• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 GAMBARAN UMUM 16 NOV REVISI PERMEN 86 FOR PENETAPAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 GAMBARAN UMUM 16 NOV REVISI PERMEN 86 FOR PENETAPAN"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 1

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografis dan Demografi 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro merupakan Kabupaten Otonom baru yang dimekarkan dari Kabupaten Kepulauan Sangihe, yang secara Yuridis formal pembentukannya berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007 tentang pembentukan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro di Provinsi Sulawesi Utara.Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 3.066,95 Km2 yang terdiri dari, luas daratan 275,95 Km2 (9%) dan luas lautan 2.791 Km2 (91%).

Sumber : Sitaro Dalam Angka Tahun 2016

Gambar 2.1

Luas Wilayah Per Kecamatan Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro mempunyai batas-bataswilayah sebagai berikut.

 Di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe.

 Di sebelah Timur berbatasan dengan Laut Maluku.

 Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Utara.

 Di sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sulawesi.

55,94

34,92

55,53 24,06

15,1 17,92 20,85

18,2

11,8 21,63

Luas Wilayah (km)

Siau Timur

Siau Barat Tagulandang Siau Timur Selatan Siau Barat Selatan Tagulandang Utara Biaro

Siau Barat Utara Siau Tengah

(2)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 2

Sumber : RTRW Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2014-2034

Gambar 2.2 Peta Pulau Siau

Sumber: RTRW Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2014-2034

Gambar 2.3

(3)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 3

Sumber: RTRW Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2014-2034

Gambar 2.4 Peta Pulau Biaro

Sumber : Album Peta Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2015

Gambar 2.5

(4)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 4

Sumber : Album Peta Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2015

Gambar 2.6

Peta Kecamatan Siau Barat Selatan

Sumber : Album Peta Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2015

Gambar 2.7

(5)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 5

Sumber : Album Peta Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2015

Gambar 2.8

Peta Kecamatan Siau Barat

Sumber : Album Peta Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2015

Gambar 2.9

(6)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 6

Sumber : Album Peta Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2015

Gambar 2.10

Peta Kecamatan Siau Tengah

Sumber : Album Peta Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2015

Gambar 2.11

(7)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 7

Sumber : Album Peta Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2015

Gambar 2.12

Peta Kecamatan Tagulandang Selatan

Sumber : Album Peta Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2015

Gambar 2.13

(8)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 8

Sumber : Album Peta Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2015

Gambar 2.14 Peta Kecamatan Biaro

2.1.1.2 Letak dan Kondisi Geografis

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro merupakan salah satu daerah kepulauan yang berada pada bagian utara dari Semenanjung PulauSulawesi, terletak di antara 20 4’10”–204842” LU dan 1250 9’20”– 12502925” BT. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terangkai dari tiga gugusan pulau besar dan beberapa gugusan pulau kecil.

(9)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 9

2.1.1.3 Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang dan Biaro pada umumnya memiliki bentuk wilayah yang berbukit dan bergunung serta memiliki kemiringan lereng yang curam. Meskipun curam, wilayah ini masih dimanfaatkan penduduk untuk ditanami dengan tanaman perkebunan seperti pala, kelapa, dan cengkih.

Daerah dataran relatif sempit dan umumnya hanya terdapat di pesisir pantai yang dijadikan tempat pemukiman penduduk seperti di Ulu, Ondong (Pulau Siau), Buhias (Pulau Tagulandang), dan Lamanggo (Pulau Biaro). Daerah yang memiliki bentuk wilayah yang memiliki kemiringan lereng di Pulau Siau dapat dijumpai di Pihise dan Pangirolong, sedangkan di Pulau Tagulandang dapat dijumpai di Apengmulengen. Luas dan penyebaran dari kemiringan lereng Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang dan Biaro dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Luas dan Penyebaran Kemiringan Lereng Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

No Kemiringan Lereng Luas

Ha %

1. 0 – 8 % 5.693 26,06

2. 8 – 15 % 831 3,80

3. 15 – 25 % 2.312 10,58

4. 25 – 40 % 4.181 20,13

5. > 40 % 8.614 39,43

Jumlah 21.849 100,00

Sumber: RTRW Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2014-2034

(10)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 10

2.1.1.4 Hidrologi dan Sumber Daya Air

Pada umumnya drainase di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro berpola radial. Ini disebabkan karena hampir semua pulau yang ada di wilayah kabupaten tersebut merupakan kerucut vulkan yang terbentuk akibat kegiatan vulkanik. Kondisi hidrologi sangat dipengaruhi oleh adanya air permukaan seperti aliran sungai dan danau. Alur sungai sebagian besar kering dan hanya berair pada saat hujan. Sungai dan danau dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai sumber air bersih untuk kehidupan sehari-hari. Selain itu, sumber air bersih masyarakat berasal dari sumur artesis.

Di Pulau Siau terdapat Sumber Air, yang berasal dari danau Kapeta dan sumber mata air Akelabo. Kedua sumber air ini dijadikan sebagai sumber air bersih utama bagi penduduk di sekitarnya serta terdapat tiga mata air lainnya yang potensial yang dijadikan sumber air bersih bagi kebutuhan penduduk, yakni mata air Tumbio, Biau, dan Tumbule. Ketiga mata air tersebut terletak di lereng Gunung Karangetang dan Gunung Tamata.

Di Pulau Tagulandang terdapat Sungai Minanga dan Sungai Ake Kuta yang juga dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.

Di Pulau Biaro tidak terdapat alur sungai yang berair sepanjang tahun yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.Namun demikian, penduduk di desa Lamanggo menampung air yang berasal dari mata air yang ada di Bukide dan Buhanga kemudian dialirkan ke pemukiman penduduk dan air inilah yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari penduduk yang ada di desa Lamanggo. Saat ini sebagian penduduk di desa tersebut sudah menikmati air yang berasal dari sumur artesis.

2.1.1.5 Klimatologi

(11)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 11

selama 5 bulan, terjadi pada bulan November hingga Maret. Bulan kering terjadi sekitar bulan September. Gambaran curah hujan pada Stasiun Tagulandang dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Sumber : Peta Landsystem (RePPProT, 2013)

Gambar 2.15

Rata-rata Curah Hujan Bulanan Periode Tahun 2005-2013 di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

2.1.1.6 Kondisi Tanah

Berdasarkan peta land system (RePPProT, 1988) dan data pengamatan lapangan menunjukkan bahwa di daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terdapat dua ordo tanah, yaitu Inceptisols dan Entisols dengan luas masing-masing ordo diperlihatkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2

Great Group Tanah

Di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang dan Biaro

No Nama Tanah Luas

Ha %

Inceptisols

1 Dystropepts 10.868 49,74

2 Humitropepts 10.478 47,96

Entisols

Troporthents 503 2,30

Jumlah 100,00

(12)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 12

Berdasarkan Kunci Taksonomi Tanah (soil survey staff USDA 1990),

ordo Inceptisols adalah tanah-tanah yang tidak mempunyai bahan sulfidik

pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah. Pada kedalaman 20-50 cm di bawah permukaan tanah, mineral mempunyai nilai-n sebesar 0,7 atau kurang, di dalam satu atau lebih subhorisonnya, atau mempunyai kandungan liat kurang dari 8% pada salah satu atau lebih berikut ini.

1. Epipedonumbrik, Molik, Histik (baik mineral maupun organik), atau

Epipedonplagen.

2. Horizon kambik, atau kombinasi adanya rezim kelembaban Aquik

dan Permafrost.

3. Di dalam kedalaman 100 cm dari permukaan, terdapat Horizon

Kalsik, Petrokalsik, Gipsik, Petrogipsik, Atau Horison Placik atau

suatu Duripan.

4. Suatu Fragipanatau Horizon Oksik yang batas atasnya berada di

antara kedalaman 150 dan 200 cm.

5. Horizon Sulfirik yang batas atasnya berada di dalam kedalaman 50

cm dari permukaan tanah.

6. Pada separuh atau lebih bagian atas tanah setebal 50 cm, mempunyai nilai rasio Adsorpsi Natrium (SAR) sebesar 132 atau lebih (atau nilai kejenuhan natrium sebesar 15 % atau lebih) yang semakin berkurang dengan kedalaman di bawah kedalaman 50 cm, dan di dalam kedalaman 100 cm dari permukaan, terdapat air tanah pada masa-masa tertentu dalam setahun.

Di daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Ordo

Inceptisols terdapat dalam kelompok Dystropepts dan Humitropepts.

Humitropepts adalah Inceptisols yang mempunyai rezim temperatur Isomesik

atau lebih panas dan mempunyai kejenuhan basa (dari NH4OAc) kurang dari 50 % di beberapa subhorison antara kedalaman 25-100 cm dan mempunyai karbon organik 12 kg atau lebih per meter persegi tanah sampai kedalaman 100 cm, tidak termasuk serasah permukaan, atau sampai kontak Litik,

Paralitik, atau Petroferik jika lebih dangkal dari 100 cm. OrdoEntisols di lokasi

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dimasukkan dalam kelompok

Troporthents. Troporthents adalah Entisols yang memiliki rezim kelembaban

(13)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 13

PALA; 47,2

KELAPA; 46,84

Cengkeh; 5,96

PALA

KELAPA

Cengkeh 2.1.1.7 Penggunaan Lahan

Luas lahan menurut penggunaannya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dijelaskan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3

Luas Lahan Menurut Penggunaannya Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

Penggunaan Lahan Luas%

1. Lahan Pertanian: 79,28

a.Lahan Sawah 0,00

b.Lahan Bukan Sawah 79,28

2. Lahan Non Pertanian 20,72

TOTAL 100

Sumber : Sitaro Dalam Angka Tahun 2016

Pada Tabel 2.3 dapat dilihat bahwa hampir 100% luas lahan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dipergunakan untuk perkebunan rakyat. Hal tersebut diperlihatkan pada data Lahan Bukan Sawah yang sebesar 79,28%. Dari total Lahan Bukan Sawah tersebut, sebanyak 47,20% adalah perkebunan rakyat untuk tanaman pala, sebanyak 46,84% untuk tanaman kelapa, dan sisanya sebesar 5,96% merupakan perkebunan cengkih. Hal tersebut diperlihatkan pada Gambar 2.16.

Sumber : Sitaro Dalam Angka Tahun 2016

Gambar 2.16

(14)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 14

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah 2.1.2.1 Kawasan Pertanian

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro merupakan salah satu daerah dengan hasil pertanian pala yang dijadikan unggulan oleh masyarakat petani di daerah ini. Hal ini disebabkan oleh kualitas pala tersebut yang dinilaitinggidan berhasil menembus pasar nasional bahkan internasional sehingga permintaan terhadap kebutuhan pala turut meningkat, hal tersebut juga pula memberi implikasi pada perekonomian. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang sangat terpengaruh terhadap fluktuasi harga jual pala. Luas lahan garapan pertanian dan perkebunan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 11.920,43Ha dengan lahan pertanian pala mencapai 5.370,74Ha atau sebesar 45,05%(Sitaro Dalam Angka Tahun 2016). Selain pertanian pala, pemanfaatan lahan pertanian dan perkebunan oleh masyarakat juga didominasi dengan cengkih, kelapa dan tanaman hortikultura lainnya yang dijadikan komoditas pendukung perekonomian masyarakat Kabupaten Kepuluan Siau Tagulandang Biaro. Pemetaan wilayah pemanfaatan lahan pertanian dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4

Pemetaan Wilayah Pemanfaatan Lahan Pertanian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

NO. KAWASAN

1 Tanaman Pangan Padi Ladang Kec. Siau Timur Selatan dan Kec. Siau Tengah

Kec. Tagulandang dan Kecamatan Tagulandang Utara

Kec. Biaro, Kec.

Tagulandang dan Kec. Siau Barat

Pulau Siau dan Pulau Tagulandang

Pulau Siau dan Pulau Tagulandang

(15)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 15

Pulau Siau dan Pulau Tagulandang

Sumber: RTRW Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2014-2034

2.1.2.2 Kawasan Perikanan

Sebagai daerah kepulauan, wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebagian besar adalah perairan. Luas wilayah perairan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 3.066,95 Km2 dengan sisa luas daratan sekitar 275,95 Km², maka dari itu optimalisasi potensi kelautan dan kebaharian menjadi skala prioritas untuk dikembangkan dan dipandang akan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(16)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 16

tersebut menjadi suatu peluang yang kemudian dianalisis serta dilakukan perumusan program dan kegiatan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro agar arah pengembangan sumber daya alam laut tidak hanya menjadi sumber ekonomi alternatif melainkan menjadi penggerak utama roda ekonomi dikabupaten ini.

Pemetaan potensi perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro,baik perikanan tangkap, perikanan air laut, perikanan air tawar, pengolahan perikanan, pemasaran perikanan hingga pada pengelolaan ruang wilayah lautsesuai dengan RTRW 2014-2023 dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5

Pemetaan Kawasan Strategis Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

NO. KAWASAN PERUNTUKAN WILAYAH PENGEMBANGAN

1 Perikanan Tangkap Ulu Siau - Kec. Siau Timur, Sawang - Kec. Siau Timur Selatan, Talawid - Kec. Siau Barat Selatan, Makalehi - Kec. Siau Barat, Mohongsawang - Kec. Tagulandang, Kisihang - Kec. Tagulandang Selatan,

Buang - Kec. Biaro

2 Perikanan Budidaya

- Budidaya Laut

- Budidaya air tawar

Pulau Biaro, Pulau Buhias, Pulau Tagulandang dan Pulau Pasige

Danau Makalehi di Pulau Makalehi - Kec. Siau Barat dan Danau Kapeta - Kec. Siau Barat Selatan

3 Pengolahan perikanan seluruh klaster pengembangan

4 Pemasaran Perikanan Klaster Siau, Klaster Tagulandang

5 Pengeleloaan ruang wilayah laut Penetapan Zonasi Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil

(17)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 17

2.1.2.3 Pariwisata

Pariwisata Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro didominasi oleh objek wisata bahari, karena posisi geografis kabupaten ini sebagian besar dikelilingi dengan lautan. Destinasi wisata pantai menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang datang berkunjung ke daerah ini.Kondisi pesisir pantai didaerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro masih sangat alami dan memberi kesan eksotis. Selain wisata pantai, terdapat pula diving

point yang sangat menarik untuk dijadikan referensi penyelaman bagi para

wisatawan yang ingin menjelajahi laut dan terumbu karang yang ada di daerah ini. Kabupaten ini juga menawarkan objek wisata vulkanologi berupa pendakian ke Gunung Api Karangetang yang hingga saat ini menjadi salah satu gunung api teraktif di dunia. Berbagai potensi pariwisata Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6

Potensi Pariwisata dan Wilayah Pengembangannya

NO. KAWASAN

1 Pariwisata Budaya

Kawasan Budaya dan Purbakala

- Bukit tengkorak Pulau Makalehi

- Bukit tengkorak Birarikei

- Bukit Tengkorak Tanganga

Kec. Siau Barat

Kec. Tagulandang Utara

Kec. Siau Barat Selatan

Kawasan wisata

- Makam raja-raja Siau

- Makam panglima Hengkeng U Naung

- Makam Pendeta Paul Kelling

- Makam pendeta F. Kelling

- Makam raja H. P. H. Jacobs

- Ake Sio

Kec. Siau Barat dan Kec. Siau Timur

Kec. Siau Barat Utara

Kec. Siau Timur

Kec. Tagulandang

Kec. Tagulandang

(18)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 18

- Makam raja-raja Siau

- Makam panglima Hengkeng U Naung

- Makam Pendeta Paul Kelling

- Makam pendeta F. Kelling

- Makam raja H. P. H. Jacobs

- Ake Sio

Kec. Siau Barat dan Kec. Siau Timur

Kec. Siau Barat Utara

Kec. Siau Timur

Kec. Siau Barat Selatan

Agrowisata

Wisata Pantai Gugusan Pantai

Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

Wisata Hutan

Mangrove Hutan Mangrove

Pulau Tagulandang, Pulau Pasighe, Pulau Biaro dan Pihise - Kec. Siau Barat Selatan Biaro, Pantai Kiawang dan seluruh wilayah kabupaten

(19)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 19

2.1.2.4 Permukiman

Dengan luas wilayah daratan 275,95 m² dan tingkat kepadatan penduduk 264,8,km², Pemerintah melalui Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, maka ditetapkanlah zonasi permukiman yang dibagi menjadi dua yakni Permukiman Perkotaan dan Permukiman Kampung.

Permukiman perkotaan secara umum dipahami sebagai wilayah permukiman yang merupakan lokasi pusat aktivitas pemerintahan, perdagangan dan pendidikan, sedangkan permukiman perkampungan merupakan lokasi tinggal sebagian besar penduduk yang wilayahnya berada di sekitar permukiman perkotaan yang juga memiliki peran sebagai pendukung permukiman perkotaan itu sendiri. Sebaran permukiman di daerah ini digambarkan melalui Tabel 2.7.

Tabel 2.7

Potensi Sebaran Pemukiman dan Wilayah Pengembangan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

NO. KAWASAN Sumber: RTRW Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2014-2034

2.1.2.5 Industri

Sebagai daerah otonom yang baru, industri di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro masih sangat terbatas pada kegiatan industri rumahan atau home industry dengan jumlah Industri Kecil Mikro (IKM) berkisar pada 190 IKM dengan jenis usaha pengolahan sirup pala, manisan pala, anggur pala, dodol pala, dodol salak, dan lain sebagainya .

(20)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 20

Tabel 2.8

Sebaran Industri dan Wilayah Pengembangan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

NO. KAWASAN

PERUNTUKAN

SPESIFIKASI JENIS

PENGEMBANGAN WILAYAH PENGEMBANGAN

Industri Pengolahan Non Polutan

1

Pengolahan Pala

Kec. Siau Barat, Kec. Siau Barat Utara, Kec. Siau Timur dan Kec. Siau Tengah

2

Pengolahan Kelapa

Kec. Siau Barat, Kec. Siau Barat Utara, Kec. Siau

Timur, Kec. Siau Tengah dan Kec. Tagulandang

3

Pengolahan Salak Kec. Tagulandang Utara dan Kec. Tagulandang

4

Pengolahan ikan (Ikan

Beku, Ikan Kayu, Ikan Kaleng dan Tepung Ikan)

Klaster Siau, Makalehi, Pahepa dan Klaster Biaro

Sumber: RTRW Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2014-2034

2.1.2.6 Pertambangan

Pertambangan di daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebagian besar merupakan tambang pasir dan batu belah. Hal ini di sebabkan oleh peristiwa geologi saat terjadinya erupsi gunung api yang berbarengan dengan keluarnya material vulkanik dari dapur magma. Material vulkanik seperti pasir dan batu banyak dijumpai beberapa wilayah yang sempat menjadi jalur aliran lava. Masyarakat sekitar jalur aliran lava banyak yang menekuni profesi sebagai penambang batu belah. Hal tersebut didukung dengan banyaknya permintaan batu dan pasir sebagai material bangunan seiring dengan gencarnya pembangunan infrastruktur di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

(21)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 21

Tabel 2.9

Sebaran Wilayah Pengembangan Pertambangan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

NO. KAWASAN

PERUNTUKAN

SPESIFIKASI JENIS

PENGEMBANGAN WILAYAH PENGEMBANGAN

1 Pertambangan

Kanang - Kec. Siau Timur Kec. Tagulandang

- Pasir Hasil Endapan Gunung Api

Karangetang

- Pasir Hasil Endapan Gunung Api Ruang

- Batuan Koalin

Bebali - Kec. Siau Timur Pulau Tagulandang

Bebali - Kec. Siau Timur dan Pulau Ruang Kec.

Tagulandang

Bebali - Kec. Siau Timur

Pulau Ruang - Kec. Tagulandang

Kec. Siau Timur Selatan

Sumber: RTRW Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2014-2034

2.1.3. Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2016 sebanyak 73,072 jiwa dengan pertumbuhan 0,83% dari tahun sebelumnya. Kepadatan penduduk mencapai 264,8 jiwa/Km2 menunjukan bahwa setiap wilayah seluas 1 Km2 dihuni sekitar 265 penduduk, jumlah ini bertambah hampir 2 orang setahun.

Terdapat dua Kecamatan yang memiliki penduduk diatas sepuluh ribu jiwa, yaitu Kecamatan Siau Timur sebanyak 17,559 jiwa dan Kecamatan Tagulandang sekitar 13,446 jiwa, sedangkan penduduk di delapan Kecamatan lainnya masing-masing tidak lebih dari sembilan ribu jiwa.

(22)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 22

Tabel 2.10

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

Kecamatan Luas

(Km2)

JumlahPenduduk Kepadatan

(Jiwa/Km2)

L P L+P

Biaro 20,85 1,985 1,922 3,907 187,4

Tagulandang 55,53 6,675 6,791 13,466 242,5

Tagulandang Utara 17,92 2,319 2,253 4,572 255,1

Tagulandang Selatan 21,63 2,415 2,422 4,837 223,6

Siau Timur 55,94 8,568 8,991 17,559 313,9

Siau Timur Selatan 24,06 4,532 4,311 8,843 367,5

Siau Tengah 11,80 958 985 1,943 164,7

Siau Barat 34,92 4,394 4,386 8,780 251,4

Siau Barat Utara 18,20 2,212 2,256 4,468 245,5

Siau Barat Selatan 15,10 2,377 2,320 4,697 311,1

Jumlah 275,95 36,435 36,637 73,072 264,8

Sumber: Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Tahun 2016

Untuk melihat perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 6 tahun terakhir dapat diperhatikan pada Gambar 2.17.

Sumber: Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Tahun 2016

Gambar 2.17

Perkembangan Jumlah Penduduk Kab. Kep. Sitaro 60.000

62.000 64.000 66.000 68.000 70.000 72.000 74.000

2011 2012 2013 2014 2015 2016

64.516

64.575

68.160 68.048

69.739

(23)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 23

Secara administratif Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dibagi dalam 10 wilayah kecamatan, 10 wilayah kelurahan, dan 83 wilayah kampung seperti pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11

Jumlah Kecamatan, Kampung/Kelurahan dan Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

No.

Kecamatan

Jumlah

Ibu Kota

Kelurahan Kampung

1. Biaro - 5 Lamanggo

2. Tagulandang 2 13 Buhias

3. Tagulandang Utara - 6 Bawoleu

4. Tagulandang Selatan - 6 Kisihang

5. Siau Timur 5 12 Ulu

6. Siau Timur Selatan - 14 Sawang

7. Siau Tengah - 4 Beong

8. Siau Barat 3 9 Ondong

9. Siau Barat Utara - 7 Hiung

10. Siau Barat Selatan - 7 Talawid

Jumlah 10 83 93

Sumber : Sitaro Dalam Angka 2016

2.1.4 Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro merupakan kawasan yang sering berpotensi mengalami bencana alam sebagai berikut.

1. Kawasan rawan bencana gunung berapi, meliputi:

 rawan bencana Gunung berapi Gunung Karangetang (+1.784 m dpl) di Kecamatan Siau Barat, Kecamatan Siau Tengah, Kecamatan Siau Timur dan Kecamatan Siau Barat Utara; dan

 rawan bencana gunung berapi Gunung Ruang (+ 714 m dpl) di Kecamatan Tagulandang. Rencana pengelolaan kawasan rawan gunung berapi di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah berupa:

(24)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 24

- pada lokasi tertentu beberapa kegiatan terutama non fisik masih dapat dilaksanakan dengan ketentuan khusus dan/atau persyaratan yang pada dasarnya diarahkan dengan pendekatan konsep penyesuaian lingkungan, yaitu upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih menekankan pada upaya rekayasa kondisi alam yang ada; - kegiatan budidaya yang berdampak tinggi pada fungsi lindung

tidak diperbolehkan serta kegiatan yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dihentikan atau direlokasi; dan - Meningkatkan pemahaman masyarakat melalui penyuluhan

baik secara langsung maupun melalui media massa.

2. Kawasan rawan gelombang laut dan tsunami adalah kawasan yang beradadi pesisir seluruh pulau di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro,adapun rencana pengelolaan kawasan rawan gelombang laut dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah:

 mengurangi dampak sapuan gelombang pasang perlu

membangun infrastruktur penahan ombak dan revitalisasi hutan bakau;

 penatagunaan lahan dengan intensitas pemanfaatan lahan, jumlah bangunan dan penggunaannya dan fungsi ruang terbuka pada daerah potensi gelombang pasang/tsunami tinggi;

 dalam sejarah penempatan permukiman pada ketinggian tertentu yang wilayah tersebut tidak pernah terlanda gelombang pasang;

 menyediakan jalur-jalur evakuasi bencana;

 menyiapkan lokasi evakuasi bencana (pada lokasi dengan ketinggiantertentu); dan

 meningkatkan pemahaman masyarakat melalui penyuluhan baik secaralangsung maupun melalui media massa.

3. Kawasan rawan tanah longsor tersebar di seluruh wilayah kabupaten,dengan rencana pengelolaan kawasan rawan tanah longsor berupa:

(25)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 25

 pada lokasi tertentu beberapa kegiatan terutama non fisik masih

dapat dilaksanakan dengan ketentuan khusus dan/atau persyaratan yang pada dasarnya diarahkan dengan pendekatan konsep penyesuaian lingkungan, yaitu upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih menekankan pada upaya rekayasa kondisi alam yang ada;

 kegiatan budidaya yang berdampak tinggi pada fungsi lindung tidak diperbolehkan serta kegiatan yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dihentikan atau direlokasi;

 kegiatan-kegiatan pertanian / perkebunan, hutan kota, dan hutan rakyat, dapat dilaksanakan dengan beberapa persyaratan seperti pemilihan vegetasi dan pola tanam yang tepat, sistem terasering dan drainase lereng yang tepat, rencana jalan untuk kendaraan roda empat yang ringan hingga sedang;

 tutupan vegetasi yang tinggi dari perkebunan kelapa, cengkih dan pala yang ada di kawasan ini harus tetap dipertahankan untuk melindungi tanah terhadap erosi dan longsor;

 meningkatkan pemahaman masyarakat melalui penyuluhan baik secara langsung maupun melalui media massa.

4. Kawasan rawan banjir tersebar di seluruh wilayah kabupaten, rencana Pengelolaan kawasan banjir, meliputi:

 menegaskan peruntukan ruang sebagai kawasan lindung;

 beberapa kegiatan terutama non fisik pada lokasi tertentu masih dapat dilaksanakan dengan ketentuan khusus yang pada

dasarnya diarahkan pendekatan konsep penyesuaian

lingkungan, yaitu upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih menekankan pada upaya rekayasa kondisi alam yang ada;

 meningkatkan pemahaman masyarakat lewat penyuluhan baik secara langsung maupun melalui media massa;

 kegiatan budidaya yang berdampak tinggi pada fungsi lindung tidak diperbolehkan serta kegiatan yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dihentikan atau direlokasi;

(26)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 26

hutan rakyat, dilaksanakan dengan beberapa persyaratan seperti pemilihan vegetasi, pola tanam tepat, sistem teraseringdrainase lereng yang tepat, rencana jalan kendaraan roda empat dan

 tutupan vegetasi yang tinggi dari perkebunan kelapa, cengkih dan palayang ada di kawasan ini harus tetap dipertahankan untuk melindungitanah terhadap erosi dan tanah longsor.

5. Kawasan rawan gempa bumi tektonik dan vulkanik di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tersebar di seluruh wilayah kabupaten karena dipengaruhi dua lempeng besar yaitu Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifikserta dua lempeng kecil yaitu Lempeng Sangihe dan Lempeng Laut Maluku serta Gunung Api Karangetang dan Gunung Api Ruang. Rencana Pengelolaan kawasan rawan gempa bumi tektonik dan vulkanik, meliputi:

 Perencanaan yang efektif dalam mengurangi resiko gempa bumi; - pengorganisasian dan pemanfaat ruang untuk kawasan

budidaya mengacu pada fungsi ruang yang fleksibel;

- mempelajari perilaku bangunan dalam menerima beban gempa;

(27)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 27

Sumber: RTRW Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2014-2034

Gambar 2.18

Peta Rawan Bencana Pulau Siau Tagulandang dan Biaro

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1 Pertumbuhan PDRB

(28)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 28

Tabel 2.12

Perkembangan PDRB ADHB Dan ADHK Tahun 2011-2016 Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

TAHUN ADHB

(Dalam Juta Rp)

Pertumbuhan (%)

ADHK (Dalam Juta Rp)

Pertumbuha n (%)

2011 956.302,00 909.354.30

2012 1.068.789,70 11,76 983.814.40 8,19

2013 1.215.918.90 13,77 1.062.683,00 8,02

2014 1.375.905,30 13,16 1.142.997,30 7,56

2015 1.572.378,80 14,28 1.223.187.30 7,01

2016 1.765.100,00 12,26 1.309.001.00 7,02

Sumber : Badan Pusat Statistik 2017

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa bahwa nilai PDRB ADHK pada tahun 2016 mencapai 1.309.001.00 juta rupiah, sedangkan pada tahun sebelumnya tahun 2015 sebesar 1.223.187,30 juta rupiah. Hal ini tentunya menunjukan adanya kenaikan dari tahun 2015 ke tahun 2016. Sedangkan untuk PDRB ADHB pada tahun 2016 mencapai 1.765.100,00 juta rupiah dan pada tahun sebelumnya tahun 2015 sebesar 1.572.378,80 juta rupiah.

Dengan mengamati besarnya nilai PDRB pada Tabel diatas, maka terlihat bahwa selisih nilai antara PDRB ADHB dan ADHK dari tahun ke tahun menunjukan nilai yang berbeda. Hal ini mencerminkan bertambah besarnya tingkat perubahan harga produsen dari tahun ke tahun dibandingkan tahun 2010. Jadi semakin besar perbedaan nilai PDRB ADHB dan PDRB ADHK, maka semakin besar pula tingkat inflasi yang terjadi (Harga Tahun Dasar 2010).

(29)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 29

Tabel 2.13

PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Kat

343.023,1 369.755,0 396.388,5 418.988,3 434.742,8 457.984

1. Pertanian,

Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian

240.468,0 260.361,1 276.524,5 292.128,2 313.181,4 331.215,6

a. Tanaman

Pangan 15.662,1 15.824,2 16.231,2 16.441,3 16.417,8 17.232,0

b. Tanaman

10.295,1 11.653,2 12.806,8 13.210,9 13.643,5 14.381.5

e. Perkebunan

Tahunan 201.970,0 219.089,0 233.147,4 247.124,5 266.707,3 281.925,6

f. Peternakan 8.910,1 9.939,7 10.332,2 11.285,1 12.047,9 13.078,1

g. Jasa Pertanian

dan perburuan 3.542,2 3.760,8 3.909,0 3.962,8 4.255,2 4.482,4

2. Kehutanan dan

Penebangan Kayu 1.485,5 1.500,6 1.535,8 1.532,9 1.469,1 1.534,6

3. Perikanan 101.069.6 107.893,3 118.328,2 125.327,3 120.092,4 125.234.3

B Pertambangan dan

Penggalian 29.909.6 31.980,7 34.008,9 35.626,6 38.197,1 40.935,7

1. Pertambangan

Penggalian Lainnya 29.909.6 31.980,7 34.008,9 35.626,6 38.197,1 40.935,7

C Industri Pengolahan 8.643.6 9,143.2 9.693,4 10.405,0 10.791,0 11.053,5

1. Industri Makanan

dan Minuman 6.938.5 7.336,3 7.744,6 8.385,5 8.785,1 9.020,2

2. Industri Tekstil dan

Pakaian Jadi 72,8 77,4 84,2 89,3 91,9 95,7

3. Industri Kayu,

(30)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 30

4. Industri kertas dan

barang dari kertas,

D Pengadaan Listrik

dan Gas 544,5 605.5 717,9 785,8 863,7 926,1

1.Ketenagalistrikan 541,1 602,6 714,9 789,6 860.5 922,7

2. Pengadaan Gas dan

produksi es 2,7 2,9 3,0 3,1 3,3 3,4

F Konstruksi 88.084,8 100.232,5 107.892,3 113.987,3 123.927,6 134.297,9

G

Perdagangan Besar dan Eceran Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

128.565,8 136.445,9 150.573,2 167.612,1 179.967,5 194.024,7

1. Perdagangan Mobil,

sepeda motor dan Reparasinya

36.925,5 37.161,1 40.570,6 43.955,3 45.445,4 47.808,0

2. Perdagangan Besar

dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor

91.640,3 99.248,9 110.002,7 123.656,8 134.522,2 146.216,7

H Transportasi dan

Pergudangan 75.794,3 81.549,3 91.006,0 100,430.9 107.742,4 116.066,3

1. Angkutan Rel 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0.0

2. Angkutan Darat 18.964,8 20.630,4 22.629,1 24.844,1 26.801,5 28.992,7

3. Angkutan Laut 51.733,4 55.497,3 62.526,0 69.182,7 74.059,3 79.704,4

(31)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 31

Asuransi 12.687,0 13.458.7 14.262.6 14.790,1 15.058,6 17.405,4

1. Jasa Perantara

Keuangan 11.749,1 12.453.4 13.189.4 13.621,9 13.790,4 16.038,2

2. Asuransi Dan Dana

Pensiun 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

108.916,0 119.486.4 128.289.8 140.111,7 159.651,3 170.664,6

P Jasa Pendidikan 8.348,2 8.844.8 9.260.5 9.625,1 10.333,3 11.087,7

Q Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 53.224,5 56.861.2 60.345.5 64.409,6 70.018,4 76.256,7

RS

TU Jasa Lainnya 1.075,1 1.152.1 1.241.4 1.314,8 1.416,5 1.528,4

PDRB 909.354,3 983.814.4 1.062.683. 0

PDRB TANPA MIGAS 909.354,3 983.814.4 1.062.683. 0

Sumber : Sitaro Dalam Angka 2017

Tabel 2.14

PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Ka

354.217,80 378.671,50 419.781,00 455.170,90 487.133,00 549.163,5

B Pertambangan dan

Penggalian 32.134,70 36.176,30 42.154,50 45.786,50 51.157,00 57.214,8

(32)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 32

Ka

teg

ori

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016

D Pengadaan Listrik

dan Gas 497,8 524,8 573,4 630,5 777,8 853,4

F Konstruksi 95.196,20 113.022,10 126.548,90 139.781,20 165.614,70 184.304,4

G

Perdagangan Besar dan Eceran Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

135.341,60 149.508,00 170.989,10 194.713,50 224.623,40 252.168,9

H Transportasi dan

Pergudangan 78.905,90 88.934,70 106.555,20 135.509,50 164.853,20 186.650,9

I

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

6.759,00 7.514,40 8.262,20 9.452,90 11.053,50 12.661,8

J Informasi dan

Komunikasi 5.845,00 6.202,10 6.649,80 7.279,10 8.243,30 9.309,1

K Jasa Keuangan dan

Asuransi 13.548,70 15.087,40 16.386,10 17.801,40 18.999,30 22.717,8

L Real Estate 38.969,30 45.946,00 55.139,20 64.752,30 73.370,80 80.743,3

M.

118.636,30 142.763,20 171.463,60 206.918,30 248.866,60 277.535,3

P Jasa Pendidikan 8.965,20 10.200,90 11.465,30 13.011,60 14.788,40 16.377,6

Q Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 56.093,60 61.961,10 67.187,20 74.715,20 85.948,60 96.990,7

RS

TU Jasa Lainnya 1.138,60 1.286,00 1.481,70 1.602,90 1.862,30 2.102,5

PDRB 956.302,00 1.068.789,7 1.216.721,7 1.380.740,6 1.572.378,8 1.765.100,8

PDRB PERKAPITA 14,82 16,55 18,79 21,15 23,98 26.81

Sumber : Sitaro Dalam Angka 2017

2.2.1.2 Struktur Ekonomi

(33)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 33

Tabel 2.15

Distribusi Persentase PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, 2011-2016

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 37,04 35,43 34,5 32,97 30,98 31,11

B Pertambangan dan Penggalian 3,36 3,38 3,46 3,32 3,25 3,24

C Industri Pengolahan 0,94 0,91 0,87 0,87 0,84 0,80

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah Daur Ulang 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09

F Konstruksi 9,95 10,57 10,4 10,12 10,53 10,44

G Perdagangan Besar dan Eceran

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 14,15 13,99 14,05 14,1 14,29 14,29

H Transportasi dan Pergudangan 8,25 8,32 8,76 9,81 10,48 10,57

I Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 0,71 0,7 0,68 0,68 0,7 0,72

J Informasi dan Komunikasi 0,61 0,58 0,55 0,53 0,52 0,53

K Jasa Keuangan dan Asuransi 1,42 1,41 1,35 1,29 1,21 1,29

L Real Estate 4,08 4,3 4,53 4,69 4,67 4,57

M.N Jasa Perusahaan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

O

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

12,41 13,36 14,09 14,99 15,83 15,72

P Jasa Pendidikan 0,94 0,95 0,94 0,94 0,94 0,93

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 5,87 5,8 5,52 5,41 5,47 5,49

RSTU Jasa Lainnya 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12

PDRB 100 100 100 100 100 100

Sumber : Sitaro Dalam Angka 2017

(34)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 34

Listrik Gas dan Air Bersih; 0,05% Sumber : Sitaro Dalam Angka Tahun 2017

Gambar 2.19

Kontribusi Sektoral Terhadap Pembentukan PDRB

Selain dianalisis berdasarkan sektor ekonomi, struktur ekonomi sering juga ditinjau dari aspek kelompok sektor yang terdiri atas tiga kelompok sektor, yakni Sektor Primer, Sektor Sekunder, Dan Sektor Tersier.

1.Sektor Primer terdiri atas Sektor Pertanian Dan Sektor Pertambangan dan Penggalian;

2.Sektor Sekunder Terdiri Atas Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas Dan Air Bersih dan Sektor Konstruksi Atau Bangunan. 3.Sektor Tersier terdiri atas Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran,

Sektor Angkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Jasa-Jasa.

Berdasarkan pengelompokan ini maka struktur ekonomi Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dapat diperlihatkan pada Gambar 2.20.

Sumber : Sitaro Dalam Angka Tahun 2017

Gambar 2.20 Struktur Ekonomi

(35)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 35

0 500000 1000000 1500000 2000000

2011 2012 2013 2014 2015 2016

14,095.02 15,235.22

16,413.37 17,508.86 18,651.27 19.890,00

Struktur ekonomi Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro berdasarkan kelompok sektor adalah berstruktur ekonomi Tersier sebab kontribusi dari kelompok sektor ini adalah paling terbesar terhadap nilai perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tahun 2011-2016. Sumbangan sektor ini adalah sebesar 54,26% terhadap nilai perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Selain itu pertumbuhan sektor ekonomi yang masuk dalam sektor Tersier sangat pesat sehingga pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebagian besar disumbangkan oleh kelompok ekonomi Sektor Tersier. Selanjutnya kelompok sektor sekunder memberi sumbangan sebesar 11,38% bagi perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

2.2.1.3 PDRB Perkapita

Indikator makro ekonomi lainnya, yaitu PDRB Perkapita yang merupakan gambaran nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing penduduk suatu daerah akibat adanya aktivitas produksi. Meningkatnya besaran PDRB yang diringi dengan laju pertumbuhan penduduk yang terkendali mendorong semakin meningkatnya PDRB Perkapita.

PDRB Perkapita adalah ukuran produktivitas dari faktor-faktor produksi dalam satu wilayah untuk melakukan transformasi berbagai sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya finansial dalam proses produksi sehingga dapat menghasilkan sejumlah pendapatan. Namun demikian pendapatan tersebut belum tentu seluruhnya diterima dan dinikmati masyarakat satu wilayah tertentu dapat dilihat pada Gambar 2.21.

Sumber : Sitaro Dalam Angka Tahun 2017

Gambar 2.21

(36)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 36

TINGKAT INFLASI 0,00

10,00

2012 2013

2014

2015

2016 6,00 5,70 9,60

5,50

0,35

TINGKAT INFLASI

Berdasarkan data pada Gambar 2.21 diatas, pendapatan perkapita masyarakat dari tahun 2011 hingga tahun 2016 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2011 pendapatan perkapita rata-rata masyarakat di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah sebesar Rp14.095.02, tahun 2012 meningkat menjadi Rp15.235.22, tahun 2013 juga meningkat menjadi Rp16.413.37. tahun 2014 meningkat menjadi Rp17.508.86,tahun 2015 telah berada pada kisaran Rp18.651.27, dan pada tahun 2016 terus mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp19.890,00. Pendapatan perkapita yang terus meningkat setiap tahunnya menggambarkan adanya kemajuan dalam kegiatan perekonomian. Kemajuan berbagai bidang memberikan dampak positif terhadap meningkatnya berbagai kegiatan ekonomi masyarakat sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan.

2.2.1.4 Inflasi

Inflasi adalah fenomena kenaikan harga secara umum dari periode ke periode berikutnya. Sedangkan deflasi adalah suatu keadaan dimana tingkat harga secara umum cenderung menurun namun keduanya sering diistilahkan dengan inflasi.

Inflasi di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2012-2016 mengalami fluktuasi. Faktor penyebab perubahan inflasi antara lain, disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah pusat terkait dengan harga bahan kebutuhan pokok serta kenaikan tarif dasar listrik. Faktor lainnya adalah perubahan kondisi perekonomian nasional secara global. Perkembangan tingkat inflasi yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dari Tahun 2012-2016 diperlihatkan pada Gambar 2.22.

Sumber : Sitaro Dalam Angka 2017

(37)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 37

2.2.1.5 Kemiskinan

Masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan bersifat multi-dimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kompleksitas masalah kemiskinan membuatnya terus menjadi masalah mendasar di berbagai wilayah, termasuk Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penanggulangan kemiskinan secara sinergis dan sistematis harus dilakukan agar seluruh warganegara mampu menikmati kehidupan yang layak dan bermartabat. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrumen kritikal bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka.

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan visi “Kabupaten Bahari yang Semakin Sejahtera dan Berdaya Saing” tetap melakukan upaya -upaya pengentasan kemiskinan. Upaya tersebut tercermin dari sasaran pembangunan daerah ini, yaitu meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan sosial dengan menargetkan persentase penduduk miskin (head count indeks) semakin berkurang sampai akhir tahun 2018 mencapai 9,00 persen. Untuk mempercepat pencapaian sasaran tersebut, prioritas utama belanja daerah 2013-2018 salah satunya diarahkan pada program-program pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan sosial.

(38)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 38

Banyak konsep dan definisi dalam mengukur kemiskinan, sehingga kemiskinan menjadi relatif dilihat dari sudut pandang yang berbeda baik oleh perorangan maupun lembaga/institusi. Namun karena data yang digunakan disini adalah bersumber dari BPS maka konsep dan definisi mengacu kepada konsep dan definisi yang digunakan oleh BPS. BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic-needs approach) dalam mengukur kemiskinan. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

Berdasarkan pendekatan basic needs, maka dapat dihitung “garis

kemiskinan konsumsi” dan selanjutnya dapat dihitung persentase penduduk

miskin (head count index), yaitu persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan konsumsi. Garis kemiskinan konsumsi dihitung berdasarkan rata-rata pengeluaran makanan dan bukan makanan per kapita pada kelompok penduduk referensi, yaitu penduduk kelas marjinal yang hidupnya berada sedikit diatas garis kemiskinan konsumsi.

Garis kemiskinan konsumsi terdiri dari garis kemiskinan makanan (batas kecukupan konsumsi makanan) dan garis kemiskinan non-makanan (batas kecukupan konsumsi non-makanan). Batas kecukupan konsumsi makanan dihitung dari besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk makanan yang memenuhi kebutuhan minimum enerji 2100 kalori per kapita per hari. Batas kecukupan konsumsi non-makanan dihitung dari besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan minimum non-makanan, seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan.

Indikator utama kemiskinan yang dikeluarkan oleh BPS sebagai berikut.

1. Head Count Index (HCI-P0) yaitu persentase penduduk yang berada

di bawah garis kemiskinan

2. Indeks Kedalaman Kemiskinan (poverty Gap Index-P1)yang merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran tiap penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai angka indeksnya, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

(39)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 39

penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin

Tahun 2016, tingkat kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah sebesar 10,58% dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 6.960 orang. Angka ini mengalami penurunan sebesar 0,35 poin dibandingkan dengan tingkat kemiskinan pada tahun 2015 sebesar 10,93% dengan jumlah penduduk miskin 7.150 orang. Selama empat tahun terakhir, angka kemiskinan cenderung menurun, yang mana pada tahun 2013 tingkat kemiskinan daerah ini sebesar 11,36 persen dan terus turun hingga di akhir tahun 2016 sebesar 10,58%. Selengkapnya diperlihatkan pada Gambar 2.23.

Sumber : Sitaro Dalam Angka Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Tahun 2017

Gambar 2.23 Tingkat Kemiskinan

Indeks kedalaman kemiskinan (poverty gap index) untuk daerah ini pada tahun 2016 sebesar 1,44. Ini bermakna bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di daerah ini semakin mendekat ke arah garis kemiskinan. Kemudian indeks keparahan kemiskinan (poverty SaverityIndex) daerah ini pada tahun yang sama sebesar 0,31. Ini berarti tingkat keparahan kemiskinan dalam hal kesenjangan pengeluaran di antara penduduk miskin di daerah ini semakin kecil sehingga dalam penanganan pengentasan kemiskinan sedikit lebih mudah namun perlu ada kehatihatian karena dari kedua angka indeks tersebut dibandingkan dengan angka indeks tahun sebelumnya mulai menunjukan tren yang melebar.

Garis kemiskinan masyarakat miskin di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro pada tahun 2016 sebesar Rp 264.632 per kapita/bulan. Ini artinya pada tahun 2016 setiap penduduk miskin yang ada di daerah ini melakukan pengeluaran dalam sebulan untuk memenuhi kebutuhan

10,38

9,90

11,36

11,03

10,93

10,58

9 9,5 10 10,5 11 11,5

(40)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 40

pokoknya, baik makanan dan non makanan tidak melebihi nilai sebesar Rp.264.632. Dengan kata lain, setiap penduduk yang tingkat pengeluaran konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya di bawah nilai tersebut dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Dibandingkan tahun sebelumnya nilai garis kemiskinan ini mengalami peningkatan sebesar 7,84 persen dari tahun 2015 dengan nilai garis kemiskinan sebesar Rp245.388 perkapita per bulan. Kenaikan tersebut menunjukan terjadinya inflasi atau kenaikan harga dari barang konsumsi kebutuhan pokok penduduk miskin, baik bahan makanan maupun non makanan. Ini artinya jika nilai konsumsi masih sama seperti tahun sebelumnya ataupun hanya meningkat sedikit saja maka persentase penduduk miskin di daerah ini akan semakin besar berkurangnya. Untuk itu, pengendalian inflasi di daerah, khususnya untuk bahan-bahan kebutuhan pokok mutlak dilakukan.

Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain yang ada di Provinsi Sulawesi Utara menunjukan bahwa pada tahun 2016 head count indexatau persentase penduduk miskin di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro masih berada pada angka psikologis dua digit walaupun dengan tren yang cenderung menurun. Angka ini masih lebih baik dari Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Namun dari sisi jumlah penduduk miskin, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro memiliki jumlah penduduk miskin tersedikit ketiga setelah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan Kota Tomohon

Tabel 2.16

Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan

(41)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 41

Sumber : Sitaro Dalam Angka Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Tahun 2017

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial 2.2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM juga dapat menentukan peringkat pembangunan suatu wilayah/negara.

(42)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 42

perubahan indikator pendidikan Angka Melek Huruf (AMH) menjadi Angka Harapan Lama Sekolah (AHLS), perubahan jumlah komoditi yang dianalisis dan perubahan perhitungan dari aritmatik menjadi geometrik.

Perubahan AMH dikarenakan angka tersebut sudah termasuk tinggi dan stagnan sehingga untuk keadaan sekarang kurang mewakili indikator pendidikan. Perubahan jumlah komoditi dari 27 komoditi menjadi 96 komoditi diharapkan dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Perubahan perhitungan dari aritmatika menjadi geometrik dikarenakan pada perhitungan aritmatik, indikator yang rendah bisa ditutupi kekurangannya oleh indikator yang tinggi nilainya, sebaliknya geometrik akan lebih menunjukan keadaan masing-masing indikator tanpa saling mempengaruhi satu sama lain.

Komponen Penyusun IPM Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yaitu sebagai berikut.

1. Angka Harapan Hidup (AHH) 2. Harapan Lama Sekolah (EYS) 3. Rata-Rata Lama Sekolah (MYS) 4. Rata-Rata Pengeluaran Perkapita.

Angka Harapan Hidup Tahun 2016 yakni sebesar 70,00 artinya bayi yang lahir mempunyai peluang hidup hingga 70 tahun jika dibandingkan tahun sebelumnya angka ini meningkat sebesar 0,41 tahun

Sementara itu, Rata-rata Lama Sekolah penduduk Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro bisa mencapai 8,46 Tahun pada tahun 2016. Ini memberikan gambaran bahwa rata-rata masyarakat Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro bersekolah sampai kelas 3 SMP. Peluang penduduk mengenyam pendidikan dapat dilihat pada Harapan Lama Sekolah. Pada tahun 2016, Harapan Lama Sekolah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebesar 11.24% ini bermakna bahwa masyarakat memiliki peluang untuk dapat meneruskan studi selama 10.24 tahun ke depan dari posisi studi saat ini.

(43)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 43

Tabel 2.17

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

Komponen 2011 2012 2013 2014 2015 2016

AHH 69,05 69,14 69,24 69,29 69,59 69,72

EYS 10,38 10,59 10,72 10,89 11,06 11,24

MYS 7,92 8,01 8,09 8,18 8,26 8,45

PENGELUARAN 62,45 7.166 7.349 7.442 7.537 7.742

IPM 62,45 63,35 63,91 64,35 65,00 65,66

Sumber : Sitaro Dalam Angka Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Tahun 2017

Setelah memperhatikan perkembangan data di atas dapat pula diketahui bahwa reduksi Shortfall (Usaha-usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Dalam rangka peningkatan IPM) di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2012-2013 sebesar 1,92% menunjukan kemajuan yang dicapai di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tergolong cepat.

2.2.2.2 Pendidikan

2.2.2.2.1 Angka Melek Huruf

Angka melek huruf adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Angka Melek Huruf didapat dengan membagi jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas kemudian hasilnya dikalikan dengan seratus. Angka melek huruf di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tahun 2011-2016 dapat disajikan pada Gambar 2.24.

(44)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 44

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : Sitaro Dalam Angka Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Tahun 2017

Gambar 2.24 Angka Melek Huruf

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

2.2.2.2.2 Angka Rata-Rata Lama Sekolah

Lamanya sekolah atau years of schooling adalah sebuah angka yang menunjukan lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai dengan Tingkat Pendidikan Terakhir (TPT). Angka Rata–Rata Lama Sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.

Angka Rata-rata lama sekolah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam kurun waktu 6 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa minat penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi semakin meningkat.

(45)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 45

7,92

8,01

8,09

8,18

8,26

8,45

7,6 7,7 7,8 7,9 8 8,1 8,2 8,3 8,4 8,5 8,6

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : Sitaro Dalam Angka Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Tahun 2017

Gambar 2.25

Rata – Rata Lama Sekolah

2.2.2.2.3 Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah proporsi penduduk pada kelompok usia jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut. Sejak tahun 2007, Pendidikan Non Formal (Paket A, Paket B, dan Paket C) turut diperhitungkan. Sedangkan kegunaan atau tujuan pengukuran APM adalah untuk mengukur daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah.Jika APM = 100, berarti seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu. Dengan demikian, maka sesungguhnya keberhasilan pelayanan pendidikan di suatu wilayah/negara dilihat dari indikator Angka Partisipasi Murni (APM). APM pada setiap jenjang pendidikan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro pada tahun 2011-2016 disajikan pada Tabel 2.18.

(46)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 46

Tabel 2.18

Angka Partisipasi Murni

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

Tahun

APM

SD/MI Paket A (%) 7-12 Tahun

SMP/Mts Paket B 13 – 15 Tahun

SMA/MA Paket C 16 – 18 Tahun

2011 83,02 60,02 58,71

2012 88,29 61,69 60,02

2013 95,43 57,96 64,66

2014 96,93 62,86 68,39

2015 96,02 74,38 63,36

2016 94,97 80,00 68,54

Sumber : Sitaro Dalam Angka Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Tahun 2017

2.2.2.3 Kesehatan

2.2.2.3.1 Balita Gizi Buruk

Status gizi balita menggambarkan tentang tingkat kesejahteraan masyarakat. Demikian juga tingginya status gizi buruk akan berdampak pada generasi yang kurang cerdas dan berkualitas atau disebut Loss Generation dimasa yang akan datang.

Berdasarkan pemantauan status gizi di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tahun 2016 ditemukan 1 kasus gizi buruk yang terdapat di wilayah Tagulandang. Untuk jelasnya gambaran gizi buruk di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tahun 2011-2016 pada Gambar 2.26.

2.2.2.3.2 Angka Harapan Hidup

(47)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 47

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : Dinas Kesehatan, 2017

Gambar 2.26

Perkembangan Balita Gizi Buruk

Di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

AHH dihitung menggunakan pendekatan tidak langsung. Ada 2 jenis data yaitu anak lahir hidup dan anak masih hidup. Besarnya nilai maksimum dan nilai minimum untuk masing-masing komponen ini merupakan nilai besaran yang telah disepakati oleh semua negara (195 negara). Pada komponen ini untuk AHH tertinggi batas atas untuk perhitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah 25 tahun. Pada Gambar 2.27 dapat dilihat perkembangan AHH Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Sumber : Sitaro Dalam Angka Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Tahun 2017

Gambar 2.27 Angka Harapan Hidup

(48)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 48

Untuk usia harapan hidup di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro selalu mengalami peningkatan. UHH tahun 2011 sebesar 69,05 di tahun 2012 meningkat menjadi 69,14. Pada tahun 2013 kembali meningkat dan berada pada angka 69,24 dan meningkat lagi menjadi 69,29 di tahun 2014 hingga. Pada tahun 2016 Usia Harapan Hidup Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sudah berada pada angka 69,72.

2.2.2.4 Ketenagakerjaan

2.2.2.4.1 Persentase Penduduk Yang Bekerja

Rasio penduduk yang bekerja merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun yang bekerja dengan angkatan kerja. Rasio inimenggambarkan hubungan antara angkatan kerja dengankemampuan penyerapan tenaga kerja atau bisa disebutsebagai gambaran permintaan tenaga kerja.

Dari Tabel 2.19 dapat diketahui bahwa terjadi jumlah penduduk yang bekerja setiap tahunnya fluktuatif. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2015, sebanyak 93,79 % dari angkatan kerja yang ada memperolehpekerjaan, sedangkan sisanya masih mencari kerja atau belum mendapatkan pekerjaan.

Tabel 2.19

TPAK Dan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

Angkatan Kerja 30,268 28,720 28,645 26,805 28,572

- Bekerja 28,816 27,491 28,156 25,676 26,798

- Menganggur 1,452 1,229 489 1,129 1,774

Rasio 0,95 0,96 0,98 0,96 0,94

Persentase Penduduk

Yang Bekerja 95,20 95,72 98,29 95,79 93,79

Bukan Angkatan Kerja 18,026 20,239 20,990 20,128 21,816

- Sekolah 3,550 2,631 3,000 3,965 3,549

- Mengurus RT 11,909 14,188 15,404 16,163 14,485

- Lainnya 2,567 3,240 2,586 3,011 3,782

TPAK (%) 58,92 62,67 57,71 57,11 56,70

Tingkat Pengangguran 4,80 4,28 1,71 4,21 6,21

(49)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 49

2.2.2.4.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran

Selama beberapa tahun terakhir Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terus menurun. Pada tahun 2013, penduduk usia kerja Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (15 tahun ke atas) yang termasuk dalam angkatan kerja sebanyak 57,71% nilai ini terus mengecil dan pada tahun 2015 tinggal 56,70% sementara itu tingkat pengangguran terbuka mengalami kenaikan tercatat dari 1,71% di tahun 2013, dan menjadi 6,21% pada tahun 2015.

2.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olahraga 2.2.3.1 Kebudayaan

2.2.3.1.1 Group Kesenian

Fokus seni budaya dan olahraga dapat diketahui dari pengelolaan kebudayaan dengan indikator meliputi jumlah grup kesenian, pengelolaan pemuda dan olahraga meliputi jumlah klub olahraga dan jumlah gedung olahraga. Adapun capaian fokus tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.20.

Tabel 2.20

Perkembangan Seni Budaya dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

NO Indikator 2011 2012 2013 2014 2015 2016

KEBUDAYAAN

1 1.1 Jumlah grup

Kesenian 23 25 25 23 24 25

2 2.1 Klub Olahraga

2.2 Gedung

Olahraga - - 1 1 1 1

Sumber : Sitaro Dalam Angka Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Tahun 2017

(50)

BAB II - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II - 50

2.3 Aspek Pelayanan Umum

2.3.1 Fokus Pelayanan Urusan Wajib Yang Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar

2.3.1.1 Pendidikan

Penyelenggaraan urusan pendidikan merupakan urusan wajib sebagai upaya untuk mencapai salah satu misi Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang tertuang dalam RPJMD 2013-2018, yakni meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan yang semakin berkualitas, serta memberdayakan masyarakat Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Gambar

Gambar 2.1 Luas Wilayah Per Kecamatan Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro
Tabel 2.4
Tabel 2.6 Potensi Pariwisata dan Wilayah Pengembangannya
Tabel 2.8 Sebaran Industri dan Wilayah Pengembangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan dari bawah ke atas bila digunakan pada tahap analisis sistem disebut juga dengan istilah data analysis, karena yang menjadi tekanan adalah data yang akan diolah

Indonesia is rapidly expanding its program of transettlement of persons from the densely populated islands of Java, Bali and Lombok to agricultural development

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

kegiatan mereka sendiri atau menjadikan peserta didik sebagai students center dapat saling berhubungan dengan pendekatan dan model pembelajaran yang

Diharapkan dengan adanya metode Material Requirement Planning (MRP) perencanaan dan persediaan bahan baku produksi berjalan dengan baik dan keberhasilan dalam pemenuhan

Thanks for your critiques and suggestions, The Lecturers of English Education Department, Eko Wahyudi, S.Pd, the Headmaster of SMP Bina Taruna Surabaya, Enni

Misalkan piringan Bulan dan Matahari tampak dengan diameter sudut yang sama ( D ) dan kedua titik pusat piringan objek terpisah oleh jarak D/ 2.. Dari gambar di bawah ini,

Cahaya Matahari akan tampak lebih merah daripada keadaan sekarang, karena dengan bertambahnya kerapatan, akan lebih banyak cahaya pada panjang gelombang biru yang dihamburkan ke