• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inisiatif di dalam perusahaan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Inisiatif di dalam perusahaan (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pergaulan sehari-hari kita sering mendengar kata-kata

inisiatif.Sebenarnya apa sih inisiatif itu ?

Inisiatif adalah Dorongan utk Mengidentifikasi Masalah atau peluang dan

mampu Ambil Tindakan Nyata utk Menyelesaikan Masalah atau menangkap

Peluang

Saat kita mempunyai dorongan sekecil apapun itu untuk mengidentifikasi

Masalah atau peluang maka kita sudah mempunyai inisiatif, walaupun dalam

kadar yang rendah.

Tahap selanjutanya kita tidak hanya mengidentifikasi Masalah kita juga

mampu mengambil tindakan nyata agar masalah itu bisa selesai. Kita juga

mampu mengambil tindakan nyata dalam mengangkap peluang dan

mewujudkanya menjadi kenyataan. Saat kita mulai mengambil tindakan kadar

inisiatif kita akan bertambah ke level selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Lengkap Dari Inisiatif ?

2. Apa-Apa Saja Tingkatan Inisiatif ?

3. Bagaimana Cara Membuat Inisiatif Dalam Kerja ?

(2)

PEMBAHASAN

A. Definisi Inisiatif

Definisi inisiatif. Berinisiatif berasal dari kata inisiatif, menurut kamus inisiatif berarti usaha sendiri, langkah awal, ide baru. Berinisiatif berarti mengembangkan dan memberdayakan sector kreatifitas daya pikir manusia, untuk merencanakan idea tau buah pikiran menjadi konsep yang baru yang pada gilirannya diharapkan dapat berdaya guna dan bermanfaat.

Manusia yang berinisiatif adalah manusia yang tanggap terhadap segala perkembangan yakni manusia yang pandai membaca, menghimpun dan meneliti (iqra), manusia yang inisiatif juga dapat memanfaatkan setiap peluang di setiap pergantian waktu, dan menjadikannya sebagai kreasi yang berarti.

Keistimewaan dari inisiatif ini sendiri yaitu mampu mencermagti kreasi Tuhan, selanjutnya menjadikan bahan renungan atau kreatifitas berpikir dalam semua waktu dan tempat, kemudian membuat kreasi baru (karya baru) atau berinisiatif memproduksi semua potensi menjadi berdaya guna.

(3)

B. Prakarsa dan Budaya

Prakarsa atau inisiatif adalah salah satu pilar utama dari proaktivitas. Orang yang bersikap proaktif selalu menunjukkan hal itu setelah lebih dulu menyatakan kesediaannya untuk menerima tanggung jawab tertentu atau setelah ia merasa bahwa dirinya ikut bertanggung jawab dan karenanya harus ikut melakukan sesuatu. Dengan kata lain, orang yang enggan menerima tanggung jawab atau suka melempar tanggung jawab (menyalahkan orang atau hal lain di luar dirinya) sulit diharapkan untuk dapat mengambil inisiatif.

Tidak terlalu berlebihan kiranya jika sebagian besar anggota masyarakat bangsa kita ini dikatakan kurang berinisiatif karena memang, entah sejak kapan, para pejabat yang duduk di posisi kepemimpinan sangat kurang memberikan teladan. Mencari kambing hitam dan berkilah atau lempar batu sembunyi tangan telah menjadi suatu kebiasaan yang kita "tiru" dari para pejabat, khususnya di era Orde Baru. Mochtar Lubis di tahun 70-an "menampar" muka kita ketika mengatakan bahwa sebagai bangsa kita ini munafik, enggan bertanggung jawab, malas, dan sebagainya.

Dan sebagai "hadiah" atas kejujurannya, ia kita biarkan dibungkam oleh pemerintah untuk waktu yang cukup lama. Kita, terutama para pejabat masa itu, memang tidak suka "bercermin". Kita, memang tidak suka "dituduh" bertanggung jawab. Akibatnya kita juga tidak suka mengambil prakarsa untuk memulai proses-proses pembaruan karena hal itu berisiko tinggi. Pada hal, dengan tidak pernah mengambil prakarsa, kita juga harus menanggung risiko yang mungkin lebih buruk di masa depan (seperti para pejabat ABS dan penjilat regim Soeharto yang dipermalukan karena ikut menuntut turunnya Soeharto karena arus reformasi).

Apabila kita mulai belajar merdeka (bebas dari dan bebas untuk), maka soal tanggung jawab atas masa depan kita (organisasi, baik bisnis maupun nonbisnis, sampai bangsa-negara) tidak boleh lagi kita lemparkan kepada pihak lain di luar "diri" kita, tidak juga kepada para pejabat dan "pemimpin". Kita harus terlibat, melibatkan diri dan minta dilibatkan untuk memainkan sejumlah peranan sesuai dengan kapasitas (bakat, potensi, talenta) yang kita miliki.

(4)

Dalam konteks organisasi bisnis atau perusahaan, maka prakarsa staf dan pegawai sangat penting dalam menunjang keberhasilan mereka yang duduk di posisi manajerial dan kepemimpinan. Celakanya, sebagian besar manajer dan eksekutif perusahaan sangat kurang menghargai staf dan pegawai mereka, terutama ide-ide yang diusulkan dari bawah. Apresiasi terhadap ide-ide, usul-usul, dan inisiatif dari bawah masih lebih merupakan basa-basi, slogan-slogan kosong, dan pidato-pidato hafalan yang tidak dipahami dan dihayati secara mendalam.

Staf dan bawahan yang banyak ide, banyak inisiatif, acapkali dikatakan "cerewet", "banyak omong", dan "kurang kerjaan". Intinya, staf dan bawahan memang masih sangat kurang dihargai, termasuk prakarsa dan ide-ide mereka, oleh sebagian besar manajer dan eksekutif yang bermental feodal, merasa paling tahu, paling berpengalaman, paling pintar, dan sebagainya. Kebiasaan "memerintah" agaknya memang budaya nasional yang kita warisi sejak lama, juga dalam perusahaan.

Staf dan bawahan yang kurang suka mengambil prakarsa sebenarnya dipengaruhi oleh budaya masyarakat secara umum, khususnya budaya yang ada di sekitar tempat ia dibesarkan. Budaya itu antara lain tercermin alam pepatah, peribahasa, kata-kata bijak yang dianggap baik. Kita tahu bahwa dalam masyarakat ada banyak pepatah dan peribahasa yang memang kurang mendukung lahirnya kaum muda "idealis", yang penuh ide dan suka memprakarsai hal-hal baru. Kebanyakan orang lebih senang menjadi "pragmatis", pengekor, ikut arus, menjauhi "risiko", dan bahkan apatis (cuek bebek).

Mari kita ambil sejumlah contoh. Pertama, diam itu emas. Ini diartikan kalau ada apa-apa, diam saja. Ada yang korupsi-kolusi-nepotisme, diam saja. Ada yang salah, diam saja. Ada apapun lebih baik diam. Kedua, tidak ada kabar berarti kabar baik. Ini tercermin kalau kita mengamati kecenderung anak-anak muda yang menuntut ilmu di perantauan, di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang, misalnya. Kalau mereka berkirim kabar dengan orangtuanya, biasanya hanya dalam rangka minta uang kiriman ditambah atau dipercepat pengirimannya. Kalau lagi punya uang, orangtua di kampung tak pernah diberi kabar. Jadi, orangtua yang menerima surat lama kelamaan hafal isi surat itu sebelum membukanya.

Ketiga, lebih baik hati-hati daripada nanti salah. Nah, karena berusaha untuk selalu hati-hati (ingin menjadi "lebih baik"), maka tak pernah ada prakarsa untuk bertindak. Keempat, pikirkan matang-matang sebelum bicara. Dan lain sebagainya.

(5)

dan pepatah yang sering mereka gunakan dengan pesan-pesan atau nasehat yang mendorong lahirnya ide-ide kreatif.

Misalnya, harus sering ditegaskan bahwa lebih baik melakukan kesalahan daripada tidak pernah berbuat apa-apa. Atau, langkah seribu mil dimulai dengan langkah pertama. Atau diam adalah emas,tapi bicara bisa berarti berlian. Dan hanya orang yang menabur benih akan menuai hasil. Semua contoh terakhir ini mendorong keberanian berinisiatif, mengambil prakarsa, mencoba bereksperimentasi. Inilah yang memungkinkan perusahaan menjadi inovatif.

Tentu saja harus kita akui bahwa dalam kenyataannya mempraktekkan hal tadi tidaklah mudah. Ada banyak ide, usulan, inisiatif/prakarsa yang diambil oleh staf dan bawahan ternyata tidak brilian, tapi "sampah". Diperlukan sistem seleksi ide atau prakarsa, agar dapat menyaring ide-ide yang bermutu dan yang tidak bermutu. Satu prakarsa atau ide yang brilian mungkin baru muncul setelah seribu ide disaring dengan ketat.

(6)

C. Tingkatan-Tingkatan Inisiatif

Ada 5 tingkat level dalam inisiatif setiap manusia. Setiap manusia pasti mempunyai inisiatif, yang membedakan adalah kadarnya, ada yang rendah ada yang tinggi.

Kadar inisaitif berbanding lurus dengan kadar resiko. Karyawan yang mempunyai inisiatif rendah akan mendapatkan resiko yang kecil atau nyaris tidak ada karena dia bekerja sesuai perintah. Karyawan yang mempunyai inisiatif tinggi akan memiliki resiko yang tinggi pula. Tapi tingginya resiko akan diikuti dengan kesuksesan-kesuksesan karena inisiatif yang dia lakukan.

Seperti Gambar diatas, level paling bawah adalah kadar inisiatif terendah, hampir sebagian besar karyawan berada di level inisiatif ini. Semakin keatas jumlah orang yang mempunyai kadar inisiatif tinggi semakin berkurang karena takut akan resiko yang akan dihadapai. Seperti Pohon yang semakin tinggi anginnya akan semakin kencang.

LEVEL 1 : MENUNGGU DISURUH

pada level ini kata-kata yang sering terucap adalah : •Saya Tidak Disuruh !

•Itu Bukan Tugas ku !

Level ini adalah Kadar Inisiatif Terendah dan Paling Populer di dunia kerja. ada 2 penyebabnya :

(7)

2. Individu dengan mental negatif. Mental ini yang sulit diubah, dia hanya melakukan apa yang disuruh oleh atasan, dia tidak mau disalahkan apabila terjadi kegagalan. “Itu bukan tugas ku” elaknya sambil melimpahkan kesalahan kepada orang lain.

Kadar inisiatif di level ini tidak memiliki sisi positif apapun. Sebaliknya mempunyai banyak Sisi Negatif :

1. Dimakan hidup2 oleh kompetitor yang lebih lincah.

2. Hilangnya pelanggan karena pelayanan yang diberikan hanya prosedur bukan dari hati

LEVEL 2 : MENCARI SUARA TERBANYAK

Dalam level ini kita memiliki kadar inisiatif 1 tingkat lebih tinggi. Kita sudah mau dan mampu melaksanakan ide yang kita punya untuk kepentingan perusahaan. Tetapi dalam pelaksanaan di lapangan anda mengumpulkan rekan-rekan anda dan mepengaruhi mereka agar bergerak ke arah yang anda tuju. Suatu hal yang positif adalah anda sudah mampu berkerja dalam satu team dan sudah mampu melaksanakan inisiatif yang anda usulkan. Sisi negatif nya adalah proses mengumpulkan dan mempengaruhi anggota team memerlukan waktu yang lama,sehingga tidak bisa diambil keputusan secara cepat. Kelemahan lainnya anda akan berlindung dari kegagalan, anda akan berargumentasi bahwa apa yang anda lakukan telah disetujui oleh semua anggota Team.

•Anda Mempengaruhi Semua anggota Team •Utk Mengerjakan Rencana Kerja Anda •Jika Rencana Kerja Gagal anda selamat

•Sisi Positif : Efektif jika anda bekerja dalam Team •Sisi Negatif : Anda berlindung dari kegagalan

LEVEL 3. MINTA IZIN

Level inisiatif yang ketiga adalah level inisiatif di level menengah, hal ini biasa dimiliki oleh manager madya atau koordinator yang harus bertanggung jawab kepada atasan yang lebih tinggi.

Sebelum bertindak kita harus minta izin kepada atasan atas strategi yang kita lakukan, kelebihan nya cepat atau lambatnya keputusan sangat tergantung oleh management puncak sehingga masih memerlukan waktu.

(8)

Saat Kita meminta izin sebenarnya merupakan bentuk penghormatan kita kepada atasan, sehingga atasan tidak merasa kewenanganya dilangkahi oleh kita.

Di level ini resiko nya juga belum terlalu besar karena resiko akan ditanggung Manajemen puncak sehingga kita akan terbebas dari resiko di kemudian hari.

•Kadang2 inisiatif mengharuskan anda minta izin

•Jangan Takut ditolak, Riset menyatakan 99% akan disetujui atasan •Meminta Izin artinya menghormati mereka

•Mintalah Izin jika keluar dari rencana

LEVEL 4. BERTINDAK SEKARANG DAN MINTA MAAF KEMUDIAN

Di level ini mulai sedikit orang yang mempunyai kadar inisiatif sebesar ini, mereka sangat takut terhadap konsekunsi yang akan mereka terima atas inisiatif yang mereka lakukan. Hal yang positif orang yang mempunyai inisiatif level 4 mampu mengambil keputusan yang cepat. Tapi harus berani mempertanggung jawabkan inisiatif tersebut. Harus percaya diri bahwa apa yang anda lakukan sudah sesuai hati nurani. Anda yakin bahwa apa yang anda lakukan memperikan kontribusi positif pada perusahaan.

Kita bertindak karena jika tidak kita putuskan maka peluang akan hilang, hal ini biasanya diambil oleh seorang manager yang harus mengambil keputusan cepat saat itu juga. Saat sudah kita ambil keputusan kita kemudian meminta maaf karena melangkahi kewenangan management puncak. Kita juga menjelaskan pertimbangan kita melakukan hal tersebut. Pertimbanganya adalah jika tidak diambil keputusan cepat proyek tersebut akan hilang.

•Jarang Dilakukan, Karena takut konsekuensi •Perlu Yakin dari Hati nurani bahwa anda benar •Lakukan saat perlu diambil keputusan cepat

•Percaya diri , niat anda baik maka anda tdk akan takut

LEVEL 5. JUST DO IT

Level 5 adalah level inisiatif tertinggi, level inisiatif ini hanya dimiliki oleh sedikit orang. Di dalam perusahaan dimiliki oleh manajemen puncak karena dia akan memutuskan tanpa perlu meminta izin siapapun, Dimiliki juga oleh seorang pengusaha atau seorang wirausaha.

(9)

Kelebihanya keputusan dapat diambil secara cepat dan bisnis atau usaha bergerak semakin cepat dan mendekatkan kepada kesuksesan-kesuksesan yang luar biasa.

•Level Tertinggi dan Tersulit •Berhenti Bicara dan lakukan saja •Level ini anda tdk akan nyaman

•Terus bergerak mendekatkan anda pada hasil 3. Bahaya Hilangnya Inisiatif dlm Bisnis

1. Hilangnya Pelanggan Loyal. 9% dr pelanggan kita memberikan kontribusi 46% 2. Pergantian karyawan yang berperforma baik

3. Tingginya Biaya utk mencari pelanggan baru karena banyak pelanggan kecewa 4. Quiz

Untuk semua anggota TEam 1. Siapkan Kertas dan Alat Tulis 2. Beri nama pada pojok kanan atas

3. Tuliskan 5 inisiatif anda dalam pekerjaan yang anda lakukan

4. Setelah selesai dikumpulkan dan dibacakan oleh mentor dan diberi kesempatan kepada individu untuk menjelaskan inisiatif yang bisa dikerjakan

5. Memberi tanggung jawab terhadap individu tersebut agar melaksanakan inisiatif tersebut 6. memberikan reward jika inisiatif tersebut terlaksana

D. Cara Membuat Inisiatif Dalam Kerja

Kesalahan terbesar dalam kehidupan ini adalah jika berpikir bahwa anda bekerja untuk orang lain. benar, mungkin anda memiliki seorang atasan dan anda mendapatkan gaji dari perusahaan tempat anda bekerja tapi, pada akhirnya, andalah orang yang menentukan nasib anda sendiri. andalah yang memutuskan potensi apa yang anda raih dalam karir dan apa yang pada akhirnya anda capai dalam kehidupan.

(10)

pekerjaannya dengan baik lagi atau belajar satu keterampilan baru bermanfaat untuk menentukan sisa hidup anda. Ini semua membutuhkan insiatif yaitu mengambl tindakan untuk menuntaskan suatu pekerjaan tanpa menunggu atasan anda memerintahkan kepada anda untuk menyelsaikannya atau kapan dan bagaimana melakukannya.

E. Inisiatif Dalam Islam

Di dalam Syariat Islam Melakukan Inisiatif sangat baik untuk melakukan suatu perubahan dalam kehidupan atau dalam menghasilkan gagasan atau ide yang mungkin dapat membawa manfaat pada diri sendiri atau kemasyarakatan bahkan di dalam lingkungan pekerjaaan kita sendiri.

Di dalam Al-Qur’an di jelaskan pada ayat Ar-Ra’ad ayat 11 yang berbunyi ;



























































 

Artinya:

…Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

(11)

Bab III

Penutup

Kesimpulan

inisiatif berarti usaha sendiri, langkah awal, ide baru. Berinisiatif berarti mengembangkan dan memberdayakan sector kreatifitas daya pikir manusia.

The power or ability to begin or to follow through energetically without prompting or direction from others; on one’s own

Tingkatan Inisiatif ada 5 yaitu :

1. Menunggu di Suruh 2. Mencari Suara Terbanyak 3. Minta Izin

4. Bertindak sekarang dan minta maaf kemudian 5. Just Do It

Di dalam Syariat Islam Melakukan Inisiatif sangat baik untuk melakukan suatu perubahan dalam kehidupan atau dalam menghasilkan gagasan atau ide yang mungkin dapat membawa manfaat pada diri sendiri atau kemasyarakatan bahkan di dalam lingkungan pekerjaaan kita sendiri.

(12)

Referensi

Referensi

Dokumen terkait

Tanggung jawab merupakan nilai moral yang penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab ialah pertanggungan atas tindakan diri sendiri. Peserta didik wajib bertanggung

Puji Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas semua rahmat dan berkatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul AUDIT KOMUNIKASI

Dari beberapa pendapat tersebut, Benny A Pribadi (2009:11) menyimpulkan bahwa metode bagian merupakan cara yang digunakan dalam proses pembelajaran yang

Berdasarkan penelitian ini, dapat dilihat pada tabel 4.4 diperoleh nilai Prob (F statistic ) sebesar 0.005679 dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan taraf signifikansi

Dalam menyikapi kondisi diatas, ketika suatu produk diketahui $a$at, maka konsumen tentu akan mengajukan keberatan (Complain) atau meminta pertanggungja!aban terhadap pelaku

Hasil:Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua tentang pentingnya menjaga dan merawat kesehatan gigi masih kurang, perilaku orang tua untuk menjaga

1) Premi tabungan, yaitu bagian premi yang merupakan dana tabungan pemegang polis/peserta yang dikelola perusahaan dan pemiliknya akan mendapatkan bagi hasil (mudharobah)

Sekalipun aplikasi ini gratis dan sekedar potongan perangkat lunak untuk tujuan promosi perangkat lunak versi berbayarnya (Athenaeum Pro dan Athenaeum Express)