• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Studi Kualitatif Perilaku Seks Pranikah Remaja Putri Di Kota Gunungsitoli Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Studi Kualitatif Perilaku Seks Pranikah Remaja Putri Di Kota Gunungsitoli Tahun 2013"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku seksual dikalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Sekitar 1 juta remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita (1%) secara terbuka menyatakan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual (Fuad, 2003 ; Depkes RI, 2006). Usia remaja pertama kali melakukan hubungan seksual aktif, lanjut Fuad bervariasi antara usia 14-23 tahun dan usia terbanyak adalah antara 17-18 tahun. Perilaku seksual pada remaja ini berakibat pada kehamilan diluar nikah, penyakit menular seksual dan maraknya kasus aborsi (Sarwono, 2003).

(2)

2010 yang menunjukkan dalam tiap sekolah rata-rata ditemukan empat hingga tujuh siswa yang hamil, bahkan pada tahun tersebut kenaikannya 10% hingga 15%.

Sirait selaku Ketua Komnas Perlindungan Anak dalam Forum Diskusi Anak Remaja (2011), menemukan bahwa remaja yang melakukan seks pranikah kebanyakan diusia 15 tahun. Data tersebut ditemukan dengan mengumpulkan 14.726 sampel anak SMP dan SMA di 12 kota besar di Indonesia, antara lain Jakarta, Bandung, Makassar, Medan, Lampung, Palembang, Kepulauan Riau dan kota-kota di Sumatera Barat. Ditemukan juga sebanyak 21 persen remaja atau satu diantara lima remaja di Indonesia pernah melakukan aborsi. Mereka mengaku hampir 93,7 persen pernah melakukan hubungan seks, 83 persen mengaku pernah menonton video porno, dan 21,2 persen mengaku pernah melakukan aborsi.

(3)

Menurut Simanjorang (2011) berdasarkan penelitiannya diberbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah. Sebanyak 62,7 % anak SMP mengaku sudah tidak perawan. Sebanyak 21,2 % remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi. Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta adalah remaja perempuan. Lebih lanjut Simanjorang menjelaskan, tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja tersebut erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen di antaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara.

(4)

World Health Organization (WHO), di tahun 2010 mengatakan bahwa setiap

tahun terdapat 210 juta remaja yang hamil di seluruh dunia. Dari angka tersebut, 46 juta di antaranya melakukan aborsi yang diakibatkan karena terlalu nafsu birahi selama pacaran. Akibatnya terdapat 70.000 kematian remaja akibat melakukan aborsi tidak aman sementara empat juta lainnya mengalami kesakitan dan kecacatan. Lebih lanjut World Health Organization (WHO) juga memperkirakan ada 20 juta kejadian aborsi tidak aman (unsafe abortion) di dunia, 9,5% (19 dari 20 juta tindakan aborsi tidak aman) diantaranya terjadi di negara berkembang. Sekitar 13% dari total remaja yang melakukan aborsi tidak aman berakhir dengan kematian. Di wilayah Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun, dan sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia, di mana 2.500 di antaranya berakhir dengan kematian (Soetjiningsih, 2011).

Syarif (2010) menyatakan bahwa mahasiswi di Yogyakarta dari 1.660 responden sekitar 37% mengaku sudah kehilangan kegadisannya. Hubungan seks pranikah yang dilakukan dengan pacar maupun dengan laki-laki yang sudah beristri demi beberapa lembar uang. Terjadi kehamilan rata-rata 17% per tahun (kehamilan yang tidak diinginkan), sebagian dari jumlah tersebut bermuara pada praktik aborsi. Grafik aborsi di Indonesia termasuk katagori cukup tinggi dengan jumlah rata-rata per tahun mencapai 2,4 juta jiwa.

(5)

pada usia 13-15 tahun yang dilakukan dengan pacar di rumah mereka. Berdasarkan penelitian BKKBN tahun 2010 sebanyak 30% siswa SMP dan SMA di Indonesia melakukan praktik seks bebas secara aktif.

Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia Sahabat Remaja (SAHARA) melakukan polling di kota Bandung dan hasilnya 44,8% mahasiswi dan juga remaja kota Bandung sudah pernah melakukan hubungan intim. Mahasiswi yang berjumlah 1000 orang dan polling yang dilakukan LSM Sahara Indonesia dari tahun 2006 sampai dengan 2010, diketahui bahwa tempat yang paling sering untuk melakukan hubungan seks yaitu di rumah kos (51,5%); menyusul rumah-rumah pribadi (sekitar 30%); rumah wanita (27,3%); hotel atau wisma (11,2%); taman luas (2,5%); tempat rekreasi dan bersantai (2,4%); seks di ruangan kelas di kampus Bandung (1,3%); dalam mobil goyang (0,4%) dan lain-lain tidak diketahui (0,7%). Responden mengaku bahwa perilaku seksual ini terjadi tanpa paksaan dan adanya rasa kebutuhan, serta telah aktif melakukan hubungan seksual lebih dari satu orang pasangan.

(6)

Hasil kajian BKKBN (2010) mengatakan bahwa rata-rata dari 100 remaja di wilayah Jabodetabek, sekitar 54% pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Kejadian seks pranikah di Surabaya mencapai 47%, di Bandung dan Medan 52%. Perilaku seks bebas di kalangan remaja berefek pada kasus infeksi penularan HIV/AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia.

Tingginya kejadian hubungan seks pranikah pada remaja menurut berbagai penelitian ada bermacam-macam faktor. Menurut penelitian Sebayang (2010) hubungan seks pranikah bisa terjadi karena imbalan dan dorongan dari pikiran. Hubungan seks bukan karena tempat itu ada, tapi karena persetubuhan itu sudah ada dipikirannya untuk dilakukan. Hubungan seks itu dilakukan sebagai imbalan dari kebaikan yang diberikan pacar. Hal itu terjadi karena remaja putri mengalami tekanan-tekanan yang mereka dapatkan di rumah, seharusnya perhatian dan ketenangan mereka dapatkan dari rumah dan orang tua. Pacar yang mereka jadikan sebagai tempat sandaran dan sumber kenyamanan untuk mengatasi tekanan-tekanan yang mereka rasakan malah membawa mereka ke kehidupan yang tidak sewajarnya, mengajarkan mereka sesuatu yang seharusnya belum mereka ketahui. Dalam konteks berpacaran, imbalan menjadi sesuatu hal atau temuan yang baru.

(7)

mereka dan menyadari akibat dari hubungan seks pranikah yaitu kehamilan yang terjadi diluar pernikahan.

Dilihat dari data-data di atas bahwa ternyata hubungan seks bebas sudah tersebar dimana-mana, mulai dari kota besar hingga kota kecil di Indonesia. hal serupa juga terjadi di Kota Gunungsitoli (Nias). Menurut data yang dilaporkan di Kepolisian Resor Gunungsitoli Nias di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) jumlah kasus seks pranikah pada tahun 2012 sebanyak 22 kasus dan pada Januari sampai Maret tahun 2013 sebanyak 5 kasus. Media transportasi, komunikasi, tampaknya ikut menjembatani persebaran perilaku seks pranikah di Kota Gunungsitoli. Gunungsitoli adalah salah satu daerah Kota di Pulau Nias Propinsi Sumatera Utara yang mempunyai jarak lebih kurang 85 mil laut dari Sibolga (Kota Pelabuhan di Pulau Sumatera).

Nias merupakan salah satu daerah yang sebenarnya mentabukan kedekatan antara laki-laki dan perempuan kecuali pasangan tersebut sudah menikah (mangowalu). Adat masyarakat Nias (Fondrako) mengatur segala sisi kehidupan

(8)

(Laholi) ini berupa pemberian emas, hewan piaraan (babi) dan beras pada pemuka

adat di kampung tersebut.

Sebuah kasus seks pranikah terjadi pada siswa pelajar SMU Negeri 1 Gunungsitoli. Mereka melakukan hubungan seks tersebut di warung internet Turia. Warung internet tersebut berada di kawasan jalan Gereja BNKP 1 Gunungsitoli. Pasangan remaja ini merekam perbuatan mereka ke dalam telepon seluler milik mereka. Kejadian ini terjadi pada tanggal 29 November 2010 pada pukul 12.51 siang. Video asusila ini akhirnya tersebar tanpa diketahui siapa penyebarnya. Dalam waktu sekejap masyarakat Gunungsitoli banyak mendapat rekaman video tersebut. Secara hukum adat pasangan ini akhirnya memberi tebusan yaitu “sara siwalu” emas muda, satu ekor babi sebesar 4 alisi “Tunufo” (biaya jamuan saat pertemuan) yaitu seekor babi sebesar 2 alisi. Horo zinongo (biaya sanksi) yaitu satu ekor babi sebesar 4 alisi (ukuran berat pada adat Nias menggunakan satuan alisi, dengan ukuran 1 alisi kurang lebih 10 kilogram).

(9)

adalah, remaja putra tersebut dimasukkan ke dalam penjara dan mendapat pidana selama 4 tahun masa tahanan, sedangkan remaja putri mendapatkan sanksi sosial yaitu bahwa remaja putri tersebut diusir dari kampung oleh ketua adat dan tinggal di negeri seberang (Kota Medan). Kabar terakhir yang diperoleh bahwa remaja putri tersebut sekarang sedang mengenyam pendidikan di salah satu Perguruan Swasta di Medan.

Hukum adat di Nias masih berlaku, namun kasus seks pranikah masih banyak terjadi. Situasi sosial dan faktor eksternal lain yang mendukung hal tersebut tentunya menjadi penyebab hubungan seksual yang terjadi antar remaja. Agama dikenal sebagai penguat dalam hal pengendalian diri dalam mengekang hawa nafsu agar terhindar dari hal-hal yang seharusnya belum layak dilakukan. Hawa nafsu merupakan hal yang sangat menentukan dalam terjadinya perilaku seks bebas. Hubungan seks dilakukan apabila hawa nafsu sudah menguasai dirinya, hawa nafsu membuat seseorang lupa segala-galanya, termasuk lupa akan ajaran agamanya, yang dia tahu hanyalah bagaimana caranya agar nafsunya tersebut tersalurkan. Dan hal demikian terjadi di Nias, remaja tidak mengindahkan fungsi religius sebagaimana mestinya sehingga masih ada terjadi kehamilan di luar nikah dan tindak aborsi.

1.2 Permasalahan

(10)

1. Mengapa remaja bisa melakukan seks pranikah padahal di kota Gunungsitoli ada hukum adat dan agama yang bila dilanggar akan mendapat sanksi ?

2. Situasi dan faktor apa yang memberi peluang/tidak mencegah, sehingga membuat remaja bisa melampiaskan nafsu seksualnya ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dasar-dasar atau faktor-faktor yang sifatnya kontekstual yang menyebabkan terjadinya hubungan seks pranikah di kalangan remaja putri di Nias.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pihak yang berkompeten (stake holder) di Nias untuk menyususn langkah-langkah yang strategis, tepat, dan lebih kontekstual untuk mencegah dan menanggulangi persoalan seks pranikah pada remaja.

2. Manfaat Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Limbah cair tahu yang banyak mengandung banyak protein dimasukkan dalam digester yang di dalamnya telah berisi karbon aktif yang mengikat bakteri-bakteri untuk

Skripsi : Studi komparatif Prestasi belajar Qur’an Hadis Melalui Pendekatan Teacher Centered Learning dengan Student Centered Learning di Madrasah Aliyah Negeri

Tanda perubahan (alterasi) adalah istilah yang dipakai untuk perubahan kromatis (nada yang berjarak ½) salah satu nada dalam suatu Accord.. Tanda perubahan (alterasi) dibagi menjadi

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat karunia dan hidayah- Nya, sehingga Tesis ini dapat selesai dengan melewati berbagai kendala sehingga dapat

(2012) menggambarkan kompleksnya hubungan berbagai jenis hambatan perilaku. Hingga sekarang kegiatan studi dan publikasi analisis dan perhitungan atas hambatan perilaku secanl

pada ekstraksi tanin dari daun ketapang ( Terminalia Catappa Linn ) dengan menggunakan.

Rekor di ng sangat di per l ukan agar dapat di l akukan pengamat an t er hadap pot ensi genet i k sapi PO yang di duga cukup besar ker agamannya kar ena bel um banyak di sent uh ol