• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Intervensi Rusia Di Crimea Dalam Perspektif Hukum Internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Intervensi Rusia Di Crimea Dalam Perspektif Hukum Internasional"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Internasional secara tegas melarang intervensi yang dilakukan suatu

negara di dalam urusan internal negara lain. Hal ini dikaitkan dengan prinsip

kedaulatan negara sebagai norma tertinggi dalam hukum internasional, dimana

setiap negara mempunyai hak untuk mengurusi urusan domestik negaranya tanpa

campur tangan pihak lain. Intervensi adalah suatu cara yang ditempuh oleh suatu

negara untuk mencapai keinginannya dengan ikut campur dalam urusan internal

negara lain.1

Berdasarkan sejarahnya Crimea memang memiliki hubungan emosional yang

sangat erat dengan Rusia, tidak hanya pada masa Uni Soviet sampai sekarang pun

kapal-kapal angkatan laut dan perang Rusia masih mempunyai tempat di

pelabuhan Laut hitam yang berbatasan langsung dengan Ukraina. Armada laut

Hitam berpangkalan di semenanjung Crimea sejak didirikan oleh Pangeran Sepanjang tahun 2014, dunia internasional dihadapkan pada suatu isu

internasional yang pelik dan hingga pada saat ini masih meninggalkan pertanyaan

yang belum pasti jawabannya. Isu tersebut terkait dengan tindakan intervensi

Rusia di Crimea, suatu daerah berotonomi khusus di wilayah kedaulatan Ukraina.

Intervensi Rusia tersebut ditujukan kepada masalah dalam negeri negara Ukraina

hingga menyebabkan Ukraina kehilangan wilayah teritorialnya.

1

(2)

Potemkin pada tahun 1783. Posisi strategis armada Rusia di sana sangat berperan

ketika mengalahkan Georgia dalam perang Ossetia Selatan pada tahun 2008, dan

tetap penting untuk kepentingan kemananan Rusia di wilayah tersebut. Crimea

merupakan bagian dari Rusia sebelum Nikita Kruschev (1954/Uni Soviet)

menyerahkannya sebagai hadiah kepada Ukraina. Setelah Uni Soviet runtuh dan

masing-masing negara memisahkan diri serta menyatakan kemerdekaanya,

Crimea tetap saja menjadi alasan ketegangan antara Rusia dan Crimea.

Menurut Lauterpach mengartikan intervensi sebagai campur tangan secara

diktator oleh suatu Negara terhadap urusan dalam negeri lainnya dengan maksud

baik untuk memelihara atau mengubah keadaan situasi atau barang di negeri

tersebut. Intervensi dapat menggunakan kekerasan ataupun tidak. Hal tersebut

biasa dilakukan oleh Negara adikuasa terhadap Negara lemah, tindakan tersebut

dapat merupakan embargo senjata, ekonomi, ataupun keuangan.2

2

Teori-teori liberalisme, terdapat d

Hal yang

dilakukan oleh Rusia atas wilayah Crimea yaitu dengan mengirimkan bantuan

pasukan militernya untuk menjaga perdamaian di wilayah Crimea merupakan

salah satu bentuk intervensi. Intervensi bukanlah hal yang illegal satau dilarang

dalam hukum internasional, namun intervensi tersebut harus dilihat motif,

kuantitas, dampak dan siapa saja yang terlibat di dalamnya. Dalam Piagam PBB

disebutkan bahwa dalam rangka memelihara perdamaian dan keamanan

internasional, meningkatkan hubungan persahabatan dan mencapai kerjasama

internasional di semua bidang, termasuk adanya beberapa kewajiban internasional

semua Negara untuk:

(3)

1. Menghormati persamaan kedaulatan semua bangsa;

2. Tidak menggunakan ancaman atau kekerasan terhadap kedaulatan

dan keutuhan wilayah suatu Negara;

3. Tidak mencampuri urusan dalam negeri suatu Negara, dan

4. Berusaha menyelesaikan pertikaian antar Negara secara damai.

Untuk menjaga dan mewujudkan salah satu tujuan dibentuknya PBB yaitu

perdamaian dunia dientuklah dewan keamanan PBB. Berdasarkan Pasal 24

Piagam PBB menetapkan bahwa untuk menjamin tindakan yang cepat dan efektif,

maka Negara-negara anggota menyerahkan kepada Dewan Keamanan tanggung

jawab yang utama yaitu memelihara perdamaian dan keamanan internasional, dan

menyetujui pula bahwa Dewan Keamanan akan melaksanakan kewajibannya di

bawah tanggung jawab ini. Kemudian kekuasaan yang lebih luas lagi telah

diberikan oleh Piagam PBB, agar Dewan Keamanan dapat menyelenggarakan

kebijaksanaan PBB itu dengan cepat dan pasti. Dalam hal ini Dewan Keamanan

dapat bertindak terhadap dua macam persengketaan:

1. Persengketaan yang dapat membahayakan perdamaian dan keamanan

internasional, dan;

2. Peristiwa yang mengancam perdamaian dan/atau agresi

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa konflik di Crimea

Ukraina dapat dikategorikan sebagai konflik yang dapat mengancam perdamaian.

Konflik internal ini telah menelan korban nyawa dari pihak yang menghendaki

referendum. Hukum internasional menjunjung tinggi prinsip non-intervensi,

(4)

tidak berhak untuk ikut campur dalam urusan dalam negeri suatu negara. Sebab

kedaulatan negara adalah jus cogens yang tidak bisa diganggu gugat. Piagam

PBB telah mengatur larangan untuk melakukan intervensi pada Pasal 2 (4). Pasal

tersebut berbunyi :

“All members shall refrain in their international relation from the threat or

use of force against the teritorial integrity or political independence of any state,

or in any other manner inconsistent with the purpose of the United Nations”.

Menurut Vedross terdapat tiga ciri aturan atau prinsip yang dapat menjadi Jus

Cogens hukum internasional yaitu:

1. Kepentingan bersama dalam masyarakat internasional.

2. Timbul untuk tujuan-tujuan kemanusiaan.

3. Sesuai atau selaras dengan piagam PBB3

Tafsiran Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB mengenai penggunaan paksaan (use of

force) dalam konfrensi adalah penggunaan kekerasan fisik atau bersenjata (armed

force). Jessup menyatakan bahwa pelarangan kekerasan bersenjata (use of force)

yang dinyatakan dalam pasal 2 (4) tidaklah absolut, jika penggunaan kekerasan

tersebut tidak mengancam kesatuan wilayah atau kebebasan politik dari suatu

negara. Syarat tersebut dapat menghindari dari batasan yang digunakan dalam

kalimat pertama pasal tersebut. Selanjutnya harus dapat dipastikan bahwa

tindakan tersebut tidak melanggar tujuan dari PBB. Pendapat yang hampir sama

juga dikemukakan oleh Higgins, kekerasan bersenjata (use of force) yang dilarang

3

(5)

menurut hukum internasional adalah ketika ada keinginan negara untuk

bermusuhan ditambah dengan aktivitas militer.4

Terlepas benar atau salah tindakan Rusia tersebut, pada faktanya Crimea telah

menjadi wilayah kedaulatan Rusia, dan Rusia tidak mendapat sanksi apapun dari

PBB. Terlebih lagi, Rusia sebagai salah satu dari lima Anggota Tetap Dewan

Keamanan PBB, mempunyai hak veto untuk menolak atau menerima segala

keputusan Dewan Keamanan PBB. Hal ini kemudian membuat masyarakat

internasional bertanya-tanya bagaimana status kekuatan hukum internasional

sebenarnya, jika hukum internasional yang dibuat bersama dengan menjunjung Invansi militer Rusia ke Ukraina yaitu wilayah Crimea dilatarbelakangi atas

motif pendudukan wilayah. Tujuan utama dari intervensi yang dilakukan Rusia

adalah untuk mendapatkan kembali wilayah Crimea kembali ke Rusia. Tindakan

Rusia yang mendapat kecaman dari Amerika dan PBB dan beberapa negara lain

ini tentunya salah. Dengan jelas dapat dikatakan bahwa Rusia telah melanggar

prinsip non-intervensi. Namun demikian, Rusia bersikeras bahwa ia telah

memberikan kebebasan dan memberikan waktu untuk Crimea menentukan

nasibnya sendiri tanpa pengaruh dari Kiev. Intervensi yang beresiko yang

dilakukan oleh Rusia memang bertentangan secara hukum internasional, tapi jika

sebagian besar suara dari Ukraina menyuarakan positif. Penggunaan kekuatan

militer Rusia di Ukraina hanya untuk membantu menjaga keamanan dan

melindungi etnis Rusia. Tidak ada kontak senjata, tidak ada kekerasan hanya

memberikan ancaman kepada pasukan militer pemerintah Ukraina.

4

(6)

tinggi prinsip persamaan antara negara-negara tidak tajam kepada negara-negara

yang super power. Terkait dengan permasalahan tersebut sudah sepantasnya lah

masyarakat internasional mulai memberi perhatian terhadap isu-isu terkait dengan

tindakan negara-negara besar untuk ikut campur di dalam urusan dalam negeri

negara lain dan berusaha untuk megambil wilayah negara tersebut untuk menjadi

wilayah baru dinegaranya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas serta sesuai dengan judul skripsi ini,

penulis merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas di dalam

penelitian ini, antara lain:

1. Mengapakah terjadi intervensi Rusia di Crimea?

2. Bagaimana pengaturan hukum internasional mengenai intervensi?

3. Bagaimana perspektif hukum international terhadap intervensi Rusia di

Crimea?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian serta penulisan skripsi ini antara lain adalah:

1. Untuk mengetahui alasan-alasan Rusia melakukan intervensi di Crimea

2. Untuk mengetahui pengaturan hukum Internasional mengenai

Intervensi

3. Untuk mengetahui perspektif Hukum Internasional terakait dengan

(7)

Selain tujuan daripada penulisan skripsi, perlu pula diketahui bersama bahwa

manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu

pengetahuan secara umum dan ilmu hukum secara khusus. Selain itu, penelitian

ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan perangkat

hukum internasional maupun perangkat hukum nasional dalam kaitan dengan

intervensi yang dilakukan suatu negara terhadap urusan dalam negeri negara lain

apalagi jika intervensi tersebut sampai mengakibatkan suatu negara kehilangan

wilayah negaranya.

2. Secara praktis

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan dan

pemahaman yang lebih mendalam bagi pemegang otoritas di dunia serta

aparat-aparat hukum yang terkait di tiap-tiap negara mengenai isu intervensi yang

dilakukan negara-negara besar dalam urusan dalam negeri negara lain.

D. Keaslian Penulisan

Karya tulis ini merupakan karya tulis asli, sebagai refleksi dan pemahaman

dari apa yang telah penulis pelajari selama mengikuti kompetisi The Philip C.

Jessup International Law Moot Court Competition 2015. Penulis berupaya untuk

menuangkan seluruh gagasan dengan sudut pandang yang netral dengan menguji

(8)

Ukraina, khususnya pro kontra yang ditinjau dari Piagam PBB, Konvensi

Internasional, dan pandangan negara-negara di dunia.

Sepanjang yang ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang “Intervensi Rusia di Crimea

Dalam Persepektif Hukum Internasional” belum pernah ditulis sebelumnya.

Khusus untuk yang terdapat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Medan, keaslian penulisan ini ditunjukkan dengan adanya penegasan dari pihak

administrator bagian/jurusan hukum internasional.

E. Tinjauan Kepustakaan

Hukum Internasional dalam pembahasan sebenarnya adalah hukum

internasional publik. Menurut Rebecca M.M Wallace, hukum internasional adalah

peraturan-peraturan dan norma-norma yang mengatur tindakan negara-negara dan

kesatuan lain yang pada suatu saat diakui mempunyai kepribadian internasional,

seperti misalnya organisasi internasional dan individu, dalam hal hubungan satu

dengan yang lainnya.5 Sedangkan Mochtar Kusumaatmadja mendefinisikan hukum

internasional sebagai keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur

hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara-negara antara negara

dengan negara; negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subyek

hukum bukan negara satu sama lain. 6

5

Rebecca M.M. Wallace, Pengantar Hukum International, diterjemahkan oleh Bambang Arumanadi, SH, Msc, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1993), hal. 1

6

(9)

Intervensi dapat diartikan sebagai turut campurnya sebuah Negara dalam

urusan dalam negeri Negara lain dengan menggunakan kekuatan atau ancaman

kekuatan, sedangkan intervensi kemanusiaan diartikan sebagai intervensi yang

dilakukakan oleh komunitas internasional untuk mengurangi pelanggaran hak

asasi manusia dalam sebuah Negara, walaupun tindakan tersebut melanggar

kedaulatan Negara tersebut.7

7

Bryan A. Garner ed., Black’s Law Dictionary , Seventh Edition, Book 1, West Group, ST. Paul, Minn,1999, hlm. 826.

Di dalam hukum internsional sendiri intervensi adalah perbuatan yang

dilarang karena intervensi berakibat kepada pelanggaran terhadap kedaulatan

negara yang merupakan norma fundamental dalam hukum internasional.

Sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat (4) dan Pasal 2 ayat (7) Piagam PBB yang

mencerminkan prinsip non-intervensi dalam hukum internasional, mengatakan

bahwa setiap negara dilarang untuk menggunakan kekuatan bersenjata dan

ancaman kekerasan terhadap kemerdekaan politik, kedaulatan negara, dan

kesatuan wilayah negara lain. Prinsip ini juga tercermin di berbagai konvensi

hukum internasional seperti Helsinki Final Act 1975, Declaration on the

Inadmissibility of Intervention in the Domestic Affairs of States and the

Protection of Their Independence and Sovereignty 1965, Declaration on

Principles of International Law Concerning Friendly Relations and Co-operation

Among States In Accordance with the Charter of the United Nations 1970, yang

menetapkan larangan bagi negara-negara untuk melakukan intervensi di dalam

(10)

Dalam pembahasan isu hukum internasional tidak terlepas dari

sumber-sumber hukum internasional yang termaktub dalam pasal 38 ayat (1) Statuta

Mahkamah Internasional (International Court of Justice) yaitu:8

a. international conventions, whether general or particular, establishing

rules expressly recognized by the contesting states (Perjanjian-Perjanjian

Internasional);

b. international custom, as evidence of a general practice accepted as law

(Hukum kebiasaan internasional);

c. the general principles of law recognized by civilized nations

(Prinsip-prinsip umum hukum internasional);

d. subject to the provisions of Article 59, judicial decisions and the teachings

of the most highly qualified publicists of the various nations, as subsidiary

means for the determination of rules of law. (Putusan-putusan pengadilan

internasional dan ajaran-ajaran para sarjana terkemuka).

F. Metode Penelitian

Untuk melengkapi penelitian ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat

dipertanggungjawabakan secara ilmiah, maka metode penelitian yang digunakan

sebagai berikut :

1. Jenis Pendekatan

Dalam penelitian hukum dikenal dua jenis pendekatan dalam penelitian, yaitu

pendekatan yuridis sosiologis dan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan

8

(11)

yuridis sosiologis merupakan pendekatan dengan mengambil data primer atau data

yang diambil langsung dari lapangan, sedangkan pendekatan yuridis normatif

merupakan pendekatan dengan data sekunder atau data yang berasal dari

kepustakaan (dokumen). Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif

karena yang hendak diteliti dan dianalisa melalui penelitian ini adalah intervensi

Rusia di Crimea dalam perspektif hukum internasional.

2. Data Penelitian

Sumber data dari penelitian ini berasal dari penelitian kepustakaan (library

research). Penelitian kepustakaan dilakukan terhadap berbagai macam sumber

bahan hukum yang dapat diklasifikasikan atas 3 (tiga) jenis, yaitu:9

a. bahan hukum primer (primary resource atau authoritative records), yaitu:

Berbagai dokumen peraturan nasional yang tertulis, sifatnya mengikat dan

ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini antara lain adalah

berbagai konvensi dan perjanjian internasional seperti Piagam PBB, Helsinki

Final Act 1975, Declaration on the Inadmissibility of Intervention in the

Domestic Affairs of States and the Protection of Their Independence and

Sovereignty 1965, Declaration on Principles of International Law Concerning

Friendly Relations and Co-operation Among States In Accordance with the

Charter of the United Nations 1970 serta berbagai putusan internasional maupun

nasional dan resolusi lainnya.

b. Bahan Hukum Sekunder (secondary resource atau not authoritative

records) yaitu:

9

(12)

Bahan-bahan hukum yang dapat memberikan kejelasan terhadap bahan hukum

primer. Semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang isu

pengungsi serta perdebatan status hukum dan perlindungan bagi orang-orang yang

terpaksa mengungsi karena bencana alam yang ditinjau dari sudut pandang hukum

internasional seperti literatur, hasil-hasil penelitian, makalah-makalah dalam

seminar, dan lain-lain.

c. Bahan Hukum Tersier (tertiary resource), yaitu:

Bahan-bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk dan penjelasan

terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, mencakup kamus

bahasa untuk pembenahan bahasa Indonesia serta untuk menerjemahkan beberapa

literatur asing.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengna cara penelitian kepustakaan

(library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang

digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik

koleksi pribadi maupun dari perpustakaan serta jurnal-jurnal hukum.

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut :

a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya

yang relevan dengan objek penelitian.

b. Melakukan penulusuran kepustakaan melalui, artikel-artikel media cetak

maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan

(13)

c. Mengelompokkan data-data yang relevan dengaan permasalahan.

d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah

yang menjadi objek penelitian.

4. Analisis Data

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, termasuk pula bahan tersier

yang telah disusun secara sistematis sebelumnya, akan dianalisis dengan

menggunakan metode-metode sebagai berikut:10

a. Metode induktif, dimana proses berawal dari proposisi-proposisi khusus

(sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada suatu kesimpulan

(pengetahuan baru) yang berkebenaran empiris. Dalam hal ini, adapun

data-data yang telah diperoleh akan dibaca, ditafsirkan, dibandingkan dan

diteliti sedemikian rupa sebelum dituangkan dalam satu kesimpulan akhir.

b. Metode deduktif, yang bertolak dari suatu proposisi umum yang

kebenarannya telah diketahui (diyakini) yang merupakan kebenaran ideal

yang bersifat aksiomatik (self evident) yang esensi kebenarannya tidak

perlu diragukan lagi dan berakhir pada kesimpulan (pengetahuan baru)

yang bersifat lebih khusus.

c. Metode komparatif, yaitu dengan melakukan perbandingan (komparasi)

antara satu sumber bahan hukum dengan bahan hukum lainnya.

G. Sistematika Pembahasan

10

(14)

Dalam melakukan pembahasan skripsi ini, penulis membagi dalam 5 (lima)

bab yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Adapun sistematika penulisan

skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Bab I adalah Bab Pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang

pemilihan judul, dimana penulis melihat kelemahan dalam hukum

internasional yang berat sebelah kepada negara-negara besar

ditinjau dengan isu intervensi Rusia di Crimea, bab ini diikuti

dengan perumusan masalah, tujuan penulisan, keaslian penulisan,

tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan yang terakhir yaitu

sistematika pembahasan.

Bab II Di dalam bab ini, akan dibahas latar belakang intervensi Rusia di

Crimea, dimulai dengan menelusuri hubungan historis, politik,

sosial dan kebudayaan antara Rusia dengan Crimea, dan pembelaan

Rusia terhadap tindakan intervensi yang dilakukannya.

Bab III Bab III membahas mengenai pengaturan hukum internasional

mengenani Intervensi. Dimulai dengan membahas definisi

intervene menurut hukum internasional, pengaturan mengenai

prinsip non-intervensi di dalam piagam PBB dan

konvensi-konvensi internasional seperti Helsinki Final Act 1975,

Declaration on the Inadmissibility of Intervention in the Domestic

Affairs of States and the Protection of Their Independence and

Sovereignty 1965, Declaration on Principles of International Law

(15)

Accordance with the Charter of the United Nations 1970, dan

dibahas pula mengenai intervensi yang dibenarkan dalam hukum

internasional.

Bab IV Bab ini membahas mengenai perspektif hukum internasional

terhadap intervensi Rusia di wilayah Ukraina. Bagaimana

pandangan hukum internasional menganai alasan Rusia melakukan

intervensi dan pembelaan Rusia terhadap intervensi yang

dilakukannya dibandingkan dengan prinsip-prinsip dalam hukum

internasional dan fakta-fakta hukum yang tersedia. Juga akan

disajikan bagaimana tanggapan komunitas internasional terhadap

intervensi Rusia, mulai dari NATO, Uni Eropa, hingga pernyataan

sikap negara-negara dunia baik mendukung maupun menentang

tindakan intervensi Rusia tersebut.

Bab V Bab ini adalah bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan

saran-saran. Kesimpulan akan mencakup isi dari semua

pembahasan ada bab-bab sebelumnya. Sedangkan saran mencakup

gagasan dan usulan dari penulis terhadap permasalahan yang

dibahas pada skripsi ini berdasarkan fakta-fakta yang telah

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap guru sebagai informan dimana guru tersebut merupakan guru di kelas B1, diketahui bahwa cara guru dalam

GAMBAR DESAIN INTERIOR PROGRAM STUDI JURUSAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA FAKULTAS SENI

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan lama perendaman 3 jam mendapatkan Panjang Stolon yang sangat tinggi dibandingkan tidak dilakukan perendaman menggunakan

Berdasarkan hasil penelitian peneliti berkaitan dengan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Kubu Raya tersebut, bahwa kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima

Indonesia terhadap penetapan Pengadilan Agama Salatiga No. 0525/pdt.G/2010/PA.SAL) tentang izin poligami terhadap isteri yang tidak mampu menjalankan kewajibanya dan

karbon yang terdapat di lingkungan abiotik masuk ke lingkungan biotik.. Karbon dari lingkungan biotik akan kembali lagi ke lingkungan abiotic dalam. proses respirasi.

Ekstrak daun asam jawa (Tamarindus indica Linn) mempunyai efektivitas antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada masing-masing

juga merupakan teladan yang baik bagi tugas para imam dalam menjalankan