncto Peraturan Menetri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 tentang Tata cara Permohonan dan Penyelesaian Pemberian Hak Atas Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan Serta Pendaftarannya.

(16)

Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan. Menurut Pasal 67 Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999, Hak pengelolaan dapat diberikan kepada: instansi pemerintah termasuk pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, PT persero, badan otorita, badan-badan hukum lainnya yang ditunjuk pemerintah.

E.

KEBIJAKAN PERTANAHAN BERDASARKAN KETETAPAN

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT NOMOR IX TAHUN 2001

Ketetapan Majelis Permusyawarakatan Rakyat Nomor IX Tahun 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam ditetapkan pada Sidang MPR pada tanggal 9 November 2001. Kedudukan TAP MPR hanya merupakan tuntunan bagi penetapan arah dan kebijakan pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam.

F.

KEBIJAKAN PERTANAHAN BERDASARKAN KEPUTUSAN

PRESIDEN NOMOR 34 TAHUN 2003 TENTANG KEBIJAKAN NASIONAL DI BIDANG PERTANAHAN

Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di BidangPertanahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten. Kewenangan tersebut antara lain :

(17)

2.

Penyelenggaranaan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan;

3.

Penyelesaian sengketa tanah garapan;

4.

Penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan;

5.

Penetapan subjek dan objek redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee;

6.

Penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat;

7.

dan penyelesaian tanah kosong;

8.

Pemeberian izin membuka tanah;

9.

Perencanaan pengunaan tanah wilayah kabupaten/kota.

10.

Kebijakan pertanahan diarahkan kepada upaya menjalankan TAP MPR Nomor IX / 2001 tentang pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, khususnya Pasal5 ayat 1.

G.

KEBIJAKAN PERTANAHAN BERDASARKAN PERATURAN

PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL

(18)

merupakan perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga perlu di atur dan dikelola secara nasional untuk menjaga keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Komite Pertanahan. Komite Pertanahan ini bertujuanuntuk menggali pemikiran dan pandangan dari pihak – pihak yang berkepentingan dengan bidang pertanahan dan dalamrangka perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan, adapun tugas Komite Pertanahan yaitu memerikan masukan, saran, dan pertimbangan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional dalam perumusan kebijakan nasional dibidang pertanahan.

(19)

H.

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG NORMA DAN STANDAR

MEKANISME KETATALAKSANAAN KEWENANGAN

PEMERINTAH DI BIDANG PERTANAHAN YANG DILAKSANAKAN OLEH PEMERINTAH KOTA/KABUPATEN

(20)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

“Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan

Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasioanal dan Negara, yang berdasarkan atas

Kembalinya dasar pengaturan hukum agraria kepada hukum asli Indonesia terdapat dalam Pasal 5 UUPA, bahwa hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang

• Dalam Pasal 5 UUPA ada disebutkan bahwa hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan

Posisi Hukum Adat & Hak Ulayat Menurut UUPA Pasal 5 Menurut hukum agraria yang berlaku ataş bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan

Penjelasan mengenai Pasal 5 dinyatakan, bahwa: “Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air, dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional

5 Tahun 1960 yang berbunyi : Hukum Agraria yang berlaku atas, bumi, air dan ruang angkasa adalah Hukum Adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara, yang

Hukum Adat merupakan dasar hukum dari tanah yang berada di Indonesia, Pasal 5 Undang-undang Pokok Agraria menyatakan: “Hukum Agraria yang berlaku atas bumi,air ,dan ruang angkasa ialah