13
TUGAS PENGELOLAAN
SUM BERDAYA ALAM DAN
LINGKUNGAN
JEIN ARIESTY SING
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
2 1. uraikan dengan jelas
a. Pengertian Konsep Pengelolaan lingkungan secara terpadu
Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan Lingkungan adalah satu proses intervensi publik yang sistematis dan menerus dalam pengalokasian dan pemanfaatan lingkungan dan sumber
daya alam (yang sekarang ini cenderung dikontrol oleh pasar) untuk mengkoreksi
distorsi pasar atau kegagalan pasar (dalam bentuk kerusakan lingkungan dan ketidak-adilan sosial)”
Dasar Pengelolaan Lingkungan
Konsep Pengelolaan Lingkungan Secara Terpadu
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan,
penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan
pengembangan lingkungan hidup.
Konsep Pengelolaan ini mempunyai tujuan sebagai berikut.
1. Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup
sebagai tujuan membangun manusia seutuhnya.
2. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
3. Mewujudkan manusia sebagai pembina lingkungan hidup.
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
3
4. Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk
kepentingan generasi sekarang dan mendatang.
5. Melindungi negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara
yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.
6. Melalui penerapan pengelolaan lingkungan hidup akan terwujud
kedinamisan dan harmonisasi antara manusia dengan lingkungannya.
b. Mengapa Konsep ini di perlukan untuk dapat mewujudkan pembangunan secara
berkelanjutan
Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota,
bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang
tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan" (menurut
Brundtland Report dari PBB, 1987. Pembangunan berkelanjutan adalah
terjemahan dari Bahasa Inggris, sustainable development. Salah satu faktor
yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah
bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
4
Konsep Pengelolaan Lingkungan secara Terpadu untuk mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan
Pengelolaan Lingkungan secara terpadu memiliki pengertian bahwa
pengelolaan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan dilakukan melalui
penilaian secara menyeluruh (comprehensive assessment), merencanakan
tujuan dan sasaran, kemudian merencanakan serta mengelola segenap
kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang optimal dan
berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan tersebut dilakukan secara
kontinyu dan dinamis dengan mempertimbangkan aspek
social-ekonomi-budaya dan serta konflik kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada.
Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup memerlukan
keterpaduan dan koordinasi yang mantap antara pemanfaatan sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan dalam suatu kurun
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
5 berdaya guna. Prinsip ini telah disadari sejak konferensi lingkungan hidup
di Stockholm tahun 1972, dimana salah satu butir deklarasinya menyatakan:
Bahwa dalam rangka pengelolaan sumber daya yang lebih rasional untuk
meningkatkan kualitas lingkungan, diputuskan suatu pendekatan terpadu
dan terkoordinasi dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan
berwawasan lingkungan (lihat lampiran Deklarasi Stockhlom 1972).
Pertimbangan lingkungan yang menyangkut ekonomi lingkungan, tata
ruang, AMDAL, dan social cost harus diinternalisasi dalam setiap
pembuatan keputusan pembangunan.
c. Berilah salah satu contoh penerapan konsep pengelolaan lingkungan secara
terpadu
Contohnya konsep pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dan berkelanjutan:
Keterpaduan perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir ini mencakup 4 (empat)
aspek, yaitu : (1) keterpaduan wilayah/ekologis; (2) keterpaduan sektor; (3)
keterpaduan disiplin ilmu; dan (4) keterpaduan stakeholder.
(1). Keterpaduan Wilayah/Ekologis
Secara keruangan dan ekologis wilayah pesisir memiliki keterkaitan antara lahan
atas (daratan) dan laut lepas. Hal ini disebabkan karena wilayah pesisir merupakan
daerah pertemuan antara daratan dan laut. Dengan keterkaitan kawasan tersebut,
maka pengelolaan kawasan pesisir dan laut tidak lepas dari pengelolaan lingkungan
yang dilakukan di kedua kawasan tersebut. Berbagai dampak lingkungan yang
mengenai kawasan pesisir dan laut adalah akibat dari dampak yang ditimbulkan
oleh kegiatan pembangunan yang dilakukan di lahan atas, seperti pertanian,
perkebunan, kehutanan, industri, pemukiman dan sebagainya. Demikian juga
dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti kegiatan pengeboran minyak
lepas pantai dan perhubungan laut.
Penanggulangan pencemaran yang diakibatkan oleh industri dan limbah rumah
tangga, sedimentasi akibat erosi dari kegiatan perkebunan dan kehutanan, dan
limbah pertanian tidak dapat hanya dilakukan di kawasan pesisir saja, melainkan
harus dilakukan mulai dari sumber dampaknya. Oleh karena itu, pengelolaan di
wilayah ini harus di integrasikan dengan wilayah daratan dan laut serta Daerah
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
6 Pengelolaan yang baik di wilayah pesisir akan hancur dalam sekejap, jika tidak
diimbangi dengan perencanaan DAS yang baik pula. Keterkaitan antar ekosistem
yang ada di wilayah pesisir harus selalu diperhatikan.
(2). Keterpaduan Sektor
Sebagai konsekuensi dari besar dan beragamnya sumberdaya alam di kawasan
pesisir dan laut adalah banyaknya instansi atau sektor-sektor pelaku pembangunan
yang bergerak dalam pemanfataan sumberdaya pesisir dan laut. Akibatnya, sering
kali terjadi tumpang tindih pemanfataan sumberdaya pesisir dan laut antar satu
sektor dengan sektor lainnya. Agar pengelolaan sumberdaya alam di kawasan
pesisir dapat dilakukan secara optimal dan berkesinambungan, maka dalam
perencanaan pengelolaan harus mengintegrasikan semua kepentingan sektoral.
Kegiatan suatu sektor tidak dibenarkan mengganggu, apalagi sampai mematikan
kegiatan sector lain. Keterpaduan sektoral ini, meliputi keterpaduan secara
horizontal (antar sektor) dan keterpaduan secara vertikal (dalam sartu sektor). Oleh
karena itu, penyusunan tata ruang dan panduan pembangunan di kawasan pesisir
sangat perlu dilakukan untuk menghindari benturan antara satu kegiatan dengan
kegiatan pembangunan lainnya.
(3). Keterpaduan Disiplin Ilmu
Wilayah pesisir dan laut memiliki sifat dan karakteristik yang unik, baik sifat dan
karakteristik ekosistem pesisir maupun sifat dan karakteristik sosial budaya
masyarakat pesisir. Dengan sistem dinamika perairan pesisir yang khas,
dibutuhkan disiplin ikmu khusus pula seperti hidro-oseanografi, dinamika
oseanografi dan sebagainya. Selain itu, kebutuhan akan disiplin ilmu lainnya juga
sangat penting. Secara umum, keterpaduan disiplin ilmu dalam pengelolaan
sumberdaya pesisir dan laut adalah ilmu-ilmu ekologi, oseanografi, keteknikan,
ekonomi, hokum dan sosiologi.
(4). Keterpaduan Stakeholder
Segenap keterpaduan diatas, akan berhasil diterapkan apabila ditunjang oleh
keterpaduan dari pelaku dan pengelola pembangunan di kawasan pesisir dan laut.
Seperti diketahui bahwa pelaku pembangunan dan pengelola sumberdaya alam
wilayah pesisir antara lain terdiri dari pemerintah (pusat dan daerah), masyarakat
pesisir, swasta/investor dan juga lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
7 kawasan pesisir. Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Terpadu harus mampu
mengakomodir segenap kepentingan pelaku pembangunan sumberdaya pesisir dan
laut. Oleh karena itu, perencanaan pengelolaan pembangunan harus menggunakan
pendekatan dua arah, yaitu pendekatan dari atas (top down) dan pendekatan dari
bawah (bottom up).
Karakteristik Wilayah Pesisir Memerlukan Pendekatan Terpadu
Keunikan wilayah pesisir dan laut serta beragamnya sumberdaya yang ada,
mengisyaratkan pentingnya pengelolaan wilayah tersebut secara terpadu bukan
secara sektoral. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pertama, secara empiris, terdapat keterkaitan ekologis (hubungan fungsional) baik
antar ekosistem di dalam kawasan pesisir maupun antara kawasan pesisir dengan
lahan atas dan laut lepas. Dengan demikin perubahan yang terjadi pada suatu
ekosistem pesisir (mangrove, misalnya) cepat atau lambat, akan mempengaruhi
ekosistem lainnya. Begitu pula halnya, jika pengelolaan kegiatan pembangunan
(industri, pertanian, pemukiman, dan lain-lain) di lahan atas suatu DAS tidak
dilakukan secara arif (berwawasan lingkungan), maka dampak negatifnya akan
merusak tatanan dan fungsi ekologis kawasan pesisir dan laut. Fenomena inilah
yang kemungkinan besar merupakan faktor penyebab utama bagi kegagalan panen
tambak udang yang menimpa kawasan Pantai Utara Jawa. Karena, untuk
kehidupan dan pertumbuhan udang secara optimal diperlukan kualitas perairan
yang baik, tidak tercemar seperti Pantai Utara Jawa.
Kedua, dalam suatu kawasan pesisir (Kalianda – Bandar Lampung, misalnya),
biasanya terdapat lebih dari dua macam sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan
untuk kepentingan pembangunan.
Ketiga, dalam suatu kawasan pesisir, pada umumnya terdapat lebih dari satu
kelompok masyarakat (orang) yang memiliki keteramnpilan/keahlian dan
kesenangan (preference) bekerja yang berbeda : sebagai petani, nelayan, petani
tambak, petani rumput laut, pendamping pariwisata, industri dan kerajinan rumah
tangga, dan sebagainya. Padahal, sangat sukar atau hamper tidak mungkin, untuk
mengubah kesenangan bekerja (prefesi) sekelompok orang yang sudah secara
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
8 P encegahan
dan Mitigasi
Kesiapsiagaan Tanggap
Dar ur at P em ulihan
BENCANA
Keempat, baik secara ekologis maupun ekonomis, pemanfataan suatu kawasan
pesisir secara monokultur (single use) adalah sangat rentan terhadap perubahan
internal maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha. Contohnya,
pembangunan tambak udang di Pantai Utara Jawa yang sejak tahun 1982
mengkonversi hampir semua pesisir termasuk mangrove (sebagai kawasan lindung)
menjadi tambak udang,mengaakibatkan pada akhir 1990-an sampai sekarang terjadi
peledakan wabah virus, dimana sebagian besar tambak udang di kawasan ini
terserang penyakit yang merugikan.
Kelima, kawasan pesisir pada umumnya merupakan sumberdaya milik bersama
(common property resources) yang dapat dimanfaatkan oleh semua orng (Open
access). Oleh karenanya, wajaar jika pencemaran, over-eksploitasi sumberdaya
alam dan konflik pemanfaatan ruang
2. Definisi dan upaya mitigasi bencana geologi
Definisi Mitigasi
Serangkaian upaya bagian dari manajemen bencanauntuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU 24/2007). Strategi mitigasi
dapat juga dianggap sebagai bagian dari proses recovery setelah bencana
terjadi.
Ada 2 bentuk mitigasi :
• Mitigasi struktural (membuat check dam, bendungan, tanggul sungai, dll.) • Mitigasi non struktural (peraturan, tata ruang, pelatihan)
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
9
Upaya Mitigasi Terhadap Bencana Geologi berdasarkan Karakteristik bencana Geologi
1) Gempa Bumi
Gempa Bumi adalah getaran dalam bumi yang terjadi sebaga akibat dari terlepasnya energi yang terkumpul secara tiba-tiba dalam batuan yang mengalami deformasi.
Upaya Mitigasi terhadap gempa bumi adalah:
1. Melakukan pemetaan penyebaran lokasi-lokasi gempa yang disajikan dalam bentuk Peta Rawan Bencana Gempa Bumi/Seismik
2. Membuat peraturan-peraturan yang berkaitan dengan desain struktur bangunan tahan gempa guna mencegah runtuhnya bangunan ketika terjadi gempa
3. Tidak membangun bangunan di wilayah-wilayah yang rawan bencana alam.
4. Menghidari lahan-lahan yang rawan gempa untuk areal pemukiman, dan aktivitas manusia
5. Melakukan penataan ruang baik yang berada di sekitar pantai ataupun di daratan guna mencegah dan menghindari terjadinya korban jiwa dan harta serta dampak yang mungkin timbul ketika bencana itu terjadi. 6. Memasang Sistem Peringatan Dini (Early Warning System)
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
10
Tsunami adalah bagian dari gempa bumi yaitu pergeseran naik atau turun
yang terjadi secara tiba-tiba pada dasar samudra pada saat terjadi gempa bumi bawah laut, akan menimbulkan gelombang laut pasang yang sangat besar yang lazim disebut ‘tidal waves’
Gambar 5. Gempa Jateng , DIY
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
11 Mekanisme terjadinya tsunami:
a. Diawali dengan terjadinya gempa yang disertai oleh pengangkatan sebagai akibat kompresi.
b. Gelombang bergerak keluar ke segala arah dari daerah yang terangkat.
2) Gerakan Tanah
Gerakan tanah adalah proses perpindahan suatu masa batuan/tanah akibat gaya gravitasi. Gerakan tanah seringkali disebut sebagai longsoran dari massa tanah/batuan dan secara umum diartikan sebagai suatu gerakan tanah dan atau batuan dari tempat asalnya karena pengaruh gaya berat (gravitasi)
Gambar 7. Proses Tsunami
Gambar 8. Tsunami di Aceh 2006
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
12
Tabel 1. Metoda Pencegahan dan Perbaikan Gerakan Tanah
Dampak yang bersifat kohesif
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
16
3) Gunung Api
Bahaya gunung api adalah bahaya yang di timbulkan oleh letusan/kegiatan gunung, berupa padat, cair dan gas serta campuran diantaranya yang mengancam atau cenderung merusak dan menimbulkan korban jiwa serta kerugian harta benda dalam tatanan (lingkungan) kehidupan manusia.
Gambar 10. Tanah Longsor
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
17 Upaya Mitigasi bahaya gunung api:
1. Melakukan pengamatan dan pemantauan terhadap gunung api aktif 2. Dengan melakukan pengamatan dan pemantauan yang terus menerus,
maka diharapkan dapat dipelajari tingkah laku dan aktifitas semua gunung api aktif yang ada sehingga usaha perkiraan erupsi dan bahaya gunung api akan tepat dan cepat. Penyampaian informasi dalam angka pengamanan penduduk dari kawasan rawan bencana dapat dilaksanakan tepat waktu sehingga korban bisa dihindarkan.
3. Melakukan pemetaan kawasan rawan bencana gunung api.
4. Untuk mengetahui dan menentukan kawasan rawan bencana gunung api, tempat-tempat yang aman jika terjadi letusan, tempat pengungsian, alur pengungsia, puskesmas. Sehingga pada saat terjadi peningkatan aktifitas/letusan, kita sudah siap dengan peta operasional lapangan.
5. Mengosongkan kawasan rencana bencana III
6. Daerah atau kawasan yang termasuk kedalam kawasan rawan bencana III harus dikosongkan dan dilarang untuk hunian tetap, karena daerah ini sering terlanda oleh produk letusan gunung api (lava,awan panas, jatuhan, piroklastika)
7. Melakukan usaha preventif
8. Upaya untuk mengurangi bahaya akibat aliran lahar, yaitu dengan cara membuat tanggul penangkis, tanggul-tanggul untuk menguragi kecepatan lahar, serta mengurangi volume air di kawah.
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
18 3. Uraikan pendapat saudara terhadap pernyataan: ‘Manambang mangan = menambang
kehancuran’ ditinjau dari sudut pandang pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Jelaskan pendapat saudara tentang kegiatan penambangan mangan di Pulau Timor?
Manambang Mangan = Menambang kehancuran
Orang bilang jika di suatu daerah mengandung bahan tambang seperti menyimpan surga sekaligus mengenggam neraka, Kegiatan penambangan sering dikonotasikan sebagai salah satu kegiatan yang merusak lingkungan. Selain itu, kegiatan penambangan juga sering menimbulkan konflik diakibatkan tumpang tindih kepentingan penggunaan lahan. Hal itu dapat terjadi apabila kegiatan penambangan tidak dikelola dengan baik dan benar, seperti yang terjadi di Pulau Timor. Berikut ini akan saya paparkan beberapa dampak lingkungan yang terjadi akibat penambangan.
Dampak Ekologi
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis
dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan, dan penegakan hukum, (Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup), Pasal 1 (2).
a) Perubahan Bentangan Alam (land-scape)
Pertambangan tentunya membawa perubahan land-scape yang berakibat
pada penyempitan lahan pertanian, dan penghilangan padang
penggembalaan. Lebih dari itu akan berakibat pada terganggunya ekosistem
di wilayah tersebut seiring dengan berubahnya land-scape wilayah itu.
Apalagi pembongkaran permukaan tanah itu dilakukan di kawasan
penyangga tentunya akan berakibat fatal pada pengembangan persawahan
dan peternakan yang selama ini menjadi penopang hidup warga.
b) Mengganggu Tata Hidrologi air
Dikhatirkan bahwa konversi wilayah penyangga ini pun dapat berakibat
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
19 Karena itu, pembangunan pabrik pengolahan biji mangan harus mendapat
kajian serius, terutama mempertimbangkan ketersedian air.
Apakah ketersedian air di wilayah tersebut mampu mengairi persawahan
bila air itu harus didistribusikan lagi untuk kepentingan proses pemurnian
mangan. Sebab, kebutuhan pabrik akan air untuk proses pemurnian mineral
mangan (Mn) tidak seperti yang dibayangkan mencuci perabot rumah
tangga.
c) Harus ada Kajian Analisa Resiko
Pertambangan mangan yang dilakukan pun harus berbasis analisa resiko.
Pembongkaran permukaan tanah yang luas dapat menimbulkan tanah
longsor. Selain itu, ledakan tambang, keruntuhan tambang serta keselamatan
warga pekerja apa sudah dipertimbangkan.
Tanpa pembongkaran tanah saja, Kabupaten TTU sering mengalami
bencana longor saat hujan dan kekeringan pada musim panas. Padahal
dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tengan Penanggulangan
Bencana, Pasal 6 (a dan b) menyatakan bahwa “Tanggung jawab
Pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi: a.
pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana
dengan program pembangunan; b.Perlindungan Masyarakat dari dampak
bencana;
d) Harus Diasaskan pada Kebijakan Tata Ruang
Kebijakan penataan ruang secara formal ditetapkan bersamaan dengan
diundangkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan
Ruang, yang kemudian diperbaharui dengan Undang- undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Kebijakan
tersebut ditujukan untuk mewujudkan kualitas tata ruang yang semakin
baik, yang oleh undang-undang dinyatakan dengan kriteria aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan.
Apabila pertambangan mangan diberlakukannya sesuai dengan kebijakan
penataan ruang, semstinya tidak mengganggu ruang hidup rakyat. Tata
ruang menjadi produk dari rangkaian proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang sehingga tidak
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
20 Kebijakan tata ruang berguna membantu mengupayakan perbaikan kualitas
rencana tata ruang wilayah maka Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) atau Strategic Environmental Assessment (SEA).
Pemerintah Kabupaten TTU menjadikan KLH dan SEA sebagai salah satu
pilihan alat bantu melalui perbaikan kerangka pikir (framework of thinking)
perencanaan tata ruang wilayah untuk mengatasi persoalan lingkungan
hidup di Kabupaten TTU.
Pemerintah Kabupaten TTU perlu melakukan penataan ruang (Rencana Tata
Ruang Wilayah) sesuai dengan perintah Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007. Hanya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) secara
komprehensif Pemkab TTU mampu memetakan seluruh potensinya, baik di
bidang pertanian, peternakan, pariwisata, kehutanan, dll yang dilandasi pada
analisa keseimbangan ekologi dan analisa resiko ancaman.
Sebetulnya hal ini pun telah diatur dalam Udang-Uundang No.26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang terutama Pasal 34 (1), yang menyatakan
bahwa “Dalam pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dilakukan:
a. perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang
wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis; b. perumusan program
sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola ruang wilayah
dan kawasan strategis; dan c.pelaksanaan pembangunan sesuai dengan
program pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan strategis. Hal ini
dipertegas dalam (ayat 4) bahwa penataan ruang harus dilaksakan sesuai
dengan standar kualitas lingkungan; dan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.
Dengan dasar ini, kita bisa melihat bahwa apakah ijin pertambangan sudah
dilandaskan pada Penataan Ruang, sehingga kemudina tidak mengganggu
kualitas lingkungna dan daya dukung lingkungan.
3.3. Dampak Limba Industri
Setiap usaha pertambangan memiliki karakter yang berbeda antara mineral
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
21 dilihat sebagai aktivitas yang sangat beresiko terhadap ekosistem dan
lingkungan hidup.
Begitu pun usaha pertambangan mangan pun harus dilihat dari dampak
industri yang mana dapat menimbulkan potensi gangguan antara lain;
· Pencemaran akibat debu dan asap yang mengotori udara dan air limbah
dari buangan tambang yang mengandung zat-zat beracun. Hal ini dapat
menyebabkan pencemaran air. Dengan demikian, pertambangan mangan
akan berdampak buruk pada persawahan dan peternakan akibat pencemaran
air dan udara yang ditimbulkan dari proses pencucian mangan tersebut.
· Gangguan berupa suara bising dari berbagai alat berat, berupa suara
ledakan eksplosive (bahan peledak) dan gangguan terhadap kesehatan
masyarakat sehingga dapat muncul jenis penyakit baru yang bersifat
endemik dan epidemik;
Karena itu, kajian Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
kiranya menjadi fundamen dalam mengevaluasi kebijakan tersebut.
Bukannya AMDAL dilihat sebagai legal formal yang akan meligitimasi
sebuah prosudure formal dalam memenuhi ketentuan formal. Tetapi harus
dilakukan sebagai kiat baik dalam upaya menjaga keseimbangan ekologi di
setiap wilayah.
3.4. Dampak Kesehatan
Pertambangan adalah sebuah usaha yang tidak ramah lingkungan dan
berakibat fatal bagi kesehatan manusia. Karena itu, pertambangan mangan
perlu dilihat dampak kesehatan yang tentunya akan dialami warga. Sebab
dampak Mangan terutama terjadi di saluran pernapasan dan otak. Gejala
keracunan mangan adalah halusinasi, pelupa dan kerusakan saraf.
Manganese can also cause Parkinson, lung embolism and
bronchitis.Mangan juga dapat menyebabkan Parkinson, emboli paru-paru
dan bronkitis.. Ketika orang-orang yang terkena mangan untuk jangka
waktu yang lebih lama mereka menjadi impoten.
Suatu sindrom yang disebabkan oleh mangan memiliki gejala seperti
schizophrenia, kebodohan, lemah otot, sakit kepala dan insomnia.
Mangan senyawa alami ada di lingkungan sebagai padatan di tanah dan
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
22 particles. Mangan partikel di udara yang hadir dalam partikel debu. Ini
biasanya menetap ke bumi dalam waktu beberapa hari. Manusia
meningkatkan konsentrasi mangan di udara oleh aktivitas industri dan
melalui pembakaran bahan bakar fosil.
Mangan yang berasal dari sumber manusia juga dapat memasukkan air
permukaan, air tanah dan air limbah. Melalui penerapan pestisida mangan,
sehingga mangan akan memasuki tanah.
Pertambangan Mangan dapat mengancam kesehatan dengan berbagai cara:
· Debu, tumpahan bahan kimia/limbah, asap-asap yang beracun,
logam-logam berat dan radiasi dapat meracuni penambang dan menyebabkan
gangguan kesehatan sepanjang hidup mereka;
· Mengangkat peralatan berat dan bekerja dengan posisi tubuh yang
janggal dapat menyebabkan luka-luka pada tangan, kaki, dan punggung;
· Penggunaan bor batu dan mesin-mesin vibrasi dapat menyebabkan
kerusakan pada urat syaraf serta peredaran darah, dan dapat menimbulkan
kehilangan rasa, kemudian jika ada infeksi yang sangat berbahaya seperti
gangrene, bisa mengakibatkan kematian;
· Bunyi yang keras dan konstan dari peralatan dapat menyebabkan
masalah pendengaran, termasuk kehilangan pendengaran;
· Jam kerja yang lama di bawah tanah dengan cahaya yang redup dapat
merusak penglihatan;
· Bekerja di kondisi yang panas terik tanpa minum air yang cukup dapat
menyebabkan stres kepanasan.Gejala-gejala dari stres kepanasan berupa
pusing-pusing, lemah, dan detak jantung yang cepat, kehausan yang sangat,
dan jatuh pingsan;
· Pencemaran air dan penggunaan sumberdaya air berlebihan dapat
menyebabkan banyak masalah-masalah kesehatan
· Lahan dan tanah menjadi rusak, menyebabkan kesulitan pangan dan
kelaparan.
· Pencemaran udara dari pembangkit listrik yang dibangun dekat dengan
daerah pertambangan dan mobilisasi transportasi dapat menyebabkan
penyakit-penyakit yang serius
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
23 Setiap wilayah memiliki sebuah norma dan budaya yang dianut dalam
berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks pengelolaan Sumber Daya Alam
pun pasti setiap wilayah memiliki konsep dasar pengelolaan atau yang
dikenal dengan istilah kearifan lokal (local wisdom)..
Sistem kepemilikan lahan adalah sistem kolektif artinya dimiliki bersama
oleh suku tersebut. Tidak benar bila kemudian dikampling oleh turunannya
sebagai milik pribadi, karena setiap turunan hanya diberi hak untuk
mengelola.
Hanya saja sistem ini kemudian tergerus oleh perkembangan zaman yang
bernuansa individualistik dan kapitalistik. Sehingga segala keputusan
kemudian tunduk dengan modal dan kepentingan pribadi.
3.6. Dampak Kebijakan dan Politik
Pertambangan yang dilakukan di Oekopa dan Oerinbesi adalah sebuah
kebijakan yang tentunya memiliki keterkaitan dengan keputusan politik.
Untuk itu, kebijakan ini perlu dicermati dalam kacamata politik yang lebih
detail agar kemudian tidak berimplikasi buruk bagi warga.
Pertambangan selalu menjadi arena perjudian dalam kanca perpolitikan.
Sering sumber daya alam menjadi bargaining potition dalam membuat
kesepakatan-kesepakatan. Alasan peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) hanyalah sebuah rasionalisasi pembenaran atas kerusakan
lingkungan. Mengapa? Karena selama sistem politik yang dijalankan itu
mementingkan kekuasaan dan modal maka rakyat hanyalah sebagai tumbal.
3.7. Dampak Ekonomi
Hampir semua aktivitas pertambangan dilandaskan pada analisis ekonomi.
Argumentasi peningkatan ekonomi warga dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dipandang sebagai alasan mumpuni dari pertambangan. Dengan
pertambangan akan diserap tenaga kerja dan perubahan kualitas hidup
masyarakat sekitar wilayah pertambangan.
Padahal, secara ekonomi yang perlu dikaji lebih jauh adalah kegiatan
Produksi, Distribusi dan Konsumsi.
Untuk pertambangan perlu dicermati daya rusak tambang pada ekonomi
warga setempat, apakah terjadi penghancuran pada tata produksi, distribusi
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
24 Melihat dampak-dampak tersebut tidak heran jika orang beranggapan menambang
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
25
Pendapat saya tentang kegiatan penambangan di Pulau Timor
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
26 Kerusakan lingkungan akibat penambangan mangan yang terjadi di Propinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di Pulau Timor, benar-benar
sangat parah. Ini dikarenakan tidak ada upaya reklamasi dari perusahaan
pertambangan terkait maupun pemerintah daerah di empat Kabupaten di
Pulau Timor yakni Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor
Tengah Utara dan Belu.
Tambang mangan mulai marak sejak tahun 2008 karena setelah dilakukan
survei geologis ternyata di pulau Timor ini penuh dengan mangan, sehingga
pemerintah provinsi dan kabupaten ramai-ramai menggelontorkan izin
kepada perusahaan-perusahaan untuk melakukan tambang secara
besar-besara tanpa punya satu kesiapan dalam kajian, terutama dalam penataan
ruang wilayah tambang
Pemerintah setempat hanya mengeluarkan izin tanpa melihat apakah daerah
itu layak atau tidak. Karena itu menurutnya sangat aneh gaya pertambangan
di pulau Timor karena bertabrakan dengan ruang hidup rakyat, yang mana
di dalam areal pertambangan ada kebun warga, kawasan peternakan dan air
minum.
Sejak tahun 2008 sampai saat ini, sudah diciptakannnya ribuan
lubang-lubang dengan kedalaman di atas empat meter di wilayah Timor. Meskipun
demikian, tidak ada upaya untuk menutupi lubang-lubang tersebut.
"Siapa yang bertanggung jawab terhadap ribuan lubang tersebut? Apakah
investor atau pemerintah? seharusnya sebelum perizinan itu dikeluarkan
oleh pemerintah, ada satu surat yang namanya uang jaminan reklamasi dari
investor untuk menyiapkan uang jaminan reklamasi. Tetapi pascatambang
lubang tersebut tidak direklamasi sehingga muncul pertanyaan lagi,
kemanakah uang reklamasi itu?"
Pemerintah harus serius menyikapi kerusakan lingkungan ini, karena Timor
ini tergolong pulau kecil yang sangat rentan terhadap industri esktraktif
dengan menghitung kembali berapa besar kawasan penyanggah dan berapa
besar kawasan kelola rakyat.
Kondisi tersebut kalau benar-benar memungkinkan memiliki iklim mikro
PROGRAM STUDI ILM U LINGKUNGAN |
27 mendata ini, maka Timor ini akan mengalami iklim yang ekstrim,
contohnya di tahun 2009-2011 lalu, hujan berlangsung sepanjang tahun.
Untuk pulau Timor, kerusakan lingkungannya merata di empat kabupaten,
tetapi yang paling parah di dua kabupaten yaitu Kabupaten Timor Tengah
Selatan dan Belu. Pasalnya, di dua daerah ini, sistem pertambangannya
padat modal yang disponsori oleh pengusaha pengusaha besar, sedangkan di
Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Utara hanya investor-investor kecil
saja.
Pemanfaatannya harus bijak, melihat jauh kedepan secara sosial-ekonomi
dan berwawasan lingkungan. Metoda pengusahaan secara integrated, mulai
penambangan, pemilahan & pemisahan, pengolahan & pemurnian, dan
pemasaran di NTT.
Pada akhirnya saya sepakat dengan pengasuh mata kuliah ini bahwa mangan
memang harus di tambang tapi harus sesuai regulasi, perlu di lakukan kajian
dan anaslis tata ruang terlebih dahulu, mengatisipasi dampak yang mungkin
timbul, sehingga mangan harusnya membawa berkat bagi kesejahteraan