• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI TATA GUNA LAHAN STUDI KASUS KAW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI TATA GUNA LAHAN STUDI KASUS KAW"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Perencanaan Kota Page 1

EVALUASI TATA GUNA LAHAN

STUDI KASUS KAWASAN DI SEKITAR

BANDARA SULTAN SYARIF QASIM PEKANBARU

DISUSUN OLEH :

(2)
(3)

Perencanaan Kota Page 3

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Pemilik dari seluruh ilmu pengetahuan, shalawat dan salam bagi junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw.atassegala rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang “Tata guna lahan”.Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan tugas ini adalah sebagai tugas akhir untuk pelajaran Perencanaan kota. Universitas Islam Riau Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota di Pekanbaru. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kekurangan yang ada. Serta penulis menyadari betul bahwa penulisan makalah ini tidak akan berhasil tanpa adanya usaha, bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak.Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis menghanturkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1.Febby Asteriani, ST. MT selaku dosen pembimbing Studio Perencanaan Desa. 2. Teman – teman yang membantu dan mendukung penulis.

3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telahmemberikan bantuan kepada penulis di dalam penyelesaian pembuatan makalah ini.

Tiada kata-kata yang lebih selain ucapan terima kasih, semoga Allah SWTmemberikan balasan kebaikan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.Akhir kata penulis berharap semoga hasil penyusunan makalahi ini bermanfaat bagikita semua. Amiin.

Pekanbaru, Desember 2013.

(4)

Perencanaan Kota Page 4

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan

I. Konsep Tata Guna Lahan ... 1

A. Pengertian Lahan ... 1

B. Jenis Penggunaan Lahan ... 2

C. Perubahan Guna Lahan ... 4

D. Struktur Tata Ruang Kota ... 5

BAB II Pembahasan I. Studi Kasus ... 8

A. Penataan guna lahan di sekitar kawasan bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru ... 8

B. Permasalahan berkembangnya guna lahan yang menganggu aktivitas Penerbangan .... 10

C. Pengaruh aktivitas penerbangan terhadap lingkungan yang ada di sekitar bandara SSQ Pekanbaru. ... 11

D. Analisis Evaluatif ... 11

1. Analisis batas kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) ... 11

2. Analisis batas kawasan kebisingan ... 12

BAB III Penutup A. Kesimpulan ... 14

Daftar Pustaka ... 15

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 : Diagram alir penataan guna lahan kawasan bandara Sultan Syarif Qasim Pekanbaru ... 9

Gambar 1.2 : kepadatan pemukiman di sekitar kawasan bandara ... 10

Gambar 1.3 : Area bandara yang berdekatan dengan pemukiman ... 11

(5)

Perencanaan Kota Page 5

DAFTAR TABEL

(6)

Perencanaan Kota Page 6 Dikatakan sebagai sumber daya alam yang penting karena lahan tersebut merupakan tempat nianusia melakukan segala aktifitasnya. Pengertian lahan dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi fisik geografi, lahan adalah tempat dimana sebualh hunian mempunyai kualitas fisik yang penting dalam penggunaannya. Sementara ditinjau dari segi ekonomi lahan adalah suatu sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam produksi (Lichrield dan Drabkin, 1980). Beberapa sifat atau karakteristik lahan yang dikemukakan oleh Sujarto (1985) dan Drabkin (4980) adalah sebagai berikut:

1. Secara fisik, lahan merupakan aset ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh kemungkinan penurtman nilai dan harga, dan tidak terpengaruhi oleh waktu, Lahan juga merupakan aset yang terbatas dan tidak bertambah besar kecuali melalui reklamasi.

2. Perbedaan antara lahan tidak terbangun dan lahan terbangun adalah lahan tidak terbangun tidak akan dipengarahi oleh kemungkinan penurunan nilai, sedangkan lahan terbangun nilainya cenderung turun karena penurunan nilai struktur bangunan yang ada di atasnya. Tetapi penurunan nilai struktur bangunan juga dapat meningkatkan nilai lahannya karena adanya harapan peningkatan fungsi penggunaan lahan tersebut selanjutnya.

3. Lahan tidak dapat dipindahkan tetapi sebagai substitusinya intensitas penggunaan lahan dapat ditingkatkam. Sehingga faktor lokasi untuk setiap jenis penggunaan lahan tidak sama.

(7)

Perencanaan Kota Page 7

pembangunan secara optimal dan efisien (Sugandhy, 1989) selain itu penggunaan lahan dapat diartikan pula suatu aktivitas manusia pada lahan yang langsung berhubungan dengan lokasi dan kondisi lahan (Soegino, 1987). Penggunaan lahan dapat diartikan juga sebagai wujud atau bentuk usaha kegiatan, pemanfaatan suatu bidang tanah pada suatu waktu (Jayadinata, 1992).

B. Jenis Penggunaan lahan

Lahan kota terbagi menjadi lahan terbangun dan lahan tak terbangun. Lahan Terbangun terdiri dari dari perumahan, industri, perdagangan, jasa dan perkantoran. Sedangkan lahan tak terbangun terbagi menjadi lahan tak terbangun yang digunakan untuk aktivitas kota (kuburan, rekreasi, transportasi, ruang terbuka) dan lahan tak terbangun non aktivitas kota (pertanian, perkebunan, area perairan, produksi dan penambangan sumber daya alam). Untuk mengetahui penggunaan lahan di suatu, wilayah, maka perlu diketahui komponen komponen penggunaan lahannya. Berdasarkan jenis pengguna lahan dan aktivitas yang dilakukan di atas lahan tersebut, maka dapat diketahui komponen-komponen pembentuk guna lahan (Chapin dan Kaiser, 1979). Menurut Maurice Yeates, komponen penggunaan lahan suatu wilayah terdiri atas (Yeates, 1980):

Sedangkan menurut Hartshorne, komponen penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi (Hartshorne, 1980):

1. Private Uses, penggunaan lahan untuk kelompok ini adalah penggunaan lahan permukiman, komersial, dan industri.

2. Public Uses, penggunaan lahan untuk kelompok ini adalah penggunaan lahan rekreasi dan pendidikan.

3. Jalan

Sedangkan menurut Lean dan Goodall , 1976), komponen penggunaan lahan dibedakan menjadi :

(8)

Perencanaan Kota Page 8

1. Penggunaan lahan yang menguntungkan

Penggunaan lahan yang menguntungkan tergantung pada penggunaan lahan yang tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan guna lahan yang tidak menguntungkan tidak dapat bersaing secara bersamaan dengan lahan untuk ftmgsi yang menguntungkan. Komponen penggunaan lahan ini meliputi penggunaan lahan untuk pertokoan, perumahan, industri, kantor dan bisnis. Tetapi keberadaan. guna lahan intidak lepas dari kelengkapan penggunaan lahan lainnya yang cenderung tidak menguntungkan, yaitu penggunaan lahan untuk sekolah, rumah sakit, taman, tempat pembuangan sampah, dan sarana prasarana. Pengadaan sarana dan prasarana yang Iengkap merupakan suatu contoh bagaimana. guna lahan yang menguntungkan dari suatu lokasi dapat inempengaruhi guna lahan yang lain. Jika lahan digunakan untuk suatu tujuan dengan membangun kelengkapan untuk guna.lahan disekitarnya, maka hal ini dapat meningkatkan nilai keuntungan secara umum, dan meningkatkan nilai-lahan. Dengan demikian akan memungkinkan beberapa guna lahan bekerjasama meningkatkan keuntungannya dengan berlokasi dekat pada salah satu guna lahan.

2. Penggunaan lahan yang tidak menguntungkan

Komponen penggunaan lahan ini meliputi penggunaan lahan untuk jalan, taman, pendidikan dan kantor pemerintahan. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa guna lahan yang menguntungkan mempunyai keterkaitan yang besar dengan guna lahan yang tidak menguntungkan. Guna lahan utama yang dapat dikaitkan dengan fungsi perumahan adalah guna lahan komersial, guna lahan industri, dan guna lahan publik maupun semi publik (Chajin dan Kaiser, 1979). Adapun penjelasan masing masing guna lahan tersebut adalah:

a. Guna lahan komersial

Fungsi komersial dapat dikombinasikan dengan perumahan melalui percampuran 15 secara vertikal. Guna lahan komersial yang harus dihindari dari perumahan adalah perdagangan grosir dan perusahaan besar. b. Guna lahan industri

Keberadaan industri tidak saja dapat inemberikan kesempatan kerja namun juga memberikan nilai tambah melalui landscape dan bangunan yang megah yang ditampilkannya. Jenis industri yang harus dihindari dari perumahan adalah industri pengolahan minyak, industri kimia, pabrik baja dan industri pengolahan hasil tambang.

(9)

Perencanaan Kota Page 9

Guna lahan ini meliputi guna lahan untuk pemadam kebakaran, tempat ibadah, sekolah, area rekreasi, kuburan, rumah sakit, terminal dan lain-lain.

C. Perubahan Guna Lahan

Pengertian perubahan guna lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Namundalam kajian land economics, pengertiannya difokuskan pada proses dialih gunakannya lahan dari lahan pertanian atau perdesaan ke penggunaan non pertanian atau perkotaan. Perubahan guna lahan ini melibatkan baik reorganisasi struktur fisik kota secara internal maupun ekspansinya ke arah luar (Pierce, 1981). Perubahan guna lahan. ini dapat tejadi karena ada beberapa faktor yang menjadi penyebab. Ada empat proses utama yang menyebabkan terjadinya perubahan guna lahan yaitu (Bourne. 1982):

1. Perluasan batas kota 2. Peremajaan di pusat kota 3. Perluasan jaringan infrastruktur

4. Tumbuh dan hilangnya pernusatan aktivitas tertentu

(10)

Perencanaan Kota Page 10

D. Struktur Tata Ruang Kota

Struktur tata ruang kota dapat membantu dalam memberi pernahaman tentang perkernbangan suatu kota. Ada 3 (tiga) teori struktur tata ruang kota yang berhubungan erat dengan perk embangain guna lahan kota dan perkembangan kota, yaitu (Chapin, 1979).

a) Teori Konsentrik (concentriczone concept) yang dikemukakan EW.Burkss.

Dalam teori konsentrik ini, Burgess mengemukakan bahwa bentuk guna lahan kota membentuk suatu zona konsentris. Dia mengemukakan wilayah kota dibagi dalam 5 (lima) zona penggunaan lahan yaitu:

1. Lingkaran dalam terletak pusat kota (central business distric atau CBD) yang terdiri bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar dan pusat perbelanjaan

2. Lingkaran kedua terdapat jalur peralihari yang terdiri dari: rumah-rumah sewaan, kawasan industri, dan perumahan buruh

3. Lingkaran ketiga terdapat jalur wisma buruh, yaitu kawasan perumahan untuk tenaga kerja pabrik 10

4. Lingkaran keempat terdapat kawasan perumahan yang luas untuk tenaga kerja kelas menengah

5. Lingkaran kelima merupakan zona penglaju yang merupakan tempat kelas menengah dan kaum berpenghasilan tinggi.

b) Teori sektor (sector concept) yang dikemukakan oleh Hommer Hoyt.

Dalam teori ini Hoyt mengemukakan beberapa masukan tambahan dari bentuk guna lahan kota yang berupa suatu penjelasan dengan penggunaan lahan permukiman yang lebih memfokusan pada pusat kota dan sepanjang jalan transportasi. Dalam teorinya ini, Hoyt membagi wilayah kota dalam beberapa zona, yaitu:

1. Lingkaran pusat, terdapat pusat kota atau CBD

2. Sektor kedua terdapat kawasan perdagangan dan industri 3. Sektor ketiga terdapat kawasan tempat tinggal kelas rendah 4. Sektor keempat terdapat kawasan tempat tinggal kelas menengah 5. Sektor kelima terdapat kawasan ternpat tinggal kelas atas.

(11)

Perencanaan Kota Page 11

Menurut McKenzie teori banyak pusat ini didasarkan pada pengamatan lingkungan sekitar yang sering terdapat suatu kesamaan pusat dalam bentuk pola guna lahan kota daripada satu titik pusat yang dikemukakan pada teori sebelumnya. Dalarn teori ini pula McKenzie menerangkan bahwa kota meliputi pusat kota, kawasan kegiatan ekonomi, kawasan hunian dan pusat lainnya. Teori banyak pusat ini selanjutnya dikembangkan oleh Chancy Harris dan Edward Ullman yang kemudian membagi kawasan kota menjadi beberapa penggunaan lahan, yaitu:

1. Pusat kota atau CBD

2 Kawasan perdagangan dan industri 3 Kawasan ternpat tinggal kelas rendah 4. Kawasan ternpat tinggal kelas menengah 5. Kawasan tempat tinggal kelas atas

6. Pusat industri berat

7. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran 8. Kawasan tempat tinggal sub-urban

9. Kawasan industri suburban

Menurut Yunus, tipe-tipe struktur tata ruang kota diatas merupakan tipe struktur ruang yang berdasarkan pendekatan ekologikal. Pendekatan ekologikal memandang manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai hubungan interrelasi dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk penggunahn lahan yaitu merupakan proses bertempat tinggal, mengembangkan keturunan, dan tempat mencari makan (Yunus, 1999).

Struktur tata ruang kota juga dapat dijelaskan berdasarkan pendekatan morfologikal, Beberapa sumber mengernukakan bahwa tinjauan terhadap morfologi kota. ditekankan pada bentuk-bentuk- fisikal dari lingkungan kekotaan dan hal ini dapat diamati dari kenampakan kota secara fisikal yang antara lain tercermin pada sistern jalan - jalan yang ada, blok-blok bangunan baik daerah hunian ataupun bukan (perdagangan/ industri) dan juga bangunan bangunan individual (Herbert, 1973 dalam Yunus,1999 J07). Ada tujuh pola struktur tata ruang kota. yang didasarkan pada pendekatan morfologikal ini (Hudson dalam Yunus, 2003) yaltu:

1. Bentuk satelit dan pusat-pusat baru. 2. Bentuk stelar atau radial

3. Bentuk cincin

(12)

Perencanaan Kota Page 12

6. Bentuk memencar

7. Bentuk kota. bawah tanah

Apabila pola jalan sebagai indikator morfologi kota, maka ada tiga sistem pola jalan yang dikenal. (yunus, 2000: 142), yaitu:

(13)

Perencanaan Kota Page 13 dinyatakan bahwa Peningkatan yang demikian itu mengarah kepada tercapainya suatu tatanan penatagunaan dan penguasaan tanah yang tertib dan teratur. Sasaran konsolidasi tanah terutama ditujukan pada wilayah sebagai berikut:

Pada point 3 SE KBPN No. 410-4245/1991 dinyatakan bahwa konsolidasi tanah meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Konsolidasi tanah perkotaan · Pemilihan lokasi;

· Penyuluhan;

· Penjajakan kesepakatan;

· Penetapan lokasi konsolidasi tanah dengan surat Kep. Bupati/walikotamadya; · Pengajuan daftar usulan rencana kegiatan konsolidasi tanah;

· Identifikasi subjek dan objek; · Pemetaan dan pengukuran keliling; · Pengukuran dan pemetaan rincian;

· Pengukuran topografi dan pemetaan penggunaan tanah; · Pembuatan blok plan/pradisain tata ruang;

· Pembuatan desain tata ruang;

· Musyawarah tentang rencana penetapan kapling baru; · Pelepasan hak atas tanah oleh para peserta;

· Penegasan tanah sebagai objek konsolidasi tanah; · Staking out/relokasi;

· Konstruksi/pembentukan badan jalan dll;

(14)

Perencanaan Kota Page 14

KERANGKA BERFIKIR

Permasalahan

Tujuan

Analisis

Hasil

Gambar 1.1 : Diagram alir penataan guna lahan kawasan bandara Sultan Syarif Qasim Pekanbaru.

Berkembangnya guna lahan yang menganggu aktivitas penerbangan

Mengetahui pengaruh aktivitas penerbangan terhadap lingkungan yang ada di sekitar Bandar undara SSQ

Pekanbaru.

Analisis Evaluatif.

 Analisis batas kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP)

 Analisis batas kawasan kebisingan

 Analisis penggunaan lahan terhadap kawasan kebisingan

Analisis Deskriptif

 Analisis potensi dan masalah

 Analisis pembagian zona kesesuian guna lahan di sekitar kawasan bandara SSQ Pekanbaru,

(15)

Perencanaan Kota Page 15

B. Permasalahan berkembangnya guna lahan yang menganggu aktivitas

Penerbangan.

Perkembangan kawasan bandara yang tidak mengikuti Pedoman Operasional Bandar udara dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan pesawat. Permukiman yang padat di sekitar bandar udara dapat menghalangi gelombang radio sehingga mengakibatkan tidak berfungsinya alat navigasi dan radarPerkembangan kawasan bandara yang tidak mengikuti Pedoman Operasional Bandar udara dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan pesawat. Permukiman yang padat di sekitar bandar udara dapat menghalangi gelombang radio sehingga mengakibatkan tidak berfungsinya alat navigasi dan radar. Beberapa dampak yang mempengaruhi aktivitas dan kehidupan penduduk sekitar dan sebaliknya aktivitas penduduk sekitar juga akan mempengaruhi operasional bandar udara.

Berikut adalah bahaya dari kebisangan pada kawasan dekat pada bandara. a. Gangguann terhadap pembicaraan atau komunikasi.

b. Gangguan terhadap waktu istirahat. c. Gangguan tidur dan aktifitas kerja.

d. Berpengaruh tidak baik terhadap bayi dalam kandungan. e. Menyebabkan menurunnya ambang pendengaran manusia. f. Menyebabkan menurunya kualitas lingkungan hidup.

Gambar 1.2 : kepadatan pemukiman di sekitar kawasan bandara.

(16)

Perencanaan Kota Page 16

C. Pengaruh aktivitas penerbangan terhadap lingkungan yang ada di sekitar

bandara SSQ Pekanbaru.

Salah satu penyebab banyaknya kawasan yang berada pada sekitar Bandar udara terhadap daerah sekitarnya berupa kebisingan, kawasan keselamatan dan operasional penerbangan dan kawasan Instrument Landing System. Analisis dari beberapa elemen di atas akan menghasilkan arahan pengembangan kawasan sekitar bandar udara dalam pemanfaatan dan pengendalian tata ruang kawasan tersebut.

Gambar 1.3 : Area bandara yang berdekatan dengan pemukiman.

Sumber : google map

D. Analisis Evaluatif

1. Analisis batas kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP).

Merupakan analisis yang di gunakan untuk mengetahui batasan KKOP Bandar udara SSQ Pekanbaru . KKOP di sekitar bandara terdiri dari kawasan pendekatan dan kawasan lepas lamdas, kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan.

(17)

Perencanaan Kota Page 17

Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan Sebagian dari kawasan pendekatan yang berbatasan langsung dengan ujung-ujung landas pacu dan mempunyai ukuran tertentu, yang dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya kecelakaan.

2. Analisis batas kawasan kebisingan.

Anilisis batasan kawasan kebisingan ini merupakan analisi yang digunakan untuk mengetahui batas – batas kawasan kebisingan yang dapat ditimbulkan dari aktivitas penerbangan pada bandara SSQ Pekanbaru . Adanya zona-zona kebisingan berdasarkan kesesuaian lahan. Seperti berikut.

Tabel 1.1 : kawasan kebisingan dengan zona dan persyaratannya.

(18)

Perencanaan Kota Page 18

Gambar 1.4 : Zona tingkat kebisingan pada bandara

(19)

Perencanaan Kota Page 19

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan

Perkembangan kawasan bandara yang tidak mengikuti Pedoman Operasional Bandar udara dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan pesawat. Permukiman yang padat di sekitar bandar udara dapat menghalangi gelombang radio sehingga mengakibatkan tidak berfungsinya alat navigasi dan radarPerkembangan kawasan bandara yang tidak mengikuti Pedoman Operasional Bandar udara dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan pesawat.

(20)

Perencanaan Kota Page 20

Daftar Pustaka

Blow. C.J . 1995 Airport and Terminal. England,

Hill Mc Graw 1983 Perencanaan dan Perancangan Bandar udara, Surabaya, Penerbit Erlangga

Gambar

Gambar 1.1 : Diagram alir penataan guna lahan kawasan bandara Sultan Syarif
Gambar 1.2 : kepadatan pemukiman di sekitar kawasan bandara.
Gambar 1.3 : Area bandara yang berdekatan dengan pemukiman.
Tabel 1.1 : kawasan kebisingan dengan zona dan persyaratannya.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan hasil bahwa metode yang paling mudah dipahami, metode yang paling efektif digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan

Melati 27 adalah pancig ulur (hand line) yang pada umumnya digunakan oleh nelayan Kota Bitung terdiri dari gulungan tali, tali utama, swivel pemberat, kantong umpan, tali cabang,

Dalam penelitian ini data hasil kuesioner dimana seseorang mempunyai dua alternatif pilihan rute menuju Kota Bandar Lampung – Pelabuhan Bakauheni yaitu melewati

Selain itu, fumigasi di inkubator/setter sebaiknya tidak dilakukan pada hari ke-2 (24 jam) sampai hari ke-4 (96 jam) dari saat telur masuk ke mesin tetas. Untuk mendapatkan

Ketika semua keluarga baik dari calon mempelai pria dan semua keluarga baik dari calon mempelai wanita dan dengan petugas KUA sendiri telah berada di dalam satu majelis kemudian

[r]

Abstrak:Tujuan penelitian ini: (1) Untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan terapi okupasi pada anak CP Spastik di SDLB Negeri Patrang terkait perencanaan, pelaksanaan,

Penelitian ini merupakan penelitian yang mereplikasi dari penelitian Arief dan Bambang (2007) yang berjudul mekanisme corporate governance, manajemen laba dan