• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengontrolan Level Ketinggian Air Secara Otomatis Menggunakan Mikrokontroler ATMega8535 Dengan Sensor Ultrasonik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Pengontrolan Level Ketinggian Air Secara Otomatis Menggunakan Mikrokontroler ATMega8535 Dengan Sensor Ultrasonik"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENGONTROLAN LEVEL KETINGGIAN AIR SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER

ATMEGA8535 DENGAN SENSOR ULTRASONIK

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

AHMAD NAWAWI HARAHAP 082408009

PROGRAM STUDI D-III FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul : SISTEM PENGONTROLAN KETINGGIAN AIR SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN

MIKROKONTROLER ATMEGA8535 DENGAN SENSOR ULTRASONIK Kategori : LAPORAN TUGAS AKHIR

Nama : AHMAD NAWAWI HARAHAP Nomor Induk Mahasiswa : 082408009

Program Studi : DIPLOMA (D3) FISIKA INSTRUMENTASI Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, 06 Juni 2011

Komisi Pembimbing :

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi Fisika Instrumentasi Pembimbing, Ketua,

(3)

PERNYATAAN

SISTEM PENGONTROLAN LEVEL KETINGGIAN AIR SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER

ATMEGA8535 DENGAN SENSOR ULTRASONIK

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya

Medan, 06 Juni 2011

(4)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang dengan limpah karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dalam waktu yang telah ditetapkan.

(5)

ABSTRAK

(6)

DAFTAR ISI

1.4 Sistematika Penulisan...2

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroler ATMega8535...4

2.1.1 Kontruksi ATMega8535...6

2.1.2 Pin-Pin Pada Mikrokontroler ATMega8535...8

(7)

2.7.2 Dioda Penyearah (Rectifier)...27

2.7.3 Dioda Zener...28

2.7.4 Dioda Cahaya (LED : Light Emitting Dioda)...28

2.8 Relay...29

2.9 Sensor Jarak Ultrasonik PING...30

BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok...34

3.2 Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535...35

3.3 Rangkaian Power Supplay (PSA)...36

3.4 Rangkaian Relay Pengendali Pompa Air...37

3.5 Saklar...39

3.6 Sensor Ultrasonik Ping...40

3.6.1 Prinsip Kerja Pemancar Ultrasonik (Transmitter)...42

3.6.2 Prinsip Kerja Penerima Ultrasonik (Receiver)...43

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller ATMega8535...44

4.2 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA)...45

4.3 Pengujian Rangkaian Relay...46

4.4 Pengujian Sensor Ultrasonik PING...47

4.5 Dta Analisa Pengukuran Jarak Ketinggian Air...49

4.6 Diagram Alir (Flowchart)...54

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.4 Gelang Resistor 13

Tabel 2.5 Nilai Kapasitor 19

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Konfigurasi IC Mikrokontroller ATMega8535 8

Gambar 2.2 Blog Diagram IC ATMega8535 9

Gambar 2.3 Bentuk Fisik Transformator 11

Gambar 2.4 Fluks Pada Transformator 12

Gambar 2.5 Resistor Karbon 13

Gambar 2.6 Potensiometer 15

Gambar 2.7 Grafik Perubahan Nilai pada Potensiometer 15

Gambar 2.8 Skema Kapasitor 16

Gambar 2.9 Electrolytic Capacitor (ELCO) 18

Gambar 2.10 Ceramic Capasitor 19

Gambar 2.11 Simbol Tipe Transistor 21

Gambar 2.12 Transistor sebagai Saklar ON 23 Gambar 2.13 Karakteristik Daerah Saturasi Pada Transistor 24 Gambar 2.14 Transistor Sebagai Saklar OFF 25

Gambar 2.15 Simbol Dioda 26

Gambar 2.16 Sifat Dioda Bias Maju dan Bias Mundur 27 Gambar 2.17 Dioda Penyearah Yang Diberi Arus Bolak Balik (AC) 28

Gambar 2.18 Simbol Dioda Zener 28

Gambar 2.19 Simbol Dioda Cahaya ( LED ) 29

Gambar 2.20 Simbol Relay dan Rangkaian Driver 30 Gambar 2.21 Sensor jarak ultrasonik ping 31

Gambar 2.22 Instalasi Sensor Ping 31

Gambar 2.23 Diagram Waktu Sensor Ping 32

Gambar 2.24 Jarak Ukur Sensor Ping 32

Gambar 3.1 Diagram Blok 34

(10)

Gambar 3.6 Prinsip Pemantulan Sensor Ultrasonik 41 Gambar 3.7 Pemancar Ultrasonik Transmitter 42 Gambar 4.1 Rangkaian Power Supplay (PSA) 46

Gambar 4.2 Pengujian Rangkaian Relay 47

(11)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang dengan limpah karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dalam waktu yang telah ditetapkan.

(12)

ABSTRAK

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perkembangan teknologi informatika semakin hari semakin bertambah maju. Dalam

dunia industri, informatika memegang peranan penting dalam proses produksi. Seiring

dengan lajunya percepatan teknologi, membuat banyak orang menjadi termotifasi

untuk membuat sesuatu hal yang baru, sesuatu yang dapat dikendalikan secara

otomatis dengan menggunakan suatu sistem yang mudah dioperasikan. Pada

kenyataannya, informatika juga dapat mengurangi beban pemerintah dalam hal

penghematan energi listrik, dengan alat-alat yang dapat menghemat listrik atau pun

sumber daya lainnya seperti penghematan air bila dipadukan dengan sedikit rangkaian

elektronika.

Contohnya dalam hal, pengisian penampung air yang dapat menghemat air

dan listrik. Apalagi pada zaman sekarang ini, dimana pemerintah menghimbau

kepada setiap masyarakat untuk dapat lebih berhemat terutama energi listrik dan

menghemat air. Dengan latar belakang itulah, penulis memilih judul “Sistem

Pengontrolan Level Ketinggian Air Secara Otomatis Menggunakan Mikrokontroler

ATMega8535 Dengan Sensor Ultrasonik”. Dengan sistem ini, kita tidak perlu

khawatir terhadap penampung air dirumah kita. Ketika sistem diaktifkan, dimana

dalam hal ini sistem pengisian air akan aktif, maka pengontrolan terhadap penampung

(14)

tangki air sudah penuh atau belum. Dengan demikian pemilik rumah sudah dapat

menghemat air, listrik dan waktu.

1.2.BATASAN MASALAH

Untuk membahas persoalan agar sesuai dengan tujuan, maka penulis membatasi

pembahasan Tugas Akhir. Adapun yang menjadi batasan masalah adalah sebagai

berikut :

1. Hanya membahas prinsip kerja untuk Sistem Pengontrolan Level Ketinggian

Air Secara Otomatis Menggunakan Mikrokontroler ATMega8535 Dengan

Sensor Ultrasonik.

2. Pembahasan pada hardware dan software komputer terbatas kepada

penggunaannya dalam rangkaian dan tidak dibahas secara rinci.

3. Alat uji ini hanya dapat menguji ketinggian air pada tangki penyimpanan air

secara otomatis menggunakan Atmega8535 dengan sensor ultrasonik.

1.3.TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah Sistem

Pengontrolan Level Ketinggian Air Secara Otomatis Menggunakan Mikrokontroler

ATMega8535 Dengan Sensor Ultrasonik. Mempermudah dalam pengisian air, karena

pada pengisiannya dilakukan secara otomatis dengan sensor ultrasonik. Dengan sistem

ini kita tidak perlu khawatir terhadap penampungan air dirumah kita dan dapat

(15)

1.4.SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat

sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari Sistem Pengontrolan

Level Ketinggian Air Secara Otomatis Menggunakan Mikrokontroler ATMega8535

Dengan Sensor Ultrasonik, maka penulis menulis laporan ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam Bab ini berisikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan, batasan

masalah, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang

digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori pendukung

itu antara lain tentang mikrokontroler ATmega8535 (hardware dan software),

bahasa program yang digunakan, serta karekteristik dari komponen-komponen

pendukung.

BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN

Pada bab ini akan dibahas sistem kerja rangakian, yaitu diagram blok dari

(16)

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan pengujian alat,

penjelasan mengenai rangkaian – rangkaian yang digunakan, penjelasan

mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler Atmega8535.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang

dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih

efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai

(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Mikrokontroler ATMega8535

Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontoler dan mikrokomputer,

hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi

baru, yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak

namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi secara massal (dalam

jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah (dibandingkan mikroprosesor).

Sebagai kebetuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk memenuhi selera industri dan

para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat bantu dan mainan yang lebih

canggih.

Ilustrasi yang mungkin bisa memberikan gambaran yang jelas dalam

penggunaan mikrokontroler adalah aplikasi mesin tiket dalam arena permainan yang

saat ini terkenal di Indonesia. Jika kita sudah selesai bermain, maka akan diberikan

suatu nilai, nilai inilah yang menentukan berapa jumlah tiket yang bisa diperoleh dan

jika dikumpulkan dapat ditukar dengan berbagai macam hadiah. Sistem tiket ini

ditangani dengan mikrokontroler, karena tidak mungkin menggunakan computer PC

yang harus dipasang disamping (atau di belakang) mesin permainan yang

bersangkutan.

Selain system tiket, kita juga dapat menjumpai aplikasi mikrokontroler dalam

bidang pengukuran jarak jauh atau yang dikenal dengan system telemetri. Misalnya

(18)

jika dipasang suatu system pengukuran yang bisa mengirimkan data lewat pemancar

dan diterima oleh stasiun pengamatan dari jarak yang cukup aman dari sumbernya.

Sistem pengukuran jarak jauh ini jelas membutuhkan suatu system akusisi data

sekaligus system pengiriman data secara serial (melalui pemancar), yang semuanya itu

bisa diperoleh dari mikrokontroler yang digunakan.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam

program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya),

mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan

lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada system computer

perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna

disimpan dalam ruang RAM yang relative besar, sedangkan rutin-rutin antarmuka

perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada

mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program

control disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang

ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat

penyimpanan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada

mikrokontroler yang bersangkutan.

Mikrokontroler ATMega8535 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51

keluaran Atmel. Jenis Mikrokontroler ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk

mengolah data per bit ataupun 8 bit secara bersamaan. Pada prinsipnya program pada

Mikrokontroler dijalankan bertahap, jadi pada program itu sendiri terdapat beberapa

(19)

Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh Mikrokontroler ATMega8535 adalah

sebagai berikut :

a. Sebuah Central Processing Unit 8 bit.

b. Osilatc : Internal dan rangkaian pewaktu.

c. RAM internal 128 byte.

d. Flash Memory 2 Kbyte.

e. Lima buah jalur interupsi (dua buah interupsi eksternal dan tiga buah

interupsi internal).

f. Empat buah programmable port I/O yang masing – masing terdiri dari

delapan buah jalur I/O.

g. Sebuah port serial dengan control serial full duplex UART.

h. Kemampuan untuk melaksanakan operasi aritmatika dan operasi logika.

Kecepatan dalam melaksanakan instruksi per siklus 1 mikrodetik pada frekuensi 12

MHz.

2.1.1 Kontruksi ATMega8535

Mikrokontrol ATMega8535 hanya memerlukan 3 tambahan kapasitor,1 resistor dan 1

kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-Farad dan resistor 10 KiloOhm

dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini

ATMega8535 otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan

frekuensi maksimum 24 MHz dan kapasitor 30 piko-Farad dipakai untuk melengkapi

rangkaian oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja

mikrokontroler. Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler.

(20)

Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya. Sesuai dangan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori

penyimpanan progam ini dinamakan sebagai memori program.

Random Access Memori (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat progam bekerja. RAM yang dipakai

untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan progam yang sudah

baku dan diproduksi secara massal, progam diisikan ke dalam ROM pada saat IC

mikrokontroler dicetak di pabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler

mengunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang

disingkat menjadi PEROM atau PROM. Dulu banyak dipakai UV-EPROM (Ultra

Violet Eraseable Progamble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah.

Jenis memori yang dipakai untuk Memori Program ATMega8535 adalah Flash

PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat

bantuan alat yang dinamakan sebagai ATMega8535 Flash PEROM Programmer.

Memori Data yang disediakan dalam chip ATMega8535 sebesar 128 byte,

meskipun hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah

cukup.

Sarana Input/Ouput yang disediakan cukup banyak dan bervariasa.

ATMega8535 mempunyai 32 jalur Input/Ouput. Jalur Input/Ouput paralel dikenal

(21)

ATMega8535 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver/ Transmiter) yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri. Jalur untuk komunikasi data seri (RXD dan TXD) diletakan berhimpitan dengan P1.0 dan P1.1 di

kaki nomor 2 dan 3, sehingga kalau sarana input/ouput yang bekerja menurut fungsi

waktu. Clock penggerak untaian pencacah ini bisa berasal dari oscillator kristal atau

clock yang diumpan dari luar lewat T0 dan T1. T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4

dan P3.5, sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/ouput parelel

kalau T0 dan T1 dipakai.

ATMega8535 mempunyai enam sumber pembangkit interupsi, dua

diantaranya adalah sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1. Kedua

kaki ini berhimpitan dengan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak bisa dipakai sebagai jalur

input/output parelel kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal interupsi.

ATmega8535 merupakan tipe AVR yang telah dilengkapi dengan 8 saluran

ADC internal dengan fidelitas 10 bit. Dalam mode operasinya, ADC ATmega8535

dapat dikonfigurasi, baik secara single ended input maupun differential input. Selain

itu, ADC ATmega8535 memiliki konfigurasi pewaktuan, tegangan referensi, mode

operasi, dan kemampuan filter derau yang amat fleksibel, sehingga dengan mudah

disesuaikan dengan kebutuhan ADC itu sendiri.

Port1 dan 2, UART, Timer 0,Timer 1 dan sarana lainnya merupakan register

yang secara fisik merupakan RAM khusus, yang ditempatkan di Special Functoin

(22)

2.1.2 Pin-Pin Pada Mikrokontroler ATMega8535

Deskripsi pin-pin oada Mikrokontroler ATMega8535 :

Gambar 2.1 Konfigurasi IC Mikrokontroller ATMega8535

Penjelasan Pin

VCC : Tegangan Supplay (5 volt)

GND : Ground

RESET : Input reset level rendah pada pin ini selama lebih dari

panjang pulsa minimum akan menghasilkan reset,

walaupun clock sedang berjalan.

XTAL1 : Input penguat osilator inverting dan input pada rangkaian

operasi clock internal.

XTAL2 : Output dari penguat osilator inverting.

AVCC : Pin tegangan suplay untuk port A dan ADC. Pin ini harus

dihubungkan ke VCC walaupun ADC tidak digunakan,

(23)

filter.

AREF : Pin referensi tegangan analaog untuk ADC.

Gambar 2.2 Blog Diagram IC ATMega8535

a. Port A (PA0-PA7)

Port A berfungsi sebagai input analog ke ADC. Port A juga dapat

berfungsi sebagai port I/O 8 bit bidirectional, jika ADC tidak digunakan

maka port dapat menyediakan resistor pull-up internal

(dipilih untuk setiap bit).

b. Port B (PB0-PB7)

Port B merupakan I/O 8 bit biderectional dengan resistor pull-up

internal (dipilih untuk setiap bit) c. Port C (PC0-PC7)

Port C merupakan I/O 8 bit biderectional dengan resistor pull-up

(24)

d. Port D (PD0-PD7)

Port D merupakan I/O 8 bit biderectional dengan resistor pull-up

internal (dipilih untuk setiap bit)

2.2 EEPROM ATMega8535

Mikrokontroler ATMega8535 memiliki EEPROM sebesar 2 Kbyte untuk tempat

penyimpanan data dan 256 byte memory Ram. 128 byte dari memory tersebut

menempati ruang sejajar dengan register fungsi khudud. Hal ini berarti memory yang

128 byte tersebut memiliki alamat yang sama tetapi beda pada ruang yang terpisah

dengan SFR.

Bila suatu perintah diperlukan menuju alamat memory dengan alamat di atas

7FH, maka diperlukan mode pengalamatan yang berbeda sehingga CPU dapat menuju

RAM atau menuju memory. Sebagai contoh, perintah pengalamatan langsung berikut

akan menuju SFR dengan alamat 0A0H, yaitu P2. Mov 0A0H,#data. Sementara

perintah yang untuk menuju memory dengan alamat 0A0H dikerjakan dengan cara

pengalamatan tidak langsung, memory akan dituju buka alamat P2. Mov @R0.#data.

Dalam hal ini, operasi stack adalah contoh untuk pengalamatan tidak langsung,

sehingga memory dengan alamat di atas 128 pada RAM tersedia untuk keperluan

stack.

Demikian juga dengan EEPROM yang ada pada ATMega8535, data pada

memori tersebut diset dengan memberikan nilai logika 1 pada bit EEMEM, yaitu bit

pada register WMCOM pada alamat SFR dengan nilai lokasi 96H. EEPROM

(25)

alamat tersebut di atas digunakan MOVX, sementara untuk mencapai data dengan

alamat terdebut di atas digunakan perintah yang sama tetapi dengan mengatur nilai

EEMEN dengan logika LOW.

Selama penulisan ke EEPROM dapat juga dilakukan pembacaan tetapu harus

dimulai dari bit MSB, sekali penulisan telah selesai data yang benar telah tersimpan

dengan baik pada lokasi memori EEPROM tersebut.

2.3 Transformator

Transformmator atau trafo adalah komponen elektromagnet yang dapat mengubah

taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Adaptor AC-DC merupakan piranti yang

menggunakan transformator step-down.

Gambar 2.3 Bentuk Fisik Transformator

Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Tegangan

masukan bolak-balik yang membentangi primer menimbulkan fluks magnet yang

idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder. Fluks bolak-balik ini

menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi sempurna, semua daya

(26)

Gambar 2.4 Fluks Pada Transformator

2.4 Resistor

Resistor komponen pasif elektronika yang berfungsi untuk membatasi arus listrik yang

mengalir. Berdasarkan kelasnya resistor dibagi menjadi 2 yaitu : Fixed Resistor dan

Variable Resistor Dan umumnya terbuat dari carbon film atau metal film, tetapi tidak

menutup kemungkinan untuk dibuat dari material yang lain.

Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan

tembaga perak emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil.

Bahan – bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan

konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet, gelas,

karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan disebut

sebagai insolator.

(27)

2.4.1 Fixed Resistor

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah

arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat

resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Tipe resistor yang umum berbentuk

tabung porselen kecil dengan dua kaki tembaga dikiri dan kanan. Pada badannya

terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan pemakai

mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan ohm meter. Kode warna

tersebut adalah standar menufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries

(28)

Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi

berwarna coklat, emas, atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada pada

bahan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol,

sedangkan warna gelang yang keempat agak sedikit ke dalam. Dengan demikian

pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resitor tersebut. Kalau anda

telah bisa menentukan mana gelang pertama selanjutnya adalah membaca nilai

resistansinya.

Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki gelang (tidak

termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi

kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Gelang pertama dan

seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang terakhir adalah

faktor penggalinya.

2.4.2 Variable Resistor

Untuk kelas resistor yang kedua ini terdapat 2 tipe. Untuk tipe pertama dinamakan

variable resistor dan nilainya dapat diubah sesuai keinginan dengan mudah dan sering

digunakan untuk pengaturan volume, bass, balance, dll. Sedangkan yang kedua adalah

semi-fixed resistor. Nilai dari resistor ini biasanya hanya diubah pada kondisi tertentu

saja. Contoh penggunaan dari semi-fixed resistor adalah tegangan referensi yang

digunakan untuk ADC, fine tune circuit, dll. Ada beberapa model pengaturan nilai

(29)

untuk mendapatkan semua nilai resistor. Model ini dinamakan “Potentiometers” atau

“Trimmer Potentiometers”.

Gambar 2.6 Potensiometer

Pada gambar di atas untuk bentuk 3 biasanya digunakan untuk volume kontrol.

Bentuk yang ke 2 merupakan semi fixed resistor dan biasanya di pasang pada PCB

(Printed Circuit Board). Sedangkan bentuk 1 dpotentiometers. Ada 3 tipe didalam

perubahan nilai dari resistor variabel, perubahan tersebut dapat dilihat pada gambar :

Gambar 2.7 Grafik Perubahan Nilai pada Potensiometer

Pada saat tipe A diputar searah jarum jam, awalnya perubahan nilai resistansi

(30)

menjadi sangat cepat. Tipe ini sangat cocok dengan karakteristik telinga manusia.

Karena telinga sangat peka ketika membedakan suara dengan volume yang lemah,

tetapi tidak terlalu sensitif untuk membedakan perubahan suara yang keras. Biasanya

tipe A ini juga disebut sebagai “Audio Taper” potensiometer. Untuk tipe B perubahan

resistansinya adalah linier dan cocok digunakan untuk Aplikasi Balance Control,

resistance value adjustment in circuit, dll. Sedangkan untuk tipe C perubahan resistansinya kebalikan dati tipe A.

2.5 Kapasitor

Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik.

Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu

bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum,

keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka

muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki elektroda metalnya dan

pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu

lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya

muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif karena terpisah oleh bahan

elektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini “tersimpan” selama tidak ada

konduktif pada ujung- ujung kakinya. Di alam bebas phenomena kapasitor terjadi

pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif diawan. Kondensator

diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif serta

(31)

Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah,

tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk bulat

pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing baju yang

sering disebut kapasitor (capacitor).

dielektrik

Elektroda Elektroda

Gambar 2.8 Skema Kapasitor

Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung

pada masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang tersebut

hanya menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan atau lebih sering

didengar. Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor (capacitor) ataupun

sebaliknya yang pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C). Satuan dalam

kondensator disebut Farad.

Adapun cara memperluas kapasitor atau kondensator dengan jalan:

1. Menyusunnya berlapis-lapis.

2. Memperluas permukaan variabel.

3. Memakai bahan dengan daya tembus besar

Kapasitor merupakan komponen pasif elektronika yang sering dipakai didalam

merancang suatu sistem yang berfungsi untuk mengeblok arus DC, Filter, dan

penyimpan energi listrik. Didalamnya 2 buah pelat elektroda yang saling berhadapan

(32)

insulator dinamakan dielektrik. Ketika kapasitor diberikan tegangan DC maka energi listrik disimpan pada tiap elektrodanya. Selama kapasitor melakukan pengisian, arus

mengalir. Aliran arus tersebut akan berhenti bila kapasitor telah penuh. Yang

membedakan tiap - tiap kapasitor adalah dielektriknya. Berikut ini adalah jenis– jenis

kapasitor yang dipergunakan dalam perancangan ini.

2.5.1 Electrolytic Capacitor (ELCO)

Gambar 2.9 Electrolytic Capacitor (ELCO)

Elektroda dari kapasitor ini terbuat dari alumunium yang menggunakan

membrane oksidasi yang tipis. Karakteristik utama dari Electrolytic Capacitor adalah

perbedaan polaritas pada kedua kakinya. Dari karakteristik tersebut kita harus berhati

– hati di dalam pemasangannya pada rangkaian, jangan sampai terbalik. Bila

polaritasnya terbalik maka akan menjadi rusak bahkan “MELEDAK”. Biasanya jenis

kapasitor ini digunakan pada rangkaian power supply. Kapasitor ini tidak bisa

digunakan pada rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya tegangan kerja dari kapasitor

dihitung dengan cara mengalikan tegangan catu daya dengan 2. Misalnya kapasitor

akan diberikan catu daya dengan tegangan 5 Volt, berarti kapasitor yang dipilih harus

(33)

2.5.2 Ceramic Capacitor

Kapasitor menggunakan bahan titanium acid barium untuk dielektriknya. Karena

tidak dikonstruksi seperti koil maka komponen ini dapat digunakan pada rangkaian

frekuensi tinggi. Biasanya digunakan untuk melewatkan sinyal frekuensi tinggi

menuju ke ground. Kapasitor ini tidak baik digunakan untuk rangkaian analog, karena

dapat mengubah bentuk sinyal. Jenis ini tidak mempunyai polaritas dan hanya tersedia

dengan nilai kapasitor yang sangat kecil dibandingkan dengan kedua kapasitor diatas.

Gambar 2.10 Ceramic Capacitor

2.5.3 Nilai Kapasitor

Untuk mencari nilai dari kapasitor biasanya dilakukan dengan melihat angka/kode

yang tertera pada badan kapasitor tersebut. Untuk kapasitor jenis elektrolit memang

mudah, karena nilai kapasitansinya telah tertera dengan jelas pada tubuhnya.

Sedangkan untuk kapasitor keramik dan beberapa jenis yang lain nilainya dikodekan.

Biasanya kode tersebut terdiri dari 4 digit, dimana 3 digit pertama merupakan angka

dan digit terakhir berupa huruf yang menyatakan toleransinya. Untuk 3 digit pertama

angka yang terakhir berfungsi untuk menentukan 10n, nilai n dapat dilihat pada tabel

(34)

Tabel 2.5 Nilai Kapasitor

Misalnya suatu kapasitor pada badannya tertulis kode 474J, berarti nilai

kapasitansinya adalah 47 + 104 = 470.000 pF = 0.47µF sedangkan toleransinya 5%.

Yang harus diingat didalam mencari nilai kapasitor adalah satuannya dalam pF (Pico

Farad).

2.6 Transistor

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit

pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau

sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana

berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan

pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang

dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2 terminal

lainnya. Transistor adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik

(35)

Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal

radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar

berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa

sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori, dan komponen-komponen lainnya.

Transistor adalah komponen elektronika yang mempunyai tiga buah terminal.

Terminal itu disebut emitor, basis, dan kolektor. Transistor seakan-akan dibentuk dari

penggabungan dua buah dioda. Dioda satu dengan yang lain saling digabungkan

dengan cara menyambungkan salah satu sisi dioda yang senama. Dengan cara

penggabungan seperti dapat diperoleh dua buah dioda sehingga menghasilkan

transistor NPN.

Bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan bahan N dan bahan P

adalah silikon dan germanium. Oleh karena itu, dikatakan :

1. Transistor germanium PNP

2. Transistor silikon NPN

3. Transistor silikon PNP

4. Transistor germanium NPN

5.

Semua komponen di dalam rangkaian transistor dengan simbol. Anak panah

yang terdapat di dalam simbol menunjukkan arah yang melalui transistor.

Gambar 2.11 Simbol Tipe Transistor

(36)

Keterangan :

C = kolektor

E = emiter

B = basis

Didalam pemakaiannya transistor dipakai sebagai komponen saklar

(switching) dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah

penyumbatan (cut off) yang ada pada karakteristik transistor.

Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar

transistor bipolar junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan field-effect

transistor (FET), yang masing-masing bekerja secara berbeda. Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi utamanya menggunakan dua polaritas

pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam BJT, arus

listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion zone,

dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk

mengatur aliran arus utama tersebut. FET ( juga dinamakan transistor unipolar ) hanya

menggunakan satu jenis pembawa muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe

FET). Dalam FET, arus listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit

dengan depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan dengan transistor bipolar

dimana daerah Basis memotong arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari daerah

perbatasan ini dapat dirubah dengan perubahan tegangan yang diberikan, untuk

mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut.Secara umum, transistor dapat

dibeda-bedakan berdasarkan banyak kategori:Materi semikonduktor: Germanium, Silikon,

(37)

1. Kemasan fisik: Through Hole Metal, Through Hole Plastic, Surface Mount, IC,

dan lain-lain

2. Tipe: UJT, BJT, JFET, IGFET (MOSFET), IGBT, HBT, MISFET, VMOSFET,

MESFET, HEMT, SCR serta pengembangan dari transistor yaitu IC (Integrated

Circuit) dan lain-lain.

3. Polaritas: NPN atau N-channel, PNP atau P-channel

4. Maximum kapasitas daya: Low Power, Medium Power, High Power

5. Maximum frekwensi kerja: Low, Medium, atau High Frequency, RF transistor,

Microwave, dan lain-lain

6. Aplikasi: Amplifier, Saklar, General Purpose, Audio, Tegangan Tinggi, dan

lain-lain.

Pada daerah penjenuhan nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara

ideal sama dengan nol atau kolektor dan emiter terhubung langsung (short). Keadaan

ini menyebabkan tegangan kolektor emiter (VCE) = 0 Volt pada keadaan ideal, tetapi

pada kenyataannya VCE bernilai 0 sampai 0,3 Volt. Dengan menganalogikan transistor

sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan on seperti pada gambar .

Gambar 2.12 Transistor sebagai Saklar ON

(38)

Saturasi pada transistor terjadi apabila arus pada kolektor menjadi

maksimum dan untuk mencari besar arus basis agar transistor saturi adalah :

Rc

Hubungan antara tegangan basis (VB) dan arus basis (IB) adalah :

B

Jika tegangan VB telah mencapai BE B

Gambar 2.13 dibawah ini menunjukkan apa yang dimaksud dengan VCE (sat)

adalah harga VCE pada beberapa titik dibawah knee dengan posisi tepatnya

ditentukan pada lembar data. Biasanya VCE (sat) hanya beberapa perpuluhan volt,

walaupun pada arus kolektor sangat besar bisa melebihi 1 volt. Bagian dibawah

(39)

Gambar 2.13 Karakteristik Daerah Saturasi Pada Transistor

Pada daerah penyumbatan,nilai resistansi persambungan kolektor emiter

secara ideal sama dengan tak terhitung atau terminal kolektor dan emiter terbuka

(open). Keadaan ini menyebabkan tegangan (VCB) sama dengan tegangan sumber

(Vcc). Tetapi pada kenyataannya Vcc pada saat ini kurang dari Vcc karena

terdapat arus bocor dari kolektor ke emiter. Dengan menganalogikan transistor

sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan off seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.14 Transistor Sebagai Saklar OFF

Keadaan penyumbatan terjadi apabila besar tegangan habis (VB) sama dengan

(40)

hfe I

I C

B  ………...(2.7)

IC = IB . hfe ….………(2.8)

IC = 0 . hfe ………..………(2.9)

IC = 0 ………(2.10)

Hal ini menyebabkan VCE sama dengan Vcc dapat dibuktikan dengan rumus :

Vcc = Vc + VCE …………..……… (2.11)

VCE = Vcc – (Ic . Rc) …..……… (2.12)

VCE = Vcc …..……… (2.13)

2.7 Dioda

Dioda adalah suatu bahan yang dibuat dari bahan yang disebut PN Junction yaitu

suatu bahan campuran yang terdiri dari bahan positif (P type) dan bahan negatif (N

type). Apabila kedua bahan tersebut dipertemukan maka akan menjadi komponen

aktif yang disebut Dioda. P type akan membentuk kaki yang disebut kaki Anoda dan

N type akan membentuk Katoda. Pada dioda, arus listrik hanya akan dapat mengalir

dari anoda ke kutub katoda.

A K

(41)

2.7.1 Karakteristik Dioda

Sifat umum dioda adalah hanya dapat menghantarkan arus listrik ke satu arah saja.

Oleh karena itu bila pemasangan dioda terbalik maka dioda tidak akan dapat

menghantarkan arus listrik. Prinsip ini biasanya digunakan sebagai pengaman alat

elektronika yaitu untuk menunjukkan benar atau salah penyambungan catu daya.

Dioda memiliki dua elektroda (kaki), yaitu anoda dan katoda. Kaki – kaki ini

tidak boleh terbalik dalam pemasangannya. Kaki katoda biasanya dekat dengan tanda

cincin sedangkan kaki yang jauh dari tanda cincin berarti kaki anoda. Jika P (anoda)

diberi tegangan positif dan N (katoda) diberi tegangan negatif maka pemberian

tegangan ini disebut bias maju (biased forward), seperti yang diperlihatkan pada

gambar 2.14.a. Sebaliknya, bila diberi tegangan yang terbalik yaitu P (anoda) diberi

tegangan negatif dan N (katoda) diberi tegangan positif maka pemberian tegangan ini

disebut bias mundur (biased reverse). Pada keadaan ini, arus yang mengalir dalam

dioda sangat kecil sehingga dapat diabaikan (gambar 2.14.b).

a. Bias Maju ( Biased Forward )

P N

I

(42)

b. Bias Mundur ( Biased Reverse )

Gambar 2.16 Sifat Dioda Bias Maju dan Bias Mundur

Pada saat diberi biased forward, dioda dapat dialiri arus dengan resistansi yang

cukup kecil, yang dikenal dengan nama resistansi maju (forward). Sebaliknya, jika

dioda diberi biased reverse, maka arus listrik akan mengalami resistansi yang amat

besar dan disebut resistance reverse

Dioda dapat dianggap suatu Voltage Sensitive Electronic Switch, dimana

dioda akan menutup atau dalam kondisi ON jika anoda lebih positif dari katoda dan

dioda akan terbuka jika kondisi sebaliknya. Macam – macam dioda yang harus

diketahui adalah :

1. Dioda Penyearah (Rectifier)

2. Dioda Zener

3. Dioda Cahaya (LED – Light Emiting Dioda)

2.7.2 Dioda Penyearah (Rectifier)

Dioda ini biasanya digunakan pada power supply, namun digunakan juga pada

rangkaian radio sebagai detektor, dan lain – lain. Prinsip kerja dari dioda penyearah

adalah sebagai berikut :

P N

I = 0

(43)

a. Simbol b. Cara kerja dioda penyearah

Gambar 2.17 Dioda Penyearah Yang Diberi Arus Bolak Balik (AC)

Arus AC yang mendorong elektron keatas melalui resistor, saat melewati

dioda hanya ½ periode positif dari tegangan input yang akan memberikan biased

forward pada dioda, sehingga dioda akan menghantarkan selama ½ periode positif.

Tetapi untuk ½ periode negatif, dioda dibias reverse dan terjadilah penyumbatan

karena kecil sekali arus yang dapat mengalir. Dengan demikian, arus AC telah

disearahkan oleh dioda ini menjadi arus yang searah (DC).

2.7.3 Dioda Zener

Dioda zener merupakan dioda yang banyak sekali digunakan setelah dioda penyearah.

Lambang dari dioda zener dapat dilihat pada gambar 2.16.

Gambar 2.18 Simbol Dioda Zener

2.7.4 Dioda Cahaya (LED : Light Emitting Dioda)

LED merupakan salah satu jenis dioda yang mengubah energi perpindahan electron –

electron yang jatuh dari pita konduksi ke pita valensi menjadi cahaya. Berwana –

Input Output

(44)

warninya cahaya yang dipancarkan ini, dikarenakan jenis bahan yang digunakan

berbeda – beda. Bahan – bahannya antara lain gallium, arsen dan fosfor. Penggunaan

LED biasanya berhubungan dengan segala hal yang dilihat oleh manusia, seperti

untuk mesin hitung, jam digital, dan lain – lain.

Gambar 2.19 Simbol Dioda Cahaya ( LED )

2.8 Relay

Relay adalah suatu rangkaian switch magnetik yang bekerja bila mendapat catu dan

suatu rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal yang harus

dipenuhi output rangkaian pendriver atau pengemudinya. Arus yang digunakan pada

rangkaian adalah arus DC.

Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan

pada inti besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan aliran arus, inti besi lunak kontak

menghasilkan medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami

gaya listrik magnet sehingga berpidah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub

asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan relay. Dan

relay akan kembali keposisi semula yaitu normaly ON atau Normaly OFF, bila tidak

ada lagi arus yang mengalir padanya, posisi normal relay tergantung pada jenis relay

yang digunakan. Dan pemakaian jenis relay tergantung pada kadaan yang diinginkan

dalam suatu rangkaian.

(45)

Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi :

a. Normaly Open (NO), saklar akan tertutup bila dialiri arus

b. Normaly Close (OFF), saklar akan terbuka bila dialiri arus

c. Change Over (CO), relay ini mempunyai saklar tunggal yang nomalnya tertutup

yang lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal

A, sebaliknya bula kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke

terminal B.

Analogi rangkaian relay yang digunakan pada tugas akhir ini adalah saat basis

transistor ini dialiri arus, maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat

menghubungkan arus dari kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung.

Sedangkan fungsi dioda disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan

induksi berlebih, dimana tegangan ini dapat merusak transistor. Jika transistor pada

basis tidak ada arus maju, transistor terbuka sehingga arus tidak mengalir dari kolektor

ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang mengalir pada gulungan

kawat.

Bentuk relay yang digunakan da bentuk relay dengan rangkaian driver dapat

dilihat pada gambar 2.20.

a. Simbol b. Relay dengan rangkaian driver

(46)

2.9 Sensor Jarak Ultrasonik PING

Sensor jarak ultrasonik ping adalah sensor 40 khz produksi parallax yang banyak

digunakan untuk aplikasi atau kontes robot cerdas. Kelebihan sensor ini adalah hanya

membutuhkan 1 sinyal ( SIG ) selain jalur 5 v dan ground. Perhatikan gambar

dibawah ini :

Gambar 2.21 Sensor jarak ultrasonik ping

Gambar 2.22 Instalasi Sensor Ping

Sensor PING mendeteksi jarak objek dengan cara memancarkan gelombang

ultrasonik ( 40 KHz ) selama t = 200 us kemudian mendeteksi pantulannya. Sensor

PING memancarkan gelombang ultrasonik sesuai dengan kontrol dari mikrokontroller

pengendali ( pulsa trigger dengan tout min 2 us ).

Spesifikasi sensor ini :

a. Kisaran pengukuran 3cm-3m.

(47)

c. Echo hold off 750uS dari fall of trigger pulse.

d. Delay before next measurement 200uS.

e. Burst indicator LED menampilkan aktifitas sensor.

Gambar 2.23 Diagram Waktu Sensor Ping

Sensor Ping mendeteksi jarak obyek dengan cara memancarkan gelombang

ultrasonik (40 kHz) selama tBURST (200 μs) kemudian mendeteksi pantulannya.

Sensor Ping memancarkan gelombang ultrasonik sesuai dengan kontrol dari

mikrokontroler pengendali (pulsa trigger dengan tOUT min. 2 μs). Gelombang

ultrasonik ini melalui udara dengan kecepatan 344 meter per detik, mengenai obyek

dan memantul kembali ke sensor. Ping mengeluarkan pulsa output high pada pin SIG

setelah memancarkan gelombang ultrasonik dan setelah gelombang pantulan

terdeteksi Ping akan membuat output low pada pin SIG. Lebar pulsa High (tIN) akan

sesuai dengan lama waktu tempuh gelombang ultrasonik untuk 2x jarak ukur dengan

(48)

Gambar 2.24 Jarak Ukur Sensor Ping

Sistem minimal mikrokontroller ATMega 8535 dan software basic stamp

Editor diperlukan untuk memprogram mikrokontroller dan mencoba sensor ini.

Keluaran dari pin SIG ini yang dihubungkan ke salah satu port di kit mikrokontroller.

Contoh aplikasi sensor PING pada mikrokontroler BS2, dimana pin SIG terhubung ke

pa pin7, dan memberikan catu daya 5V dan ground. fungsi Sigout untuk mentrigger

ping, sedangkan fungsi Sigin digunakan untuk mengukur pulsa yang sesuai dengan

(49)

BAB III

SISTEM KERJA RANGKAIAN

3.1 Diagram Blok

Secara garis besar, perancangan pengisian tangki air otomatis menggunakan sensor

ultrasonik ini terdiri dari Bar Display, Mikrokontroler ATMega8535, Relay, Sensor

ultrasonik, Pompa Air dan Tangki Penampungan. Diagram blok dari perancangan

pengisian tangki air otomatis menggunakan sensor ultrasonik ditunjukkan pada

gambar 3.1 berikut :

(50)

1. Bar Display Led berfungsi untuk menampilkan level ketinggian air dimana led

terdiri dari 16 buah dan setiap led akan menyala pada level ketinggian air

dengan jarak yang berbeda – beda.

2. Mikrokontroler Atmega8535 meupakan pusat kendali dari seluruh rangkaian.

Dimana mikrokontroler akan mengambil data yang dikirimkan oleh Sensor

Ultrasonik kemudian membandingkannya dengan nilai yang benar dan

ditampilkan oleh Display Led, kemudian mengendalikan pengisian tangki air.

3. Relay berfungsi untuk menghidup atau mematikan pompa air yang

dikendalikan mikrokontroler.

4. Pompa Air berfungsi untuk pengisi air pada tempat penampungan air.

5. Sensor Ultrasonik berfungsi sebagai pengendali ketinggian air. Sinyal yang

dipancarkan kedalam air kemudian akan merambat sebagai sinyal. Sinyal

tersebut kemudian akan dipantulkan dan akan diterima kembali oleh bagian

penerima Ultrasonik. Setelah sinyal tersebut sampai di penerima ultrasonik,

kemudian sinyal tersebut akan diproses untuk menghitung jarak level

ketinggian air pada penampungan.

6. Tangki Penampungan Air berfungsi untuk menampung air yang dikirim dari

pompa air.

3.2 Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada. Kompoen

utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroler ATMega8535. Pada IC inilah

semua program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang

(51)

Vreg LM7805CT

IN OUT TIP32C

100ohm

100uF

330ohm 220V 50Hz 0Deg

TS_PQ4_12

2200uF 1uF

1N5392GP 1N5392GP

12 Volt

5 Volt

Gambar 3.2 Rangkaian mikrokontroller ATMega8535

3.3 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada.

Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt,

keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian,

sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke motor stepper.

Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.3 berikut ini.

(52)

Pompa

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan

disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan

diratakan oleh kapasitor 2200 μF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan

agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan

masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP

TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada

rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika

rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari

keluaran 2 buah dioda penyearah.

3.4Rangkaian Relay Pengendali Pompa Air

Relay ini berfungsi sebagai saklar elektronik yang dapat menghidupkan / mematikan

peralatan elektronik (dalam hal ini Pompa Air). Rangkaian relay pengendali Pompa

Air tampak seperti gambar di bawah ini :

(53)

Pada rangkaian di atas, untuk menghubungkan rangkaian dengan 220 V AC

digunakan relay. Relay merupakan salah satu komponen elektronik yang terdiri dari

lempengan logam sebagai saklar dan kumparan yang berfungsi untuk menghasilkan

medan magnet. Pada rangkaian ini digunakan relay 12 volt, ini berarti jika positif

relay (kaki 1) dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan negatif relay (kaki 2)

dihubungkan ke ground, maka kumparan akan menghasilkan medan magnet, dimana

medan magnet ini akan menarik logam yang mengakibatkan saklar (kaki 3) terhubung

ke kaki 4. Dengan demikian, jika kita gunakan kaki 3 dan kaki 4 pada relay sebagai

saklar untuk menghidupkan/mematikan lampu maka kita dapat menghidupkan/

mematikan Pompa Air dengan cara mengaktifkan atau menon-aktifkan relay.

Pada rangkaian ini untuk mengaktifkan atau menon-aktifkan relay digunakan

transistor tipe NPN. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatif relay dihubungkan ke

kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika transistor dalam keadaan aktif

maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor langsung terhubung ke

ground yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0 volt, keadaan ini akan

mengakibatkan relay aktif. Sebaliknya jika transistor tidak aktif, maka kolektor tidak

terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor menjadi 12 volt, keadaan ini

menyebabkan tidak aktif.

Kumparan pada relay akan menghasilkan tegangan singkat yang besar ketika

relay dinon-aktifkan dan ini dapat merusak transistor yang ada pada rangkaian ini.

Untuk mencegah kerusakan pada transistor tersebut sebuah dioda harus dihubungkan

ke relay tersebut. Dioda dihubungkan secara terbalik sehingga secara normal dioda ini

tidak menghantarkan. Penghantaran hanya terjadi ketika relay dinon-aktifkan, pada

(54)

dioda. Tanpa adanya dioda arus sesaat yang besar itu akan mengalir ke transistor,

yang mengakibatkan kerusakan pada transistor.

Rangkaian ini juga dilengkapi dengan LED indicator, dimana LED indikator

ini akan menyala, jika relay aktif dan sebaliknya, LED indikator ini akan mati jika

relay tidak aktif. LED indikator ini dikendalikan oleh sebuah transistor jenis PNP,

dimana basis transistor ini mendapatkan input dari kolektor transistor C945. Transistor

tipe PNP akan aktif jika mendapat tegangan 0 volt pada basisnya.

3.5 Saklar

Saklar adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk memutuskan jaringan listrik,

atau untuk menghubungkannya. Jadi saklar pada dasarnya adalah alat penyambung

atau pemutus aliran listrik. Selain untuk jaringan listrik arus kuat, saklar berbentuk

kecil juga dipakai untuk alat komponen elektronika arus lemah.

Secara sederhana, saklar terdiri dari dua bilah logam yang menempel pada

suatu rangkaian, dan bisa terhubung atau terpisah sesuai dengan keadaan sambung

(on) atau putus (off) dalam rangkaian itu. Material kontak sambungan umumnya

dipilih agar supaya tahan terhadap korosi. Kalau logam yang dipakai terbuat dari

bahan oksida biasa, maka saklar akan sering tidak bekerja. Untuk mengurangi efek

korosi ini, paling tidak logam kontaknya harus disepuh dengan logam anti korosi dan

anti karat. pada dasarnya tombol bisa diaplikasikan untuk sensor mekanik, karena bisa

dijadikan sebagai pedoman pada mikrokontroller untuk pengaturan alat dalam

(55)

3.6 Sensor Ultrasonik PING

Sensor ultrasonik adalah sensor yang bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang

suara dan digunakan untuk mendeteksi keberadaan suatu objek tertentu di depannya,

frekuensi kerjanya pada daerah di atas gelombang suara dari 40 KHz hingga 400 KHz.

Sensor ultrasonik terdiri dari dari dua unit, yaitu unit pemancar dan unit penerima.

Struktur unit pemancar dan penerima sangatlah sederhana, sebuah kristal piezoelectric

dihubungkan dengan mekanik jangkar dan hanya dihubungkan dengan diafragma

penggetar. Tegangan bolak-balik yang memiliki frekuensi kerja 40 KHz – 400 KHz

diberikan pada plat logam. Struktur atom dari kristal piezoelectric akan berkontraksi

(mengikat), mengembang atau menyusut terhadap polaritas tegangan yang diberikan

dan ini disebut dengan efek piezoelectric.

Kontraksi yang terjadi diteruskan ke diafragma penggetar sehingga terjadi

gelombang ultrasonik yang dipancarkan ke udara (tempat sekitarnya). Pantulan

gelombang ultrasonik akan terjadi bila ada objek tertentu dan pantulan gelombang

ultrasonik akan diterima kembali oleh unit sensor penerima. Selanjutnya unit sensor

penerima akan menyebabkan diafragma penggetar akan bergetar dan efek

piezoelectric menghasilkan sebuah tegangan bolak-balik dengan frekuensi yang sama.

Untuk lebih jelas tentang prinsip kerja dari sensor ultrasonik dapat dilihat prinsip dari

(56)

Gambar 3.5 Prinsip kerja Sensor Ultrasonik

Besar amplitudo sinyal elektrik yang dihasilkan sensor penerima tergantung

dari jauh dekatnya objek yang dideteksi serta kualitas dari sensor pemancar dan sensor

penerima. Proses sensoring yang dilakukan pada sensor ini menggunakan metode

pantulan untuk menghitung jarak antara sensor dengan obyek sasaran. Jarak antara

sensor tersebut dihitung dengan cara mengalikan setengah waktu yang digunakan oleh

sinyal ultrasonik dalam perjalanannya dari rangkaian pengirim sampai diterima oleh

rangkaian penerima, dengan kecepatan rambat dari sinyal ultrasonik tersebut pada

media rambat yang digunakannya, yaitu udara. Prinsip pantulan dari sensor ulrasonik

ini dapat dilihat pada gambar 3.6 sebagai berikut:

(57)

3.6.1 Prinsip Kerja Pemancar Ultrasonik (Transmitter)

Pemancar Ultrasonik ini berupa rangkaian yang memancarkan sinyal sinusoidal

berfrekuensi di atas 20 KHz menggunakan sebuah transducer transmitter ultrasonic

Gambar 3.7 Pemancar Ultrasonik Transmitter

1. Sinyal 40 kHz dibangkitkan melalui mikrokontroler.

2. Sinyal tersebut dilewatkan pada sebuah resistor sebesar 3 K ohm untuk

pengaman ketika sinyal tersebut membias maju rangkaian dioda dan transistor.

3. Kemudian sinyal tersebut dimasukkan ke rangkaian penguat arus yang

merupakan kombinasi dari 2 buah dioda dan 2 buah transistor.

4. Ketika sinyal dari masukan berlogika tinggi (+5V) maka arus akan melewati

dioda D1 (D1 on), kemudian arus tersebut akan membias transistor T1,

sehingga arus yang akan mengalir pada kolektotr T1 akan besar sesuai dari

penguatan dari transistor.

5. Ketika sinyal dari masukan berlogika tinggi (0V) maka arus akan melewati

(58)

sehingga arus yang akan mengalir pada kolektotr T2 akan besar sesuai dari

penguatan dari transistor.

6. Resistor R4 dan R6 berfungsi untuk membagi tengangan menjadi 2,5 V.

Sehingga pemancar ultrasonik akan menerima tegangan bolak – balik dengan

Vpeak-peak adalah 5V (+2,5 V s.d -2,5 V).

3.6.2 Prinsip Kerja Penerima Ultrasonik (Receiver)

Penerima Ultrasonik ini akan menerima sinyal ultrasonik yang dipancarkan oleh

pemancar ultrasonik dengan karakteristik frekuensi yang sesuai. Sinyal yang diterima

tersebut akan melalui proses filterisasi frekuensi dengan menggunakan rangkaian

band pass filter (penyaring pelewat pita), dengan nilai frekuensi yang dilewatkan telah ditentukan.

Kemudian sinyal keluarannya akan dikuatkan dan dilewatkan ke rangkaian

komparator (pembanding) dengan tegangan referensi ditentukan berdasarkan

tegangan keluaran penguat pada saat jarak antara sensor kendaraan mini dengan

sekat/dinding pembatas mencapai jarak minimum untuk berbelok arah. Dapat

dianggap keluaran komparator pada kondisi ini adalah high (logika ‘1’) sedangkan

jarak yang lebih jauh adalah low (logika’0’). Logika-logika biner ini kemudian

(59)

BAB IV

ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller ATMega8535

Pengujian pada rangkaian mikrokontroler ATMega8535 ini dapat dilakukan dengan

menghubungkan rangkaian ini dengan power supplay sebagai sumber tegangan. Kaki

40 dihubungkan dengan sumber tegangan 5 volt, sedangkan kaki 20 dihubungkan

dengan ground. Kemudian tegangan pada kaki 40 diukur dengan menggunakan

voltmeter. Dari hasil pengujian didapatkan tegangan pada kaki 40 sebesar 4,9 volt.

Langkah selanjutnya adalah memberikan program sederhana pada mikrokontroler

ATMega8535. program yang diberikan adalah sebagai berikut :

Loop :

Cpl p3.7

Acall Tunda

Sjmp Loop

Tunda :

Mov r7,#255

Tnd :

Mov R6,#255

Djnz R6,#$

Djnz R7,Tnd

(60)

Program di atas akan mengubah logika yang ada pada P3.7 selama selang

waktu tunda. Jika logika pada P3.7 high maka aka diubah menjadi low, demikian juga

sebaliknya jika ligika pada P3.7 low maka akan diubah ke high, demikian seterusnya.

Logika low akan mengaktifkan transistor sehingga LED akan menyala dan logika high

akan menonaktifkan transistor, sehingga LED padam. Dengan demikian program ini

akan membuat LED berkedip terus menerus. Jika LED telah berkedip terus – menerus

sesuai dengan program yang diinginkan, maka rangkaian mikrokontroler telah

berfungsi dengan baik.

Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroler ATMega8535, kemudian

mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian

minimum mikrokontroller ATMega8535 telah bekerja dengan baik.

4.2 Pengujian Rangkaian Power Supplay (PSA)

Pengujian pada bagian rangkaian catu daya ini dapat dilakukan dengan mengukur

tegangan keluaran dari rangkaian ini dengan menggunakan volt meter digital. Dari

hasil pengujian diperoleh tegangan keluaran pertama sebesar + 5,0 volt. Sedangkan

tegangan keluaran kedua adalah sebesar +12,3 volt. Power Supply bertugas merubah

tegangan listrik AC menjadi tegangan listrik DC yang stabil sampai suatu arus

maksimum yang ditentukan oleh design. Pengujian dilakukan dengan memberikan

(61)

Vreg

Gambar 4.1 Rangkaian Power Supplay (PSA)

4.3 Pengujian Rangkaian Relay

Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan teganan 5 volt dan 0

volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN,

transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktif

jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktifkan

relay. Pada rangkaian ini relay digunakan untuk memutuskan hubungan Pompa air

dengan sumber tegangan 12 volt, dimana hubungan yang digunakan adalah normally

close ( NC ), dengan demikian jika relay aktif maka hubungan Pompa air ke sumber

tegangan akan terputus.

Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor,

jika relay aktif dan pompa air akan hidup, maka rangkaian ini telah berfungsi dengan

baik. Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian ini ke

(62)

Gambar 4.2 Pengujian Rangkaian Relay

Kemudian memberikan program yang sederhana pada mikrokontroller

ATMega8535. Program yang diberikan adalah sebagai berikut:

Setb P0.1

. . .

Perintah diatas akan memberikan logika high pada P0.1, sehingga P0.1 akan

mendapatkan tegangan 5 volt. Tegangan 5 volt ini akan mengaktifkan transistor C945,

sehingga relay juga menjadi aktif dan lampu akan hidup. Berikutnya memberikan

program sederhana untuk menonaktifkan relay. Programnya sebagai berikut:

Clr P0.1

. . .

Perintah diatas akan memberikan logika low pada P0.1, sehingga P0.1 akan

mendapatkan tgangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktifkan transistor

C945, sehingga relay juga menjadi tidak aktif dan lampu tidak hidup.

4.4 Pengujian Sensor Ultrasonik PING

Sensor ultrasonic ping akan bekerja jika mendapat suplay tegangan sebesar 5 V DC.

dimana tegangan 5 V DC dihubungkan dengan konektor Vcc dan ground pada sensor.

(63)

sebagai control sensor ini dalam pendeteksian objek sekaligus pembacaan jarak objek

dengan sensor ini.

Progam dapat mensetting sensor ini dengan jarak yang telah ditentukan sesuai

dengan ring deteksi dari sensor ultrasonic ping ini. Ketika sensor disetting jaraknya

maka dengan jarak yang telah ditentukanlah sensor akan bekerja dalam pendeteksian

objek. Jarak pantulan yang dipakai sensor ultrasonic pada rangkaian ini adalah 30 cm.

Langkah selanjutnya adalah memberikan program sederhana pada Sensor Ultrasonik.

Program yang diberikan adalah sebagai berikut :

unsigned char urf_pink (void)

(64)

4.5 Data Analisa Pengukuran Jarak Ketinggian Air.

Tabel 4.5 Data Hasil Pengujian Pengisian Tangki Air Otomatis

(65)

Keterangan :

a. Tangki Kosong

Pada Tangki Kosong ketinggian air 0 cm maka semua display led dalam keadaan

hidup (high) dan pompa akan hidup untuk mengisi air ke tangki.

b. Start Awal

Pada Start Awal ketinggian air 7,8 – 8,7 cm maka semua display led dalam

keadaan mati (low) dan pompa akan terus hidup sampai 20 cm.

c. Level 1

Pada Level 1 ketinggian air 8,8 cm, maka display led level 1 akan hidup (high),

sedangkan display led level 2, level 3, level 4, level 5, level 6, level 7, level 8,

level 9, level 10, level 11, level 12, level 13, level 14, level 15, level dan 16 dalam

keadaan mati (low) dan pompa akan terus hidup sampai 20 cm.

d. Level 2

Pada Level 2 ketinggian air 9,5 cm, maka display led level 1 dan level 2 akan

hidup (high), sedangkan display led level 3, level 4, level 5, level 6, level 7, level

8, level 9, level 10, level 11, level 12, level 13, level 14, level 15 dan level 16

dalam keadaan mati (low) dan pompa akan terus hidup sampai 20 cm.

e. Level 3

Pada Level 3 ketinggian air 10,3 cm, maka display led level 1, level 2 dan level 3

akan hidup (high), sedangkan display led level 4, level 5, level 6, level 7, level 8,

level 9, level 10, level 11, level 12, level 13, level 14, level 15 dan level 16 dalam

(66)

f. Level 4

Pada Level 1 ketinggian air 11 cm, maka display led level 1, level 2, level 3 dan

level 4 akan hidup (high), sedangkan display led level 5, level 6, level 7, level 8,

level 9, level 10, level 11, level 12, level 13, level 14, level 15 dan level 16 dalam

keadaan mati (low) dan pompa akan terus hidup sampai 20 cm.

g. Level 5

Pada Level 5 ketinggian air 11,6 cm, maka display led level 1, level 2, level 3,

level 4 dan level 5 akan hidup (high), sedangkan display led level 6, level 7, level

8, level 9, level 10, level 11, level 12, level 13, level 14, level 15 dan level 16

dalam keadaan mati (low) dan pompa akan terus hidup sampai 20 cm.

h. Level 6

Pada Level 6 ketinggian air 12,2 cm, maka display led level 1, level 2, level 3,

level 4, level 5 dan level 6 akan hidup (high), sedangkan display led level 7, level

8, level 9, level 10, level 11, level 12, level 13, level 14, level 15 dan level dalam

keadaan mati (low) dan pompa akan terus hidup sampai 20 cm.

i. Level 7

Pada Level 7 ketinggian air 12,9 cm, maka display led level 1, led level 2, level 3,

level 4, level 5, level 6 dan level 7 akan hidup (high), sedangkan display led level

8, level 9, level 10, level 11, level 12, level 13, level 14, level 15 dan level 16

dalam keadaan mati (low) dan pompa akan terus hidup sampai 20 cm.

j. Level 8

Pada Level 8 ketinggian air 13,3 cm, maka display led level 1, level 2, level 3,

Gambar

Gambar 2.8 Skema Kapasitor
Gambar 2.9  Electrolytic Capacitor (ELCO)
Gambar 2.10  Ceramic Capacitor
Tabel 2.5 Nilai Kapasitor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat stres kerja yang dialami oleh karyawan dan ada tidaknya hubungan antara tingkat stres kerja terhadap

Apakah setiap pejabat sudah memiliki Buku Catatan Penilaian bagi bawahannya, apakah sdh sesuai dengan PP.No.10 Tahun 1979 jo SE BAKN No.. Pengisian DP3 apakah

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling atau pengambilan sampel secara acak, karena populasi dianggap homogen pada pelanggan surat

di sekolah dengan metode ataupun strategi pembelajaran yang berkualitas. Pengaruh Profesional Guru IPA Terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran Di Mi Ma’arif Pamotan. ”Dalam

Teknik analisis data dalam penelitian ini analisis semiotika pada corpus penelitian pada Representasi Kenakalan Remaja Dalam Iklan Fruit Tea Versi ”Pulo Gadung” setelah

Peserta yang berkeberatan atas pengumuman pemenang ini dapat menyampaikan sanggahan secara elektronik melalui aplikasi SPSE ( www.lpse.basarnas.go.id ) dengan

Pokja ULP Kantor SAR Ternate dengan ini mengumumkan kepada peserta pelelangan pekerjaan Pembangunan Gedung Serbaguna Kantor SAR Ternate berdasarkan Surat penetapan

Berdasarkan pertimbangan kondisi obyektif dari kemampuan dan prestasi akademik bidang matematika siswa-siswi SD di kecamatan Sawahan tersebut, maka tim