• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Mahasiswa Memilih Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara Al Munawaroh Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Mahasiswa Memilih Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara Al Munawaroh Medan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Mardiah (2001) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Menentukan Pilihan Mahasiswa Dalam Menempuh Pendidikan Program Pasca Sarjana Di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya”, menetapkan sampel sebanyak 200 responden dengan cara Stratified Random Sampling dari populasi sebanyak 752 mahasiswa. Dalam penelitian ini terdapat 46 faktor yang dianalisis dengan menggunakan analisis faktor. Dari penelitian ini diperoleh beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan mahasiswa dalam menempuh pendidikan yaitu : faktor proses, faktor personal, faktor physical evidence, faktor referensi, faktor motivasi, faktor aktivitas mahasiswa, faktor lokasi, faktor biaya, faktor status sosial, faktor alumni.

(2)

Asnawi (1993) dengan judul penelitian “Prilaku Calon Mahasiswa Dalam Memasuki Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah calon mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta lulusan SLTA tanpa memandang tahun kelulusan. Sampel dalam penelitian ini 200 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah survey. Metode Analisisnya adalah Chi Square. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mahasiswa yang memilih Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta dipengaruhi motivasi dan persepsi. Pada Tabel 2.1 dibawah ini dapat dilihat persamaan dan perbedaan penelitian penulis dengan penelitian terdahulu.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Variabel Terikat Variabel Bebas

Tehnik Pengumpulan

Data

Analisis 1 Mardiah Pilihan Mahasiswa

(3)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Perilaku Konsumen, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dan Proses pengambilan keputusan membeli pada konsumen

Schiffman and Kanuk (2010 : 437) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut : “The term consumer behavior can bedefed as the behavior that consumers display in searching for purchasing, using, evaluating, and disposing of products, service and ideas and which they expect will satisfy their needs”. Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

American Marketing Association dalam Peter dan Olson, (2000) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai “interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka”.

Engel, et.al. dalam Sumarwan, (2002) mengartikan perilaku konsumen sebagai :“We define consumer behavior as those activities directly involved in obtaining, consumering, and disposing of product and services, including the decision processes that precede and follow these action”. Pernyataan tersebut mengemukakan bahwa perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlihat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.

(4)

2.2.2 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen

Kotler dan Amstrong (2003:189) menyatakan “Consumer purchases are influence strongly by cultural, social, personal, and psichological characteristic”.

Menurut Kotler dan Amstrong (2003:200), faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsomen untuk membeli terdiri dari :

1. Faktor budaya, yaitu penentu keinginan dan perilaku yang mendasari yang terdiri dari kumpulan nilai, preferensi dan perilaku menunjukkan preferensi produk dan merek yang berbeda dalam banyak hal.

2. Faktor sosial, yaitu dapat berasal dari kelompok acuan merupakan semua kelompok yang mempengaruhi langsung (tatap muka) atau tidak terhadap sikap atau perilaku seseorang, sedangkan berasal dari keluarga merupakan organisasi pembelian yang paling penting dalam masyarakat, dan ia telah menjadi objek penelitian yang luas.

3. Faktor pribadi, yaitu terdiri dari usia dan tahap siklus hidup konsumsi yang dibentuk oleh siklus hidup keluarga, pemasar sering memilih kelompok berdasarkan siklus hidup sebagai pasar sasaran.

(5)

2.2.3 Proses pengambilan keputusan membeli pada konsumen

Menurut Kotler dan Keller (2009:184), Proses pengambilan keputusan membeli pada konsumen dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat individual (internal) maupun yang berasal dari lingkungan (eksternal): 1. Faktor individual (internal)

a. Sumber daya konsumen. Waktu, uang dan perhatian merupakan sumber daya yang dimiliki konsumen yang digunakan dalam setiap situasi pengambilan keputusan.

b. Keterlibatan dan motivasi. Keterlibatan merupakan tingkat dari kepentingan atau ketertarikan personal yang ditimbulkan oleh stimulus dalam situasi tertentu. Terhadap tingkat keterlibatan yang hadir, konsumen di motivasi untuk bertindak dengan pertimbangan untuk meminimalkan resiko dan untuk memaksimalkan keutungan yang didapat dari penggunaan dan pembelian.

c. Pengetahuan. Pengetahuan konsumen terdiri dari informasi yang disimpan di dalam ingatan. Informasi yang dimiliki konsumen mengenai produk akan sangat mempengaruhi pola pembelian mereka.

(6)

e. Kepribadian. Kepribadian diartikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Kepribadian seseorang akan menentukan bagaimana seseorang mengkonsumsi suatu produk.

f. Gaya hidup. Gaya hidup diartikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup yang dianut seseorang juga menentukan dalam pemilihan serta keputusan pembelian sebuah produk. g. Demografi. Karakteristik demografi seperti usia, pendapatan dan

pendidikan juga membedakan bagaimana seseorang terlibat dalam pengambilan keputusan konsumen.

2. Faktor lingkungan (eksternal)

a. Budaya. Budaya dalam perilaku konsumen mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna yang membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Perbedaan budaya juga menentukan jenis produk yang dipilih untuk dikonsumsi.

b. Kelas social. Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Status kelas sosial menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda

(7)

juga berpengaruh dalam memberikan referensi mengenai suatu produk, toko dsb.

Menurut Bayus dalam Tjiptono (2008:20) “proses pengambilan keputusan pembelian tidak hanya berakhir dengan terjadinya transaksi pembelian, akan tetapi diikuti pula oleh tahap perilaku purnabeli (terutama dalam pengambilan keputusan yang luas).

Menurut Kotler dan Amstrong (2003:147) “The buyer decision process consits of five stages: needs recognition, information search, evaluation of alternative, purchase decision and postpurchase behavior”. Menurut Setiadi (2003:58) “proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut : pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan prilaku pasca pembelian”.

Gambar 2.1 di bawah ini, menggambarkan bahwa konsumen melewati kelima tahap seluruhnya pada setiap pembelian. Namun dalam pembelian yang lebih rutin konsumen sering kali melompati atau membalik beberapa tahap ini. Model tersebut menunjukkan semua pertimbangan muncul ketika konsumen menghadapi situasi membeli yang kompleks dan baru.

Sumber : Setiadi (2003)

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Mengenali

Kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi Membeli

Keputusan Membeli

(8)

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Penganalisaan keinginan dan kebutuhan ini terutama ditujukan untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Seorang konsumen yang tergerak oleh stimulus akan berusaha untuk mencari lebih banyak informasi. Beberapa pencarian informasi yang dilakukan konsumen tergantung pada kekuatan dorongannya, jumlah informasi yang dipunyai, kemudahan dalam memperoleh informasi tambahan, nilai yang dia berikan pada informasi tambahan dan kepuasan yang dia peroleh dari pencarian informasi.

Konsumen biasanya mengidentifikasi alternatif dalam pembeliannya. Pengidentifikasian alternatif pembelian tersebut tidak terpisah dari pengaruh sumber-sumber yang dimiliki seperti : uang, waktu dan informasi. Konsep dalam memahami proses evaluasi konsumen adalah bahwa konsumen tersebut mencari manfaat tertentu dari produk. Ada dua faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu : sikap atau pendirian orang lain dan situasi yang tidak dapat diantisipasi.

Preferensi seseorang terhadap sesuatu produk dapat meningkat jika orang yang dia senangi juga menyukai produk yang sama. Pengaruh orang lain menjadi kompleks bila beberapa orang yang dekat dengan pembeli mempunyai pendapat yang saling berlawanan dan si pembeli ingin menyenangkan mereka semua.

(9)

Setelah pembelian produk konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Kepuasan pembelian merupakan fungsi dari seberapa dekat antara harapan pembeli atas produk tersebut dengan daya guna yang dirasakan dari produk tersebut. Semakin besar jarak antara harapan dan hasil yang dirasakan, semakin besar ketidak puasan konsumen.

2.2.4 Teori tentang Pemasaran Jasa

2.2.4.1 Pengertian, Karakteristik dan Klasifikasi Jasa

Jasa sering dipandang sebagai fenomena yang rumit. Kata jasa itu sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan personal (personal service) sampai jasa sebagai suatu produk. Sejauh ini sudah banyak pakar pemasaran jasa yang telah berusaha mendefinisikan pengertian jasa.

Berdasarkan ensiklopedia Indonesia yang dikutip oleh Fuad Ihsan dalam bentuk dasar-dasar kependidikan (2003:7), pendidikan dapat diartikan sebagai proses dimana seseorang mengembankan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol.

Rangkuti (2003) menyatakan bahwa “pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk. Pemasaran jasa lebih bersifat intangible dan inmaterial karena produkya tidak kasat mata dan tidak dapat diraba, produk jasa dilakukan disaat konsumen berhadapan dengan petugas sehingga pengawasan kualitasnya dilakukan dengan segera, interaksi antara konsumen dan pengawas adalah penting untuk mewujudkan produk yang dibentuk”.

(10)

essentially intangible concerns of its purchaser”. Jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, sehat) bersifat tidak berwujud.

Lehtinen (dalam Lupiyoadi,2008:5) mendefinisikan jasa sebagai “A service is an activity or a series of activities which take place in interactions with a contact person or physical machine and which provide consumer satisfaction”. Yang dapat diartikan sebagai berikut : Jasa adalah suatu aktivitas atau sekumpulan aktivitas yang terdapat dalam interaksi dengan orang ataupun mesin dan yang memberikan kepuasan bagi konsumen.

Selanjutnya Kotler ( 2008:36) mengartikan jasa sebagai berikut : “A service is any activity of benefit that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. Its production may or may not to be tied to a physicl product”. Definisi ini dapat diartikan, sebuah jasa adalah setiap aktivitas yang menguntungkan yang dapat ditawarkan satu pihak ke pihak lainnya yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produk jasa mungkin berkaitan dengan produk fisik atau tidak.

Dari berbagai definisi di atas, tampak bahwa di dalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pemberi jasa, meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa juga bukan merupakan barang, jasa adalah suatu proses atau aktivitas, dan aktivitas-aktivitas tersebut tidak berwujud.

2.2.4.2 Karakteristik Dan Klasifikasi Jasa

(11)

1. tidak berwujud (Intangibility), jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tidak berwujud yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan, atau rasa aman.

2. Unstorability, jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang dihasilkan. Karakteristik ini juga tidak dapat dipisahkan (unseparability), mengingat pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi pada saat bersamaan. 3. Customization, jasa juga sering kali didesain khusus untuk kebutuhan pelanggan.

Kemudian Griffin (dalam Lupiyoadi, 2008:6) juga mengklasifikasikan jasa berdasarkan :

1. Tingkat kontak konsumen dengan pemberi jasa sebagai bagian dari sistem saat jasa tersebut dihasilkan. Berdasarkan hal ini, jasa dapat dibedakan dalam :

1.1 Kelompok High-Contact System, untuk menerima jasa konsumen harus menjadi bagian dari sistem.

1.2 Low-Contact System, konsumen tidak perlu menjadi bagian dari sistem untuk menerima jasa.

2. Konsumen dengan operasi manufaktur. Berdasarkan hal ini, jasa dibagi menjadi tiga kelompok :

(12)

2.2 Quasimanufacturing service, dalam banyak hal mirip dengan manufaktur, karena jasa ini termasuk sangat low contact dan konsumen tidak harus menjadi bagian dari proses produksi jasa.

2.3 Mixed service, merupakan kelompok jasa dengan tingkat kontak menengah (moderate-contact) yang menggabungkan beberapa fitur/sifat pure service dan quasimanufacturing service.

2.3 Kerangka Konseptual

Dalam upaya pengembangan lembaga pendidikan swasta, merupakan suatu tantangan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang handal, berkualitas dan berdaya saing tinggi sekaligus juga harus mempertahankan eksistensi perguran tinggi di tengah banyaknya muncul perguruan tinggi pesaing. Sebuah perguruan tinggi harus mampu mengetahui apa yang penting untuk para mahasiswa, memberikan informasi kepada para mahasiswa bahwa apa yang akan mereka berikan berguna untuk mahasiswa, dan kemudian memberikan apa yang telah mereka janjikan, sehingga perguruan tinggi tersebut tidak ditinggalkan dan terpaksa harus menutup perguran tinggi tersebut.

(13)

Mowen dan Minor (2004:102) menyatakan bahwa “tingkat keterlibatan konsumen dalam suatu pembelian dipengaruhi oleh kepentingan personal yang dirasakan ditimbulkan oleh stimulus, produk, harga, promosi, lokasi”. Lamb (2001) menyatakan bahwa “tingkat keterlibatan dalam pembelian tergantung pada lima faktor yaitu : pengalaman sebelumnya, minat, resiko, situasi dan pandangan sosial”.

Terkait dengan keputusan mahasiswa dalam memilih Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara Al munawaroh, dipengaruhi beberapa stimulus dan juga kebutuhan akan pendidikan untuk kebaikan masa depan mereka. Memang banyak perguruan tinggi yang merupakan pesaing juga menawarkan hal-hal yang hampir sama atau mungkin sama dengan apa yang ditawarkan oleh FE. UISU Al Munawaroh. Namun ada beberapa alasan ataupun faktor-faktor yang mempengaruhi mengapa mahasiswa memutuskan untuk memilih Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara Al Munawaroh Medan.

Mahasiswa akan melihat faktor-faktor yang menguntungkan dan sekaligus juga faktor-faktor yang bisa merugikan jika mereka memilih perguruan tinggi tertentu untuk tempat belajar. Pemahaman pengambilan keputusan mahasiswa sangat penting bagi suatu perguruan tinggi, karena berhasil tidaknya perguruan tinggi menarik mahaiswa tergantung faktor-faktor apa yang menjadi pendorong atau membuat ada keinginan dari pada mahasiswa untuk memilih perguruan tinggi tersebut.

(14)

akreditasi, aktivitas mahasiswa, Biaya, Latarbelakang sosial, Reputasi, Lokasi, dan Promosi. Dengan pertimbangan ini perguruan tinggi FE UISU akan membuat kebijakan dengan memperhatikan kepada kekuatan, kelemahan, tantangan dan ancaman yang mungkin terjadi. Sehingga apa yang menjadi harapan perguruan tinggi menghasilkan alumni yang berkualitas sekaligus tetap eksis sebagai suatu bisnis di dunia pendidikan dapat tercapai.

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi :

Proses

Physical evidence Referensi

Motivasi Akreditasi

Aktifitas Mahasiswa Biaya

Latarbelakang sosial Reputasi

Lokasi Promosi

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Konsumen
Gambar 2.2  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini penulis mengambil faktor bauran pemasaran sebagai faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam memutuskan memilih program studi perguruan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Faktor Pribadi dan Faktor Sosial Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Mie Sedaap Pada Mahasiswa

YUSIFANI DIAN PARASYAMYA. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Mahasiswa dalam Memilih Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh JONO M

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Mahasiswa Memilih Studi di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember (Studi

auditor merupakan hal yang penting dalam proses pengambilan keputusan. karirnya

Dimana kopi merupakan salah satu komoditi unggulan di Sumatera Utara menarik tentunya untuk meneliti apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan akan

Dimana kopi merupakan salah satu komoditi unggulan di Sumatera Utara menarik tentunya untuk meneliti apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan akan

Kesimpulan : Sebagian besar mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap bahaya merokok dan faktor yang