• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKURAN FAKTOR ABIOTIK LINGKUNGAN abiotik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGUKURAN FAKTOR ABIOTIK LINGKUNGAN abiotik"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN FAKTOR ABIOTIK LINGKUNGAN Alma Luthfiani* dan Mutia Afifah

Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

*Corresponding author.almaluthfiani@gmail.com Abstract

Ecology is a science that studies the interactions between organisms and their environment. The components that exist in the environment is a unity that can’t be separated so as to form an ecosystem. Measurement of abiotic environmental factors has the objective to determine the abiotic components of the environment, knowing the principles, ways of working, and how to use measuring tools abiotic factors of the environment and be able to explain the influence of abiotic components of the environment. Location practicum do around Central Laboratory of Integrated UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, on Wednesday, March 15, 2017. Using a lux meter, anemometer, air thermometer, soil thermometer, soil pH and moisture tester (analog) and a soil survey instrument (digital ). The results from this lab that shows there are differences in data results in a canopy with no canopy. In conclusion abiotic environmental factors influenced by the area surrounding vegetation.

Keywords: abiotic factors, anemometer, canopy, vegetation.

Pendahuluan

Ekologi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara organisme dan lingkungannya. Komponen-komponen yang ada di dalam lingkungan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga membentuk sebuah ekosistem. Suatu ekosistem akan menjamin keberlangsungan kehidupan apabila memenuhi kebutuhan minimum dari kebutuhan organisme. (Campbell, 2008)

Lingkungan terdiri dari dua faktor yaitu faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor abiotik merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan organisme. Komponen abiotik merupakan komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk yang tidak hidup seperti tanah, air, cahaya, udara, iklim, kelembapan.

Faktor abiotik terbagi menjadi dua kategori yaitu sumber daya fisik (physical resources) dan faktor fisik (physical factors). Sumber daya fisik merupakan faktor abiotik yang dibutuhkan oleh organisme untuk bertahan hidup. Contoh dari sumber daya fisik meliputi cahaya, air,

karbon dioksida, nutrisi, dan oksigen. Sedangkan pada faktor fisik merupakan faktor abiotik yang membatasi derajat organisme untuk bertahan hidup, dapat dikatakan juga sebagai faktor pembatas. Contoh dari faktor fisik meliputi pH, salinitas dan suhu tanah. (Magurran, 1998)

(2)

mengetahui kelembapan udara dapat menggunakan alat sling psychrometer.

Intensitas cahaya adalah intensitas dan lamanya radiasi sinar matahari yang tidak hanya mempengaruhi atmosfer dan suhu tetapi juga mempengaruhi energi untuk produksi pada tumbuhan dan hewan. Untuk mengukur intensitas cahaya yang ada di bumi dapat diukur dengan menggunakan alat lux meter.

Kecepatan angin merupakan akumulasi jarak tempuh dibagi dengan waktu pengamatan dan dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/s). untuk mengukur kecepatan angina disuatu tempat dapat menggunakan alat anemometer.

Praktikum yang dilakukan di taman Pusat Laboratorium Terpadu dan di belakang Pusat Laboratorium Terpadu memiliki tujuan untuk mengetahui komponen abiotik lingkungan, mengetahui prinsip, cara kerja, dan cara menggunakan alat-alat pengukur faktor abiotik lingkungan serta dapat menjelaskan pengaruh komponen abiotik terhadap lingkungan.

Metode

Praktikum kali ini dilakukan pada hari Rabu, pada tanggal 15 Maret 2017. Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Praktikum kali ini diawali dengan melakukan percobaan pada intensitas cahaya dengan menggunakan alat lux meter. Caranya sangat sederhana yaitu

dengan mengarahkan sensor ke sumber cahaya, setelah tiga menit berlangsung hasil dari pengukuran intensitas cahaya tersebut dicatat. Satuan pengukuran pada alat lux meter adalah klx.

Percobaan pengukuran kecepatan angin dengan menggunakan alat anemometer. Hasil dari kecepatan angin dapat dihitung dengan cara

jarak tempuh angin

waktu pengamatan sehingga memiliki satuan meter per sekon atau m/s. Cara menggunakan alatnya sangat mudah dengan cara dikalibrasikan terlebih dahulu, lalu diarahkan ke sumber angina selama 3 menit, setelah itu di kunci pada bagian penunjuk hasil kemudian di catat.

Percobaan pengukuran suhu udara dengan menggunakan alat air thermometer. Hasil dari suhu udara dapat dinyatakan dengan ˚C. Cara menggunakan alat ini yaitu dengan cara menggenggam tali pada air thermometernya lalu arahkan ke sumber udara selamat 3 menit. Setelah itu catat hasil pada penunjuk alat tersebut.

Percobaan pengukuran suhu tanah dengan menggunakan alat soil thermometer. Hasil dari suhu tanah dapat dinyatakan dengan ˚C. Cara menggunakan alat ini yaitu dengan cara menggali tanah sedikit kemudian soil thermometer ditancapkan dan ditutup kembali dengan tanah hingga sensornya tertutup. Tunggu sampai 3 menit kemudian di catat hasilnya.

(3)

Percobaan yang terakhir adalah dengan menggunakan soil survey tester merupakan alat yang multi fungsi karena bisa mengukur temperature tanah, kelembaban tanah, pH tanah, dan intensitas cahaya. Alat ini memiliki prinsip kerja yang sama dengan alat Soil pH & moisture tester, hanya saja data hasil pengukuran ditampilkan melalui monitor.

Hasil Pengamatan

Berikut Pengukuran faktor abiotik lingkungan di sekitar Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

meliputi kecepatan angin, suhu udara, suhu tanah, kelembaban tanah, pH tanah, dan intensitas cahaya. Dalam pengukuran ini dibagi menjadi dua macam kelompok yaitu kelompok berkanopi dan tidak berkanopi. Berikut hasil data yang diperoleh dari dua macam kelompok:

Tabel 1. Faktor-faktor abiotik di wilayah yang berkanopi Kanopi Kelompok Kecepatan

angin (m/s)

Suhu udara

(˚C)

Suhu tanah (˚C)

Kelembaban tanah

pH tanah

Intensitas cahaya (KLX)

1 0,561 m/s 27˚C 28˚C 7,5 6,5 6,9 KLX

2 0,8 m/s 27˚C 28˚C 7 7 2,8 KLX

3 0,06 m/s 28˚C 28˚C 6,8 7 1,75 KLX

Rata-rata

0,473 m/s 27,3˚C 28˚C 7,1 6,83 3,816 KLX

Tabel 2. Faktor-faktor abiotik di wilayah yang tidak berkanopi Kanopi Kelompok Kecepatan

angin (m/s)

Suhu udara

(˚C)

Suhu tanah (˚C)

Kelembaban tanah

pH tanah

Intensitas cahaya (KLX)

4 1,32 m/s 31˚C 30˚C 3 6,9 9,68 KLX

5 0,45 m/s 29˚C 28˚C 1 7,5 12,3 KLX

6 1,473 m/s 27˚C 27˚C 1 6,8 17,22 KLX

(4)

Berkanopi Tidak berkanopi 0

0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

Grafik Kecepatan Angin

m

/s

Grafik 1. Perbandingan kecepatan angin yang berkanopi dan tidak berkanopi

Pada pengukuran kecepatan angin dengan menggunakan alat anemometer, terdapat perbedaan pada wilayah yang berkanopi dan wilayah yang tidak berkanopi. Pada wilayah berkanopi memiliki kecepatan angin rata-rata 0.473 m/s sedangkan pada wilayah yang tidak berkanopi memiliki kecepatan angin rata-rata 1.081 m/s. Hal ini dikarenakan pada wilayah yang berkanopi memiliki daerah yang ditutupi oleh vegetasi yang tinggi sehingga kecepatan angin menjadi menurun. Sedangkan pada wilayah yang tidak berkanopi tidak banyak vegetasi yang tinggi sehingga kecepatan angin menjadi tinggi. Jika kecepatan angin tertinggi diakibatkan tiupan angin yang besar dan cepat maka rator dapat berputar dengan cepat tergantung pada kecepatan tiupan angin yang ada.

Berkanopi Tidak Berkanopi 0

10 20 30 40 50 60

Grafik Suhu Udara

˚C

Grafik 2. Perbandingan suhu udara yang berkanopi dan tidak berkanopi

(5)

Berkanopi Tidak Berkanopi

Grafik 3. Perbandingan suhu tanah yang berkanopi dan tidak berkanopi

Pada pengukuran suhu tanah dengan menggunakan alat soil thermometer, terdapat perbedaan pada wilayah yang berkanopi dan wilayah yang tidak berkanopi. Pada wilayah berkanopi memiliki suhu tanah rata-rata 28˚C sedangkan pada wilayah yang tidak berkanopi memiliki suhu tanah rata-rata 28.3˚C. Hal ini dikarenakan pada wilayah yang berkanopi memiliki daerah yang ditutupi oleh vegetasi yang tinggi sehingga suhu tanah menjadi menurun dan cahaya matahari tidak mengarah ke bagian tanah melainkan ke bagian vegetasi yang tinggi. Sedangkan pada wilayah yang tidak berkanopi tidak banyak vegetasi yang tinggi sehingga suhu tanah menjadi tinggi dikarenakan cahaya matahari langsung memancar ke bagian tanah. Menurut, Villegas et al.,(2010) keberadaan vegetasi memiliki peranan penting dalam mengontrol penguapan air ke udara yaitu dengan proses transpirasi. Dengan demikian suhu tanah pada daerah berkanopi lebih rendah jika dibandingkan daerah

tidak berkanopi yang tidak memiliki vegetasi sebagai penghalang agar radiasi matahari tidak langsung ke tanah.

Berkanopi Tidak Berkanopi

Grafik 4. Perbandingan kelembaban tanah yang berkanopi dan tidak berkanopi

(6)

Berkanopi Tidak Berkanopi

Grafik 5. Perbandingan pH tanah yang berkanopi dan tidak berkanopi

Pada pengukuran pH tanah dengan menggunakan alat soil pH & moisture tester (analog) dan soil survey instrument (digital), terdapat perbedaan pada wilayah yang berkanopi dan wilayah yang tidak langsung ke tanah sehingga tanah tersebut menjadi asam. Sedangkan pada wilayah yang tidak berkanopi tidak banyak vegetasi yang tinggi sehingga kelembaban tanah menjadi mendekati ke basa.

Berkanopi Tidak Berkanopi

Grafik 6. Perbandingan intensitas cahaya yang berkanopi dan tidak berkanopi

Pada pengukuran intensitas cahaya dengan menggunakan alat lux meter, terdapat perbedaan pada wilayah yang berkanopi dan wilayah yang tidak berkanopi. Pada wilayah berkanopi memiliki intensitas cahaya rata-rata 3.816 klx sedangkan pada wilayah yang tidak berkanopi memiliki intensitas cahaya rata-rata 13.06 klx. Hal ini dikarenakan pada wilayah yang berkanopi memiliki daerah yang ditutupi oleh vegetasi yang tinggi sehingga intensitas cahaya menjadi menurun sebab sensor dari alat tersebut hanya sedikit terkena cahaya dari matahari. Sedangkan pada wilayah yang tidak berkanopi tidak banyak vegetasi yang tinggi sehingga intensitas cahaya menjadi tinggi sebab pada saat itu cahaya matahari di sekitar daerah tersebut sedang cerah maka dari itu intensitas cahaya yang didapat menjadi tinggi.

(7)

mempengaruhi faktor diatas secara tidak langsung. Banyaknya presentase cahaya yang masuk ke lantai hutan dapat mengakibatkan kenaikan suhu, penguapan air dari tanah akan terjdi sehingga kadar air tanah dan kelembaban tanah akan rendah. (Nursal et al, 2013)

Kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu, alat yang digunakan untuk mengukur faktor abiotik meliputi meliputi lux meter, anemometer, air thermometer, soil thermometer, soil pH & moisture tester (analog) dan soil survey instrument (digital). Pada wilayah yang berkanopi kecepatan angina, suhu udara, suhu tanah, pH tanah dan intensitas cahaya lebih rendah dibandingkan dengan wilayah yang tidak berkanopi. Komponen abiotik pada lingkungan dipengaruhi oleh banyak tidaknya habitat yang ada dalam suatu wilayah tersebut.

Daftar Pustaka

Campbell. Reece. Urry. Cain. Wasserman Minorsky. Jakson. 2008. Biologi: Edisi Kedelapan Jilid 3. Erlangga: Jakarta

Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and It’s Measurments. Princeton University Press: New Jersey

Nursal, Suwondo, dan Irma Novita. 2013. Karakteristik Komposisi dan Stratifikasi Vegetasi Strata Pohon Komunitas Riparian di Kawasan Hutan Wisata Rimbo Tujuh Danau Kabupaten Kampar Provinsi Riau. [Jurnal]. Jurnal Biogenesis, Vol 9, No 2. Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau: Pekanbaru

Villegas, J.C., David D.B., Chris B.Z. and Patrick D.R. 2010. Seasonally pulsed heterogeneity in microclimate: phenology and cover effects along deciduous

grassland–forest continuum. Vadose Zone

(8)

LAMPIRAN

Gambar 1. Soil Thermometer

Gambar 2. Soil Survey Tester

Gambar 3. Air Thermometer

Gambar

Grafik Kecepatan Angin
Grafik Suhu Tanah
Grafik pH Tanah
Gambar 3. Air Thermometer

Referensi

Dokumen terkait

sedangkan yang mempunyai pendapatan yang cukup tinggi. naik dari 2.1 persen menjadi 8.42

tidak demikian pada uji leptotek dri-dot at lateral flow yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara kelembaban udara dengan kejadian

nicobariensis dipengaruhi oleh faktor suhu udara yang berkorelasi negatif kuat, sedangkan kelembaban udara berkorelasi positif kuat; (4) Rumpun vegetasi lahan basah pada jarak

x Subordo Rotaliina merupakan penciri utama daerah penelitian yang ditutupi oleh sedimen pasir pada kedalaman 5-35 meter. x Faktor-faktor

luas wilayah Sumatera Utara adalah daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan. curah hujan relatif

Beberapa jenis Nepenthes juga ditemukan di ketinggian tempat 200 m dpl pada daerah pegunungan kapur yang tanahnya sulit menangkap air, dan memiliki kelembaban yang tinggi..

nicobariensis dipengaruhi oleh faktor suhu udara yang berkorelasi negatif kuat, sedangkan kelembaban udara berkorelasi positif kuat; (4) Rumpun vegetasi lahan basah pada jarak

Faktor yang mempengaruhi aktivitas organisme tanah Iklim curah hujan, suhu, kelembaban dll Tanah kemasaman, kelembaban, suhu, hara dll Vegetasi hutan, padang rumput, belukar, dll