• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk. Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk. Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S."

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

RIFAN RIZKI FRIANTO NIM: 11150541000070

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1441 H/2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)

i Rifan Rizki Frianto, 11150541000070

Peran Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) dalam Meningkatkan Layanan Aksesibilitas Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pendidikan inklusif adalah sebuah sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak normal pada umumnya. Pemerintah Inndonesia sendiri sudah membuat payung hukum terkait pendidikan inklusif di tingkat universitas. Karena itu universitas sebagai lembaga pendidikan tinggi wajib memiliki sebuah lembaga khusus yang mewadahi kebutuhan para penyandang disabilitas. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi Islam di Indonesia harus berani memberi teladan dengan memberikan pelayanan yang ramah bagi penyandang disabilitas dengan merancang kebijakan pendidikan inklusif, salah satunya dengan berdirinnya sebuah lembaga pelayanan sosial di kampus yaitu Center for Student with Special Needs (CSSN). CSSN berperan penting dalam diberikannya akses pendidikan yang adil bagi setiap orang khususnya penyandang disabilitas yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya lembaga CSSN dan peran CSSN dalam meningkatkan layanan aksesibilitas bagi mahasiswa penyandang disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. teknik pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling, Teknik ini bertujuan untuk memilih informan atas dasar pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang yang tepat untuk memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Sedangkan untuk teknik pengumpulan datanya melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa sejarah berdirinya CSSN sebagai lembaga pelayanan sosial di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan kesadaran bersama para anggota di dalamnya, yang

(6)

ii

ramah penyandang disabilitas bersama dengan lima perguruan tinggi lainnya. Kemudian penelitian ini juga menjelaskan bahwa peran yang di lakukan CSSN belum berjalan dengan baik, karena masih banyak masyarakat kampus yang belum merasakan dampak dari keberadaan CSSN. Meski demikian, CSSN juga sudah berjuang dengan melakukan berbagai macam peran sebagi upaya peningkatan layanan aksesibilitas mahasiswa penyandang disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu, sosialisasi, pendampingan, dan advokasi.

Kata Kunci: Pendidikan Inklusif, CSSN, Sejarah, Peran, Aksesibilitas.

(7)

iii

Bismillahirrohmanirrohim, Alhamdulillah wa syukru lillah, Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rasa Syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, atas segala kemurahan, cinta, kasih, dan sayang-Nya serta karunia yang diberikan beserta rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa melimpahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya.

Alhamdulillah dengan usaha dan tekad yang kuat akhirnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) dalam Meningkatkan Layanan Aksesibilitas Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Adapun tujuan penulisan Penelitian Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S. Sos. dalam jenjang Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses selama menjadi mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti sangat menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya doa, dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati dan keikhlasan peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

(8)

iv

Akademik. Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag., MSW, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Dr Sihabudin Noor, M.A., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Cecep Castrawidjaya, M.Si.

2. Ahmad Zaky, M.Si sebagai Ketua Prodi Jurusan Kesesejahteraan Sosial dan Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA sebagai Sekertaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.

3. Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag., MSW sebagai dosen pembimbing, tiada kata-kata yang bisa saya ucapkan selain kata terimakasih yang mendalam atas kesediaannya untuk meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk memberikan arahan, masukan, dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya dosen-dosen Prodi Kesejahteraan Sosial.

5. Kedua orang tua saya, Irianto dan Fadhillah Sundawati yang telah mendidik dan membesarkan saya. Untuk mama Ela terima kasih berkat doa dan ridho yang telah dipanjatkan kepada Allah SWT, peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini. Kakak kandung saya Friant Haekal Ramadhan dan Regi Friandhini, serta adik

(9)

v

6. Teman-teman seperjuangan Kesejahteraan Sosial 2015, terimaksih atas kebersamaan kita selama ini.

7. Sahabat RAN, Alvionita dan Nesa. Terima kasih sudah menjadi teman bercerita mengenai banyak hal.

8. Teman-teman SC, yaitu Albird, Kambing Juan, Lisong, Abul, Kentung, Edot, Naim, Indro, Acong, Yopi, Sait, Yogi Yahoo, Fakuy. Tetap solid dan kompak kawan!

9. Riyan, Dani, Aban, Acong yang selalu menyemangati peneliti sambil ngopi di warung Bude Aat.

10. Abos yang sering memberikan kambing guling kalau main dirumahnya. Ario, Alif, dan Fahmi MG sahabat penulis yang sering mengajak diskusi peneliti mengenai cara berdamai dengan diri sendiri.

Dengan demikian skripsi ini peneliti susun dengan sebaik- baiknya. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi kita semua yang membacanya, terutama dalam memajukan keilmuan Kesejahteraan Sosial. Amin.

Jakarta, 11 Januari 2020 Peneliti,

Rifan Rizki Frianto

(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Review Kajian Terdahulu ... 8

F. Metodologi Penelitian ... 11

1. Pendekatan Penelitian ... 11

2. Jenis Penelitian ... 12

3. Sumber Data ... 13

4. Teknik Pengumpulan Data ... 14

5. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

6. Teknik Analisis Data ... 17

7. Teknik Pemilihan Informan ... 18

8. Teknik Keabsahan Data... 19

G. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II ... 22

LANDASAN TEORI... 22

A. Pendidikan Inklusif... 22

(11)

vii

3. Landasan Pendidikan Inklusif ... 24

B. Disabilitas ... 26

1. Definisi Disabilitas ... 26

2. Ciri-ciri Disabilitas ... 28

3. Model-Model Pendekatan Disabilitas... 29

C. Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam Pendidikan Tinggi.………...31

1. Definisi Aksesibilitas ... 31

2. Macam-macam Aksesibilitas... 32

D. Peran ... 35

1. Definisi Peran ... 35

2. Bentuk Teori Peran ... 35

E. Human Service Organization (HSO)... 37

1. Definisi HSO ... 37

2. Tujuan HSO ... 37

F. Kerangka Berfikir... 38

BAB III ... 40

GAMBARAN UMUM LEMBAGA ... 40

A. Visi, Misi, dan Tujuan Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) ... 40

1. Visi ... 40

2. Misi ... 40

3. Tujuan ... 41

B. Latar Belakang Lembaga ... 41

C. Landasan Hukum ... 42

D. Fasilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 43

E. Program dan Layanan CSSN ... 46

F. Kerjasama dan Pengembangan Jaringan ... 47

(12)

viii

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN... 52

A. Kebijakan Pendidikan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 53

B. Sejarah Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) ... 55

C. Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 58

D. Aksesibilitas bagi Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 62

1. Ramp ... 64

2. Lift ... 69

3. Guiding Blocks atau Jalur Pemandu ... 72

4. Toilet ... 74

5. Buku Braille dan Komputer dengan Screen Reader ... 77

E. Peran CSSN dalam Peningkatan Layanan Aksesibilitas bagi Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 79

1. Sosialisasi ... 81

2. Pendampingan ... 83

3. Advokasi ... 84

F. CSSN Sebagai Human Service Organization (HSO) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 87

BAB V ... 92

PEMBAHASAN ... 92

A. Pendidikan Inklusif di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ………...93

B. Aksesibilitas bagi Mahasiswa Penyandang Disabilitas .. 94

C. Sejarah Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) sebagai Human Service Organization (HSO) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 96

(13)

ix

1. CSSN Melakukan Sosialisasi ... 99

2. CSSN Melakukan Pendampingan ... 100

3. CSSN Melakukan Advokasi ... 102

E. Pembahasan Menurut Perspektif Islam Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 103

BAB VI ... 106

PENUTUP ... 106

A. Kesimpulan... 106

1. Sejarah Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) ... 106

2. Peran Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) dalam Meningktkan Layanan Aksesibilitas bagi Mahasiswa Penyandang Disabilitas ... 107

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

LAMPIRAN ... 112

(14)

x

Tabel 1.1 Informan Wawancara ………...15-16 Tabel 2.1 Pergeseran Istilah Sebutan………...27 Tabel 2.2 Klasifikasi Disabilitas………..29 Tabel 4.1 Data Mahasiswa Penyandang Disabilitas………...59-60 Tabel 5.1 Capaian Hasil Program dan Layanan CSSN…………..…105

(15)

xi

Gambar 3.1 CSSN Mendampingi Calon Mahasiswa Penyandang Disabilitas Pada Ujian Masuk SPMB Mandiri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta………...…48 Gambar 3.2 CSSN Melakukan Pelatihan tentang Pendidikan Inklusif………..48 Gambar 3.3 CSSN Melakukan Pelatihan Asisstive Technology di Spanyol……….49 Gambar 3.4 Launching Lembaga CSSN yang disahkan oleh Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta………...50 Gambar 3.5 SK Rektor Pengesahan Lembaga CSSN sebagai Lembaga Resmi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta………...51 Gambar 4.1 Ramp di Perpustakaan Utama………...65 Gambar 4.2 Ramp di Laboratorium Terpadu………66 Gambar 4.3 Ramp di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan…....66 Gambar 4.4 Ramp di Fakultas Syariah dan Hukum………..66 Gambar 4.5 Ramp di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi….66 Gambar 4.6 Gedung Auditorium Harun Nasution………67 Gambar 4.7 Gedung Student Center……….67 Gambar 4.8 Antrean Lift di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi………...70 Gambar 4.9 Tampak Bagian dalam Lift Perpustakaan Utama…..71 Gambar 4.10 Guiding Blocks di Kampus 2………..73 Gambar 4.11 Toilet di Perpustakaan Utama……….75

(16)

xii

Gambar 5.2 CSSN Melakukan Sosialisasi di UIN Expo 2019…..99 Gambar 5.3 CSSN Melakukan Roadshow ke Setiap Fakultas untuk Mengenalkan Konsep Pendidikan Inklusif………..100 Gambar 5.4 CSSN Melakukan Pendampingan bagi Calon Mahasiswa Penyandang Disabilitas saat Ujian Masuk SPMB Mandiri………..101

(17)

xiii

Bagan 2.1 Kerangka berfikir………39

(18)

xiv

Lampiran 1 Catatan Observasi………...112 Lampiran 2 Transkip Wawancara dengan Ketua CSSN………115 Lampiran 3 Transkip Wawancara dengan Kepala PU………...124 Lampiran 4 Transkip Wawancara dengan Kepala LP2M……..129 Lampiran 5 Transkip Wawancara dengan Volunteer CSSN….134 Lampiran 6 Transkip Wawancara dengan Pendamping Mahasiswa

Disabilitas ………...139 Lampiran 7 Transkip Wawancara dengan Mahasiswa Disabilitas………...143 Lampiran 8 Transkip Wawancara dengan Mahasiswa

Disabilitas………...147 Lampiran 9 Surat Persetujuan Pembimbing Akademik………..149 Lampiran 10 Cover Persetujuan Skripsi……….150 Lampiran 11 Surat Permohonan Izin Penelitian Rektor………..151 Lampiran 12 Surat Permohonan Izin Penelitian CSSN………..152 Lampiran 13 Surat Permohonan Izin Penelitian LP2M………..153 Lampiran 14 Surat Permohonan Izin Penelitian PU…………...154 Lampiran 15 Surat Permohonan Wawancara……….155 Lampiran 16 Surat Pernyataan Ketua CSSN Bersedia di Wawancara………..156 Lampiran 17 Surat Pernyataan Kepala PU Bersedia di Wawancara………..157 Lampiran 18 Surat Pernyataan Kepala LP2M Bersedia di Wawancara………..158

(19)

xv

Lampiran 20 Surat Pernyataan Volunteer CSSN Bersedia di Wawancara………..160 Lampiran 21 Surat Pernyataan Mahasiswa Penyandang Disabilitas Bersedia di Wawancara………...161 Lampiran 22 Surat Pernyataan Mahasiswa Penyandang Disabilitas Bersedia di Wawancara………...162

(20)

1 A. Latar Belakang Masalah

Bagi masyarakat umum, disabilitas merupakan hal yang dianggap tidak normal sehingga menjadi stigma buruk di masyarakat. Stigma tersebut berdampak pada rendahnya penghargaan atas kemampuan dan keterampilan yang dimiliki serta menimbulkan rasa iba karena dianggap akan membebani lingkungannya. Padahal yang mereka butuhkan hanyalah pengakuan atas persamaan kesempatan dan hak yang sama dari lingkungannya (Colbran 2010, 9).

Di dalam memenuhi hak, kewajiban, dan kedudukan warga negaranya, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan pelayanan pendidikan. Pendidikan merupakan proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral, sesuai dengan kemampuan dan martabat sebagai manusia (Ramayulis 2015, 15). Hak-hak penyandang disabilitas dalam layanan pendidikan meliputi aksesibilitas fisik dan non fisik. Aksesibilitas adalah kemudahan yang di sediakan bagi penyandang cacat dan lansia guna mewujudkan kesamaan kesmpatan dalam aspek kehidupan dan penghidupan (Soleh 2016, 53).

Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dapat disimpulkan bahwa negara memberikan jaminan

(21)

sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu (Setkab 2003, 3). Ini menunjukan bahwa setiap anak penyandang disabilitas memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan seperti anak lainnya (reguler).

Di dalam pandangan Islam manusia adalah makhluk yang paling sempurna bentuknya. Tidak ada manusia yang lebih tinggi kesempurnaannya dari manusia kecuali Allah SWT, meskipun sebagian manusia diciptakan dalam kondisi fisik kurang sempurna.

Seperti ayat dalam Al-Qur’an Surah At-Tin ayat 4 berikut ini:

ميِو ْقَت ِن َسْحَأ يِف َنا َسْنِ ْلْا اَنْقَلَخ ْدَقَل

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Tafsir Kementerian Agama RI).

Ayat tersebut mempertegas bahwa tidak boleh ada perbedaan kesetaraan hak bagi setiap manusia. Begitu juga dalam dunia pendidikan, tidak boleh dibedakan antara hak anak penyandang disabilitas dengan anak normal. Semua harus diperlakukan adil dan diberikan pelayanan yang maksimal tanpa membedakan satu sama lain.

Namun, pada kenyatannya masih banyak dari penyelenggara pendidikan yang belum bisa menerima penyandang disabilitas, tidak terkecuali di perguruan tinggi. Mereka khawatir akan menjadi beban sehingga mempengaruhi akreditasi program studi

(22)

(prodi) nantinya (Republika 2017). Meski begitu, banyak juga perguruan tinggi yang sudah mulai ramah terhadap penyandang disabilitas. Hanya saja akses ramah penyandang disabilitas di beberapa kampus tersebut hanya sebatas akses fisik, sebab masih ada sejumlah masalah, di antaranya kurangnya kesadaran tentang desain kurikulum inklusif dan pemberian materi oleh staf pengajar (Tirto 2018).

Kampus yang sudah ramah dengan penyandang disabilitas yaitu UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Lembaga Pusat Layanan Difabel (PLD) yang ada di kampus tersebut menjadi salah satu lembaga percontohan bagi kampus lain dalam menangani mahasiswa penyandang disabilitas. Di PLD sudah tersedia fasilitas-fasilitas khusus yang disediakan untuk para penyandang disabilitas. Contohnya ialah adanya relawan yang bisa berbahasa isyarat, yang sewaktu-waktu bisa dibutuhkan untuk mendampingi tunarungu (Soleh 2016, 162). Adapun peralatan penunjang pendidikan bagi mahasiswa tunanetra dan tunarungu disediakan PLD bekerja sama dengan UPT Perpustakaan yang dinamakan

“Difabel Corner”. Disana disediakan komputer berpiranti jaws Inggris dan Arab, buku-buku Braille, Al-Qur’an Braille, audio- book, e-book khusus yang ramah difabel, koleksi skripsi digital, alat pembesar tulisan, dan DTB (Digital Talking Book).

Selain di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, salah satu kampus yang sudah ramah terhadap penyandang disabilitas adalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun, kampus ini belum mampu memberikan fasilitas yang merata bagi penyandang

(23)

disabilitas. Banyak gedung yang tidak dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan oleh penyandang disabilitas (Journoliberta 2018).

Sebelum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ramah terhadap penyandang disabilitas, di kampus ini pernah melakukan penolakan terhadap seorang calon mahasiswa tuna netra di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) pada tahun 2008.

Atas peristiwa tersebut, akhirnya pada tahun 2010 Prodi Kesejahteraan Sosial membentuk Pusat Pelayanan Penyandang Cacat (P3C) agar para penyandang disabilitas mendapat pelayanan pendidikan tanpa membedakan mereka dengan mahasiswa normal pada umumnya (Journoliberta 2018). Pada tahun 2016, pemerintah semakin fokus untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi penyandang disabilitas di perguruan tinggi dengan mengeluarkan Undang Undang Pasal 42 ayat 3 nomor 16 tahun 2016 yang berisi bahwa setiap perguruan tinggi wajib memfasilitasi pembentukan unit layanan disabilitas. Akhirnya, pada tahun 2017 terbentuk sebuah lembaga layanan disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu Center for Student with Special Needs (CSSN) (Journoliberta 2018). Pembentukan CSSN bertujuan untuk memberikan akses bagi kelompok masyarakat berkebutuhan khusus, termasuk penyandang disabilitas agar mendapat pelayanan pendidikan yang baik di kampus.

Dalam pembentukannya, CSSN berdiri berdasarkan kesadaran bersama dari para anggota yang ada di dalamnya untuk membuat kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi inklusif.

Menurut Siti Napsiyah, anggota CSSN sekaligus pengajar Prodi

(24)

Kesejahteraan Sosial, CSSN adalah lembaga otonom di kampus yang tercantum dalam surat keputusan rektor. Meskipun demikian, CSSN tidak mendapat anggaran oleh kampus karena bukan lembaga negara. Karena tidak mendapat anggaran, CSSN tidak ada di organisasi tata kelola UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampai saat ini, CSSN juga belum memiliki kantor seperti yang dijanjikan oleh rektor (Journoliberta 2018) .

Sebenarnya keberadaan CSSN sangat diperlukan untuk memudahkan para penyandang disabilitas untuk mendapat hak aksesibilitas yang baik di kampus. Namun, masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui tentang keberadaan Lembaga CSSN maupun perannya (Journoliberta 2018). Padahal, CSSN diharapkan dapat membuka lebih banyak akses bagi penyandang disabilitas untuk melanjutkan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, layanan akademik dan sosial bagi mahasiswa berkebutuhan khusus, tidak hanya secara khusus mendapatkan tempat, tetapi juga akan mengalami peningkatan mutu berdasarkan kajian-kajian yang diselenggarakan (CSSN 2017). Berdasarkan dari paparan masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk memilih penelitian dengan judul:

Peran Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) dalam Meningkatkan Layanan Aksesibilitas Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(25)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam pembatasan masalah, maka penulis membatasi pada peran Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) dalam meningkatkan layanan aksesibilitas mahasiswa penyandang disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam layanan aksesibilitas fisik dan non-fisik yang diberikan kampus berupa fasilitas infrastruktur maupun layanan akademik. Setelah memahami latar belakang dan pembatasan masalah penelitian, agar uraian pada bab-bab selanjutnya tidak meluas, maka rumusan masalah yang akan penulis jabarkan adalah:

1. Bagaimana Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) melakukan upaya peningkatkan layanan aksesibilitas kepada mahasiswa penyandang disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

2. Bagaimana sejarah terbentuknya Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

C. Tujuan Penelitian

Setelah memahami permasalahan yang di teliti, ada beberapa tujuan yang hendak di capai. Tujuan dari penelitian adalah:

1. Untuk mendeskripsikan peran Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) dalam upaya meningkatkan layanan aksesibilitas mahasiswa penyandang disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(26)

2. Untuk mendeskripsikan sejarah terbentuknya Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis:

a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan dokumentasi ilmiah serta dapat memberikan sumbangan pemikiran pada lembaga pendidikan. Peneliti juga berharap penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pembaca dalam memperkaya ilmu pengetahuan.

b. Memberikan pengetahuan yang lebih lanjut dalam melakukan penelitian-penelitian khususnya yang berkaitan dengan Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN).

2. Manfaat Praktis:

Dalam penelitian ini penulis berharap dapat memberikan bahan masukan bagi Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) dalam urusan pelayanan pendidikan khususnya dari segi aksesibilitas agar dapat melaksanakan peran dengan baik kepada mahasiswa penyandang disabilitas.

(27)

E. Review Kajian Terdahulu

Dalam penulisan proposal ini, penulis melakukan review terdahulu terhadap mahasiswa mahasiswi sebagai langkah awal dalam penyusunan proposal yang akan penulis teliti, tentunya agar terhindar dari adanya kesamaan judul dan lain – lain dari yang sudah ada sebelum – sebelumnya. Setelah penulis melakukan review terdahulu, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan literatur skripsi yang berkaitan dengan penelitian yang hampir sama dari segi judul yang akan penulis buat, tetapi dalam hal ini penulis akan mempertegas perbedaan dari setiap masing – masing judul serta masalah yang akan dibahas, antara lain:

1. Tridiwa Arief Sulistyo, Program Studi Kesejahteraan Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2017, Dengan Judul Skripsi: “Implementasi Kebijakan Pendidikan Iklusif Bagi Mahasiswa Difabel di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.”

Secara umum penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai kebijakan pendidikan inklusif bagi mahasiswa difabel di UIN Syarif HIdayatullah Jakarta.

Namun, dari hasil observasi yang di dapat oleh peneliti ditemukan bahwa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta belum mempunyai kebijakan khusus terhadap aksesibilitas mahasiswa difabel demi terwujudnya Pendidikan inklusif yang ramah terhadap difabel. Padahal berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yang di dalamnya membahas tentang

(28)

pendidikan inklusif serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Namun, dalam pengimplementasian kebijakan pendidikan inklusif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta masih jauh dari kampus yang ramah difabel.

2. Andayani dan Muhrisun Afandi, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2016, Dengan Judul Jurnal:

“Pemberdayaan dan Pendampingan Komunitas Penyandang Disabilitas dalam Mengakses Pendidikan Tinggi.”

Dalam penelitian ini menerangkan bahwa pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang untuk memberikan kemudahan dari segi aksesibilitas kepada penyandang disabilitas agar dapat menempuh pendidikan tinggi. Namun dalam praktiknya sebagian Lembaga pendidikan di Indonesia, khususnya perguruan tinggi belum memberikan kesempatan yang semestinya kepada penyandang disabilitas untuk memperoleh akses pendidikan yang menjadi hak mereka. Beberapa perguruan tinggi memang sudah membuka akses bagi penyandang disabilitas. Namun terbukanya akses tersebut tidak dibarengi dengan dukungan layanan dan fasilitas yang memadai. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa para penyandang disabilitas tersebut harus mendapat pendampingan khusus saat melakukan kegiatan. Maka dari

(29)

itu penyedia pendidikan terutama pendidikan tinggi harus bisa melakukan advokasi dan pemberdayaan kepada mereka.

3. M. Syafi’ie, Peneliti dari LSM Sigap Yogyakarta, Tahun 2014. Dengan Judul Jurnal: “Pemenuhan Aksesibilitas Bagi Penyandang Disabilitas”

Pada penelitian ini dijelaskan secara detail mengenai kurangnya aksesibilitas fisik dan non fisik yang disediakan oleh negara untuk para penyandang disabilitas dengan melakukan studi kasus di Yogyakarta. Secara keseluruhan, pemenuhan aksesibilitas bangunan fisik di level perencanaan sudah baik, namun di level pelaksanaan dan pengawasannya sangat lemah. Dalam studi kasus yang telah dilakukan peneliti tersebut ditemukan sebuah kasus diskriminatif yang diterima oleh seorang tunarungu ketika ingin menabung disebuah Bank. Ia dipanggil berkali-kali, tetapi karena tidak ada running text dan tidak mendengar, maka ia tidak bisa meresponnya. Akhirnya setelah beberapa lama, ia bertanya kepada petugas dan ternyata sudah dipanggil. Ketika bertanya, bukan pelayanan baik yang ia terima, tetapi ejekan dan anjuran untuk menabung di Bank lain. Kemudian atas beberapa kasus yang ditemukan oleh peneliti tersebut, aksesibilitas bagi para penyandang disabilitas di Yogyakarta belum berjalan

(30)

secara maksimal baik dalam aksesibilitas fisik maupun non fisik.

Dari beberapa kajian terdahulu tersebut, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah peneliti akan membahas mengenai peran lembaga yang ada di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu CSSN. Peneliti tertarik membahas peran Lembaga CSSN karena kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pernah akan disomasi oleh Kementerian Agama, hal tersebut dikarenakan kampus ini telah melakukan penolakan terhadap calon mahasiswa penyandang disabilitas.

Keberadaan CSSN bertujuan untuk menjadikan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi kampus inklusif yang ditandai dengan sudah melakukanm beberapa kegiatan dan usaha untuk terciptanya perubahan kearah yang lebih baik, khususnya dari segi aksesibilitas bagi para mahasiswa penyandang disabilitas dalam mendapatkan pendidikan tanpa dibedakan dengan mahasiswa normal pada umumnya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengkaji lebih jauh mengenai sejarah dan kiprah CSSN dalam mewujudkan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semakin ramah terhadap penyandang disabilitas.

F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

(31)

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong 2016, 21). Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individual maupun organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.

Pendekatan kualitatif ini dipilih berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran mengenai peran Lembaga CSSN dalam meningkatkan layanan aksesibilitas mahasiswa penyandang disabilitas di kampus.

Dilihat dari jenis penelitian, penelitian ini adalah deskriptif.

2. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian deskripstif. Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu (Bungin 2010, 39).

Alasan penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif karena jenis ini dapat digunakan untuk menggambarkan

(32)

keadaan objek berdasarkan sesuai dengan fakta dan apa adanya. Oleh karena itu, penulis menggambarkan hasil penelitian yang didapatkan dengan menggunakan kata-kata mengenai Peran Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) dalam Meningkatkan Layanan Aksesibilitas Mahasiswa Penyandang Disabilitas.

3. Sumber Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperanserta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya (Moleong 2016, 112).

Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi (Moleong 2016, 113).

Sumber data yang diperoleh peneliti dalam penelitian kualitatif deskriptif tentang peran Lembaga CSSN dalam

(33)

meningkatkan aksesibilitas penyandang disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sumber data premier berasal dari data-data yang diperoleh dari sumber utama.

Sedangkan sumber data sekunder berasal dari data-data yang diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah interaksi dengan bentuk komunikasi langsung yang menggunakan dengan instrumen–instrumen pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi atau pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Teknik ini juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Peneliti dapat mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data (Moleong 2016, 93).

Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengamati bangunan-bangunan dan sistem layanan yang ada di kampus.

(34)

b. Wawancara

Wawancara adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam melakukan penelitian kualitatif. Hal ini wawancara proses untuk memperoleh berbagai keterangan untuk tujuan penelitian dengan proses kegiatan tanya jawab dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara (interview) tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalahyang diteliti (Gunawan 2013, 127).

Selain itu dalam wawancara tersebut peneliti harus mengumpulkan data dari berbagai responden untuk memudahkan dalam berbagai situasi dan konteks selama wawancara tersebut berlangsung. Meskipun demikian, wawancara perlu digunakan dengan proses hati-hati karena akan adanya data triangulasi yang akan diperoleh dengan data-data yang lain (Saroja 2012, 97).

Dalam hal ini peneliti mewawancarai dari pihak Lembaga CSSN dan dari pihak yang menerima kemudahan berupa aksesibilitas dalam menjalani pendidikan di universitas:

(35)

Tabel 1.1 Informan Wawancara

No Informan Keterangan Data yang dicari

1. Dr. Jajang Jahroni, MA., Ph.D

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.

Kebijakan pedidikan inklusif di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Amrullah Hasbana, S,Ag., SS., MA

Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fasilitas yang dimiliki oleh perpustakaan untuk penyandang disabilitas.

3. Dr. Arief Subhan, MA.

Ketua Lembaga CSSN dan Dosen

FIDKOM UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sejarah dan Peran Lembaga CSSN untuk penyandang disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. FA Mahasiswa

penyandang disabilitas.

Penyediaan aksesibilitas universitas dan dampak yang dirasakan dengan keberadaan CSSN.

5. FF Mahasiswa

penyandang disabilitas.

Penyediaan aksesibilitas universitas dan dampak yang dirasakan dengan keberadaan CSSN.

6. Dedo Kevin Prayoga

Pendamping mahasiswa penyandang disabilitas.

Kendala mahasiswa penyandang disabilitas

dalam proses

perkuliahan.

(36)

7. Muhammad Ropi Mahasiswa

sekaligus volunteer CSSN.

Kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh volunteer CSSN.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian dari suatu kejadian (Satori 2013, 60).

Dokumen-dokumen yang dikumpulkan yaitu berupa foto-foto fasilitas dan sarana di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang beralamat di Jalan Ir. Haji Djuanda No. 95, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Waktu penelitian dimulai pada bulan Agustus 2019 sampai dengan bulan November 2019.

6. Teknik Analisis Data

Proses awal yang peneliti lakukan adalah observasi ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, setelah itu peneliti melakukan wawancara terhadap pihak terkait. Peneliti

(37)

mengamati seluruh data dan hasil wawancara secara detail dan melakukan berulang-ulang dari awal penelitian dan selama proses penelitian berlangsung lalu kemudian peneliti merangkum dan menyeleksi data-data yang terhimpun sesuai dengan konsep-konsep penelitian.

Data yang terkumpul selanjutnya peneliti analisa secara kualitatif. Data-data kualitatif dari hasil wawancara mendalam yang berupa kalimat-kalimat atau pernyataan pendapat tersebut dianalisa untuk mengetahui makna yang terkandung di dalamnya, untuk memahami keterlibatan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

7. Teknik Pemilihan Informan

Dalam pemilihan informan, teknik yang akan digunakan oleh penulis adalah dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling merupakan salah satu bentuk penentuan atau pemilihan sample dengan menggunakan penimbangan tertentu terhadap sesuatu yang akan diteliti sesuai dengan subjek dan objek penelitian.

Dimana suatu responden atau informan akan dipilih oleh peneliti, yaitu informan yang dianggap dapat memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan penelitian yang didasari setelah melalui proses wawancara, observasi dan studi dokumentasi dari hasil peneltian yang diteliti oleh penulis.

(38)

8. Teknik Keabsahan Data

Salah satu cara paling penting dan mudah dalam uji keabsahan hasil penelitian adalah dengan melakukan triangulasi peneliti, sumber data, metode, dan teori.

Dengan mengacu kepada Denzin, maka dalam pelaksanaan teknis dari langkah pengujian keabsahan ini akan memanfaatkan; peneliti, sumber, metode, dan teori (Bungin 2010, 256).

Untuk memeriksa keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menerapkan sistematika penulisan karya ilmiah sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Dan Disertasi) yang dibuat oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah diperbaharui pada tahun 2017. Untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang diuraikan dan mempermudah dalam memahami secara menyeluruh mengenai penelitian ini, maka secara sistematis penulisannya dibagi menjadi enam bab dan terdiri dari beberapa sub bab, dan dibuatlah sistematika penulisannya seperti berikut ini:

(39)

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab yang berisikan teori yang melandasi pemikiran dalam menganalisa setiap data- data yang sudah terkumpul. Landasan teori yang digunakan merupakan teori-teori yang berkaitan dengan peran Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) dalam upaya meningkatkan layanan aksesibilitas kepada mahasiswa penyandang disabilitas di UIN Jakarta.

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

CENTER FOR STUDENT WITH SPECIAL NEEDS (CSSN)

Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran secara umum dilakukannya tempat penelitian, yaitu CSSN, seperti data geografis, historis, visi dan misi lembaga, profil lembaga, struktur organisasi, program

(40)

yang dijalankan, relasi dengan pihak lain, pendanaan lembaga, sarana dan prasarana.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian tentang peran Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) dalam upaya meningkatkan layanan aksesibilitas kepada mahasiswa penyandang disabilitas di UIN Jakarta.

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai uraian pembahasan mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

BAB VI PENUTUP

Bab terakhir yang menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah didapat dan disertakan saran- yang diajukan pihak-pihak terkait sebagai bentuk dari hasil penelitian dalam masalah ini.

(41)

22 A. Pendidikan Inklusif

1. Pengertian Pendidikan Inklusif

Banyak pendapat yang berbeda-beda mengenai pengertian pendidikan inklusif. Menurut Direktorat Pendidikan Sekolah Luar Biasa (PSLB), pendidikan inklusif didefinisikan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler. Penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian, baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik (Ilahi 2016, 9).

Model pendidikan ini berupaya memberikan kesempatan yang sama kepada semua anak, agar memperoleh kesempatan belajar yang sama, serta semua anak memiliki akses yang sama ke sumber- sumber belajar yang tersedia. Lembaga pendidikan dengan orientasi inklusi merupakan alat yang cukup efektif untuk memerangi sifat diskriminatif, menciptakan masyarakat yang ramah, membangun

(42)

masyarakat yang inklusif dan mencapai “pendidikan bagi semua.”

2. Tujuan Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif ditujukan pada semua kelompok yang termarginalisasi. Akan tetapi, pendidikan inklusif bukan bermaksud mencampuradukkan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal lainnya, melainkan hanya berupaya memberikan kesempatan kepada mereka yang mengalami keterbatasan agar juga bisa mengenyam pendidikan secara layak (Ilahi 2016, 12).

Beberapa hal yang perlu dicermati lebih lanjut tentang tujuan pendidikan inklusif, yaitu:

(a) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial.

Karena semua anak pasti memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

(b) Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.

(43)

3. Landasan Pendidikan Inklusif a. Landasan Filosofis

Bertolak dari filosofi Bhinneka Tunggal Ika, kelainan (cacat) dan keunggulan dalam diri individu hanyalah satu bentuk kebhinnekaan seperti halnya perbedaan suku, ras, bahasa budaya, atau agama. Filosofi Bhinneka Tunggal Ika mencerminkan bahwa di dalam diri manusia bersemayam potensi luar biasa, yang bila dikembangkan dengan baik dan benar akan menghasilkan suatu proyeksi masa depan bangsa yang tidak terbatas. Kelainan dan keunggulan tidak memisahkan peserta didik satu dengan lainnya, maka dari itu sistem pendidikan harus memungkinkan terjadinya pergaulan dan interaksi antarsiswa yang beragam sehingga mendorong semangat toleransi (Ilahi 2016, 22).

b. Landasan Yuridis

1) Deklarasi PBB tentang HAM (1948)

2) Kebijakan education for all oleh UNESCO (1994). Kesepakatan UNESCO di Salamanca tentang sistem pendidikan inklusif. Deklarasi ini sebenarnya penegasan kembali atas deklarasi PBB tentang HAM (1948) dan berbagai deklarasi lanjutan yang berujung pada Peraturan Standar PBB (1993) tentang

(44)

kesempatan yang sama bagi individu berkelainan memperoleh pendidikan sebagai bagian integral dari sistem pendidikan yang ada.

3) Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

4) Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: penyelenggara pendidikan untuk peserta didik berkelainan atau memiliki kecerdasan luar biasa diselenggarakan secara inklusif atau berupa sekolah khusus.

Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berilmu, kreatif, dan mandiri. Jadi, dengan pendidikan inklusif ini, akan membentuk karakter individu yang mengedepankan semangat toleransi dan menghargai perbedaan dalam masyarakat.

(45)

B. Disabilitas

1. Definisi Disabilitas

Disabilitas adalah mereka yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik, dalam jangka waktu lama di mana ketika berhadapan dengan berbagai hambatan, hal tersebut dapat menghambat fungsi sosial mereka dalam kehidupan masyarakat (Soleh 2016, 22).

Istilah “penyandang disabilitas” mempunyai arti yang lebih luas dan mengandung nilai-nilai inklusif yang sesuai dengan semangat reformasi hukum di Indonesia, dan sejalan dengan subtansi Konvensi Hak- hak Penyandang Disabilitas yang telah disepakati oleh pemerintah dan sudah disahkan menjadi undang- undang negara Indonesia dalam Lampiran UU RI Nomor 19 Tahun 2011 pasal 1, halaman 3.

Istilah penyandang disabilitas ialah sebagai pengganti sebutan penyandang cacat, karena dianggap lebih ramah dan menghargai. Pada hakikatnya, istilah sebutan penyandang disabilitas dan penyandang cacat secara esensial maknanya sama. Perubahan penyebutan tersebut terjadi karena adanya pergeseran dari paradigma lama ke paradigma baru. Hal tersebut bertujuan untuk memperhalus kata sebutan dan mengangkat harkat serta martabat penyandang disabilitas, karena makna dari istilah sebutan tersebut berpengaruh terhadap asumsi, cara pandang, dan pola

(46)

pikir seseorang terhadap penyandang disabilitas (Soleh 2016, 22).

Tabel 2.1

Pergeseran Istilah Sebutan

Paradigma Lama Paradigmama Baru Istilah sebutan yang

digunakan

Penyandang Cacat

Difabel. Penyandang Ketunaan, Anak Berkebutuhan Khusus, Penyandang Disabilitas

Model pendekatan Medical model, traditional model, individual model.

Social model

Sifat pendekatan Charity (belas kasihan)

Hak Asasi (Human-Rights- Approach)

Sumber: (Soleh 2016)

Pergeseran istilah sebutan, model pendekatan, dan sifat pendekatan pada tabel diatas telah menggambarkan pergeseran posisi dan perkembangan peran penyandang disabilitas. Menurut Brown S, pada paradigma lama penyandang disabilitas dilihat sebagai obyek, selalu diintervensi, dan penerima bantuan.

Sedangkan pada paradigma baru penyandang disabilitas dilihat sebagai pemakai, rekan yang

(47)

terberdayakan, menjadi partisipasi riset, dan pemegang kebijakan (Soleh 2016, 23).

2. Ciri-ciri Disabilitas

Berikut ciri-ciri penyandang disabilitas:

a. Penyandang cacat fisik, yaitu individu yang mengalami kelainan rusaknya fungsi organ tubuh dan kehilangan organ sehingga mengakibatkan gangguan fungsi tubuh. Misalnya gangguan pendengaran, pengelihatan, dan gerak.

b. Penyandang cacat mental, yaitu individu yang mengalami kelainan tingkah laku akibat bawaan dari lahir atau penyakit. Individu tersebut tidak dapat melakukan kegiatan seperti yang dilakukan orang lain (normal) pada umumnya, sehingga menjadi hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

c. Penyandang cacat fisik dan mental, yaitu individu yang mengalami kelainan fisik dan mental sekaligus seperti gangguan pada fungsi tubuh, pendengaran, pengelihatan, dan kemampuan berbicara serta mempunyai kelainan mental atau tingkah laku (Departemen Sosial RI 2006, 23).

(48)

Menurut Kaufman dan Kallhallahan dalam Pothier dan Devlin, disabilitas fisik, mental, dan ganda diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi Disabilitas

Tipe Nama Jenis Disabilitas Pengertian

A Tunanetra Disabilitas fisik Tidak dapat melihat (Buta) B Tunarungu Disabilitas fisik Tidak dapat mendengar (Tuli) C Tunawicara Disabilitas fisik Tidak dapat berbicara

D Tunadaksa Disabilitas fisik Cacat tubuh

E1 Tunalaras Disabilitas fisik Cacat suara dan nada

E2 Tunalaras Disabilitas mental Sulit mengendalikan emosi dan sosial

F Tunagrahita Disabilitas mental Cacat pikiran, lemah daya tangkap

G Tunaganda Disabilitas ganda Penderita cacat lebih dari satu kecacatan

Sumber: (Pothier 2017, 50)

3. Model-Model Pendekatan Disabilitas

Model pendekatan disabilitas dibagi menjadi dua model, yaitu medical model dan social model: (Tarsidi 2011).

(49)

a. Medical Model, dalam pendekatan ini penyandang disabilitas dinilai sebagai sumber masalah. Mereka perlu melakukan perubahan dan beradaptasi dengan keadaan dan masyarakat tidak perlu melakukan perubahan terhadap mereka. Disabilitas dengan model medis adalah sebuah model di mana kondisi sakit atau disabilitas merupakan akibat suatu kondisi fisik, yang merupakan bagian yang intrinsik dari diri individu yang bersangkutan, yang dapat mengurangi kualitas kehidupan individu tersebut, dan secara jelas mengakibatkan kerugian pada individu tersebut. Namun, model medis ini dinilai memandang penyandang disabilitas sebagai citra negatif dan tak berdaya.

Oleh karena itu para pegiat penyandang disabilitas tidak setuju dengan pandangan model medis ini.

b. Social Model, model ini mengakui bahwa orang mungkin mengalami kelainan fisik, sensorik, intelektual, atau psikologis, yang kadang-kadang dapat mengakibatkan ketunaan atau keterbatasan fungsional individu, tetapi hal ini tidak harus mengakibatkan disabilitas karena dianggap masih mampu menjalankan perannya di masyarakat. Berdasarkan model sosial, disabilitas disebabkan oleh masyarakat tempat

(50)

kita tinggal dan bukan merupakan ‘kesalahan’

seorang individu penyandang disabilitas itu karena model ini memandang penyandang disabilitas sebagai bagian dari ekonomi, lingkungan, dan budaya masyarakat juga. Oleh karena itu para pegiat penyandang disabilitas lebih menyetujui pendekatan social model ini karena dinilai tidak diskriminatif terhadap penyandang disabilitas itu sendiri.

C. Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dalam Pendidikan Tinggi

1. Definisi Aksesibilitas

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat, yang dimaksud aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi penyandang cacat dan lansia guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

Sementara dalam CRPD (The Convention on the Human Right of Person with Disabilities) Pasal 9 ayat 1 tentang aksesibilitas, dinyatakan bahwa dalam rangka memapukan penyandang cacat untuk bisa hidup secara mandiri dan berpartisipasi penuh dalam segala aspek kehidupan, maka negara-negara pihak harus melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk

(51)

menjamin akses penyandang cacat terhadap lingkungan fisik, transportasi, informasi dan komunikasi serta fasilitas dan pelayanan lainnya yang terbuka atau disediakan bagi publik, baik di perkotaan maupun di pedesaan, atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain (Soleh 2016, 53).

2. Macam-macam Aksesibilitas a. Aksesibilitas Fisik

Aksesibilitas fisik di perguruan tinggi meliputi bangunan gedung kampus, ruang kuliah, tempat parkir, toilet, jalur pedestrian dan sarana- sarana lainnya seperti ruang ibadah, auditorium, perpustakaan, laboratorium, ruang administrasi, ruang pimpinan, dan fasilitas pendidikan lain sebagai media pembelajaran.

Unsur -unsur bangunan aksesibilitas ini secara fisik di Indonesia mengacu pada persyaratan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Persyaratan teknis fasilitas dan aksesibilitas tersebut meliputi beberapa hal, yaitu:

(1) Jalur pemandu

Menggunakan tekstur ubin peringatan terutama bagi gangguan visual.

(52)

(2) Ramp

Jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu, sebagai alternastif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga. Biasanya dibangun pada setiap pintu masuk gedung kampus untuk memudahkan pemakai kursi roda.

(3) Lift

Lift adalah alat mekanis elektris untuk membantu pergerakan vertikal di dalam bangunan yang digunakan khusus bagi penyandang disabilitas.

(4) Toilet

Persyaratan toilet yang aksesibel untuk difabel harus dilengkapi tampilan rambu atau simbul, lalu toilet juga harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda serta harus dilengkapi dengan pegangan rambat atau handrail.

b. Aksesibilitas Non-Fisik

Pada hakikatnya, prinsip-prinsip universal tidak hanya diterapkan pada aksesibilitas fisik saja, tetapi bisa juga diterapkan pada aksesibilitas non- fisik dalam dunia pendidikan. Mengingat kondisi mahasiswa di suatu perguruan tinggi terdiri dari

(53)

bermacam-macam karakter dan kebutuhan akademiknya, begitu juga dalam kelas-kelas inklusi yang di dalamnya terdapat mahasiswa penyandang disabilitas dengan jenis disabilitas yang berbeda- beda.

Aksesibilitas non-fisik dalam dunia pendidikan dapat terwujud jika dimulai dari mengubah visi ideologi perguruan tinggi terhadap penyandang disabilitas. Adapun aksesibilitas non- fisik yang dibutuhkan oleh penyandang disabilitas di perguruan tinggi, di antaranya adalah:

(1) Kebijakan dan peraturan pendidikan tinggi yang berkaitan dengan mahasiswa penyandang disabilitas.

(2) Pelayanan institusi yang sensitif dan sesuai dengan kebutuhan penyandang disabilitas di setiap unit.

(3) Modifikasi desain pembelajaran, kurikulum yang akomodatif, evaluasi, sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran terhadap penyandang disabilitas.

(4) Adanya program bagi mahasiswa penyandang disabilitas di setiap unit atau perguruan tinggi (Soleh 2016, 58).

(54)

D. Peran

1. Definisi Peran

Menurut Soerjono Soekanto, peran adalah pola perilaku yang terkait dengan status. Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melakukan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan (Soekanto 1982, 46). Jadi peran adalah tugas dan fungsi ideal yang sebenarnya dilakukan sesorang yang memiliki kedudukan tertentu, sedangkan peranan adalah perwujudan daripada peran ideal itu sendiri.

Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan peran sebagai pemain. Peran adalah orang yang menjadi atau melakukan sesuatu yang khas. Jika ditujukan pada hal yang bersifat kolektif di dalam masyarakat, seperti himpunan, gerombolan, atau organisasi, maka peranan berarti “perangkat tingkah yang di harapkan dimiliki oleh organisasi yang berkedudukan di dalam sebuah masyarakat” (Najib 2016, 35).

2. Bentuk Teori Peran

Menurut Malcolm Payne ada dua bentuk teori peran, yaitu:

(1) Teori Peran Structural Fungsional, yang mengasumsikan bahwa manusia memiliki

(55)

kedudukan dalam struktur sosial. Setiap posisi memiliki peran yang diasosiasikan dengan posisi tersebut.

(2) Teori Peran Dramaturgical, yang melihat peran sebagai perwujudan dari harapan sosial yang dilekatkan dalam status sosial. Orang akan melabeli seseorang dalam interaksi sosialnya (Fuaida and Napsiyah 2011, 61)

Peranan memiliki aspek dinamis dalam kedudukan (status) seseorang. Peranan lebih banyak menunjuk satu fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Keberadaan individu dalam sebuah organisasi memiliki dampak yang cukup signifikan. Dalam hubungan pendidikan, lembaga CSSN memainkan peran yang sangat penting dalam kedudukannya sebagai wadah para mahasiswa penyandang disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mendorong pemenuhan hak dan kewajiban pihak kampus dalam pemenuhan aksesibilitas penyandang disabilitas untuk kemudahan mereka mengenyam pendidikan dikampus ini.

(56)

E. Human Service Organization (HSO) 1. Definisi HSO

Menurut Edi Suharto, HSO adalah proses dan strategi dalam mengelola lembaga atau organisasi pelayanan sosial yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan dan kepuasaan penerima pelayanan.

Sedangkan menurut Marriane Woodside, HSO sebagai kumpulan individu yang tergabung dalam suatu organisasi yang berfungsi utamanya adalah untuk melindungi, memelihara, atau meningkatkan kesejahteraan pribadi individu-individu (Ambarwati 2016, 3).

Jadi secara komprehensif adalah lembaga yang memberikan pelayanan kemanusiaan dan memberikan pertolongan secara individu maupun kelompok.

Lembaga pelayanan kemanusiaan memiliki struktur kerja dan program kerja pelayanan kepada setiap individu maupun kelompok untuk mengadvokasi permasalahan individu atau kelompok.

2. Tujuan HSO

Dalam kaitannya dengan motivasi dari suatu organisasi pelayanan masyarakat mengadakan usaha kesejahteraan sosial (uks). Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri, pada dasarnya program atau kegiatan yang di desain secara kongkrit untuk menjawab segala

(57)

kebutuhan masyarakat. Schneiderman (1967) dikutip oleh Mendoza (1981) menyatakan tiga tujuan dari HSO, yaitu:

(1) Tujuan kemanusiaan dan keadilan sosial.

Tujuan ini berasal dari keyakinan bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk mengembangkan potensi diri yang mereka miliki.

(2) Tujuan pengendalian sosial.

Tujuan ini berdasarkan pemahaman bahwa yang tidak diuntungkan, kekurangan, atau tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya akan dapat melakukan serangan atau menjadi ancaman bagi kelompok yang sudah mapan.

(3) Tujuan pembangunan ekonomi

Tujuan ini memprioritaskan pada program- program yang dirancang untuk meningkatkan produksi barang dan jasa, serta berbagai sumber daya yang dapat menunjang serta memberikan pada pembangunan ekonomi (Ambarwati 2016, 8).

F. Kerangka Berfikir

Menurut Uma Sekaran (Sugiyono 2017, 23), mengemukakan bahwa kerangaka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai

(58)

masalah yang penting. Sedangkan menurut Suriasumantri (Sugiyono 2017, 23), kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan .

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kerangka berpikir adalah penjelasan sementara secara konseptual tentang keterkaitan hubungan pada setiap objek pemasalahan berdasarkan teori.

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir

(59)

40

A. Visi, Misi, dan Tujuan Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN)

1. Visi

a. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai kampus inklusif dan kampus ramah terhadap penyandang disabilitas pada tahun 2026.

b. CSSN sebagai lembaga kajian dan layanan mengenai disabilitas yang berkualitas dan menjadi rujukan bagi perguruan tinggi Islam di Indonesia pada tahun 2026.

2. Misi

a. Sebagai pusat studi, kajian, pelatihan, dan layanan mengenai disabilitas bagi tenaga pendidik dan kependidikan serta mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Sebagai pusat pengembangan keilmuan yang berbasis pendidikan anti-diskriminasi dan anti- penindasan.

c. Sebagai lembaga rujukan untuk melakukan advokasi dan pendampingan bagi penyandang disabilitas.

(60)

3. Tujuan

a. Membuka lebih banyak akses bagi penyandang disabilitas untuk melanjutkan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Peningkatan mutu layanan akademik dan sosial bagi mahasiswa berkebutuhan khusus berdsarkan kajian-kajian yang diselenggarakan (cssn.uinjkt.ac.id 2017).

B. Latar Belakang Lembaga

Kesenjangan dalam akses pendidikan formal bagi kelompok masyarakat berkebutuhan khusus (special needs) dan yang memiliki kemampuan berbeda (different ability) terjadi baik di negara maju maupun berkembang seperti Indonesia. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan beberapa Undang-Undang untuk melindungi hak-hak Anak Berkebutuhan Khusus, misalnya UU No. 4 Tahun 1997, yang kemudian diganti dengan UU No.8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Selain itu, pada tahun 2014, keluar Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 46 Tahun 2014 tentang Pendidikan Khusus, Pendidikan Layanan Khusus dan/atau Pembelajaran Layanan Khusus pada Pendidikan Tinggi, yang merupakan pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi bagi mahasiswa dengan kebutuhan khusus.

(61)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, memiliki kesadaran yang tinggi dan kemauan keras untuk memberikan akses bagi kelompok masyarakat berkebutuhan khusus, termasuk penyandang disabilitas. Untuk itulah, maka Center for Students with Special Needs (Pusat Kajian dan Layanan Mahasiswa Berkebutuhan Khusus) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dibentuk sebagai pelembagaan nilai- nilai inklusif universitas yang selama ini sudah dipraktikkan (www.cssn.uinjkt.ac.id).

Dengan dibentuknya lembaga ini, diharapkan lebih banyak membuka akses bagi penyandang disabilitas untuk melanjutkan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selain itu, layanan akademik dan sosial bagi mahasiswa berkebutuhan khusus, tidak hanya secara khusus mendapatkan tempat, tetapi juga akan mengalami peningkatan mutu berdasarkan kajian-kajian yang diselenggarakan.

C. Landasan Hukum

Adapun landasan hukum Lembaga Center for Student with Special Needs (CSSN) adalah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI: No.46/HUK/2014 tentang Pendidikan Khusus, Pendidikan Layanan Khusus, dan Pembelajaran Layanan Khusus Pada Pendidikan Tinggi adalah:

(62)

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas.

4. Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

5. Undang-Undang RI No 16 tahun 2016 pasal 42 ayat 3 yang menerangkan bahwa setiap perguruan tinggi wajib memfasilitasi pembentukan unit layanan disabilitas.

6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.

7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Eselon I Kementerian Negara.

8. Keputusan Presiden Nomor 84/P tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II.

D. Fasilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semakin gencar membangun fasilitas untuk memudahkan aksesibilitas mahasiswa penyandang disabilitas, seperti pembuatan akses jalan masuk di setiap gedung. Bahkan tidak hanya

(63)

sekedar fasilitas fisik, namun adanya pelayanan seperti bimbingan yang diberikan oleh CSSN juga salah satu fasilitas yang diberikan kepada mahasiswa penyandang disabilitas. Seperti yang dikutip dari Direktur Eksekutif CSSN Arief Subhan mengungkapkan, semakin ramahnya kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berkat adanya Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 46 Tahun 2017 tentang Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus di Perguruan Tinggi (uinjkt.ac.id 2018).

Meskipun demikian, memang masih ada beberapa fasilitas yang disediakan oleh kampus namun belum ramah terhadap penyandang disabilitas.

Berikut ini beberapa contoh fasilitas yang sudah maupun belum ramah disabilitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu:

1) Perpustakaan Pusat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perpustakaan pusat berfungsi melayani mahasiswa, dosen, karyawan dan masyarakat umum dalam menyediakan bahan bacaan yang dibutuhkan untuk penelitian ilmiah dan lainnya.

Terdapat akses berupa Ramp yang bisa dilalui kursi roda dengan lebar dan tingkat kemiringan sudah sesuai dengan pedoman teknis. Fasilitas lainnya adalah adanya koleksi buku dan al- qur’an Braile bagi penyandang disabilitas.

Gambar

Tabel 1.1 Informan  Wawancara ………………………………...15-16  Tabel 2.1 Pergeseran Istilah Sebutan………………………………...27  Tabel 2.2 Klasifikasi Disabilitas……………………………………..29  Tabel 4.1 Data Mahasiswa Penyandang Disabilitas……………...59-60  Tabel 5.1 Capaian Hasil Program da
Gambar  3.1  CSSN  Mendampingi  Calon Mahasiswa  Penyandang  Disabilitas  Pada  Ujian  Masuk  SPMB  Mandiri  UIN  Syarif Hidayatullah Jakarta……………………...…48  Gambar  3.2  CSSN  Melakukan  Pelatihan  tentang  Pendidikan  Inklusif……………………………………………..48  Gambar
Gambar 5.2 CSSN Melakukan Sosialisasi di UIN Expo 2019…..99  Gambar 5.3 CSSN Melakukan Roadshow ke Setiap Fakultas untuk  Mengenalkan Konsep Pendidikan Inklusif………..100  Gambar  5.4  CSSN  Melakukan  Pendampingan    bagi  Calon  Mahasiswa Penyandang Disabi
Tabel 1.1  Informan Wawancara
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bertanggung jawab atas produk SIRCLO Store dan SIRCLO Chat yang memimpin squad team Store, Prius, Chat Commerce dan Tech Excellence.. Wiguno sebagai Head

Agar pembahasan ilebih iterarah idan iuntuk imempermudah ipenulis idalam imenganalisis ihasil ipenelitian, imaka ipenulis iakan imembatasi imasalah iyang iberfokus

Ibu Atika Suri sebagai Pimpinan Redaksi Seputar Indonesia RCTI yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di redaksi Seputar Indonesia dan juga bersedia

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

IMPLEMENTASI KODE ETIK JURNALISTIK DALAM RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH SUARA HIDAYATULLAH Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi

KONSTRUKSI IDENTITAS SOSIAL KOMUNITAS PUNK MUSLIM DI PULO GADUNG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi adalah pemberdayaan ekonomi pada