• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKURAN FAKTOR ABIOTIK LINGKUNGAN abiotik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGUKURAN FAKTOR ABIOTIK LINGKUNGAN abiotik"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN FAKTOR ABIOTIK LINGKUNGAN

Rahma Qurrotu A’yun1), Ismail Alaydrus2), Arman Ghaffar2),

1) Program studi S-1 Jurusan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Email: rahmaqurrotuayun@gmail.com

2) Asisten Dosen praktikum Ekologi Dasar, Jurusan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Abiotic factor is one of component or factor in environment who has influenced to organism. Abiotic factor is divided into two categories, they are Physical resourch and physical factors for defense organism’s life. The measuring of abiotic factors can use the measuring tools, like lux meter, anemometer and weather meter. The function of this practical work are knowing the component of abiotic environment, knowing the principal, work method, and the method of using measuring’s tool of abiotic factors and can explain influencing abiotic component for enivironment.

Keyword : abiotic factors, Physical resourch, physical factor, lux meter, anemometer and weather meter.

ABSTRAK

Faktor abiotik merupakan salah satu komponen atau faktor dalam lingkungan yang mempengaruhi organisme. Faktor abiotik terbagi menjadi dua kategori yaitu sumber daya fisik (physical resource) dan faktor fisik (physical factors) yang berfungsi sebagai pertahanan hidup bagi organisme. Pengukuran faktor abiotik lingkungan dengan menggunakan alat lux meter, anemometer, dan weather meter yang memiliki fungsi berbeda beda. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui komponen abiotik lingkungan, mengetahui prinsip, cara kerja, dan cara menggunakan alat-alat pengukur faktor abiotik lingkungan serta dapat menjelaskan pengaruh komponen abiotik terhadap lingkungan.

(2)

PENDAHULUAN

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungan. Komponen-komponen yang ada di dalam lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk suatu sistem kehidupan yang disebut ekosistem. Suatu ekosistem akan menjamin keberlangsungan kehidupan apabila lingkungan itu dapat mencukupi kebutuhan minimum dari kebutuhan organisme. (Wirakusumah,2003)

Lingkungan merupakan kompleks dari faktor yang saling berinteraksi satu sama lainnya, tidak saja antara faktor-faktor biotik dan abiotik, tetapi juga antara biotik maupun abiotik itu sendiri. lingkungan yang terdiri atas makhluk tak hidup atau segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, iklim, kelembaban, cahaya, dan bunyi. (Irwan,1992)

Faktor abiotik terbagi menjadi dua kategori yaitu sumber daya fisik (physical resource) dan faktor fisik (physical factors). (Megurran,1988). Sumber daya fisik adalah faktor abiotik yang dibutuhkan oleh organisme untuk bertahan hidup sedangkan faktor fisik adalah faktor abiotik yang membatasi derajat (kualitas hidup) organisme untuk bertahan hidup.

Salah satu contoh sumber daya fisik adalah udara, yang mencakup oksigen, karbon dioksida dan gas gas lain yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kondisi udara yang berpengaruh atau berhubungan langsung dengan tumbuhan disebut mikroklimat. Komponen mikroklimat tersebut antara lain temperatur udara, kelembaban udara, intensitas cahaya dan kecepatan angin.

Pengukuran temperatur udara dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran kuantitatif dinyatakan dalam satuan kalori yaitu gram kalori atau kilogram kalori sedangkan pengukuran

kualitatif dinyatakan dalam satuan derajat Celcius, derajat Fahrenhet, Reamur atau Kelvin. Pengukuran secara kualitatif dilakukan dengan alat termometer. Termometer bekerja berdasarkan prinsip pemuaian atau pengerutan suatu zat padat atau cairan akibat pemanasan atau pendinginan. Zat cair yang digunakan adalah air raksa atau alkohol yang diberi warna agar mempermudah dalam pembacaan.

Kelembaban udara menandakan sejumlah uap air yang terkandung di udara atau atmosfer, biasanya dinyatakan dalam berat uap air untuk setiap volume udara tertentu. Berdasarkan perhitungan di atas, maka setiap suhu tertentu di tempat yang sama akan memberikan harga kelembaban tertentu yang disebut kelembaban absolut. Kelembaban yang umum dipergunakan adalah kelembaban udara relatif, yaitu berdasarkan perbandingan tekanan uap air di udara pada waktu pengukuran dengan tekanan uap air jenuh pada suhu yang bersamaan. Alat yang dipergunakan untuk menentukan kelembaban udara relatif (relative humidity) adalah sling psychrometer.

Intensitis cahaya adalah intensitas dan lamanya radiasi sinar matahari tidak hanya mempengaruhi variabel atmosfer seperti suhu, kelembaban dan angin, tetapi juga memengaruhi jumlah energi untuk produksi bagi hewan dan tumbuhan. Pengukuran intensitas cahaya dapat dilakukan dengan menggunakan Light Meter atau Lux Meter.

(3)

organisme serta materi organik hasil proses dekomposisi yang mampu mendukung kehidupan. Komponen penyusun tanah terdiri dari partikel mineral, bahan organik, air dan udara. Parameter tanah terdiri dari tekstur tanah, suhu tanah yang dapat diukur dengan termomoter tanah. sedangkan Ph tanah, kadar air, kadar organic dam kadar anorganik tanah dapat diukur dengan soil moisture tester, bobot isi tanah dan porositas tanah. (Undang, dkk, 2006).

Bobot isi tanah (Bulk density) adalah perbandingan antara masa tanah dengan volume partikel ditambah dengan ruang pori diantanya. Sedangkan porositas tanah atau ruang pori tanah adalah volume seluruh pori pori dalam suatu tanah utuh yang dinyatakan dalam persen. Porositas terdiri dari ruang diantara partikel pasir, debu dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah. (Undang, dkk, 2006).

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui komponen abiotik lingkungan, mengetahui prinsip, cara kerja, dan cara menggunakan alat-alat pengukur faktor abiotik lingkungan serta dapat menjelaskan pengaruh komponen abiotik terhadap lingkungan.

METODE

Alat yang digunakan adalah lux meter, anemometer dan weather meter. Lux meter yang berfungsi untuk mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu tempat. Lux meter digunakan dengan cara tekan tombol on terlebih dahulu, kemudian dilakukan kalibrasi. Sensor alat harus diarahkan ke sumber cahaya kemudian hasil pengukuran dicatat pada catatan yang telah disediakan. Perhitungan hasil rata-rata lux meter :

Rata-rata Luxmeter

Anemometer berfungsi untuk mengukur kecepatan angin. Alat ini

digunakan dengan cara anemometer dikalibrasikan terlebih dahulu, lalu anemometer diarahkan ke sumber ngin selama 3 menit, kemudian kunci anemometer untuk mencatat hasil pengukuran. Perhitungan anemometer sebagai berikut :

Kecepatan angin (m/s):

angka anemometer 180

Sedangkan weather meter berfungsi untuk mengukur suhu, kelembaban, ketinggian, dan kecepatan angin. Alat modern ini dapat digunakan dengan cara dikalibrasikan terlebih dahulu, kemudian pilih pengaturan untuk mengukur sesuai yang diinginkan.

Lokasi pengukuran faktor abiotik lingkungan adalah sekitar kampus 1 UIN Jakarta dengan detail lokasi antara lain Taman Rektorat, depan Perpustakaan Utama, belakang Pusat Laboratorium Terpadu (PLT), depan air mancur Rektorat, depan Auditorium Harun Nasution dan parkiran Pusat Laboratorium Terpadu (PLT).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran faktor abiotik lingkungan dari berbagai lokasi di wilayah kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta meliputi suhu, kecepatan angin, intensitas cahaya dan kelembapan menghasilkan data yang berbeda beda di setiap lokasinya. Lokasi dibagi menjadi dua yaitu lokasi berkanopi (dibawah pohon rindang) dan tidak berkanopi (tidak ada pohon). Berikut ini adalah hasil dari pengukuran lokasi berkanopi :

Nilai max + Nilai min 2

(4)

Tabel.1 Faktor fisik daerah berkanopi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kelompok Suhu

(oC) Angin (m/s)Kecepatan Cahaya (K.lux)Intensitas Kelembapan(RH %) Lokasi

1 31,5 0,3 5,26 53,4 Taman

Rektorat

3 30,5 1,9 1,57 55,3 Depan

Perpustakaan Utama

5 32 0,67 1,22 52,1 Belakang PLT

Pada kolom pertama terdapat hasil pengukuran suhu di tiga tempat yang berbeda beda yaitu taman rektorat, depan perpustakaan utama dan belakang PLT, depan perpustakaan 30,5 oC, dan belakang PLT 32 oC. Rata rata memiliki selisih 0,5oC. Hal ini disebabkan karena ketiga tempat tersebut tidak mendapatkan sinar matahari secara langsung karena terlindungi oleh pohon pohon yang tumbuh disekitarnya. Suhu tertinggi terdapat di belakang PLT sebesar 32oC. Hal ini disebabkan adanya pembangunan besar di dekat lokasi tersebut yang mengurangi kuantitas pohon sekitar PLT.

Hasil pengukuran kecepatan angin pada daerah berkanopi dengan hasil tertinggi 1,9 m/s di depan perpustakaan utama. Sedangkan di taman rektorat dan belakang PLT mendapatkan hasil 0,3 m/s dan 0,67 m/s. Hal ini disebabkan oleh sehingga mendapatkan hasil yang akurat.

Kolom ketiga terdapat data hasil pengukuran intensitas cahaya dalam satuan K.lux. Hasil terendah dibelakang PLT sebesar 1.22 K.lux sedangkan hasil terbesar di taman rektorat sebesar 5,67 K.lux. Selisih yang besar dapat disebabkan

intensitas sinar matahari yang memancar langsung dengan kuantitas yang berbeda di kedua tempat tersebut. Pengarahan luxmeter pada sumber cahaya juga dapat manjadi faktor perbedaan hasil pada keduanya. Karena jika diamati dari lokasi antara taman rektorat dan belakang PLT, memiliki persamaan dikelilingi oleh banguanan, namun taman rektorat lebih teduh daripada belakang PLT dengan adanya pohon rindang yang banyak. Sehingga selisih intensitas cahaya kemungkinan tidak terlalu signifikan seperti data diatas.

(5)

Tabel.2 Faktor fisik daerah tidak berkanopi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kelompok Suhu (oC) Kecepatan

Angin (m/s) Cahaya (K.lux)Intensitas Kelembapan(RH %) Lokasi

2 32,6 1,96 16,42 52,7 Depan Air

Mancur Rektorat

4 31,1 1,19 42,98 54,0 Depan Audit

Harun Nasution

5 32 0,7 20,8 52,7 Parkiran PLT

Tabel diatas merupakan hasil data dari pengukuran faktor fisik daerah tidak berkanopi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengukuran pertama adalah pengukuran suhu di tiga titik lokasi yang berbeda-beda. Selisih dari ketiga hasil pengukuran suhu daerah tidak berkanopi lebih besar daripada selisih daerah berkanopi, yaitu 0,8 oC. Suhu tertinggi berada di depan air mancur Rektorat, yaitu 32,6 oC. Hal ini dapat terjadi akibat pancaran sinar matahari secara langsung, ditambah lokasi tersebut berdekatan dengan jalan raya. Sehingga polusi udara dari kendaraan-kendaraan yang melintas menjadi penyumbang tingginya suhu udara di depan air mancur rektorat.

Pengukuran kedua adalah mengukur kecepatan angin dengan anemometer. Berdasarkan hasil pada tabel diatas kecepatan angin tertinggi bertempat di depan air mancur rektorat dengan kecepatan 1,96 m/s. Depan audit Harun Nasution kecepatan angin sebesar 1,18 m/s. Sedangkan di parkiran PLT kecepatan angina sebesar 0,7 m/s. Maka, dapat disimpulkan jika lokasi depan air mancur memiliki kecepatan angin tertinggi diakibatkan tiupan angin yang besar dan cepat. Karena rator dapat berputar cepat tergantung pada kecepatan tiupan angin.

Pengukuran selanjutnya adalah mengukur intensitas cahaya di daerah tidak berkanopi dengan lux meter. Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa luxmeter berfungsi untuk mengukur besarnya intensitas cahaya matahari di suatu tempat. Berdasarkan tabel diatas, selisih hasil pengukuran besar intensitas cahaya ketiga

lokasi tersebut cukup besar. Di depan auditorium Harun Nasution intensitas cahaya sebesar 42,98 Klux. Sedangkan depan air mancur mencapai 16,42 Klux. Dan di parkiran PLT memperoleh hasil sebesar 20,8 Klux. Hal ini disebabkan oleh pancaran sinar matahari pagi menjelang siang pukul 10.00 cukup terik mengakibatkan intensitas cahaya yang tinggi.

(6)

Tabel.3 Rata-rata ukuran faktor fisik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lokasi Suhu (oC) Kecepatan Angin (m/s)

Intensitas Cahaya (K.lux)

Kelembapan (RH %)

Berkanop

i 31,33 0,95 2,68 53,6 Tidak

Berkanop i

31,9 1,28 26,73 53,13

Setelah semua pengukuran telah dilakukan. Maka dihitung rata rata objek yang diukur di daerah berkanopi dan tidak berkanopi yang berfungsi agar dapat mengambil kesimpulan serta mengetahui perbedaan faktor abiotik lingkungan di daerah berkanopi maupun tidak.

Pada pengukuran suhu dapat disimpulkan bahwa daerah berkanopi memiliki suhu lebih rendah daripada daerah tidak berkanopi diakibatkan daerah berkanopi tidak mendapatkan pancaran sinar matahari secara langsung.

Hasil rata rata kecepatan angin daerah berkanopi lebih rendah daripada daerah tidak berkanopi. Secara teori, daerah berkanopi memiliki tiupan angin lebih besar daripada daerah tidak berkanopi yang berpengaruh pada kecepatan angin. Kesalahan ini terjadi kemungkinan karena terbatasnya anemometer dan terpaksa untuk memakai secara bergantian membuat kelompok yang lebih dahulu mengukur kecepatan angin mungkin saja tidak mendapatkan

tiupan anin yang begitu besar, begitu pula sebaliknya. Jadi, pengukuran ini lebih akurat jika dilakukan dalam waktu bersamaan.

Hasil selisih rata rata intensitas cahaya antara daerah berkanopi dan tidak sangatlah tinggi, mencapai 24,5 K.lux. Hal ini sangatlah wajar karena pengaruh pancaran sinar matahari secara langsung maupun tidak.

Hasil rata-rata pengukuran kelembapan udara memiliki selisih yang tidak terlalu signifikan. Diakibatkan perbedaan suhu yang tidak terlalu tinggi antara keduanya. Dan udaranya pun di UIN Jakarta juga tidak terlalu berbeda antara berkanopi dan tidak berkanopi yaitu memiliki suhu udara panas. Maka dari itu, selisih diantara keduanya sangatlah tipis.

(7)

KESIMPULAN

Suhu udara suatu daerah sangat dipengaruhi oleh pancaran sinar matahari. Sedangkan pada kecepatan angin suatu daerah sangat dipengaruhi besarnya tiupan angin pada daerah tersebut. Dan intensitas cahaya suatu daerah juga sangat dipengaruhi oleh pancaran sinar matahari. Pada Kelembaban udara sangat dipengaruhi oleh kandungan uap air yang ada di udara. Dalam hal ini, suhu udara akan menentukan tinggi rendahnya kelembaban udara. Udara yang panas memiliki kelembaban yang lebih tinggi dibanding udara dingin karena pada suhu panas penguapan lebih banyak terjadi.

REFERENSI

Megurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and It’s Measurments. Princeton University Press : New Jersey

Undang, K., F. Agus., A. Dariah & A. Adimihardja. 2006. Sifat Fisik Tanah Dan Metode Analisisnya. Balai besar litbang sumber daya lahan pertanian Departemen pertanian : Jakarta.

Wijayanti, Fahma., K. Hidayah, & Mardiansyah. 2015. Modul Praktikum Ekologi Dasar. UIN Jakarta : Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip kerja dari system akuisisi data ini adalah Anemometer dan SHT11 akan mengukur secara langsung besarnya kecepatan angin, suhu dan kelembapan udara dari suatu lokasi

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Cleaning Service di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.. Fakultas

Pada pengambilan sampel juga diukur faktor meteorologi seperti kelembapan, suhu dan kecepatan angin dan dilakukan pencatatan koordinat titik pengambilan sampel

Abstrak: Angin merupakan Aliran udara yang bermuara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah.data kecepatan angin,arah angin,kelembapan dan suhu

Lokasi Pendaftaran Ulang di Gedung Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hal ini dikarenakan pada wilayah yang berkanopi memiliki daerah yang ditutupi oleh vegetasi yang tinggi sehingga kelembaban tanah menjadi naik

Selain UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ada juga kampus lain yang sebelumnya mengembangkan integrasi keilmuan, seperti UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan konsep jaring

Keberadaan CSSN bertujuan untuk menjadikan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi kampus inklusif yang ditandai dengan sudah melakukanm beberapa kegiatan