ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK
GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK
STUDI KASUS : IBU-IBU RUMAH TANGGA KECAMATAN
KUALA SIMPANG
PROPOSAL PENELITIAN
MUHAMMAD FATHEH SYUHADA
143305020009
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS AGRO TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tanaman Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) memiliki arti penting bagi perkembangan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia adalah negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar didunia, yaitu sebesar 34,18% dari area produksi dunia (Direktorat Jendral Perkebunan, 2014).
1980 luas areal kelapa sawit Indonesia sebesar 294,56 ribu hektar, maka pada tahun 2015 telah mencapai 11,30 juta hektar. Demikian halnya dengan luas areal kelapa sawit, perkembangan produk minyak sawit (CPO) dari tahun 2011 sampai dengan 2015 meningkat sekitar 5,38 sampai dengan 8,42 persen per tahun, namun di tahun 2016 diperkirakan menurun 0,15 persen. Pada tahun 2011 produksi minyak sawit (CPO) 23,99 juta ton, meningkat menjadi 31,07 juta ton pada tahun 2015 atau terjadi peningkatan 28,48 persen (Badan Pusat Statistik, 2016).
2015 tercatat sebesar 31,28 juta ton. Produksi ini berasal dari 11,3 juta ha luas areal perkebunan kelapa sawit dimana 50,77% diantaranya diusahakan oleh perusahaan swasta (PBS), 37,45% diusahan oleh rakyat (PR) dan sisanya diusahakan oleh perkebunan milik negara (PBN). Sentra produksi kelapa sawit di Indonesia berdasarkan rata-rata tahun pada 2012-2016 adalah Provinsi Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Barat. (Direktorat Jendral Perkebunan, 2014-2016).
baku minyak goreng maupun komoditas ekspor. Untuk mencapai keuntungan maksimum maka perusahaan penghasil CPO perlu berproduksi secara efisien. Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia dengan produksi mencapai 30,9 juta ton pada tahun 2015, nilai ini mengalami peningkatan sebesar 5,47% dibandingkan tahun 204 (BPS, 2015). Apabila dilihat dari kontibusinya, 56,33% berasal dari perkebunan swasta, 36,56% dari perkebunan rakyat dan 7,11% berasal dari perkebunan milik pemerintah (Badan Pusat Statistik, 2015).
(spot Medan) maupun dipasar dunia (spot Rotterdam) cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada bulan Desember tahun 2015 harga CPO di Medan sebesar Rp. 6.69,-/kg dan di pasar dunia sebesar USD 575/ton. Tingkat konsumsi minyak goreng per kapita pada tahun 2015 berdasarkan hasil SUSENAS dan BPS sebesar 11,23 kg/kapita, sehingga total konsumsi domestic pada tahun tersebut sebesar 2,87 juta ton minyak goreng atau setara dengan 4,2 juta ton kelapa sawit (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2016)
Di Indonesia sendiri minyak goreng yang paling banyak digunakan adalah minyak goreng yang bahan bakunya dari kelapa sawit. Minyak goreng kelapa sawit ini terbagi ke dalam dua segmen, yaitu minyak goreng bermerek dan minyak goreng tidak bermerek atau yang biasa disebut minyak curah. Keduanya adalah sama-sama hasil dari proses industri. Namun, berbeda dari kualitas dan prosesnya. Untuk minyak goreng bermerek penyaringan dilakukan 2-4 kali proses penyaringan, minyak yang jernih dan dikemas dengan merek tertentu. Sedangkan minyak goreng tidak bermerek hanya dilakukan satu kali
penyaringan, minyak berwarna kuning keruh dan didistribusikan dalam bentuk non kemasan. (Anonimus. 2012).
Adapun maksud dari penelitian yang dilakukan penulis yaitu Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Minyak Goreng Bermerek dan Tidak Bermerek (Studi Kasus : Pada Ibu-Ibu Rumah Tangga Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang).
1. Bagaimana proses keputusan pembelian minyak gorengan bermerek dan tidak bermerek yang dilakukan oleh konsumen ?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian minyak goreng bermerek dan tidak bermerek ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan konsumen dalam memilih produk minyak goreng kemasan bermerek dan tidak bermerek.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian produk minyak goreng bermerek dan tidak bermerek.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Penulis, sebagai bahan masukan informasi yang melakukan penelitian ini sehingga tingkat keterlibatan konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian minyak goreng bermerek dan tidak bermerek. . 2. Institusi pendidikan dan pihak lain, hasil kajian ini dapat dijadikan
bahan studi kepustakaan untuk penelitian selanjutnya. 3. Masyarakat, sebagai bahan masukan pada masyarakat untuk
menambah wawasan khususnya kepada ibu-ibu rumah tangga dalam memilih minyak goreng.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit
monokotil yang tergolong dalam famili palmae dan di golongkan berdasarkan ketebalan tempurung (cangkang) dan warna buah (Pahan, 2012).
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Risza, 2010).
2.2. Definisi Minyak Goreng
Minyak goreng adalah bahan pangan dengan komposisi utama trigliserida yang berasal dari bahan nabati dengan atau tanpa perubahan kimiawi termasuk hidrogenasi, pendinginan dan telah melalui proses rafinasi atau pemurnian yang digunakan untuk menggoreng (SNI, 2013).
yang berpengaruh terhadap penyaringan (Kukuh, 2010).
Minyak Goreng Produsen
Fortune PT. Sinar Alam Permai – Wilmar Grup
Sania PT. Multimas Nabati Asahan – Wilmar Grup
Sari Murni PT. Mikie Oleo Nabati – Musim mas Grup
SunCo PT. Bina Karya Prima ForVita PT. Bina Karya Prima Tropical PT. Bina Karya Prima FraisWell PT. SMART
Mitra PT. SMART
Kunci Mas PT. SMART Filma PT. Salim Grup Bimoli Classic PT. Salim Grup Bimoli Spesial PT. Salim Grup
Rose Brand PT. Tunas Baru Lampung Minya Goreng Carrefour PT. Asian Agro Agung Jaya Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2009
mutu minyak goreng adalah bilangan peroksida.Mengingat minyak goreng curah banyak digunakan oleh masyarakat maka perlu dilakukanpenelitian bagaimana mutu minyak goreng curah yang digunakan secara berulang, khususnya dari parameter bilangan peroksida dan karakteristik organoleptik bahan yang digoreng.
maupun keton yang menyebabkan bau tengik (Wikipedia, 2014; Ketaren S., 1986).
Berdasarkan
pemanasan (Sri Murni dkk,2012).
Menurut badan standarisasi SNI 01-3741-2013 standar mutu minyak goreng di Indonesia maksimal bilangan peroksida 10 mek 02/kg dan bilangan
asa 0,6 mg KOH/g. Minyak
dikonsumsi masyarakat karena harganya murah dan sebahagian lagi diolah menjadi minyak goreng kemasan.
Berdasarkan data jumlah kebutuhan minyak goreng mencapai 3,2 metrik ton per tahun dan sekitar 3% dijual dalam bentuk minyak goreng tidak bermerek (Nurition Foundation For Food Fortification, 2014).
2.3. Perilaku Konsumen
Kotler dan Keller (2011:151) mengatakan perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli,
menggunakan, dan menghabiskan barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
2.4.Faktor-faktor yang memperngaruhi Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Keller (2009) perilaku pembeian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis.
Faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling besar dan luas terhadap perilaku konsumen. Seperangkat nilai, persepsi, prefensi, dan perilaku diperoleh dari keluarga dan lembaga penting lainnya.
2.4.2. Faktor Sosial
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok refrensi/acuan, keluarga, serta peran dan status sosial.
2.4.3. Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karaakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, nilai, kepribadian dan konsep diri pembeli.
2.4.4. Faktor Psikologis
Kebutuhan yang bersifat psikologis adalah kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu seperti kebutuhan untuk diakui, harga diri, atau kebutuhan untuk diterima oleh lingkungannya.
2.5. Keputusan Pembelian
Keputusan membeli atau tidak merupakan bagian dari unsur yang melekat pada diri individu konsumen yang disebut behavior dimana ia merujuk kepada tindakan fisik yang nyata dapat dilihat dan diukur oleh orang lain
(Nitisusastro,2012, h.195). Tahap- tahap keputusan pembelian adalahsebagai berikut (Kotler dan Amstrong, 2009, h.179).
Sedangkan menurut Sumarwan (2010), pengenalan kebutuhan atau masalah muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi.
2.5.2. Pencarian Informasi
selanjutnya, orang tersebut akan aktif mencari informasi seperti mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tersebut.
Sedangkan menurut Sumarwan (2010) pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang disimpan di dalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarianeksternal).
2.5.3. Evaluasi Alternatif
yang berorientasi kognitif. Yaitu, model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional.
Mendefinisikan
evaluasi alternatif adalah
proses mengevaluasi pilihan
produk dan merek dan
memilihnya sesuai dengan
yang diinginkan konsumen.
Pada proses evaluasi
alternatif, konsumen
membandingkan berbagai
pilihan yang dapat
memecahkan masalah yang di
hadapinya (Sumarwan, 2010).
2.5.4. Keputusan Pembelian
Menurut kotler dan amstrong (2016) mendefinisikan keputusan pembelian sebagai berikut:
consumer behavior is the
study of hoe individual,
groups, and organizations
select buy, use, and dipose of
experiences to satisfy their
needs and wants, yang artinya keputusan pembelian merupakan bagian dari perilaku konsumen perilaku konsumen yaitu studi tentang bagaiman individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaiman barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.
Keputusan pembeli tidak terpisahkan dari bagimana sifat seorang konsumen ( consumer behavior ) sehingga masing – masing konsumen memiliki kebiasaan yang berbeda dalam melakukan pembelian, pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian, jumlah pembelian, metode pembayaran.
2.5.5 Perilaku Setelah Pembelian
-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung keputusannya (Kotler dan Keller, 2007). Sehingga tugas pemasar tidak cukup berakhir saat produk dibeli, para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.
2.6. Produk
dengan perusahaan lain. Sehingga konsumen akan tetap memilih produk perusahaan tersebut dibandingkan produk lain.
2.7. Atribut Produk
Dalam hal produk perusahaan harus mampu mengembangkan suatu produk yang mencakup manfaat yang akan disampaikan pada konsumen. Produk yang baik mempunyai peluang lebih besar untuk direspon dengan baik oleh konsumen. Penempatan posisi produk yang tepat dibenak konsumen, terutama melalui pengembangan atribut produk menjadi salah satu kunci keberhasilan pemasaran dari sebuah produk. Atribut-atribut produk dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, yang mana semakin lengkap dan komplit atribut sebuah produk, semakin besar peluang produk tersebut untuk diminati konsumen. Philip Kotler dan Gary Armstrong(2012:272) mendefinisikan Atribut produk adalah pengembangan suatu produk atau jasa melibatkan manfaat yang akan ditawarkan produk atau jasa tersebut.
Menurut Kotler dan Amstong (2012:99) mengelompokan atribut produk kepada tiga unsur penting, yaitu kualitas produk (product quality), fitur produk (product features),dan desain produk (Product design).
2.7.1. Kualitas produk (Produk quality)
pada produk secara keseluruhan. Agar dapat bersaing di pasar secara berhasil produk harus memiliki mutu yang superior dibandingkan dengan produk -produk pesaing lainya. Mutu harus diukur dari segi persepsi pembeli. Banyak perusahaan menjadikan suatu mutu sebagai senjata strategi yang ampuh. Mutu strategi menyangkut usaha memperoleh keunggulan lebih dari pesaing dengan secara konsisten menawarkan produk dan jasa memenuhi kebutuhan dan keiinginan serta preferensi mutu konsumen.
2.7.2. Fitur Produk (Product features)
Fitur produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk satu dengan produk-produk pesaing. Fitur produk adalah alat untuk bersaing yang membedakan produk suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Fitur produk identik dengan sifat dan sesuatu yang unik, khas dan istimewa yang tidak dimiliki oleh produk lainnya. Biasanya karakteristik yang melekat dalam suatu produk merupakan hasil pengembangan dan penyempurnaan secara terus menerus
2.7.3. Desain produk (product design)
Desain memiliki konsep yang lebih luas daripada gaya (style), desain selain mempertimbangkan faktor penampilan, juga untuk bertujuan memperbaiki kinerja produk, mengurangi biaya produksi, dan menambah keunggulan bersaing. Desain atau rancangan adalah totalitas keistimewaan yang mempengaruhi
penampilan fungsi produk dari segi kebutuhan pelanggan.
2.8. Pemasaran
usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga barang atau jasa, mempromosikannya, dan mendistribusikannya kepada konsumen dan bisa memuaskan konsumen (Wiliam J. Stanton).
organisasi untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui bertukar dengan lain dan mengembangkan hubungan bertukar berkelanjutan. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2014:29), pemasaran adalah sebuah proses yang dilakukan perusahaan untuk membangun dan menciptakan nilai bagi pelanggan yang bertujuan untuk membangun hubungan yang kuat dengan para pelanggan dan mendapatkan nilai dari pelanggan itu sendiri untuk perusahaan sebagai balasan.
2.9. Uji Validitas
apa yang seharusnya diukur. Untuk mengukur validitas kuisioner yang diberikan kepada responden maka digunakan koefisien korelasi
product moment dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS (Statistical Package for Sosial Science) dan menggunakan tingkat signifikan ≤ 0,05 (Suliyanto, 2006, h.156).
2.10. Uji Realibilitas
Pengertian reabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Untuk mengetahui kuisioner tersebut sudah reliable
akan dilakukan pengujian reabilitas kuisioner dengan bentuan computer program
SPSS. Metode pengambilan keputusan pada uji reabilitas biasanya menggunakan batasan 0,6 yang artinya suatu variabel dikatakan reliable jika nilai Alpha cronbach lebih besar dari 0,6 (Duwi Priyanto, 2010, h.32)
2.11. Analisis Faktor
1. Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis.
2. Menguji variabel-variabel yang akan ditentukan, dengan menggunakan metode Barlett test of sphericity serta pengukuran MSA (Measure of Sampling Adequacy). Untuk menguji kesesuaian pemakaian analisis faktor, digunakan metode Kaiser-Meyer-Olkin (KMO). KMO adalah uji yang nilainya berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai indeks tinggi (berkisar antara 0,5 sampai 1,0), analisis faktor layak dilakukan. Sebaliknya, apabila nilai KMO dibawah 0,5 maka analisis faktor tidak layak dilakukan ditolak. Untuk menentukan apakah proses pengambilan sampel sudah memadai atau tidak digunakan pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA). Angka MSA berkisar antara 0 sampai 1, dengan kriteria:
a. MSA=1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain.
b. MSA>0,5, variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut.
c. MSA<0,5, variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut, dikeluarkan dari variabel lainnya.
3. Melakukan proses inti dari analisis faktor, yaitu factoring, atau menurunkan atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel sebelumnya.
4. Melakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang telah terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu.
5. Interpretasi atas faktor yang terbentuk, khususnya memberi nama atas faktor terbentuk tersebut yang dianggap dapat mewakili variable – variable anggota faktor tersebut.
Farah Zakia, Zakiah, Safrida (2017) dalam penelitiannya tentang Faktor-Faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen dalam pembelian minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan (Studi Kasus Pasar Peunayong Kota Banda Aceh). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Kasus. Metode penelitian sampel dilakukakn dengan Accidental Sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan Regresi Bineri Logistik untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independen terhadap variabel dependen.
diperlukan dalam sebuah penelitian untuk mengumpulkan data dari variabel yang diteliti. Metode pengambilan sampel juga menggunakan rumus Slovin. Mann-Whitney U-Test digunakan untuk menjawab hipotesis kedua yaitu untuk melihat sikap konsumen atas atribut produk minyak goreng kemasan dan curah.
2.13. Kerangka Pemikiran Konseptual
goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang cukup penting perananya bagi masyarakat Indonesia. Kondisi yang terjadi pada saat krisis ekonomi beberapa tahun yang lalu, dimana sempat terjadi kelangkaan minyak gorengan dipasar lokal memperlihatkan pentingnya minyak goreng sebagai kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng erat kaitannya dengan aktivitas masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga yang dilakukakan didapur untuk memenuhi kebutuhan pangan setaip harinya. Fungsi minyak goreng pada umumnya bukan sebagai bahan baku namun hanya sebagai bahan pembantu.
rendahnya pendapatan akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas
permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti hanya ada sedikit uang untuk dibelanjakan, sehingga akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Pendapatan seseorang mempengaruhi pilihan produk, termasuk dalam konsumsi minyak goreng, jika pendapat seseorang tinggi maka ia akan memilih minyak goreng bermerek dengan kualitas yang baik, jika pendapat seseorang rendah maka ia akan memilih minyak goreng tidak bermerek atau minyak curah. Semakin tinggi minat dan keinginan konsumen terhadap suatu barang, maka akan semakin tinggi pula tingkat permintaannya. Sebaliknya semakin berkurang keinginan konsumen akan suatu barang maka permintaaan juga akan berkurang.
Produksi Minyak Goreng
Minyak Goreng Tidak Bermerek Minyak Goreng Tidak
Bermerek
Karakteristik Konsumen
Proses pengambilan keputusan pembelian
Faktor-faktor yang mempengaruhi
prilaku
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang dilakukan pada ibu rumah tangga di Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang yang selalu atau pernah memakai minyak goreng. Penelitian dilakukan di 3
bulan ke belakang dari waktu dilakukan penelitian
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer yaitu data asli yang dikumpulkan secara langsung dari konsumen sebagai sumber data menggunakan kelengkapan kuesioner dan wawancara. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini antara lain data lembaga lain seperti BPS Aceh Tamiang, internet dan sumber lain yang dapat mendukung data dalam penelitian ini.
3.3. Metode Pengambilan Sampel
Kuala Simpang Aceh Tamiang pada tahun 2013 sebesar 5.810 jiwa dalam penelitian ini jumlah yang ditentukan oleh peneliti sebesar 100 responden. Responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang megkomsumsi minyak goreng bermerek dan tidak bermereki. Jumlah sampel yang digunakan dengan Rumus Slovin yang digunakan untuk menentukan ukuran minimal sampel yang dibutuhkan dari suatu populasi adapun rumusnya sebagai berikut.
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
Dalam penelitian ini jumlah yang ditentukan oleh peneliti sebesar 100 responden Data jumlah populasi ketika penelitian dilakukan dapat dilihat dari rumus dan diambil berdasarkan sample yaitu dari Kecamatan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang.
3.4. Metode Pengolahan Data Dan Analisis Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan teknik angket (Kuisioner). Teknik Angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara membagikan daftar pertanyaan kepada responden agar responden memberikan jawabannya. Kuisioner dalam penelitian ini merupakan kuisioner tertutup. Kuisioner ini sudah melalui tahap uji validitas dan uji reabilitas terlebih dahulu. Teknik Wawancara dilakukan dengan mewawancarai langsung sebagian besar konsumen yang mengisi kuisioner. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama berkaitan dengan karakteristik responden, bagian kedua berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai lima proses
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
epublikasi.setjen.pertanian.go.id › Outlook › Outlook Perkebunan
pusdatin.setjen.pertanian.go.id/.../outlook_kelapasawit_2014.pdf
ditjenbun.pertanian.go.id/berita-362-%09pertumbuhan-areal-kelap...
jagro.unbari.ac.id/index.php/agro/article/download/16/7
Risza. S. 2010.Kelapa Sawit. Upaya Peningkatan Produktivitas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Badan Standarisasi Nasional. SNI-3741-2013 ( Standart Mutu Minyak Goreng). Badan Standarisasi Nasional : Jakarta.
Kukuh, 2010. Minyak Goreng yang Baik. http://.www.kompasiana.com. [Diakses 3/2011].
Prasetyawan, E.A. 2007. Uji Kualitas Minyak Goreng Pada Para Penjual Gorengan dilingkungan Kampus Universitas Jember. http://digilib.unej.ac.id. Diakses 13 Nopember 2008
Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia press.
Sri Murni, K. Sofjan Firdausi, dan Eko Hidayato. 2012. Sifat Elektrooptis Sebagai Parameter Indikator Mutu Berbagai Jenis Minyak Goreng Kemasan. Berkala Fisika, ISSN: 1410-9662, vol. 15, no.4, 119-22
Indonesian Nutrition Foundation For Food Fortification. 2014. Mandated Cooking Oil Fortified With Vitamin A. KFI : Jakarta
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, 2012. Marketing Management Fourteenth. United States of America: Pearson Education.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi Ketiga Belas.Jilid 1 .Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Erlangga, Jakarta.
Nitisusastro, Mulyadi 2012, Perilaku Konsumen dalam Persperktif Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung.
Kotler, Philip dan Gary, Amstrong. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran. Alih Bahasa Iman Nurmawan .Jakarta: Erlangga.
Suliyanto 2006, Metode Riset Bisnis, Andi, Yogyakarta.