• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Produk - Pengaruh Keunikan Produk Terhadap Terciptanya Word of Mouth pada Produk Burger (Studi pada Usaha “Rumah Burger” Jln. Medan Area Selatan – Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Produk - Pengaruh Keunikan Produk Terhadap Terciptanya Word of Mouth pada Produk Burger (Studi pada Usaha “Rumah Burger” Jln. Medan Area Selatan – Medan)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Produk

2.1.1.1 Pengertian Produk

Produk merupakan hasil dari kegiatan produksi yang berwujud

barang. Produk mempengaruhi kepuasan konsumen karena merupakan

sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan

konsumen. Menurut Buchari Alma (2007:139) produk ialah seperangkat

atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya

masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual

(pengecer), dan pelayanan pabrik serta pelanan pengecer, yang diterima oleh

pembeli guna memuaskan keinginannya.

Selanjutnya produk itu dijelaskan lebih lanjut oleh Charles Lamb

(2001:414) produk didefinisikan sebagai segala sesuatu baik yang

menguntungkan maupun tidak yang diperoleh seseorang melalui pertukaran.

Sedangkan menurut Amstrong dan Kotler (2008:57) produk adalah segala

sesuatu yang dapat ditawarka kepada pasar untuk mendapatkan perhatian,

dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang mungkin dapat memuaskan

harapan atau kebutuhan.

(2)

biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh produk tersebut. Banyaknya produk yang memiliki kesamaan bentuk, kegunaan dan fitur-fitur lain membuat konsumen kesulitan untuk membedakan antara satu produk dengan produk yang lain. Oleh sebab itu, “Rumah Burger” menciptakan inovasi yang berbeda pada produk yang dijualnya.

2.1.1.2 Klasifikasi Produk

Menurut Kotler (2003:408) ada lima tingkatan produk, yaitu core

benefit, basic product, expected product, augmented product dan potential

product. Penjelasan tentang kelima tingkatan produk adalah :

a. Core benefit yaitu manfaat dasar dari suatu produk yang ditawarkan

kepada konsumen.

b. Basic product yaitu bentuk dasar dari suatu produk yang dapat

dirasakan oleh panca indra.

c. Expected product yaitu serangkaian atribut-atribut produk dan

kondisi-kondisi yang diharapkan oleh pembeli pada saat membeli suatu produk.

d. Augmented product yaitu sesuatu yang membedakan antara produk

yang ditawarkan oleh badan usaha dengan produk yang ditawarkan oleh

pesaing.

e. Potential product yaitu semua argumentasi dan perubahan bentuk yang

(3)

2.1.2 Keunikan Produk

2.1.2.1 Pengertian Keunikan Produk

Pada era perekonomian modern seperti sekarang ini dimana

persaingan bisnis sangatlah ketat, hal yang paling berbahaya adalah “perang

harga”. Produk yang terlibat dalam perang harga akan terpangkas

keuntungannya secara signifikan, bahkan ada juga yang malah harus

menanggung kerugian. Sementara disisi pengeluaran, sangat memungkinkan

terjadi peningkatan biaya pemasaran. Bila hal ini terjadi dalam waktu yang

panjang, bisa-bisa modal yang sangat besar akan perlahan-lahan habis. Bagi

seorang entrepreneur hal ini sangatlah tidak diinginkan.

Salah satu cara untuk menghindar dari bahaya perang harga adalah

dengan membuat suatu keunikan pada produknya. Keunikan akan

memberikan suatu keunggulan tersendiri karena produk tersebut tidak bisa

lagi dibandingkan secara langsung dengan produk pesaingnya. Keunikan ini

akan sukar ditiru oleh pesaing karena pesaing tidak dapat memperoleh akses

atas sumber pengetahuan itu. Ketika produk pesaing diturunkan, pelanggan

tidak serta merta pindah karena pasti ada hal yang hilang ketika membeli

produk pesaing. Produk yang dipasarkan dengan keunikan tertentu akan

dapat terselamatkan dari bahaya perang harga. Dengan keunikan produk dan

jasanya, perusahaan atau pengusaha dapat bekerja tanpa saingan.

Menurut Salim Kartono (2010:97) keunikan produk adalah supplier

yang memproduksi produk yang sangat spesifik agar perusahaan memiliki

(4)

produknya merupakan produk komoditas. Menurut Sarosa (2004:38)

keunikan produk adalah nilai tambah yang membuat produk tampil beda

dibandingkan dengan pesaing lain. Keunikan produk atau layanan suatu

perusahaan menjadi penting dan harus selalu ditingkatkan. Dengan terus

mengembangkan keunikan suatu produk, maka akan terbentuk image

produk yang menjadi pembeda diantara produk yang ada di pasaran.

2.1.2.2 Manfaat Keunikan Produk

Keunikan pada suatu produk tidak hanya menciptakan keunggulan

pada produknya tetapi juga memberikan manfaat pada perusahaan yang

menciptakan keunikan produk. Manfaat keunikan produk adalah sebagai

berikut :

1. Keunikan akan memperpanjang siklus hidup produk

Suatu produk pasti akan mengalami siklus decline atau

penurunan. Jadi, pada prinsipnya sebelum terjadi penurunan di dalam

pemasaran produk, perlu dilakukan strategi keunikan produk supaya

penjualan di dalam pemasaran meningkat kembali.

2. Keunikan akan membuat produk lebih diingat oleh konsumen

Keunikan akan membuat produk lebih melekat di benak

konsumen. Sebagai informasi, perbedaan yang ada pada produk, akan

membuat konsumen lebih mudah untuk mengingat produk yang

dipasarkan karena adanya point of interest yang dimiliki, yaitu

(5)

Pada dasarnya, segala sesuatu yang unik dan tidak dimiliki oleh

produk lain akan merupakan suatu hal yang selalu memancing rasa

ingin tahu konsumen. Berbekal rasa ingin tahu tersebut, konsumen akan

tertarik untuk mengetahui produk atau jasa tersebut dengan lebih dalam

dan biasanya, pada akhirnya konsumen akan tertarik untuk mencoba

mengkonsumsi produk tersebut.

3. Keunikan akan membuat produk terlihat lebih baik dibandingkan

dengan produk lain

Dengan adanya keunikan yang dimiliki, maka produk akan

terlihat lebih baik dibandingkan produk lain, karena keunikan tersebut

adalah nilai tambah dari produk yang dipasarkan. Suatu produk yang

memiliki bentuk dan keunggulan yang relatif sama dengan produk lain

biasanya akan terlihat biasa saja di mata konsumen, karena pada

prinsipnya, konsumen sering merasa jenuh dengan penawaran produk

atau jasa yang keunggulannya relatif sama dengan yang lain.

Dengan adanya keunikan atau perbedaan yang menarik dari

produk, maka hal tersebut akan membuat konsumen memiliki persepsi

bahwa produk yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan yang

lain. Dengan persepsi tersebut, maka pada konsumen juga akan lebih

tertarik untuk mencoba menggunakan produk yang dihasilkan oleh

perusahaan kita dibandingkan produk atau jasa yang lain.

4. Keunikan akan membuat nilai jual dari produk yang di pasarkan

(6)

Keunikan produk yang dimiliki bisa merupakan asset yang

berharga. Dengan keunikan produk tersebut, kita dapat menjual produk

dengan harga yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa perusahaan dapat

menjual produk dengan harga yang lebih tinggi karena dengan keunikan

yangmiliki, perusahaan dapat dengan percaya diri mengatakan kepada

konsumen bahwa hal yang dimiliki oleh perusahaan tidak dimiliki oleh

produk yang lain.

5. Membantu terciptanya image produk

Semakin unik produk yang ditawarkan, maka akan semakin

memudahkan konsumen dalam mengenali produk tersebut. Dan

semakin banyak konsumen yang mengenali produk kita, maka semakin

besar pula peluang untuk menanamkan image produk yang perusahaan

tawarkan di hati para konsumen.

2.1.2.3 Unsur-unsur Keunikan Produk

Menurut Cooper (2000:31) keunikan produk pada dasarnya berasal dari riset untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (orientasi pelanggan) dan melibatkan inovasi serta teknologi yang tinggi. Keunikan dianggap penting karena keunikan membuat produk terlihat menjadi lebih berbeda dari

produk kebanyakan. Menurut Rosen (2004:131) ada 3 (tiga) keunikan yang

harus dimiliki suatu produk untuk bisa menghasilkan word of mouth secara

(7)

1. Bentuk Produk

Bentuk produk adalah pola atau teksture produk yang

membedakannya dengan produk pesaing. Bentuk pada produk

menyangkut pada ukuran, model, dan struktur fisik. Bentuk produk

yang unik akan memudahkan konsumen dalam mengidentifikasi produk

sehingga nantinya akan memperkuat identifikasi merek produk tersebut.

Bentuk produk juga dapat mengkomunikasikan kepada konsumen

tentang suatu produk sehingga mudah untuk dikenali.

2. Rasa Produk

Rasa adalah tanggapan indra pengecap terhadap rangsangan saraf

seperti rasa manis, pahit, masam, asin atau panas, dingin. Rasa yang

unik harus mampu memberikan kepuasan saat dikonsumsi pertama kali

dan memberikan sesuatu yang lebih dari harapan. Ketika konsumen

merasakan manfaat dari suatu produk pada saat mengkonsumsi produk

tersebut untuk pertama kalinya otomatis akan memberikan kepuasan

dan konsumen pasti akan melakukan pembelian selanjutnya karena

merasa terpuaskan pada saat mengkonsumsi produk tersebut.

3. Kemasan/ Penyajian Produk

Teknik pengemasan dan penyajian produk yang menarik mampu

mendongkrak nilai jual barang dimata konsumen. Untuk produk yang

mempunyai kemasan, fungsi utama dari kemasan adalah untuk

(8)

penyajian pada makanan yang disajikan adalah sebagai suatu cara untuk

membuat suatu produk menjadi lebih menarik.

Saat ini, banyak faktor yang membuat kemasan/penyajian

menjadi alat pemasaran yang penting. Persaingan yang meningkat

mengharuskan kemasan dan penyajian menampilkan tugas pemasaran,

mulai dari menarik perhatian, menjelaskan produk, hingga membuat

penjualan. Kemasan/penyajian produk yang inovatif akan memberi

informasi dan membawa makna pada konsumen tentang apa yang

tersirat pada kemasan dan penyajian.

2.1.3 Bentuk Produk

2.1.3.1 Pengertian Bentuk Produk

Bentuk produk dalam hal ini adalah tampilan luar produk seperti

ukuran, tekstur dan pola yang sering sekali menjadi daya tarik pertama bagi

calon pembeli. Oleh karena itu berbagai macam desain baru terus

bermunculan untuk memenuhi keinginan pembeli. Sumarno (2000:192) menyatakan bahwa desain atau bentuk produk merupakan atribut yang sangat penting untuk mempengaruhi konsumen agar mereka tertarik dan kemudian membelinya.

Gobe (2005:7) menyatakan bahwa desain bentuk produk yang baik

(9)

konsumen tidak hanya memerlukan infomasi mengenai produk, mereka cenderung menyentuh produk untuk proses evaluasi.

2.1.3.2 Tujuan Bentuk Produk

Adapun tujuan dari suatu bentuk produk menurut Ismanthono

(2010:11) adalah sebagai berikut:

1. Agar dapat memuaskan dan menggoda nilai estetika konsumen.

2. Membantu pemahaman konsumen akan fungsi dan pemakaian produk.

2.1.3.3Indikator Bentuk Produk

Dalam mengukur bentuk produk pada suatu keunikan produk, untuk

itu berikut ini merupakan indikator-indikator pada bentuk produk yang

dapat memenuhi keunikan suatu produk :

1. Unik dan berbeda

2. Adanya rasa puas

3. Mudah untuk dikenali

4. Menarik

5. Bervariasi

(10)

2.1.4 Rasa produk

2.1.4.1 Pengertian Rasa Produk

Rasa adalah sensasi yang diterima oleh alat pencecap kita yang berada

di rongga mulut. Rasa ditimbulkan oleh senyawa yang larut dalam air yang

berinteraksi dengan reseptor pada lidah dan indera perasa (trigeminal) pada

rongga mulut. Saat ini ada 5 rasa dasar yang dapat dikenali oleh lidah

manusia yaitu manis, pahit, asam, asin dan umami yang terbaru. Rasa

produk merupakan senyawa yang terdapat dapat suatu produk yang

menyebabkan produk tersebut memiliki cita rasa.

2.1.4.2 Tujuan Rasa Produk

Rasa produk jelas sangatlah penting dalam suatu produk. Adapun

tujuan dari rasa pada produk menurut Gladwell (2007:198) adalah:

1. Agar dapat mengetahui rasanya enak atau tidak

2. Untuk mengetahui perbedaan rasa antara produk yang satu dengan

produk yang lain.

2.1.4.3 Indikator Rasa Produk

Indikator-indikator rasa produk yang terdapat pada suatu produk untuk

mengukur keunikannya adalah sebagai berikut :

1. Cita rasa yang berbeda

2. Adanya rasa nikmat

(11)

4. Menarik

5. Saling melengkapi

6. Berkualitas

2.1.5 Penyajian Produk

2.1.5.1 Pengertian Penyajian Produk

Mengingat indra penglihatan sangat peka dalam menangkap dan

menilai suatu objek yang mencolok secara visual. Lewat penyajian unik dan

menarik dapat mempercantik tampilan produk tanpa mengurangi kualitas

produk itu sendiri. Penyajian yang sempurna akan menghipnotis konsumen

untuk makin tertarik terhadap produk yang disodorkan.

Dalam menyajikan suatu produk, tidak ada salahnya jika menambah

sentuhan emosional konsumen. Disadari atau tidak, perpaduan yang bagus

antara pengemasan dan penyajian produk akan membuat konsumen makin

tergila-gila dan tertarik untuk membeli produk. Dengan demikian produk

dapat dengan mudah dilihat dan dikenali, sehingga konsumen akan tertarik

dan membeli produk tersebut.

2.1.5.2 Tujuan Penyajian Produk

Adapun yang menjadi tujuan dari penyajian produk adalah sebagai

berikut :

1. Menampilkan atribut unik pada sebuah produk

(12)

3. Memperkuat perbedaan antara variasi produk dan lini produk

4. Mengembangkan bentuk penyajian berbeda yang sesuai dengan

kategori

5. Menetapkan nilai produk dengan cara positioning dalam benak

konsumen

6. Mencapai kesesuaian citra produk

Suatu desain penyajian dievaluasi secara berkala untuk memastikan

bahwa desain sajian tersebut sudah sesuai dengan permintaan pasar yang

terus berubah. Berkala yang dimaksud adalah dalam ukuran tahun, misal

satu tahun sekali. Jika sudah dianggap sukses maka sebaiknya dikuatkan

bukan dibiarkan begitu saja. Dikuatkan dengan desain sajian baru yang

masih terdapat elemen-elemen desain yang mirip dengan desain penyajian

yang lama. Dengan cara ini konsumen tidak kaget dengan perubahan yang

ada karena perubahan terjadi sedikit demi sedikit.

Jika penyajian dianggap kurang sukses maka sebaiknya diganti

dengan desain baru yang dikemudian diumumkan melalui promo dan iklan

media massa. Pada akhirnya para pengembang produk, pengusaha, pebisnis,

produsen produk, produsen material kemasan, desainer kemasan dan

penyajian, dan tenaga pemasaran, kesemuanya memainkan peran dalam

kesuksesan atau kegagalan desain penyajian dalam memenuhi tujuan

(13)

2.1.5.3 Indikator Penyajian Produk

Indikator-indikator penyajian produk yang menjadi ukuran suatu

keunikan produk adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas

2. Sempurna

3. Meningkatkan emosional konsumen

4. Memberikan Informasi (gambaran)

5. Berbeda

6. Adanya ciri khas

2.1.6 Word of Mouth

2.1.6.1 Pengertian Word of Mouth

2.1.6.1.1 Word of Mouth

Bisnis rumah makan atau kuliner merupakan suatu bentuk bisnis

yang cukup unik karena memiliki keterlibatan langsung dengan

konsumennya, dengan demikian word of mouth memungkinkan

terbentuknya sikap konsumen secara efektif, karena memiliki peranan

penting dalam mempengaruhi konsumen lainnya. Seyogyanya dalam

bisnis-bisnis tertentu seperti bisnis rumah makan, komunikasi pemasaran

mulut ke mulut dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif bagi

perusahaan tanpa harus menggunakan media promosi yang mengeluarkan

(14)

Wajib diakui pada usaha skala kecil, promosi melalui mulut ke mulut

atau getok tular (buzz) merupakan cara ampuh dan efektif guna

mendongkrak penjualan. Menurut Rosen (2004:323) Buzz yang dalam

bahasa Indonesia diartikan sebagai desas-desus adalah keseluruhan

komentar mengenai produk atau perusahaan tertentu pada suatu tahap

dalam waktu tertentu. Defenisi ini secara luas mencakup segala hal yang

diceritakan mengenai suatu produk.

Menurut Sernovitz (2006:5) adalah word of mouth adalah

pembicaraan yang secara alami terjadi antar orang-orang. Word of mouth

adalah pembicaraan konsumen asli. Word of mouth tidak dapat dibuat-buat

atau diciptakan. Karena word of mouth dilakukan oleh konsumen dengan

sukarela atau tanpa mendapatkan imbalan.

Freddy Rangkuti (2009:77) mendefinisikan word of mouth sebagai usaha pemasaran yang memicu pelanggan untuk membicarakan, mempromosikan, merekomendasi, dan menjual suatu produk, jasa, atau merek kepada pelanggan lain. Ketika seorang konsumen mengeluarkan uang untuk mengkonsumsi suatu produk/jasa, secara langsung ia juga

mengkonsumsi sebuah experience, yang kemudian memberi efek persepsi,

dan berakhir pada suatu tingkat kepuasan emosional. Kepuasan emosional

inilah yang akan menghasilkan sebuah word of mouth, yang mungkin

sering muncul tanpa sengaja, namun sebenarnya bisa direncanakan dengan

(15)

Philip Kotler (2003:206) mengatakan “Tidak ada sebuah iklan atau

seorang penjual pun yang akan mampu meyakinkan anda secara persuasif

tentang kualitas suatu produk selain teman, kenalan, pelanggan lama, atau

ahli yang independen”. Ini mengindikasikan bahwa terjadinya suatu

penggunaan suatu produk kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh orang

yang kita percaya.

Word of mouth sekarang ini menjadi sangat efektif karena

perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat para konsumen

dengan mudah membicarakan suatu produk. Selain ketika bertatap muka,

word of mouth juga dapat terjadi melaui media internet melalui jejaring

sosial dan juga media handphone yang memungkinkan terjadinya word of

mouth. Dan akhirnya teknologi makin mempercepat sampainya bahasa

lisan.

Oleh karena itu bahasa lisan tidak hanya sepuluh kali lebih efektif

dibanding iklan cetak atau TV, bahasa lisan juga lebih penting pada saat

ini dibanding kapanpun di masa lalu karena empat alasan, yaitu (Mark

Hughes, 2007: 31) :

1) Persaingan iklan meningkat ke level tak terbendung.

2) Biaya (operasional) media tradisional semakin meningkat, bercampur

dengan masalah persaingan yang ada.

3) Kita sudah dibohongi berkali- kali oleh iklan, sepertinya satu- satunya

pesan yang kita percaya saat ini berasal dari orang biasa seperti saya

(16)

4) Teknologi makin mempercepat (sampainya bahasa lisan)

2.1.6.1.2 Word of Mouth Marketing

Menurut Ali Hasan (2010:24) word of mouth marketing merupakan

bagian dari upaya menghantarkan atau menyampaikan pesan bisnis

kepada konsumen khususnya target pasar agar mereka dapat mengetahui

keunggulan produk di tengah tawaran produk saingan yang semakin

beragam.

Menurut Sernovitz (2006:9-12) Definisi word of mouth marketing

adalah tindakan yang dapat memeberikan alasan supaya semua orang lebih

mudah dan lebih suka membicarakan produk kita. Ada 4 hal yang dapat

dilakukan agar orang lain membicarakan produk atau jasa dalam word of

mouth marketing yaitu:

1) Be Interesting

Menciptakan suatu produk atau jasa yang menarik yaitu dengan

mempunyai perbedaan dengan produk lain. Meskipun suatu usaha

menciptakan produk sejenis, namun tetap akan memiliki karakteristik

tersendiri atau berbeda agar menarik untuk diperbincangkan.

Perbedaan ini bisa dilihat dari berbagai hal misalnya packaging atau

guarantee produk atau jasa tersebut.

2) Make People Happy

Dengan membuat produk yang mengagumkan, menciptakan

(17)

pekerjaan yang dilakukan dapat membuat konsumen membicarakan

produk ke teman mereka. Konsumen akan menjadi faktor utama

dalam kegiatan word of mouth. ia akan mengajak orang lain untuk

menikmati atau mencoba produk atau jasa yang ditawarkan. word of

mouth akan mudah terjadi apabila suatu usaha dapat membuat

konsumen tersebut merasa senang, percaya dan merasa dihormati.

3) Earn Trust and Respects

Suatu usaha harus mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dari

pelanggan. Tanpa adanya kepercayaan, orang enggan

merekomendasikan produk atau jasa yang perusahaan berikan karena

ini akan membahayakan citra harga dirinya. Komitmen terhadap

informasi yang diberikan, dan buat mereka yakin untuk membicarakan

tentang produk atau jasa tersebut dengan singkat seperti pesan singkat

agar semua orang mudah mengingatnya.

4) Make it Easy

Perusahaan/pengusaha harus membuat suatu hal yang mudah diingat

oleh orang lain untuk membicarakan produk yang ditawarkan, yaitu

menemukan cara agar mereka menyampaikan perihal mengenai

produk atau jasa tersebut dengan singkat seperti pesan singkat agar

semua orang mudah mengingatnya. Misalnya pada produk Sari Roti

(18)

2.1.6.2 Word of Mouth Menurut Sifatnya

Word of Mouth dapat menjadi sesuatu yang menguntungkan atau

malah mendatangkan masalah. Oleh karena itu menurut sifatnya word of

mouth dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Word of Mouth Positif (Positive Word of Mouth/ PWOM)

Yaitu bentuk word of mouth yang dapat timbul manakala produk yang

sudah dikonsumsi berhasil memuaskan konsumennya. Konsumen yang

sudah terpuaskan belum tentu akan menceritakannya kepada orang lain.

Word of Mouth positif baru akan muncul dari suatu pengalaman yang

dianggap luar biasa oleh konsumen, yang pada saat itu tingkat kepuasan

emosionalnya tinggi. Artinya apa yang diperoleh konsumen setelah

transaksi lebih tinggi dari harapannya. Sehingga tanpa diminta

konsumen akan menceritakan pengalaman yang dirasakan kepada orang

terdekatnya.

2. Word of Mouth negatif (Negative Word of Mouth/ NWOM)

Yaitu bentuk word of mouth yang dapat timbul manakala produk yang

dikonsumsi ternyata mengecewakan. Merupakan suatu fenomena yang

paling ditakutkan perusahaan karena seorang konsumen yang kecewa

akan berbicara, tidak hanya ke orang-orang terdekatnya saja. Konsumen

akan berusaha menyampaikan kekecewaannya ke sebanyak mungkin

(19)

2.1.6.3Strategi Merangsang Word of Mouth

Word of mouth merupakan salah satu jenis pemasaran yang disukai

oleh suatu perusahaan. Suatu perusahaan tidak mengeluarkan anggaran

iklan yang besar dikarenakan konsumen membicarakan tentang

perusahaan atau tentang produk perusahaan kekeluarga maupun

kerabatnya. Strategi agar terjadinya word of mouth menurut Ali Hasan

(2010:254)adalah sebagai berikut :

1. Mendalami Perilaku Konsumen

2. Membantu Membuat Tulisan

3. Memupuk Rasa Memiliki

4. Membuat Bahan Publikasi

5. Memberi Kejutan

6. Memberi Rewards

7. Menciptakan Produk yang Unik

8. Mencari Pemimpin Opini untuk Berbicara Tentang Produk

9. Identifikasi Pelanggan yang Melakukan Pembicaraan

10.Gunakan Strategi Ofensif

11.Merangsang Pengetahuan Produk atau Layanan

12.Selesaikan Keluhan dengan Baik

13.Puaskan Semua Pertanyaan

Dari strategi word of mouth yang telah disebutkan, penelitian ini

hanya membahas mengenai strategi menciptakan produk yang unik

(20)

2.1.6.4Sumber Word of Mouth

Menurut Kotler dan Keller (2009:235) konsumen sebagai audience

dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber, yaitu :

1. Sumber pribadi seperti keluarga, tetangga, teman-teman,

rekan-rekan.

2. Sumber komersial seperti iklan, tenaga penjual, dan lain-lain.

3. Sumber umum seperti media massa, lembaga konsumen.

4. Sumber pengalaman seperti menangani, menguji, dan

menggunakan produk.

Word of mouth sangat berkaitan dengan pengalaman menggunakan

suatu produk. Dalam menggunakan suatu produk, akan timbul perasaan

puas jika produk yang digunakan mampu memenuhi harapan konsumen,

dan sebaliknya akan merasa tidak puas jika penggunaan produk tidak

sesuai dengan harapan sebelumnya. Menurut Sumardy (2011:67) word of

mouth adalah tindakan penyediaan informasi oleh seorang konsumen

kepada konsumen lainnya.

2.1.6.5Word of Mouth Sebagai Sumber Informasi

Menurut Ali Hasan (2010:25) terdapat beberapa alasan yang membuat

word of mouth dapat menjadi sumber informasi yang kuat dalam

(21)

1. Word of mouth adalah sumber informasi yang independen dan jujur

(ketika informasi datang dari seorang teman itu lebih kredibel karena

tidak ada association dari orang dengan perusahaan atau produk.

2. Word of mouth sangat kuat karena memberikan manfaat kepada yang

bertanya dengan pengalaman langsung tentang produk melalui

pengalaman teman dan kerabat.

3. Word of mouth disesuaikan dengan orang-orang yang tertarik

didalamnya, seorang tidak akan bergabung dengan percakapan, kecuali

mereka tertarik pada topik diskusi.

4. Word of mouth menghasilkan media iklan informal.

5. Word of mouth dapat mulai dari satu sumber tergantung bagaimana

kekuatan influencer dan jaringan sosial itu menyebar dengan cepat dan

secara luas kepada orang lain.

6. Word of mouth tidak dibatasi oleh ruang atau kendala lainnya seperti

iklan sosial, waktu, keluarga atau hambatan fisik lainnya.

Komunikasi dari mulut ke mulut menyebar melalui jaringan bisnis,

sosial dan masyarakat yang dianggap sangat berpengaruh (Ali Hasan,

2010:230). Menurut Rosen (2004:16) ada tiga alasan yang membuat word of

mouth menjadi begitu penting :

1. Kebisingan (Noise)

Para calon konsumen hampir tidak dapat mendengar banyaknya

kebisingan yang dilihatnya diberbagai media setiap harinya. Mereka

(22)

pesan yang berjejalan dari media massa. Sebenarnya mereka cenderung

lebih mendengarkan apa yang dikatakan orang atau kelompok yang

menjadi rujukan seperti teman-teman atau keluarga.

2. Keraguan (Skepticism)

Para calon konsumen umumnya bersikap skeptis ataupun meragukan

kebenaran informasi yang diterimanya. Hal ini disebabkan oleh

banyaknnya kekecewaaan yang dialami konsumen saat harapannya

ternyata tidak sesuai dengan kenyataan disaat mengkonsumsi produk.

Dalam kondisi ini konsumen akan berpaling ke teman ataupun orang

yang bisa dipercaya untuk mendapatkan produk yang mampu

memuaskan kebutuhannya.

3. Keterhubungan (Connectivity)

Kenyataan bahwa para konsumen selalu berinteraksi dan berkomunikasi

satu dengan yang lain, mereka saling berkomentar mengenai produk

yang dibeli ataupun bahkan bergosip mengenai persoalan lain. Dalam

interaksi ini sering terjadi dialog tentang produk seperti pengalaman

mereka menggunakan produk.

2.1.6.6 Manfaat Word of Mouth

Menurut Kotler (2003:261) ada dua manfaat utama dalam melakukan

(23)

1. Sumber Dari Mulut ke Mulut Meyakinkan

Cerita dari mulut ke mulut adalah satu-satunya metode promosi yang

berasal dari konsumen, oleh konsumen, dan untuk konsumen.

Pelanggan yang merasa puas tidak hanya akan membeli kembali, tetapi

mereka juga adalah reklame yang berjalan dan berbicara untuk bisnis

yang dijalankan.

2. Sumber dari Mulut ke Mulut Memiliki Biaya yang Rendah

Dengan tetap menjaga hubungan dengan pelanggan yang puas dan

menjadikan merekasebagai penyedia akan membebani bisnis yang

dijalankan dengan biaya yang relatif rendah.

2.1.6.7 Motivasi Melakukan Word of Mouth

Sutisna (2002:185) menyebutkan dasar motivasi bagi konsumen untuk

membicarakan (word of mouth communication) mengenai produk atau jasa,

yaitu :

1. Keterlibatan dengan Produk

Seseorang mungkin begitu terlibat dengan suatu produk tertentu atau

aktivitas tertentudan bermaksud membicarakan hal itu dengan orang

lain, sehingga terjadilah proses word of mouth.

2. Pengetahuan tentang Produk

Seseorang mungkin banyak mengetahui tentang produk (keunggulan,

cita rasa, kualitas, suasana tempat) dan menggunakan percakapan

(24)

mouth dapat menjadi alat untuk menanamkan kesan kepada orang lain

bahwa kita mempunyai pengetahuan dan keahlian tertentu.

3. Membicarakan Produk

Seseorang mungkin mengawali diskusi dengan membicarakan sesuatu

yang keluar dari perhatian utama diskusi. Dalam hal ini mungkin saja

karena ada dorongan dan keinginan bahwa orang lain tidak salah dalam

memilih barang dan jangan menghabiskan waktu untuk mencari

informasi mengenai suatu produk.

4. Mengetahui Ketidakpastian

Word of mouth merupakan suatu cara untuk mengurangi ketidakpastian,

karena dengan adanya bertanya kepada teman, keluarga, atau tetangga

informasinya lebih dapat dipercaya, jelas, dan adanya kesan menarik.

Sehingga juga akan mengurangi waktu penelusuran dan evaluasi merek

dan akhirnya akan meningkatkan keputusan pembelian.

2.1.3.8 Tingkatan Word of Mouth

Dari perspektif strategi dan fungsi komunikasi pemasaran, word of

mouth terdiri dari tiga level yaitu:

1. Membicarakan (Talking)

Pada level ini, konsumen membicarakan produk/merek tertentu kepada

orang lain. Level pertama ini merupakan word of mouth yang paling

mendasar yang sering terjadi dan dilakukan. Word of Mouth pada level

(25)

2. Mempromosikan (Promoting)

Pada level ini, konsumen mulai mempromosikan produk kepada orang

lain (word of mouth to make your customers do the promotion) dengan

menceritakan produk yang pernah dikonsumsinya

3. Merekomendasikan (Recommendating)

Pada level ini, konsumen merekomendasikan produk yang sebelumnya

pernah dikonsumsinya kepada orang lain. Ini merupakan tahapan word

of mouth yang paling penting. Dimana pada level ini konsumen

membuat suatu komunikasi pemasaran yang nantinya dapat membantu

penjualan produk.

2.1.3.9 Indikator Word of Mouth

Menurut Mikkelsen dkk (2003) dalam Ghorban dan Tahernejad

(2012). Indikator dari word of mouth diukur dengan cara berikut, yaitu :

1. Kemauan konsumen dalam membicarakan hal-hal positif tentang

kualitas produk kepada orang lain (delight effect)

2. Rekomendasi produk kepada orang lain (emotional effect)

3. Dorongan terhadap teman atau relasi untuk melakukan transaksi atas

produk (inspirational effect)

3.2 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian oleh Ervinna R. Siregar (2011) berjudul “Analisis Keunikan

(26)

Es Krim Magnum Classic (Studi Kasus pada Mahasiswa FISIP USU)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis keunikan

produk yang terdiri dari bentuk produk (X1), rasa produk (X2), dan

kemasan produk (X3) dalam menciptakan word of mouth pada produk

es krim magnum classic pada mahasiswa FISIP USU. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa dari hasil analisis deskriptif dapat

dilihat rata-rata responden setuju jika keunikan produk mempengaruhi

word of mouth pada produk es krim magnum classic pada mahasiswa

FISIP USU, sedangkan dari analisis statistik hasil penelitian

menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel

keunikan produk terhadap word of mouth.

2. Penelitian oleh Muhammad Ardiansyah (2010) berjudul “Analisis

Karakteristik Yang Mempengaruhi Terciptanya Word Of Mouth Pada

Usaha Es Dawet Cah Mbanjar Medan (Studi Kasus Pada Mahasiswa

FISIP USU)”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana

pengaruh karakteristik yang dimiliki es dawet Cah Mbanjar yang dapat

mempengaruhi terciptanya word of mouth. Dari penelitian ini ditemui

bahwa variable yang dimiliki oleh es dawet Cah Mbanjar ini terdiri dari

Delight Effect (X1), Inspirational (X2), Reaksi Emosional (X3), dan

Satisfied (X4) yang seluruhnya berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variable word of mouth Pada Usaha Es Dawet Cah Mbanjar

(27)

3. Penelitian oleh Rahmatya Widyaswati (2010) berjudul “Analisis Faktor

– Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Sehingga Tercipta Word Of

Mouth Yang Positif Pada Pelanggan Speedy Di Semarang”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis tiga variabel yang

mempunyai pengaruh kepuasan sehingga tercipta word of mouth yang

positif dan mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan

antara kualitas produk (X1), kualitas Pelayanan (X2), dan harga (X3)

yang kompetitif terhadap kepuasan pelanggan. Dari hasil penelitian ini

diperoleh bahwa kualitas pelayanan (X2) kepada pelanggan speedy akan

memberikan dampak kepuasan pelanggan meningkat dan word of

mouth yang positif dapat tercipta.

4. Penelitian oleh Aflit Nuryulia Praswati (2009) berjudul “Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Word Of Mouth

Terhadap Minat Guna Jasa Ulang (Studi Kasus Pada Pt Nasmoco Di

Semarang)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi komunikasi word of mouth terhadap minat guna

jasa ulang. Obyek penelitian ini adalah PT. Nasmoco di Semarang.

Hasil penelitian ini menunjukkan diantaranya bahwa kualitas pelayanan

berpengaruh positif terhadap komunikasi word of mouth. Kepuasan

pelanggan (X1) berpengaruh positif terhadap komunikasi word of

mouth. Komitmen (X2) berpengaruh positif terhadap komitmen word of

(28)

komunikasi word of mouth. Komunikasi word of mouth berpengaruh

postif terhadap minat guna jasa ulang.

5. Penelitian oleh Putri Afnia Zikra berjudul “Pengaruh Customer Loyalty

Terhadap Terciptanya Word of Mouth Communication (Studi Kasus

pada Travel Cipaganti rute Bandung-Jakarta)”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu customer loyalty yang

memiliki sub variabel repeat purchase (X1), retention (X2) dan

referrals (X3) secara bersama-sama mempengaruhi terciptanya valence

word of mouth communication dan hanya sub variabel retention (X2)

dan referrals (X3) yang mempengaruhi terciptanya volume word of

mouth communication di kalangan pelanggan setia Travel Cipaganti

rute Bandung-Jakarta. Kesimpulan dari penelitian ini juga menunjukkan

bahwa sub variabel yang paling dominan mempengaruhi tercipatanya

valence dan volume word of mouth communication adalah variabel

retention (X2).

3.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah. Dari penelitian ini maka yang diteliti adalah adakah hubungan

antara variabel keunikan produk (X) yang terdiri dari bentuk produk (X1),

(29)

Adapun kerangka pemikiran teoritis yang dari penelitian yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

Sumber : Rosen (2004) & Mikkelsen dkk (2003), diolah oleh peneliti (2014) Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual

3.4 Hipotesis

Merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang akan diuji

kebenarannya secara ilmiah. Berdasarkan perumusan masalah yang telah

dikemukakan maka dirumuskan hipotesis penelitian yaitu: Keunikan Produk

yang terdiri dari variabel bentuk produk (X1), rasa produk (X2), dan

penyajian produk (X3) berpengaruh terhadap terciptanya word of mouth

pada produk burger (studi kasus pada usaha “Rumah Burger” Jln. Medan

Area Selatan – Medan).

H1 : Bentuk produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

terciptanya word of mouth

Word of Mouth (Y) Keunikan Produk

(X)

Penyajian Produk (X3)

Rasa Produk (X2)

(30)

H2 : Rasa produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

terciptanya word of mouth

H3 : Penyajian produk berpengaruh secara positif dan signifikan

Gambar

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

bekerja ditandai dengan memiliki perhatian yang lebih ditujukan kepada nilai-nilai kehidupan karena pemuda yang telah bekerja merupakan golongan tersendiri di kalangan