• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENERAPKAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA SMPN 4 PALOPO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENERAPKAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA SMPN 4 PALOPO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN

MENERAPKAN

PROBLEM BASED LEARNING

PADA SISWA

SMPN 4 PALOPO

Fitriani

Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Cokroaminoto Palopo

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang melibatkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan perlakuan khusus yaitu pembelajaran dengan menerapkan problem based learning sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan yang biasa dilakukan yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan konvensional. Populasi dalam penelitian eksperimen ini adalah seluruh Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Palopo, sedangkan sampelnya sebanyak 2 kelas yang dipilih secara acak yakni kelas Eksperimen dan kelas Kontrol. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui peningkatan belajar matematika siswa yang diajar dengan menerapkan problem based learning, sehingga diharapkan dapat mendapatkan pengetahuan matematika siswa melalui pembelajaran dengan menerapkan problem based learning. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar matematika siswa kelas yang diajar dengan menerapkanProblem Based Learning berada dalam kategori sedang dengan skor rata-rata 72,29 dari skor ideal 100, dengan simpangan baku 20,51, sedangkan yang diajar dengan menerapkan pembelajaran konvensional berada dalam kategori rendah dengan skor rata-rata 61,41 dari skor ideal 100, dengan simpangan baku 13,75.

Kata kunci: Pembelajaran, matematika,Problem Based Learning

PENDAHULUAN

Fenomena kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang masih rendah didukung karena kondisi pembelajaran yang bersifat konvensional dan tradisional yang tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru ( teacher-centered) dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara

mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.

Selain penanaman konsep, pendidikan dewasa ini harus mampu mengembangkan kecakapan-kecakapan yang berguna untuk menghadapi permasalahan dalam kehidupan. Kecakapan ini sering disebut dengan istilah life skill. Sedangkan kecakapan matematika merupakan bagian tak terpisahkan dari kecakapan hidup tersebut dan diperlukan untuk dapat memahami dunia di sekitarnya.

(2)

berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. Dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya.

Mengingat pentingnya kreativitas siswa tersebut, maka di sekolah perlu disusun suatu strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas. Strategi tersebut diantaranya meliputi pemilihan pendekatan, metode atau model pembelajaran. Salah satu model atau metode pembelajaran yang saat ini sedang berkembang ialah pembelajaran berbasis masalah.

Pembelajaran berbasis masalah (Probelem-based learning) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Pemilihan model dan metode pembelajaran merupakan usaha guru dalam menyesuaikan berbagai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran banyak jenisnya, namun tidak semua model cocok digunakan untuk setiap materi. Metode pembelajaran yang baik adalah jika metode tersebut dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dan dapat

meningkatkan motivasi siswa serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian eksperimen mengenai Efektifitas Pembelajaran Matematika dengan Menerapkan Problem Based Learning pada Siswa SMPN 4 Palopo.

Berdasarkan latar belakang, maka penulis mengemukakan rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Seberapa besar hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menerapkan Problem Based Learning ?

2. Seberapa besar hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional?

3. Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan Problem Based Learning lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang diajar pembelajaran konvensional?

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Problem Based Learning

(pembelajaran berbasis masalah)

1. Pengertian model pembelajaran berbasis masalah

(3)

Menurut Arends (2001), pembelajaran berbasis masalah mempunyai ciri berikut:

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. b. Berfokus pada keterkaitan antar

disiplin

c. Penyelidikan autentik

d. Menghasilkan produk dan memamerkannya

e. Kolaborasi.

2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah.

Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

a. Belajar dimulai dengan suatu masalah b. Memastikan bahwa masalah yang

diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa/mahasiswa

c. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu d. Memberikan tanggung jawab yang

besar kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri e. Menggunakan kelompok kecil, dan f. Menuntut pebelajar untuk

mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

3. Tahap-tahap Pembelajaran Berbasis Masalah.

Tahap-1: Orientasi siswa pada masalah Tahap-2: Mengorganisasi siswa untuk

belajar

Tahap-3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tahap-4: Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Tahap-5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

4. Langkah-langkah Model

Pembelajaran Berbasis Masalah

Proses pembelajaran dengan pendekatan problem-based learning dijalankan dengan 8 (delapan) langkah, yaitu:

a. Menemukan masalah b. Mendefinisikan masalah c. Mengumpulkan fakta-fakta d. Menyusun dugaan sementara e. Menyelidiki

f. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan

g. Menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan secara kolaboratif

h. Menguji solusi permasalahan

5. Peran Guru dan Siswa dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Ditinjau dari sudut guru, Delisle (dalam Sutisno, 2006) menjelaskan bahwa guru dalam pembelajaran berbasis masalah mempunyai beberapa peran, yaitu sebagai berikut:

a. mendesain kurikulum.

b. memandu siswa dalam pembelajaran c. sebagai evaluator tentang efektivitas

masalah, kinerja siswa, dan kinerja guru.

Sedangkan peran siswa dalam pembelajaran berbasis masalah adalah:

a. mengatur belajarnya sendiri, menuntun mereka belajar sepanjang hayat

(4)

c. berfikir kritis dan klinis

d. berperilaku secara profesional yang tepat

e. meliputi prinsip-prinsip etika dan legal dalam praktik

f. bekerja dalam grup dan tim

g. berkomunikasi secara jernih dan profesional dalam bentuk ucapan dan tulisan; dan

h. berfikir proaktif.

B. Hakekat Pembelajaran Matematika

Pola tingkah laku manusia yang tersusun menjadi suatu model sebagai prinsip-prinsip belajar diaplikasikan ke dalam matematika. Prinsip belajar ini haruslah dipilih sehingga cocok untuk mempelajari matematika. Menurut Ausubel (dalam Sutisno, 2006) belajar matematika haruslah bermakna, artinya bahan pelajaran itu sesuai dengan kemampuan dan struktur kognitif anak. Oleh karena itu, belajar matematika merupakan suatu kegiatan mental yang tinggi untuk memahami ide-ide atau konsep-konsep abstrak dan struktur-struktur serta hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur itu melalui manipulasi simbol-simbol yang menyebabkan perubahan tingkah laku.

Dalam proses pembelajaran matematika, latihan penting untuk menanamkan pengertian dan keterampilan. Latihan akan efektif bila dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip penciptaan suasana yang baik. Berlatih secara terbuka, teratur dan saling kerja sama akan mendorong kegiatan belajar siswa sehingga akan timbul rasa menyenangi dan menghindarkan kelelaha bagi siswa.

C. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar. Hudoyo memberikan batasan bahwa hasil belajar adalah proses berpikir untuk menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian-pengertian. Karena itu orang memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehingga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari (Hudoyo, 1990).

D. Pengertian Efektifitas Pembelajaran Matematika

Adapun definisi efektifitas secara umum menurut Hardjana (2000:24) adalah mengerjakan hal-hal yang benar, membawa hasil, menangani tantangan masa depan, meningkatkan keuntungan atau laba, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya.

Pengertian efektifitas adalah bagaimana penerima melakukan tindakan sesuai dengan makna yang diinginkan si pengirim (Subiakto, 1996:192). Sedangkan Handoko merumuskan defenisi efektifitas yaitu kemampuan untuk memilih tujuan yang telah ditetapkan.

(5)

E. Teori Belajar Pendukung

1. Teori Belajar Mengajar menurut Bruner

2. Teori Belajar Mengajar menurut Throndike

3. Teori Belajar Mengajar menurut W. Brownell

4. Teori Belajar Mengajar menurut Skinner

MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa, antara lain: dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran Matematika; dan siswa kelas VII SMPN 4 Palopo dapat mendapatkan pengetahuan Matematika melalui pembelajaran dengan menerapkan problem based learning

2. Menambah wawasan Guru tentang Model Pembelajaran menerapkan problem based learning

3. Merupakan masukan bagi semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, khususnya bidang studi Matematika.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Deskriptif

Hasil analisis deskriptif menunjukkan tentang karakteristik distribusi skor masing-masing variabel dan sekaligus merupakan jawaban atas masalah deskriptif yang dirumuskan dalam penelitian ini.

a. Hasil Belajar Matematika Siswa yang diajar melalui Pembelajaran Berbasis Masalah

Hasil analisis statistika deskriptif berkaitan dengan skor varibel hasil belajar siswa yang diajar melalui pembelajaran berbasis masalah disajikan dalam tabel 1. Dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 1. Hasil belajar matematika siswa

Statistik Nilai Statistik

Ukuran sampel

Skor maksimum

Skor minimum

Rentang skor

Skor rata-rata

Standar deviasi

Variansi

24

94

32

62

72,29

20,51

420,56

Jika skor hasil belajar matematika siswa yang diajar melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah dikelompokkan dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase seperti ditunjukkan pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Pengelompokan skor hasil belajar matematika berdasar kan lima kategori

Skor Kategori Frekuensi Persentase

0–54

55–64

Sangat Rendah

Rendah

7

0

29,17

(6)

65–79

Dari pengkategorian hasil belajar matematika siswa maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 4 Palopo yang diajar melalui penerapan pendekatan pengajuan masalah dikategorikan sedang.

b. Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar dengan Pembelajaran Konvensional

Hasil analisis statistika deskriptif berkaitan dengan skor varibael hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 4 Palopo yang diajar dengan pembelajaran konvensional disajikan dalam tabel 3 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 3. Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar dengan Pem belajaran Konvensional

Statistik Nilai Statistik

Ukuran sampel

Jika skor hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 4 Palopo yang

diajar melalui penerapan pembelajaran konvensional dikelompokkan dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase seperti ditunjukkan pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Pengelompokan skor hasil belajar matematika secara konvensional berdasarkan lima kategori

Skor Kategori Frekuensi Persentase

0–54

Dari pengkategorian hasil belajar matematika siswa dan keterangan lain di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 4 Palopo yang diajar melalui pembelajaran konvensional dikategorikan rendah.

KESIMPULAN

1. Hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 4 Palopo yang diajar dengan menerapkan Problem Based Learningberada dalam kategori sedang dengan skor rata-rata 72,29 dari skor ideal 100, dengan simpangan baku 20,51.

(7)

3. Hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 4 Palopo yang diajar dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang diajar melalui pembelajaran konvensional pada taraf signifikansi 

= 0,05

DAFTAR PUSTAKA

Agung, 1992. Metode Penelitian Sosial (Pengertian dan Pemakaian Praktis). Bagian I. Jakarta: Gramedia.

Arends, R.I. 2000. Learning to Teach. (Fifth Edition). New York: McGraw Hill Companies, Inc.

Balitbang Depdiknas. 2004. Rendahnya Kemampuan Matematika Siswa. Republika.

Begle,E. G. 1979. Critical Variables in Mathematics Education (Finding from a Survey of the Emprical Literature). U.S.A. Matthematical Association of Amerika.

Foster, A.G. 1993. Cooperative Learning in the Mathematics Classroom. Glencoe/ McGraw Hill.

Hudoyo, Herman, 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. IKIP Malang.

Ibrahim, M., dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press.

Marpaung, Y. 2003. Perubahan

Paradigma Pembelajaran

Matematika di Sekolah. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Pendidikan Matematika di USD

Yogyakarta, Yogyakarta, 27-28 Maret 2003.

Muslich, Masnur. 2008. KTSP

Pembelajaran Berbasis

Kompetensi dan Kontektual. Jakarta: Bumi Aksara.

Nur, M.1998. Pendekatan-pendekatan

Konstruktivis dalam

Pembelajaran. Surabaya: IKIP Surabaya.

Nur, M. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: UNESA University Press.

Peraturan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No. 506 Tahun 2004, Jakarta: Depdiknas.

Plomp, T. 1997. Educational and Training System Design. Enschede, the Netherlands: Univercity of Twente.

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika

Kontemporer. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

--- 2001. Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan dalam Pembelajaran Matematika. Makalah, yang disampaikan pada Seminar Nasional RME di UNESA Surabaya, 24 Februari 2001.

(8)

(Fourth Edition). Boston: Allyn and Bacon.

Slavin, R.E., 1995. 2000. Educational Psychology. (Sixth Edition). Boston: Allyn and Bacon.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suparno, P. 1997. Filsafat

Konstruktivisme dalam

Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suryanto, 1998. Problem Possing dalam Pembelajaran Matematika. Makalah dalam Seminar Nasional. PPS IKIP Malang.

Sutiarso, Sugeng. 2000. “Problem Possing: Strategi Efektif Meningkatkan Aktivitas Siswa

dalam Pembelajaran

Matematika”. Journal. Volume 6 No 5. 2000. Hal. 631.

Suwarsono, 2002. Teori-Teori Perkembangan Kognitif dalam Proses Pembelajaran yang Releven untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Thomson, M, et al. (1995) Physical Science: Teacher Wrapround Edition. New York: Giencoe Mc Graw-Hill.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20. Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Upu, Hamzah, 2003.Problem Posing dan

Problem Solving dalam

Pembelajaran Matematika. Bandung: Pustaka Ramadhan.

Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Gambar

Tabel 1. Hasil belajar matematika siswa
Tabel 3. Hasil Belajar Matematika Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Obat yang bersifat asam lemah dan basa lemah yang sukar larut, dapat dilarutkan dengan bantuan kerja dari zat aktif permukaan dengan menurunkan tegangan permukaan antara zat

Melalui karya tulis ini, penulis ingin memberikan solusi terhadap pemanfaatan lahan bekas tambang khususnya pada areal pertambangan timah yang berada di dalam kawasan

Kesimpulan penelitian bahwa upaya guru dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal Al- Qur’an di TPA Masjid Al Muslimin Kelurahan Pahoman Kecamatan Enggal Kota

benda yang diduga keras telah digunakan untuk melakukan tindak pidana.. hakim untuk menjatuhkan putusan terhadap terdakwa. Penggunaan kata bukti seperti yang disebutkan dalam

dengan bahan baku protein kedelai. Daya terima masyarakat terhadap produk tersebut masih sangat rendah. Hipotesis permasalahan penyebab rendahnya daya terima

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan menyusun cerita, guru telah mengembangkan metode pembelajaran yang baru, yaitu metode bermain dengan menggunakan

Ujung dari akibat penerapan paradigma Carteseian Newtonian dalam konsep dan praktek pendidikan tersebut secara ekstrem pada pendidikan di negara kita,

Dengan menggunakan kaedah sendi, tentukan magnitud dan jenis daya dalam anggota untuk kekuda seperti dalam Rajah 2.7a di bawah. Menentukan daya dalam