A. Pendahuluan
B. Sejarah Hukum Kontrak di Indonesia dan pengertian beserta dasar hukum
dengan wilayah lainnya saling berbedabeda. Hukum kontrak merupakan satu bagian dari hukum adat tersebut.kontrak yang paling meluas dilakukan dalam hukum adat tentu kontrak jual beli, tetapi tempo dulu sebelum mata uang meluas dipakai, kontrak tukarmenukarlah yang banyak dilakukan. Misalnya para petani membawa barangbarang hasil pertaniannya ke pasar untuk ditukar dengan barangbarang keperluan rumah tangga lainnya.Di Indonesia, Kitab UndangUndang Hukum Perdata ini atau yang disebut dengan Burgerlijke Wetboek (BW) mulai berlaku sejak tahun 1848 berdasarkan asas konkordansi. Adapun yang merupakan prinsipprinsip utama dari hukum kontrak menurut KUHPerdata adalah sebagai berikut:
Kebebasan Berkontrak Prinsip konsensual Prinsip Obligatoir
Prinsip Pacta Sunt Servanda
Yang dimaksud dengan prinsip kebebasan berkontrak (freedom of contract) adalah prinsip yang mengajarkan bahwa para pihak dalam suatu kontrak pada prinsipnya bebas untuk membuat atau tidak membuat kontrak, demikian juga kebebasan untuk mengatur isi kontrak tersebut, sepanjang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku yang besifat memaksa.
Dengan prinsip konsensual yang dimaksudkan adalah bahwa jika suatu kontrak di buat, maka dia telah sah dan megikat secara penuh, tanpa memerlukan prsyaratan lain, seperti persyaratan tertulis, kecuali jika undangundang menentukan lain.
Prinsip pacta sunt servanda secara harfiah berati “janji itu mengikat”.
Jika Kitab UndangUndang Hukum Perdata berlaku terhadap hukum materil, maka dalam bidang hukum formal yang berlaku adalah Kitab UndangUndang Hukum Acara Perdata atau yang disebut dengan Herziene Indonesische Reglement (HR). HR ini berlaku di Indonesia juga bersamaan dengan berlakunya Kitab UndangUndang Hukum Perdata, yaitu berlaku sejak tahun 1848.Dalam perkembangan dari hukum kontrak, asas kebebasan berkontrak banyak dibatasi oleh berbagai hal, antara lain oleh berbagai perundangundangan yanag berlaku. Misalnya, dengan keluarnya UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, maka banyak pembatasan yang diberikan kepada para pihak dalam membuat klausulaklausula dalam suatu kontrak perdagangan.Disamping itu, munculnya banyak kontrak baku (standard contract) juga menyebabkan banyak terjadi pembatasan terhadap asas kebebasan berkontrak, baik kontrak baku yang dibuat oleh pemerintah maupun kontrak baku yang dibuat di antara sesama kalangan bisnis. Kontrak baku yang dibuat oleh pemerintah, misalnya berbagai formulir kontrak yang berkenaan dengan peralihan hak atas tanah, yang dikenal dengan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (Akta PPAT). Sedangkan kontrak baku yang dibuat dikalangan bisnis sangat banyak macamnya, seperti polis asuransi, formulir perbankan dan sebagainya.
Black’s Law Dictionary contract diartikan sebagai suatu perjanjian antara dua atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu hal yang khusus
Menurut kamus bahwa kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan (promissory agreement) di antara dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum
Steven H mengungkapkan pengertian kontrak sebagai suatu perjanjian, atau serangkaian perjanjian dimna hukum memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi terhadap kontrak tersebut, atau terhadap pelaksanaan kontrak tersebut oleh hukum di anggap sebagai suatu tugas
KHU Perdata memberikan pengertian kepada kontrak ini (dalam hal ini disebut perjanjian) sebagai suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengingatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih
Syarat sah kontrak dan konsekuensi yuridisnya
Agar suatu kontrak oleh hukum dianggap sah sehingga mengikat kedua belah pihak, maka kontrak tersebut haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat sahnya kontrak tersebut dapat digolongkan sebagai berikut;
(a)Syarat sah umum berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata, yang terdiri dari :
(i) kesepakatan kehendak (ii) wenang berbuat
(iii) perihal tertentu; dan (iv) Kuasa yang legal
(b)Syarat sah umum di luar Pasal 1338 dan 1339 KUH Perdata, yang terdiri dari :
(i) Syarat itikad baik
(ii) Syarat sesuai dengan kebiasaan (iii) Syarat sesuai dengan kepatutan
(iv) Syarat sesuai dengan kepentingan umum (2)Syarat sah yang khusus, yang terdiri dari :
(a)Syarat tertulis untuk kontrak-kontrak tertentu (b)Syarat akta notaris untuk kontrak-kontrak tertentu
(c) Syarat akta pejabat tertentu (yang bukan notaris) untuk kontrak-kontrak tertentu
(d)Syarat izin dari yang berwenang
Perlindungan hukum terhadap kosumen akibat wanprestasi
Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya
Ada 3 bentuk wanprestasi :
dibatalkan kontrak tersebut, sementara kontrak yang tidak dapat dilaksanakan belum mempunyai kekuatan hukum sebelum dikonversi menjadi kontrak yang sah.
(4) Sanksi administratif
Ada juga syarat kontrak yang apabila tidak dipenuhinya hanya mengakibatkan dikenakan sanksi administratif saja terhadap salah satu pihak atau kedua belah pihak dalam kontrak tersebut
Menurut Pasal 19 dalam buku hukum perlindungan konsumen
(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau dipedagangkan.
(2) Ganti rugi sebagaimana yang di maksud ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi
atas kerugian yang dialami oleh konsumen sebagai akibat penggunaan produk, baik yang berupa kerugian maeri, fisik maupun jiwa, dapat didasarkan pada beberapa ketentuan yang telah disebutkan, yang secara garis besarnya hanya ada dua kategori, yaitu tuntutan ganti kerugian yang berdasarkan perbuatan melanggar hukum. Kedua dasar tuntutan ganti kerugian ini dibahas secarakhusus di bawah ini:
(a) Tuntutan berdasarkan wanprestasi
Dalam penerapan ketentuan yang berada dalam lingkungan huku privat tersebut, terdapat perbedaan esensial antara tuntutan ganti kerugian yang didasarkan pada wanprestasi dengan tuntutan ganti kerugian yang didasarkan pada perbuatan melanggar hukum. Apabila tuntutan ganti kerugian didasarkan pada wanprestasi, maka terlebih dahulu tergugat dengan penggugat (produsen dengan konsumen) terikat suatu perjanjian dengan demikian pihak ketiga (bukan sebagai pihak dalam perjanjian)yang dirugikan tidak dapat menuntut ganti kerugian dengan alasan wanprestasi Ganti kerugian yang diperoleh karena adanya wanprestasi merupakan akibat tidak dipenuhinya kewajiban utama atau kewajiban tambahan yang berupa kewajiban atas prestasi utama atau kewajiban jaminan/garansi dalam perjanjian.
b. Benda yang menjadi objek perikatan, sejak terjadi wanprestasi menjadi tanggung jawab gugat debitur