• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Mengenal Menerima Dan Menghargai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Mengenal Menerima Dan Menghargai"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KEPRIBADIAN

MENGENAL, MENERIMA DAN MENGHARGAI

DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN

Disusun Oleh:

Kelompok I | Tingkat II C

M. Nurcholis

NIM: 72.20.001.D.13.099

(2)

KATA

PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa, karena berkat rahmat serta karunia-NYA lah kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Kepribadian dengan membuat makalah mengenai Mengenal,Menerima dan Menghargai Diri Sendiri dan orang lain ini tepat pada waktu yang telah ditentukan..Yang mana tugas ini adalah tugas pertama mata kuliah Kepribadian di semester III yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Kepribadian kepada kami.

Makalah ini disusun agar pembaca serta kami sendiri dapat memperluas pengetahuan dan pemahaman mengenai Mengenal,Menerima dan Menghargai Diri Sendiri dan orang lain. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, maupun dapat pula digunakan sebagai bahan belajar dan sebagai prasarana penunjang tercapainya pemahaman yang baik mengenai Mengenal,Menerima dan Menghargai Diri Sendiri dan orang lain. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik serta saran positif yang membangun, agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna dimasa yang akan datang.

Samarinda, Oktober 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI ...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A.

Latar Belakang...1

B.

Tujuan...1

C.

Manfaat Penulisan...1

BAB II PEMBAHASAN...2

A. Mengenal Diri Sendiri Dan Orang Lain...2

B. Menerima Diri Sendiri Dan Orang Lain...8

C. Menghargai Diri Sendiri Dan Orang Lain...14

D. Cara Positip Mengatasi Rasa Rendah Diri...15

E. Upaya Agar Dihargai...15

BAB III PENUTUP...16

A. Kesimpulan...16

B. Saran...16

DAFTAR PUSTAKA...17

LAMPIRAN...18

BAB I

(4)

A. Latar Belakang

Pemahaman diri yang objektif akan membuat seseorang mengerti akan dirinya, termasuk kelemahan dan kelebihan yang dimiliki serta bisa bersikap positif dalam menanggapi kelemahan dan kelebihan yang ada. Menurut Loekmono (dalam Kartono, 1985) tujuan mengenal dan memahami diri sendiri bukannya untuk membuat orang menjadi kecewa setelah mengetahui bagaimana kepribadian dirinya, tetapi diharapakan agar setelah mengenal dan memahami dirinya sendiri seseorang dapat menerima kenyataan yang ada lalu berusaha dengan yang ada pada dirinya untuk mengembangkan pribadinya agar sehat dan memiliki karakteristik yang positif. Dan menghargai diri sendiri dan orang lain, tidak lepas dari kehidupan kita di dunia ini,dimana-mana kita menemukan makna menghargai. Menghargai teman bermain, menghargai guru-guru di sekolah, menghargai orang lain walaupun tidak di kenal, yang paling utama adalah menghargai orang tua. Kita harus belajar saling menghargai satu sama lain, memberikan nilai baik pada karya-karya orang lain, bagaimana perkataan atau sikap kita terhadap orang lain, tidak dapat diulang kembali.

B. Tujuan

Mengetahui bagaimana cara Mengenal, Menerima, dan Menghargai diri sendiri dan orang lain.

C.

Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan juga pemahaman terhadap diri dan orang lain. Hal itu terdiri dari pemahaman menenai apa, bagaimana, serta upaya yang dibutuhkan dan diperlukan pada tahap mengenal, memahami dan juga menghargai diri sendiri dan orang lain. Sehingga dengan pengetahuan yang kita miliki, kita akan lebih mengenal dan menghargai diri kita sebagai individu serta orang lain sebagai individu yang unik secara holistic.

(5)

PEMBAHASAN

A.

Mengenal Diri Sendiri Dan Orang Lain

a. Pengertian

Kunci proses pengembangan diri adalah mengenal diri sendiri. Ini tidak hanya berlaku bagi keberhasilan di bidang karier, melainkan juga di berbagai bidang kehidupan lainnya, termasuk keluarga, sosial masyarakat, dan spiritual. Dengan mengenal diri sendiri, seseorang mengetahui apa yang mesti jadi tujuan hidupnya. Ia menyadari kemampuan dan bakat-bakatnya serta tahu bagaimana menggunakannya demi mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian ia lebih mampu menemukan makna dan kepenuhan dari hidupnya. Di lingkungan kita, banyak orang yang mengaku mengenal dirinya sendiri. Padahal apa yang diketahui tentang dirinya itu berbeda dengan pemahaman orang yang melihatnya sehari-hari. Mengapa hal seperti itu bisa bahkan sering terjadi? Siapakah diri kita? Pada hakikatnya semakin yang kita ceritakan tentang diri kita sama dengan apa yang orang lain dengar itu berarti kita semakin mengenal diri kita, semakin banyak yang berbeda berarti kita tidak mengenal diri kita. Baik yang menilai dirinya terlalu tinggi maupun terlalu rendah, keduanya tidak sesuai kenyataan dan itu berarti jelek. Hal ini secara mental atau psikologis tidak sehat. Orang yang selalu pakai kedok akan capek, lalu memberikan stres yang besar pada diri sendiri.

Dalam psikologi ada konsep yang disebut Johari Window atau Jendela Johari, yang menggambarkan pengenalan diri kita. 0da empat jendela dalam Jendela Johari.

a. Jendela terbuka.

Hal-hal yang kita tahu tentang diri sendiri, tapi orang lain pun tahu. Misalnya keadaan fisik, profesi, asal daerah, dan lain-lain.

b. Jendela tertutup.

Hal-hal mengenai diri kita yang kita tahu tapi orang lain tidak tahu. Misalnya isi perasaan, pendapat, kebiasaan tidur, dan sebagainya.

c. Jendela buta.

Hal-hal yang kita tidak tahu tentang diri sendiri, tapi orang lain tahu. Misalnya hal-hal yang bernilai positif dan negatif pada kepribadian kita.

(6)

Hal-hal mengenai diri kita, tapi kita sendiri maupun orang lain tidak tahu. Ini adalah wilayah misteri dalam kehidupan.

Semakin besar daerah/jendela terbuka kita akan semakin baik, karena berarti kita mengenal diri secara baik. Orang yang memiliki daerah tertutup lebih besar akan mengalami kesulitan dalam pergaulan. Adapun mereka yang memiliki daerah buta sangat besar, bisanya akan membuat orang lain merasa kasihan. Ada dua cara untuk membuat jendela kita terbuka lebar, yaitu:

1. Bersedia menerima umpan balik, secara verbal maupun non-verbal

Bersedialah untuk menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain tentang diri kita. Kalau ada orang yang memberikan kritik sangat pedas, ada baiknya dikaji. Jika merasa tidak benar, tanyakan, mengapa dia mengungkapkan hal itu, cari klarifikasi, dan bukan membalas menghajarnya atau mengkritik balik. Kritik adalah bentuk umpan balik yang berisi informasi negatif tentang diri kita, yang mungkin kita anggap kelemahan. Harusnya kritik itu berisi saran, karena kritik itu berarti menunjukkan kesalahan dan harus bisa memberitahu bagaimana jalan keluarnya.

2. Kita juga harus mau lebih membuka diri.

Ungkapkan kalau ada uneg-uneg, kekesalan, kejengkelan dan sebagainya. Bisa lisan bisa tertulis harus diungkapkan terus terang. Bisa juga kita membuka kekuatan.

Jawablah dengan jujur, apakah anda benar-benar mengenal diri anda sendiri? Ada banyak metode mengenal diri. Salah satunya adalah dengan mengisi kuisioner. Apa pun bentuk metode yang dipilih, tuntutan dasarnya adalah seseorang harus jujur pada dirinya sendiri. Ambil contoh ringan, banyak orang tidak jujur saat mengisi kuisioner mengenai dirinya, terlebih lagi bila hasil kuisioner tersebut dinilai oleh pihak lain. Mereka mengira dengan menulis jawaban yang ideal, mereka akan mendapatkan hasil penilaian yang baik, padahal mereka sedang membohongi diri mereka sendiri, yang justru mengagalkan proses pengembangan diri. Penyebab utamanya adalah karena banyak orang bersikap untuk memenuhi harapan orang lain. Ketidakjujuran dan ketidakmampuan untuk bersikap apa adanya membuat mereka tidak menjadi diri mereka sendiri.

(7)

menganggap orang lain dan lingkungan sebagai sumber kegagalan. Mereka mengingkari bahwa penyebabnya justru berasal dari dalam diri mereka sendiri. Di lain pihak, seringkali pula orang tidak mampu jujur pada diri sendiri karena salah dalam memahami keberhasilan yang sedang diraihnya. Banyak orang berhasil lalu mengira mampu melakukan apa saja. Mereka mengembangkan kedua belah lengannya lebar-lebar dan menyangka akan berhasil di semua hal. Mereka tak mau mengakui bahwa ada batas-batas yang tak mungkin dilalui. Jujur pada diri sendiri adalah bersedia untuk menerima segala sesuatu apa adanya. Mengenali diri sendiri adalah belajar untuk menilai dan memahami diri sendiri dengan pikiran jernih tanpa dibebani dengan prasangka, harapan, ketakutan dan perasaan-perasaan lain. Maukah anda memaafkan segala sesuatu yang telah terjadi, dan menerima sebagaimana adanya dengan hati lapang ?.

Mengenal diri sendiri bukan sekedar mengenal nama, alamat, usia, dan apa-apa yang tercantum dalam curiculum vitae. Mengenal diri sendiri adalah proses dan hubungan timbal balik antara seseorang dengan dirinya sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, orang terbiasa untuk berhubungan dengan orang lain. Mereka mengembangkan berbagai cara komunikasi efektif dengan orang lain demi tercapainya tujuan. Demikian pula halnya dengan belajar mengenal diri sendiri, seseorang harus mengembangkan bentuk komunikasi timbal balik yang baik dengan dirinya sendiri.

Mereka harus menumbuhkan kemampuan untuk melihat dan mendengar apa yang dikatakan oleh dirinya sendiri agar mampu memahaminya dengan baik. Proses ini adalah ketrampilan yang harus diasah terus-menerus. Pada awalnya selalu terasa berat, karena sebelum bertindak seseorang harus mengkomunikasikannya terlebih dahulu dengan dirinya sendiri, “apakah ini adalah sesuatu yang sesuai dengan diri saya? apakah ini benar-benar menjadi keinginan diri saya?” Dengan kata lain proses mengenal diri sendiri adalah proses membangkitkan kesadaran diri. Dan, bagian terberat dalam proses ini adalah belajar untuk disiplin.

(8)

mengheningkan cipta, atau berbagai istilah lain. Pengamatan ini menumbuhkan kesadaran yang lebih tenang, yang mampu melihat secara jernih pikiran dan perasaan yang sedang terjadi, kemampuan, bakat dan ketrampilan yang dimiliki, kekuatan dan kesempatan untuk menggunakan semua pikiran, perasaan, kemampuan, bakat dan ketrampilan itu untuk sebaik-baiknya kehidupan karier. Pengamatan diri ini dapat dilakukan di setiap saat sembari melakukan kegiatan sehari-hari. Justru dalam kegiatan sehari-hari itulah seseorang berkesempatan untuk menyadari betapa banyak gejolak pikiran, perasaan yang muncul silih berganti.

Apakah anda bersedia menjadi diri anda sendiri? Banyak orang mengaburkan arti menjadi “diri sendiri” dengan “semaunya sendiri”. Menjadi diri sendiri melalui proses mengenal diri adalah menumbuhkan pengendalian diri karena dalam mengembangkan dirinya seseorang harus senantiasa berjalan pada potensi-potensi yang dianugerahkan padanya. Selain itu, banyak orang menjadi apa yang dikatakan orang lain dan menganggapnya itu sesuai dengan dirinya. Yang perlu disadari adalah bahwa setiap orang itu berbeda dan unik. Tak ada orang yang sama. Mereka dianugerahi kemampuan, potensi dan bakat yang berbeda-beda.Tugas manusia adalah menggunakan semua itu untuk kemajuan kehidupan ini. Tujuan mengenal diri untuk pengembangan karir adalah mengenal apa potensi-potensi, bakat-bakat, kemampuan dan ketrampilan yang ada pada diri agar bisa digunakan untuk kemajuan karir. Selain itu, mengenal diri akan menumbuhkan kesadaran dan pengendalian diri, suatu bentuk pengembangan emosi dan spiritual yang dibutuhkan untuk mengiringi langkah kemajuan karir. Diri sendiri (pribadi) adalah milik orang yang paling berharga, karunia Tuhan yang paling indah, yang memberi ciri khas dan menentukan keunikan setiap orang. Di dalamnya tersembunyi potensi-potensi yang bisa dikembangkan dan digunakan dalam hidup. Manusia berkewajiban untuk mengenal, menguasai dan mengembangkan potensi-potensi tersebut dan memadukannya hingga menjadi satu kesatuan yang kompak dan serasi.

(9)

kehidupan batin dan kemampuan kita; tak tahu apa minat kita. Kalau toh sudah tahu ada sifat-sifat yang kurang baik, kita tak mau memperbaikinya, malah orang lain yang kita suruh menerima kita apa adanya. Memahami diri sendiri penting bagi guru dan konselor agar mempunyai kesehatan jiwa, karena jika jiwa/mentalnya tidak sehat, ia tak akan bisa mengajar dengan baik. Bahkan “sakit jiwa” nya itu akan menular pada anak didiknya. Sedangkan bagi konselor, ia akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan keahlian tertentu untuk menolong kliennya.

Berikut ini ada tipe-tipe manusia menurut Kant yang bisa membantu kita mengenal diri sendiri.

1) Sanguinis (Berdarah Ringan), ciri-cirinya:

 sering berjanji tapi jarang ditepati, karena tidak dipikir dulu masak-masak.

 tak dapat diandalkan.

 sukar bertobat, tak pernah kapok, jarang menyesal.

 ramah dan periang.

 dalam masalah-masalah yang serius cepat bosan, tapi dalam soal hiburan tak bosan-bosannya.

2) Melankholis (Berdarah Berat), ciri-cirinya:

 perhatiannya tertuju pada kesulian-kesulitannya.

 kurang puas akan dirinya sendiri. Kurang suka melihat orang lain senang (iri, dengki).

 tidak mudah percaya pada orang lain.

 selalu menepati janji.

 selalu bimbang/ragu.

3) Choleris (Berdarah Panas), ciri-cirinya:

 cepat terbakar (marah) tapi cepat pula padamnya.

 tindakan-tindakannya cepat tapi tidak tetap.

 suka memerintah.

 mengejar kehormatan, suka dipuji (riya).

 suka formalitas.

 cinta pada diri

(10)

Dalam arti negatif

 tidak mudah marah, tapi kalau sudah marah awet.

 tidak mudah bergerak, tapi kalau sudah bergerak tahan lama.

 tidak risau dengan keadannya itu.

 cocok untuk tugas-tugas ilmiah.

2. Cara-Cara Untuk Mengenal Diri Sendiri

Mengenal diri sendiri amat penting dalam hidup ini. Sebab orang yang mengenal dirinya akan mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Ia akan pandai menempatkan diri dalam pergaulan. Juga mampu mengelola kelebihannya (potensi) untuk meraih kesuksesan hidup di masa depan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengenal diri sendiri adalah :

a. Mencatat kelebihan dan kekurangan kita.

Ambil waktu yang luang dan tenang untuk melakukan hal ini. Lalu biarkan pikiran kita menjelajah masa lalu. Catat prestasi-prestasi yang pernah kita lakukan, sifat-sifat kita yang baik atau yang kurang baik atau kesukaan (hobi) yang kita miliki. Bisa juga kita minta bantuan orang yang kita percayai dan mengenal diri kita secara dekat untuk ditanyai tentang apa sebenarnya kelebihan dan kekurangan kita.

b. Untuk membantu mengenal kelebihan dan kekurangan diri dekatkan diri kita kepada Allah SWT.

c. Gunakan catatan itu untuk memperbaiki kekurangan kita.

Sebaliknya, menggunakan kelebihan yang kita miliki untuk merancang cita-cita yang sesuai dengan potensi (kelebihan) yang kita miliki.

d. Jangan lakukan mengenal diri hanya dengan mengenal kekurangan diri kita saja. Sebabnya dampaknya membuat kita menjadi minder. Apalagi jika kekurangan tersebut adalah kekurangan yang dicapkan orang lain kepada kita. Jangan hidup dengan label yang diberikan orang lain kepada kita padahal kita belum tentu seperti itu. Misalnya, kita percaya bahwa kita orang malas hanya karena beberapa orang mengatakan hal itu, padahal sebenarnya kita adalah orang yang rajin.

(11)

pikiran positif seperti apa diri kita di masa mendatang. Yakin bahwa kita bisa berubah seperti apa yang kita maui. Niscaya diri kita di masa mendatang akan lebih baik dari diri kita di masa kini (terjadinya peningkatan kualitas diri).

B. Menerima Diri Sendiri Dan Orang Lain

1.

Pengertian

Penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, ia dapat menerima keadaan dirinya secara tenang, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Mereka bebas dari rasa bersalah, rasa malu, dan rendah diri karena keterbatasan diri serta kebebasan dari kecemasan akan adanya penilaian dari orang lain terhadap keadaan dirinya. Penerimaan diri berkaitan dengan orang yang sehat secara psikologis yang memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap siapa dan apa diri mereka. Penerimaan diri merupakan salah satu karakteristik dalam kesehatan mental seseorang. Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik akan memperlihatkan perasaan menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain.

Penerimaan diri merupakan sikap yang positif, yang ketika individu menerima diri sebagai seorang manusia. Ia dapat menerima keadaan emosionalanya (depresi, marah, takut, cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu orang lain.

Menurut Ryff (dalam Kail dan Cavanaugh, 2000) penerimaan diri sebagai individu yang memiliki pandangan positif tentang dirinya, mengakui dan menerima segi yang berbeda dari dirinya sendiri.

Penerimaan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan merasa positif dengan kehidupan yang telah dijalani. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, dapat menerima keadaan dirinya secara tenang dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, serta memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap siapa dan apa diri mereka, dapat menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain, serta menerima keadaan emosionalnya (depresi, marah, takut, cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu orang lain.

(12)

gangguan tidak akan memasuki kehidupan mereka. Maka bukanlah suatu yang mengejutkan, ketika remaja diagnosa terkena penyakit terminal seperti kanker, mereka akan merasa terkejut, terhina dan merasa tidak adil (Taylor, 1999). Setelah didiagnosa adanya leukemia remaja sering berada dalam tahap krisis yang ditandai dengan ketidakseimbangan fisik, sosial dan psikis. Penyakit seperti leukemia dapat mengakibatkan perubahan drastis dalam konsep diri dan harga diri penderita. Perubahan ini dapat terjadi secara sementara namun dapat juga menetap. Dengan adanya diagnosa leukemia pada diri remaja dan menjalankan treatment-treatment dengan efek samping yang dihasilkan dari treatment tersebut, hospitalisasi dan dampak yang diberikan pada kehidupan remaja, hal-hal seperti ini kemungkinan dapat mempengaruhi penerimaan dirinya.

2. Aspek-Aspek Penerimaan Diri

Aspek-aspek yang terkandung dalam penerimaan diri, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan diri

Proses penerimaan diri dapat ditempuh melalui pengetahuan terhadap diri sendiri terutama keterbatasan diri sehingga individu tidak berbuat di luar kesanggupannya dan tidak perlu berpura¬pura sanggup melakukan sesuatu. Pengetahuan diri dapat dilakukan dengan mengenal diri baik secara internal maupun eksternal. Mengenal secara internal dapat dilakukan dengan cara menilai diri sendiri dalam hal kelebihan, kelemahan, sifat-sifat, dan lain-lain. Secara eksternal pengenalan diri dilakukan dengan cara menilai diri menurut pandangan orang lain.

b. Penerimaan diri pantulan (reflected self-acceptance)

Yaitu membuat kesimpulan tentang diri kita berdasarkan penangkapan kita tentang bagaimana orang lain memandang diri kita. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara meminta pendapat orang lain tentang diri sendiri.

c. Penerimaan diri dasar (basic self-acceptance)

(13)

Yaitu penilaian tentang diri yang sebenarnya dibandingkan dengan diri yang diimpikan atau inginkan. Kesenjangan antara diri ideal dan riil hanya akan menyebabkan individu merasa tidak puas diri dan mudah frustasi.

e. Pengungkapan diri

Pengungkapan diri mengandung arti bahwa penerimaan diri dapat ditempuh dengan upaya mengasah keberanian untuk mengungkapan diri (pikiran, perasaan, atau lainnya) kepada orang lain. Pengungkapan diri dapat memberi informasi kepada individu tentang siapa dirinya, sebab dari interaksi tersebut individu akan mendapat feed back yang berguna untuk memperkaya pengetahuan tentang dirinya. Pengungkapan pikiran atau perasaan hendaknya dilakukan secara asertif sebab tindakan tersebut lebih mendukung pada perkembangan kepribadian yang sehat daripada cara agresif maupun pasif. Menurut Allport (Sobur, 2003) elemen penting dalam penerimaan diri adalah kemampuan mengontrol emosi. Upaya mengontrol emosi dapat dilakukan melalui tindakan asertif, sebab di dalam asertif terdapat pengontrolan emosi sehingga pengungkapan diri antar individu yang berkomunikasi dapat berjalan seimbang dan tidak ada individu yang tersakiti atau menyakiti.

f. Penyesuaian diri

Dalam penerimaan diri terdapat penyesuaian diri. Individu yang tidak mampu menyesuaikan diri menjadi tidak mampu untuk menerima dirinya sendiri. Misalnya, ketika individu memiliki cacat pada tubuhnya, maka individu harus menyesuaikan diri dengan cacat tersebut, agar cacatnya dapat diterima menjadi bagian dari dirinya. Sebaliknya, bila tidak mampu menyesuaikan diri maka individu cenderung mengembangkan reaksi negatif bagi dirinya seperti terus menerus mengeluh, putus asa, frustasi, mengacuhkan dirinya, dan lain-lain. Reaksi tersebut menunjukkan bahwa individu berupaya melakukan penolakan terhadap cacat tubuhnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka individu tidak akan mampu menerima dirinya.

g. Memanfaatkan potensi secara efektif

(14)

Kesimpulannya, aspek-aspek dalam penerimaan diri meliputi pengetahuan diri, penerimaan diri pantulan, penerimaan diri dasar, pembandingan antara diri yang riil dengan ideal, pengungkapan diri, penyesuaian diri, Memanfaatkan potensi secara efektif.

1) Ciri-ciri Penerimaan diri

Beberapa ciri penerimaan diri untuk membedakan antara orang yang menerima keadaan diri dengan orang yang menolak keadaan diri (denial). Berikut ini adalah ciri dari orang yang menerima keadaan diri :

a. Orang yang menerima dirinya memiliki harapan yang realistis terhadap

d. Menyadari asset diri yang dimilikinya, dan merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginannya.

e. Menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri. 2) Faktor-faktor yang berperan dalam Penerimaan diri

Faktor-faktor yang berperan dalam penerimaan diri yang positif sebagai :

a. Adanya pemahaman tentang diri sendiri

Hal ini dapat timbul dari kesempatan seseorang untuk mengenali kemampuan dan ketidakmampuannya. Pemahaman diri dan penerimaan diri berjalan dengan berdampingan, maksudnya semakin orang dapat memahami dirinya, maka semakin dapat menerima dirinya.

b. Adanya harapan yang realistik

Hal ini bisa timbul bila individu menentukan sendiri harapannya dan disesuaikan dengan pemahaman mengenai kemampuannya, dan bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuannya.

c. Tidak adanya hambatan didalam lingkungan

Walaupun seseorang sudah memiliki harapan yang realistik, tetapi bila lingkungan disekitarnya tidak memberikan kesempatan atau bahkan menghalangi maka harapan orang tersebut tentu akan sulit tercapai.

d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan

Tidak adanya prasangka, adanya penghargaan terhada kemampuan sosial orang lain dan kesediaan individu untuk mengikuti kebiasaan lingkungan

e. Tidak adanya gangguan emosional yang berat

(15)

f. Pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif maupun kuantitatif Keberhasilan yang dialami dapat menimbulkan penerimaan diri dan sebaliknya kegagalan yang dialami dapat mengakibatkan adanya penolakan diri.

g. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik

Mengindentifikasi diri dengan orang yang Well adjusted dapat membangun sikap-sikap yang positif terhadap diri sendiri, dan bertingkah laku dengan baik yang bisa menimbulkan penilaian diri yang baik dan penerimaan diri yang baik.

h. Adanya prespektif diri yang luas

Yaitu mempertahatikan juga pandangan orang lain tentang diri. Prespektif diri yang luas ini diperoleh melalui pengalaman dan belajar. Dalam hal ini usia dan tingkat pendidikan memegang peranan penting bagi seseorang untuk mengembangkan prespektif dirinya.

i. Pola asuh dimasa kecil yang baik

Anak yang diasuh secara demokratis akan cenderung berkembang sebagai orang yang dapat menghargai dirinya sendiri

j. Konsep diri yang stabil

Individu yang tidak memiliki konsep diri stabil misalnya, maka kadang individu menyukai dirinya, dan kadang ia tidak menyukai dirinya, akan sulit menunjukan pada orang lain siapa dirinya yang sebenarnya, sebab individu.

3. Contoh penerimaan diri

Kondisi fisik dan psikis dari penderita epilepsi membawa dampak negatif bagi perkembangan psikologisnya. Ada beberapa bentuk gangguan yang muncul dalam kondisi tersebut antara lain: rasa malu, rendah diri, hilangnya harga diri dan kepercayaan diri. Bentuk gangguan tersebut dapat menyebabkan penderita mengalami depresi yang berkepanjangan apabila tidak segera diatasi. Depresi yang dialami oleh penderita dapat mempengaruhi kemampuan untuk menerima diri sendiri. Penderita yang tidak dapat menerima diri sendiri akan merasa dirinya tidak berarti, tidak berguna, sehingga akan semakin merasa terasing dan terkucil dari lingkungannya.

(16)

situasi. Setelah mengalami keterkejutan yang merupakan reaksi darurat din atas, penderita akan berlanjut pada tahap ke dua, yaitu encounter pada saat penderita mulai memahami penyakitnya dan bahwa ia harus hidup dengan membawa penyakit kronis tersebut. Pada masa ini, penderita sering kali kurang mampu merencanakan tindakan untuk mengatasi keadaan secara efektif. Banyak pasien yang menggunakan strategi penghindaran (avoidance) karena stres tinggi yang dirasakan penderita tersebut. Tahap ini akan berlanjut pada tahapan yang ketiga, yaitu retreat pada saat pasien mulai menyadari realitas dan berusaha untuk menjalani hidupnya sebaik mungkin, sekalipun dengan penyakit yang dideritanya.

C. Menghargai Diri Sendiri Dan Orang Lain

Menghargai adalah suatu sikap menghormati dan menjaga diri sendiri, tidak membiarkannya terlantar dan menjadi beban orang lain, serta tidak membiarkannya, diperalat atau dimanipulasi oleh orang lain.

Harga diri Adalah apa yang saya pikirkan dan rasakan tentang diri saya sendiri bukanlah apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain.

1. Sikap Menghargai Diri Sendiri

Menjadikan dirinya sebagai subjek pelaku, aktif dalam setiap tindakan , tidak menjadikan dirinya objek yang tertindas, yang hanya menerima nasib begitu saja, menjauhkan diri dari tindakam tercela, madat, narkoba, judi, maling, provokator dan sebagainya, sikap-sikap seperti konsisten, tanggung jawab dan menghargai waktu, termasuk wujud dari sikap menghargai diri sendiri.

Biasakanlah berbicara: Kebahagiaan-Kemajuan-Kemakmuran. 2. Mengembangkan Harga Diri

Mengembangkan keyakinan bahwa seseorang mampu hidup dan patut berbahagia dalam menghadapi kehidupan dengan penuh keyakinan, kebajikan dan optimisme yang akan membantu kita mencapai tujuan. Dengan mengembangkan harga diri berarti memperluas kapasitas untuk mencapai kebahagiaan. Semakin kokoh harga diri seseorang semakin kreatif dalam bekerja, semakin hormat dan bijak dalam memperlakukan orang lain karena tidak memandang orang lain sebagai ancaman.

Harga diri yang sejati tidak diungkapkan melalui pemujaan diri saja dengan mengorbankan oranglain atau menyengsarakan orang lain untuk kebahagiaan

sendiri.

(17)

Rasa rendah diri menganggap diri kecil dan tak berarti. Orang yang rendah diri senantiasa dikejar-kejar oleh kekurangan-kekurangan yang menghantui baik kekurangan itu sungguh-sungguh ada atau hanya dibayangkan diri sendiri.

Seluruh hidupnya penuh diliputi oleh kerja membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain dan hampir selalu merasa kalah. Ciri-Ciri orang yang rendah diri antara lain:

a) Menuntut cinta dan kekaguman terlalu banyak dari orang lain. b) Gila kesempatan dan berharap terlalu banyak pada dirinya. c) Terlalu takut mengalami kekalahan dan kegagalan.

d) Terlalu dihantui sukses orang lain.

e) Menghindari tanggung jawab dengan menyatakan telah gagal. f) Terlalu peka perasaan.

Cara-cara Negatif Mengatasi rendah diri:

Membangun mekanisme pertahanan. Si penderita merasa rendah diri mau menutupi dirinya dengan selubung yang berkilau-kilau. Ia bicara besar, belagak, mengada-ada, membual tentang prestasi-prestasinya dalam banyak bidang, menunjukkan sikap berlebih-lebihan pada saat-saat yang tidak tepat. Ia selalu merasa was-was dan berjaga-jaga kalau orang lain tahu dia yang sebenarnya.

Mengundurkan diri dari Lingkungan

D. Cara Positip Mengatasi Rasa Rendah Diri

a. Langsung bertindak mengatasi kekurangan.

b. Substitutsi (cara Mengganti)

c. Mau menerima kekurangan-kekurangan dan batas kemampuan kita

d. Tuhan menciptakan tiap-tiap manusia dengan selau keistimewaan tertentu.

e. Mencatat dan mengingat-ingat sukses yang pernah dicapai.

E. Upaya Agar Dihargai

a. Menghormati diri sendiri.

b. Memperbaiki penampilan.

(18)

c.

Hidup penuh kebaikan dengan menghargai berbagai kenyataan, pengetahuan dan kebenaran, suatu sarana membangkitkan tingkat kesadaran yang mengatasi tindakan-tindakan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengenal diri merupakan salah satu ciri khas manusia, sebagai makhluk istimewa, terutama karena memiliki akal budi dan kehendak bebas. —Mengenal diri: suatu keberhasilan memahami hal-hal yang penting tentang diri sendiri dan orang lain, yang membantu dalam usaha membangun sikap baik dan positif, mau menerima dan mengembangkan diri sendiri dan orang lain. Utamanya: mengenal kepribadian, watak dan temperamen, bakat dan potensi, serta dapat memetakan diri sendiri perihal kekuatan dan kelemahan.

Penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, ia dapat menerima keadaan dirinya secara tenang, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Mereka bebas dari rasa bersalah, rasa malu, dan rendah diri karena keterbatasan diri serta kebebasan dari kecemasan akan adanya penilaian dari orang lain terhadap keadaan dirinya.

Menghargai adalah suatu sikap menghormati dan menjaga diri sendiri, tidak membiarkannya terlantar dan menjadi beban orang lain, serta tidak membiarkannya, diperalat atau dimanipulasi oleh orang lain.

B.

Saran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. (2001). Teori-Teori Holistic. Yogyakarta: Kanisus Media Nurmuharimah, Saniyanti. (2007). Get Smart PKN. Bandung: Grafindo Media Pratama Sumartono. (2004). Komunikasi Kasih Sayang. Jakarta: Gramedia

Azizah, Ima. (2012). Mengenal Diri Sendiri.

Diambil dari http://iimazizah.wordpress.com/2012/10/22/mengenal-diri-sendiri/ . Pada tanggal 10 Oktober 2014.

Abdurrohman, Yusuf. (2013). Penerimaan diri Apa Adanya Adalah Modal. Diambil dari

(20)

LAMPIRAN

Sekenario Role Play Kepribadian

Mengenal, Menerima Dan Menghargai Diri Sendiri Dan Orang

Lain

Cholis : Selamat siang ibu. Ada keluahan apa ibu? Sebelumnya perkenalkan nama saya dr. Cholis, disini saya yang akan memeriksa ibu.

P : Baik dok (sambil memeriksa dan mengobrol), dok saya belum memberitahu nama saya, nama saya adalah putri.

Cholis : Salam kenal dari saya ibu. (selesai memeriksa TTV) ibu, keluhannya apa sehingga ibu ingin diperiksa?

Putri : Begini dok, saya sudah beberapa hari ini saya merasa pusing, rambut saya mulai rontok, terkadang ketika saya bangun, saya tidak sanggup untuk berdiri dari tempat tidur, menurut dokter saya kenapa ya?

Cholis : Baik bu saya mengrti apa yang ibu maksud dan saya dapat menerima apa yang ibu rasakan. Tetapi sebelumnya saya akan periksa ibu lebih detail lagi.

Putri : Ia dok, demi rasa nyaman yang akan saya dapatkan.

Cholis : Baik Bu, Ibu akan diperiksa oleh perawat disini sebelum mengetahui hasil pastinya. Putri : Baik dok.

Cholis : Suster farida, suster juwita, saya ingin minta tolong, tolong periksa ibu Putri, lebih lanjut untuk mengetahui ibu ini sakit apa sebenarnya.

Farida : Baik dok.

(21)

Cholis : Ia suster Juwita, sebentar saya kasih, suster Farida, kita harus memeriksanya dengan cermat, saya curiga Pasien terkena leukemia.

Farida : Baik Dok, saya akan meminta persetujuan dari Pasien dan keluaarga Dok.

Juwita : Suster Farida biar saya saja yang yang akan meminta persetujuan pemeriksaan kepada Pasien.

Farida : Baik Suster Farida.

Cholis : Suster Juwita ini data-data yang suster minta.

Juwita : Terima kasih Dok, kalau begitu saya akan langsung meminta persetujuan kepada pasien.

Juwita : Benar dengan Ibu Putri? Putri : Iya, saya sus.

Juwita : Ibu, saya akan memeriksa ibu lebih lanjut dan yang akan memeriksa ibu adalah suster Farida. Ibu siap dengan hasil yang akan keluar nanti.

Purti : Siap sus.

Juwita : Baik, ibu bias keruangan pemeriksaan.

Farida : Siang ibu, ibu, mari saya periksa (setelah diperiksa ½ jam)

Farida : Ibu, kita sudah selesai memeriksa ibu, setengah jam lagi ibu akan menegetahui hasilnya. Ibu bias menunggu diruang tunggu dan ketika selesai, ibu akan dipanggil keruangan dokter Cholis.

Juwita : Ibu Putri. ( memanggil)

Cholis : Ibu, saya harap ibu bias menerima dan menghargai hasil dari tes ibu. Putri : Baik dok, insyaallah saya bias.

Juwita : (Menyodorkan berkas hasil pemeriksaan) ini bu hasilnya.

(22)

Putri : (Terdiam sejenak) mungkin ini adalah jalan yang sudah ditetapkan untuk saya dok. Saya kena penyakit seperti ini, saya punya satu permintaan, saya mohon jangan beritahu suami saya, saya tidak ingin dia khawatir.

Cholis : Baik Bu, jika itu yang ibu inginkan.

Arif : Selamat siang dok, saya suami ibu Putri. Saya datang untuk menjemputnya dan mengetahui hasil dari pemeriksaan tadi.

Cholis : Ya, saya dokter Cholis ( sambil bersalaman) baik pak, istri bapak baik2 saja, istri bapak hanya kecapean saja.

Arif : Boleh saya lihat hasilnya dok.

Cholis : Maaf pak, hasilnya belum keluar, 3 hari lagi hasilnya akan keluar.

Arif : Oh begitu,… baiklah dok kalau begitu, saya dan istri saya pamit untuk pulang, sebelumnya terima kasih banyak.

Cholis : Sama-sama pak.

Putri : Pak, sus, saya pamit dulu , terima kasih banyak untuk dokter, suster Juwita dan juga suster Farida.

Juwita, Farida, Cholis : Sama sama bu, pak. Putri, Arif : Wassalam

Ju, Fa, Chol : Wassalam.

Keterangan :

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara derajat obesitas dengan kadar gula darah puasa pada masyarakat di Kelurahan Batung Taba dan Kelurahan

Melalui pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ampah II, ibu hamil terdapat peningkatan pengetahuan tentang stunting dan ibu hamil dapat melakukan

Kecamatan Kebasen, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Kalibagor, Kecamatan Patikraja, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Pekuncen,

menggugurkan anggapan selama bahwa penyebab utama dari kelangkaan kedawung di hutan alam adalah masyarakat pemungut (pendarung) kedawung, karena ternyata

Wanita menopause yang memiliki pemahaman terhadap diri sendiri akan lebih dapat menerima segala perubahan yang dialami setelah menopause dan tidak membanding-bandingkan keadaan

Geografska imena: Zbornik radova s Prvoga nacionalnog znanstvenog savjetovanja o geografskim imenima, Zadar, 2011, 11–16.. U radu se problematiziraju i sistematiziraju

Dari asumsi-asumsi tersebut, proporsi penginfeksian manusia peka ( ) oleh nyamuk terinfeksi ( ) per hari adalah perbandingan antara peluang transmisi virus demam berdarah

Penelitian ini menggunakan beberapa tahapan seperti digambarkan dalam Gambar 1 dimana metode AHP-Indeks Model diterapkan untuk menentukan prioritas dan mengembangkan