• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Pengurusan Harta Kekayaan Anak Angkat Dibawah Umur pada WNI Keturunan Tionghoa (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2161 K/PDT/2011)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Pengurusan Harta Kekayaan Anak Angkat Dibawah Umur pada WNI Keturunan Tionghoa (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2161 K/PDT/2011)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.1

Memiliki keturunan di dalam suatu perkawinan merupakan hal yang

didambakan oleh setiap keluarga untuk meneruskan keturunan dan menambah

kebahagiaan keluarga. Akan tetapi terkadang keinginan tersebut tidak dapat terwujud

karena terbentur pada takdir Ilahi sehingga terdapat kekurangan dan hambatan di

antara pasangan tersebut.

Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta tumpuan

harapan baik bagi orang tua, masyarakat maupun negara. Anak sebagai generasi

penerus bangsa mempunyai hak dan kewajiban untuk membangun negara dan bangsa

Indonesia. Anak yang dilahirkan dalam keadaan apapun juga, jika ia dilahirkan hidup

maka ia sebagai subjek hukum yang perlu dilindungi kepentingannya.

Apabila dalam suatu keluarga itu tidak dilahirkan seorang anak maka untuk

melengkapi unsur keluarga itu atau untuk melanjutkan keturunannya dapat dilakukan

suatu perbuatan hukum yaitu dengan mengangkat anak (adopsi).2 Perbuatan

1Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

(2)

pengangkatan anak bukanlah merupakan perbuatan yang terjadi pada suatu saat,

seperti halnya dengan penyerahan barang, melainkan merupakan suatu rangkaian

kejadian hubungan kekeluargaan yang menunjukkan adanya cinta kasih, kesadaran

yang penuh dan segala akibat yang ditimbulkan dari pengangkatan anak tersebut.

Tujuan awal pengangkatan anak adalah untuk meneruskan keturunan

meskipun dalam perkembangannya tujuan pengangkatan anak berubah menjadi untuk

kesejahteraan anak, hal ini tercantum pula dalam Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak yang

menyebutkan bahwa, “pengangkatan anak (adopsi) dilaksanakan dengan

mengutamakan kepentingan kesejahteraan anak. Kepastian hukum pengangkatan

anak diperoleh dari suatu keputusan pengadilan”.3

Pengangkatan anak dapat diartikan sebagai perbuatan hukum yang

mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua yang

sah/walinya yang sah, pada orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan,

pendidikan dan membesarkan anak tersebut, kedalam lingkungan kekuasaan keluarga

orang tua angkat berdasarkan putusan/penetapan Pengadilan Negeri.4

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan

Pengangkatan Anak yang dikeluarkan pada tanggal 3 Oktober 2007 merupakan

tindak lanjut dari pelaksanaan ketentuan mengenai pengangkatan anak sebagaimana

3Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, hal.37.

4

(3)

diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

yang diundangkan pada tanggal 22 Oktober 2002 adalah untuk memberikan

perlindungan terhadap anak.

Pemberian perlindungan kepada anak terutama yang masih di bawah umur di

dalam hukum perdata sangatlah penting. Pada hakekatnya perlindungan anak dalam

bidang hukum perdata meliputi banyak aspek hukum, diantaranya : kedudukan anak,

pengakuan anak, pengangkatan anak (adopsi), kuasa asuh (hak dan kewajiban) orang

tua terhadap anak, pencabutan dan pemulihan kuasa asuh orang tua, perwalian

(termasuk Balai Harta Peninggalan), tindakan untuk mengatur yang dapat di ambil

guna perlindungan anak serta biaya hidup anak yang ditanggung orang tua akibat

perceraian (alimentasi).5

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah

menegaskan bahwa pertanggungjawaban orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah

dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus

demi terlindunginya hak-hak anak.6 Rangkaian kegiatan tersebut harus terus

berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak,

baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Tindakan ini dimaksudkan untuk

mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa.

5Sholeh Soeaidy, & Zulkhair, Dasar Hukum Perlindungan Anak, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 2001, hal.17.

6

(4)

Undang-undang perlindungan anak juga meletakkan kewajiban memberikan

perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas non diskriminatif, kepentingan yang

terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan serta

penghargaan terhadap pendapat anak.7

Dalam pelaksanaan pembagian harta warisan yang menjadi bagian dari anak

angkat seringkali keluarga kandung (sedarah) pewaris mengabaikan perlindungan

hukum atas hak-hak anak angkat sehingga berusaha menguasai harta warisan yang

menjadi hak anak angkat secara tidak sah. Pengurusan harta warisan anak angkat

tersebut merupakan perbuatan wan prestasi yang mengakibatkan kerugian bagi anak

angkat.

Salah satu kasus yang terjadi adalah terkait dengan perlindungan harta warisan

milik anak angkat yang masih di bawah umur masing-masing bernama : Viviani,

Vincent dan Vernia Everlim, yang menjadi sengketa di Pengadilan Negeri Pekanbaru

dengan Perkara Nomor 79/Pdt/G/2009/PN.PBR.

Viviani, Vincent dan Vernia Everlim adalah anak angkat dari Sui Liong alias

A Hok alias Suryadi Suwandi dengan Kartini. Pada tanggal 5 September 2005 Sui

Liong alias A Hok alias Suryadi Suwandi dan Kartini meninggal dunia dalam

kecelakaan pesawat terbang Mandala di Medan.

Setelah kedua orangtua angkat tersebut meninggal dunia, melalui penetapan

Nomor : 371/Pdt.P/2005/PN.Mdn tertanggal 20 Oktober 2005, Amini Nurdin yang

(5)

merupakan nenek dari Viviani, Vincent dan Vernia Everlim menjadi wali bagi ketiga

anak angkat tersebut.

Dari peninggalan orangtuanya (Kartini dan Sui Liong alias A Hok alias

Suryadi Suwandi), ketiga anak angkat tersebut yaitu Viviani, Vincent dan Vernia

Everlim memperoleh bagian dari harta orangtua angkatnya masing-masing 1 (satu)

potong emas murni batangan yang dipesan di toko mas Gemar yang beralamat di

Jalan Hasyim Ashari Nomor 12 A Pekanbaru.

Viviani memiliki 1 potong emas murni batangan seberat 185 gram, Vincent

memiliki 1 potong emas murni batangan seberat 179 gram dan Vernia Everlim

memiliki 1 potong emas murni batangan seberat 179 gram sebagaimana termuat di

dalam Nota tertanggal 21 Maret 2006.

Selanjutnya dalam pengurusan harta-harta peninggalan milik ketiga cucunya

tersebut Nyonya Amini Nurdin selaku wali telah mengajukan perkara perdata di

Pengadilan Negeri Medan Nomor 446/Pdt.G/2007/PN.Mdn kepada pihak-pihak yang

menguasai harta-harta peninggalan dari orangtua ketiga cucunya dan perkara perdata

dimaksud telah berkekuatan hukum tetap, sebagaimana Salinan Putusan perkara

perdata Nomor : 446/Pdt.G/2007/PN.Mdn tertanggal 10 Juli 2008.

Kemudian sebagian dari harta peninggalan berupa 1 (satu) potong emas murni

batangan seberat 185 gram atas nama Viviani beserta surat aslinya, 1 (satu) potong

emas murni batangan seberat 179 gram atas nama Vincent beserta surat aslinya dan 1

(satu) potong emas murni batangan seberat 179 gram atas nama Vernia Everlim

(6)

pada saat itu oleh Penggugat dititipkan kepada Tergugat I, Lim A Gek alias Agek,

pada tanggal 18 Juli 2008 dan akan dikembalikan kepada Penggugat sebulan

kemudian, sesuai dengan Surat Tanda Penitipan Barang tertanggal 18 Juli 2008.

Setelah lewat waktu dari penitipan, Penggugat telah berulang kali meminta

kepada Tergugat I Lim A Gek alias Agek secara baik-baik untuk mengembalikan

emas-emas murni batangan dimaksud, namun Tergugat I Lim A Gek tidak

mempunyai itikad baik untuk mengembalikannya kepada Penggugat dan bahkan

menurut Tergugat I telah diberikannya kepada Tergugat II Lim A Asiong alias

Asiong tanpa sepengetahuan dari Penggugat.

Setelah dikonfirmasi kepada Tergugat II, Tergugat II menerangkan memang

benar emas batangan dimaksud ada padanya dan hingga gugatan diajukan, Tergugat

II tidak juga menyerahkan emas murni batangan tersebut kepada Penggugat.

Dari uraian-uraian tersebut jelaslah bahwa Tergugat-tergugat telah melakukan

perbuatan wanprestasi karena menguasai benda yang merupakan milik ketiga anak

angkat (selaku penggugat yang dalam hal ini diwakili oleh wali mereka) secara tidak

sah karena telah dilakukan penitipan secara sah kepada para tergugat, sehingga

menimbulkan kerugian bagi ketiga anak tersebut.

Pengadilan Negeri Pekanbaru memutus perkara tersebut dengan menyatakan

bahwa gugatan Penggugat tidak dapat diterima. Selanjutnya Penggugat mengajukan

banding ke Pengadilan Tinggi Pekanbaru.

Pengadilan Tinggi Pekanbaru Nomor : 76/PDT/2010/PTR juga memutuskan

(7)

Penggugat/Pembanding mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung dengan perkara

Nomor : 2161 K/Pdt/2011.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu suatu penelitian dengan judul

“Analisis Yuridis Pengurusan Harta Kekayaan Anak Angkat Di bawah umur Pada

Wni Keturunan Tionghoa (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 2161

K/Pdt/2011).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, merumuskan beberapa masalah

yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pengurusan harta kekayaan milik anak angkat di bawah umur

menurut ketentuan yang terdapat di dalam KUH Perdata?

2. Bagaimana penerapan hak terhadap pengurusan harta kekayaan anak angkat

di bawah umur dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 2161

K/PDT/2011?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengurusan harta kekayaan milik anak angkat di bawah

umur menurut ketentuan yang terdapat di dalam KUH Perdata.

2. Untuk mengetahui Penerapan hak terhadap pengurusan harta kekayaan anak

angkat di bawah umur dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 2161

(8)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapat serta diperoleh dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan hukum bidang keperdataan khususnya yang

berkaitan dengan perlindungan terhadap harta warisan milik anak angkat yang masih

di bawah umur.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan berbagai permasalahan yang

timbul dalam kasus pengurusan harta warisan milik anak angkat yang masih di bawah

umur.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pemeriksaan dan informasi serta penelusuran yang dilakukan di

kepustakaan Universitas Sumatera Utara, maka penelitian dengan judul Analisis

Yuridis Analisis Yuridis Pengurusan Harta Kekayaan Anak Angkat Di bawah umur

Pada Wni Keturunan Tionghoa (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 2161

K/Pdt/2011) belum pernah dilakukan oleh peneliti lainnya terutama dalam topik dan

permasalahan yang sama, sehingga dengan demikian penelitian ini adalah asli dan

(9)

Judul tesis lain yang berkaitan dengan masalah harta warisan yang pernah

ditulis sebelumnya, adalah :

Penelitian dengan judul “Kedudukan anak terhadap harta warisan dari

orangtuanya yang perkawinannya tidak dicatatkan di Dinas Kependudukan : Pada

Masyarakat Tionghoa Kota Medan” oleh Rehbana, Mahasiswa Magister

Kenotariatan, Nomor Induk 017011052. Rumusan permasalahan yang dibahas

adalah:

1. Mengapa etnis Tionghoa di Kota Medan tidak mencatatkan perkawinannya di

Dinas Kependudukan?

2. Bagaimana tanggungjawab orangtua terhadap nafkah anak yang lahir dari

perkawinan yang tidak dicatatkan di Dinas Kependudukan?

3. Bagaimana hak anak yang lahir dari perkawinan yang tidak dicatatkan di

Dinas Kependudukan terhadap harta peninggalan dari orangtua biologisnya?

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan ”kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat,

teori, thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan(problem), yang menjadi bahan

perbandingan, pegangan teoritis yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui.8

Kerangka teori adalah penentuan tujuan dan arah penelitian dalam memilih

konsep-konsep yang tepat guna pembentukan hipotesa-hipotesanya.9 Teori itu

(10)

bukanlah pengetahuan yang sudah pasti tetapi harus dianggap sebagai petunjuk

analisis dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga merupakan masukan eksternal

bagi penelitian ini.

Teori-teori tersebut berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa

gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan suatu teori harus diuji dengan

menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran.10

Berdasarkan pengertian teori dan kegunaan serta daya kerja teori tersebutdi

atas dihubungkan dengan judul penelitian ini tentang “Analisis Yuridis Analisis

Yuridis Pengurusan Harta Kekayaan Anak Angkat Di bawah umur Pada WNI

Keturunan Tionghoa (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 2161

K/Pdt/2011), maka dipergunakan teori keadilan dan teori kepastian hukum.

Keadilan dikonsepkan sebagai hasil-hasil konkrit yang bisa diberikan kepada

masyarakat. Menurut Roscoe Pound, bahwa hasil yang diperoleh itu hendaknya

berupa pemuasan kebutuhan manusia sebanyak-banyaknya dengan pengorbanan

sekecil-kecilnya. Dengan kata lain semakin meluas/banyak pemuasan kebutuhan

manusia tersebut, maka akan semakin efektif menghindari pembenturan antara

manusia.11

Tujuan dari hukum adalah menghendaki keadilan semata-mata dan isi dari

hukum ditentukan oleh kesadaran etis mengenai apa yang di katakan adil dan apa

9Soerjono Soekanto, Beberapa Aspek Sosial Yuridis dan Masyarakat, Alumni, Bandung, 1983, hal 129.

10

Ibid,hal.129. 11

(11)

yang dikatakan tidak adil. Menurut teori yang dikemukakan oleh Roscoe Pound

tersebut, tugas suci dan luhur dari hukum ialah keadilan dengan cara memberikan

kepada tiap-tiap orang apa yang berhak ia terima sehingga diperlukan peraturan

tersendiri bagi tiap-tiap kasus. Untuk terlaksananya hal tersebut, maka menurut teori

ini hukum harus membuat apa yang dinamakan peraturan/ ketentuan umum

(Algemeene Regels).12

Kepastian hukum sangat diperlukan untuk menjamin ketentraman dan

ketertiban dalam masyarakat karena kepastian hukum (peraturan/ketentuan umum)

mempunyai sifat sebagai berikut :

a. Adanya paksaan dari luar (sanksi) dari penguasa yang bertugas

mempertahankan dan membina tata tertib masyarakat dengan perantara

alat-alatnya (aparatur negara).

b. Sifat undang- undang yang berlaku bagi siapa saja.

Kepastian hukum ditujukan pada sikap lahir manusia, ia tidak mempersoalkan

apakah sikap batin seseorang itu baik atau buruk, yang diperhatikan adalah

bagaimana perbuatan lahiriahnya. Kepastian hukum tidak memberi sanksi kepada

seseorang yang mempunyai sikap batin yang buruk, akan tetapi yang diberi sanksi

adalah perwujudan dari sikap batin yang buruk tersebut atau menjadikannya

perbuatan yang nyata atau konkrit.

Namun demikian dalam prakteknya apabila kepastian hukum dikaitkan

dengan keadilan sering sekali tidak sejalan satu sama lain. Hal ini dikarenakan di satu

(12)

sisi tidak jarang kepastian hukum mengabaikan prinsip- prinsip keadilan dan

sebaliknya tidak jarang pula keadilan mengabaikan prinsip-prinsip kepastian hukum.

Kemudian apabila dalam prakteknya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan

keadilan, maka keadilanlah yang harus diutamakan. Alasannya adalah bahwa

keadilan pada umumnya lahir dari hati nurani pemberi keadilan sedangkan kepastian

hukum lahir dari sesuatu yang konkrit.

Perlindungan hukum terhadap hak-hak anak diatur dalam Pasal 22

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, didalamnya diatur

bahwa negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan

dukungan dan prasarana dalam menyelenggarakan perlindungan anak. Pasal 23 ayat

(1) menyebutkan negara dan pemerintah mengawasi penyelenggaraan perlindungan

anak.13

Negara dan pemerintah menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam

menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak.14

Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat terhadap perlindungan anak dilaksanakan

melalui peran masyarakat dalam menyelenggarakan perlindungan anak15.

Di Indonesia pandangan modern tentang peranan hukum sebagai sarana

pembangunan digambarkan oleh Mochtar Kusumaatmadja dengan mengatakan

bahwa hukum itu mempunyai dua fungsi yakni sebagai sarana ketertiban masyarakat

(menjamin adanya ketertiban dan kepastian) dan sarana perubahan masyarakat.

13Rika, Saraswati,Opcit,hal.211

(13)

Dalam keterkaitannya dengan kasus ini diharapkan Putusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia Nomor 2161 K/PDT/2011 dapat memberikan suatu keadilan dan

kepastian hukum bagi kedua belah pihak.

2. Kerangka Konsepsi

Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstrak yang

digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi

operasional.16 Kegunaan dari adanya konsepsi agar supaya ada pegangan dalam

melakukan penelitian atau penguraian, sehingga memudahkan bagi orang lain untuk

memahami batasan-batasan atau pengertian-pengertian yang dikemukakan.17

Kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu pengarah atau

pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis yang seringkali bersifat abstrak,

sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang menjadi pegangan konkrit

dalam proses penelitian.18

Agar terdapat persamaan persepsi dalam memahami penulisan di dalam

penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menjelaskan beberapa konseptual

sebagaimana terdapat di bawah ini:

Pengurusan : proses, cara, perbuatan menguasai sesuatu. Bentuk pengurusan

secara khusus dihasilkan dari pengurusan terhadap harta yang belum dimiliki oleh

seseorang atau badan hukum, seperti : mengambil air di sungai, pengurusan melalui

(14)

transaksi seperti jual beli, pengurusan melalui peninggalan seperti harta warisan atau

pengurusan dari harta yang dimiliki seperti buah dari pohon.

Harta Warisan adalah kekayaan yang berupa keseluruhan aktiva dan pasiva

yang ditinggalkan pewaris dan berpindah kepada ahli waris (hak dan kewajiban yang

dapat dinilai dengan uang).19

Ahli Waris adalah orang yang menggantikan kedudukan pewaris di dalam

kedudukannya terhadap warisan, baik untuk seluruhnya, maupun untuk sebagian

tertentu.20

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak

sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari

hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa

dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa,

sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang,

berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi

serta hak sipil dan kebebasan.

Anak angkat adalah anak yang diambil dan dijadikan anak oleh orang lain

sebagai anaknya. Anak angkat itu mungkin seorang laki-laki, mungkin pula seorang

19Surini Ahlan Sjarif, dkk, Hukum Kewarisan Perdata Barat Pewarisan Menurut Undang-Undang, Kencana, Jakarta, 2006, hal.10

20

(15)

anak perempuan.21 Anak Di bawah umur adalah setiap anak yang belum berusia 21

tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin.22

Peraturan Pemerintah tentang Pengangkatan Anak memberikan defenisi anak

angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang

tua, wali yang sah atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan,

pendidikan dan membesarkan anak tersebut kedalam lingkungan keluarga orang tua

angkatnya berdasarkan keputusan atau penetapan pengadilan.23

G. Metode Penelitian

Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu ”method” yang berarti jalan

atau cara untuk memikirkan dan memeriksa sesuatu menurut rencana tertentu,

menyangkut cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

bersangkutan24.

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang hanya menggambarkan

fakta-fakta tentang objek penelitian baik dalam kerangka sistematisasi maupun

sinkronisasi berdasarkan aspek yuridis, dengan tujuan menjawab permasalahan yang

menjadi objek penelitian.25 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

21B. Bastian Tafal, Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat Serta Akibat Hukumnya di Kemudian Hari, Rajawali, Jakarta 1983, hal.39

22Ibid,hal 7.

23Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak

24M.Marwan dan Jimmy P,

Kamus Hukum,Reality Publisher, Surabaya, 2009, hal.434 25

(16)

adalah penelitian yuridis normatif atau penelitian hukum normatif yaitu suatu

penelitian yang didasarkan kepada ketentuan yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai anak angkat (adopsi), perwalian, dan

penguasaan dan pengurusan harta kekayaan anak angkat di bawah umur yang kedua

orangtuanya telah meninggal dunia serta peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan penguasaan dan pengurusan harta kekayaan anak angkat di bawah umur

tersebut.26 Penelitian hukum normatif dilakukan dengan cara menganalisa ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana tersebut di atas sebagai

bahan acuan dan rujukan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian

ini dan mencari solusi yang tepat atas permasalahan tersebut.

2. Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data

yang dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan atau library

research27yang terdiri dari:

a. Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang terdiri dari peraturan

perundang-undangan, yang meliputi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 Tentang

Pelaksanaan Pengangkatan Anak, dan Putusan Mahkamah Agung Republik

Indonesia Nomor : 2161/ K/Pdt/2011.

26Johny Ibrahim,Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media Publishing, Surabaya, 2005, hal. 57.

(17)

b. Bahan hukum sekunder adalah hasil penelitian para ahli hukum yang termuat

dalam literatur, jurnal maupun artikel, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

yang pasal-pasalnya mengatur dan berhubungan dengan penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier yakni bahan hukum yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti

kamus hukum, kamus umum, ensiklopedia hukum yang berhubungan dengan

materi penelitian ini.

3. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengadakan studi dokumen yaitu dengan melakukan inventarisasi dan sistematisasi

literatur yang berkaitan dengan penerapan peraturan perundang-undangan tentang hak

warisan anak angkat yang masih di bawah umur.

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan untuk

mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pemikiran konseptual dan penelitian yang

dilakukan oleh pihak lain yang relevan dengan penelitian ini dengan cara menelaah

dan menginventarisasi pemikiran atau pendapat juga sejarah atau latar belakang

pemikiran tentang perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak dalam

pengurusan dan pengelolaan harta warisan milik anak angkat.

4. Analisis Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna

(18)

proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori

dan satuan uraian dasar.28 Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisa

kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

yang bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan

kompleks karena terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi

(keragaman).29 Dengan demikian kegiatan analisis data ini dilakukan dengan

pendekatan kualitatif yang diharapkan dapat memberikan kesimpulan solusi yang

baik dan benar yang dilakukan dengan menggunakan metode analisa dedukatif yaitu

cara berpikir yang dimulai dari hal yang umum untuk selanjutnya mengambil

hal-hal yang khusus sebagai kesimpulan sekaligus jawaban dari permasalahan dan tujuan

penelitian ini.30

28Lexy J. Moleong, Opcit, hal. 103 29

Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Pengurusan Modal Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 53

Referensi

Dokumen terkait

Our previous demonstration that central injections of leptin induce hypothalamic neurotensin (NT) gene expression in association with a reduced food intake and decreased body weight

Jumlah jam praktik mengajar (PPL) yang dilakukan praktikan berdasarkan jadwal dan alokasi waktu dan alokasi waktu pelajaran di SD N Sendangadi 1 untuk setiap

Selatan sampai saat ini. Hamam Santoso, April 2016), “Orang biasa mengenal kesenian tari Piring Gelas yang terdapat di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan, karena

Karena kebuhan biologis merupakan fitrah manusia, maka pendidikan dalam aspek ini juga membantu mengarahkan peserta didik untuk menemukan pasangannya dengan cara yang

Ridwan (2009) menyebutkan bahwa pada orang yang sakit, ia akan cenderung melakukan suatu usaha untuk menyembuhkan penyakitnya. Perilaku tersebut dapat dimulai dari

Hasil penelitian ini sesuai dengan Wiradirani (2014), yang meneliti Pengaruh Intervensi Penyuluhan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan

Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai apa yang di sebut dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).. Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai manfaat dari

prikazan je primjer sklopljenog sporazuma između poslodavca i radničkog vijeća kojima su dodatno uređena pitanja u vezi s izborom i radom povjerenika radnika za