• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intervensi Perawatan Spiritual Terhadap. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Intervensi Perawatan Spiritual Terhadap. pdf"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES

INTERVENSI PERAWATAN SPIRITUAL DAN TINGKAT STRES PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RUMAH SAKIT PROF. R.D.KANDOU

MANADO

I Gede Purnawinadi Universitas Klabat purnawinadi@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini menganalisa hubungan intervensi perawatan spiritual dan tingkat stres pasien gagal jantung kongestif dan menggunakan desain Quasi-Experimental Pre–Test – Post-Test dan purposive sampling techniques dengan jumlah responden 152 pasien yang memenuhi kriteria penelitian. Analisis tingkat stres menggunakan metode rata-rata (mean), dan analisis hubungan antara variabel independen dan dependen menggunakan Pearson Correlation. Untuk menganalisa hubungan antara variabel ketika dipengaruhi variabel moderator yang lebih dari dua kelompok data digunakan ANOVA (Analysis of Variance). Yang terdiri dari dua kelompok data menggunakan uji T-test Indenpeden. Penelitian ini menemukan bahwa pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif tidak stres. Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan yang signifikan antara intervensi perawatan spiritual terhadap tingkat stres pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif, baik secara fisiologis maupun psikologis (nilai signifikansi p = 0.000).

Kata Kunci: intervensi perawatan spiritual, tingkat stres, variabel moderator

Abstract

This study analyzed the relationship of spiritual care intervention and the stress level of congestive heart failure patients as well as used Quasi-Experimental Pre-Test – Post-Test and purposive sampling techniques with a total respondents of 152 patients who met the criteria of the study. The analysis of stress level used the average method, and the analysis of the correlation among independent and dependent variables used the Pearson Correlation. To analyze the correlation between variables when affected by the moderator variable of more than two data groups, the ANOVA (Analysis of Variance) was used. Data made up of two groups used the Independent T-test. This study found that patients with diagnosed congestive heart failure did not have stress. This study also found that there was significant correlation between spiritual care intervention and the stress level of patients with congestive heart failure, both physiologically and psychologically (significant value of p = 0.000).

(2)

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012

Latar Belakang Masalah

Kesehatan mencakup suatu keadaan yang seimbang antara fisik, mental, sosial, dan spiritual yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Jika terjadi gangguan pada salah satu fungsi kesehatan, itu akan mempengaruhi keseluruhan. Setiap organ memiliki tugas masing-masing dan melakukan fungsi penting dalam tubuh (Leahy, 2006). Menurut World Health Organization (2007), diperkirakan bahwa pada tahun 2020, penyebab utama beban penyakit di dunia akan mengalami perubahan; gagal jantung tidak hanya menyerang orang-orang di negara maju saja, tetapi orang di seluruh negara di dunia. Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2007, penyakit jantung adalah penyebab kematian yang paling umum di rumah sakit dalam klasifikasi non penyakit menular (Depkes, 2008).

Pada tahun 2008, Sulawesi Utara khususnya di RSUP. Prof. DR. R. D. Kandou Manado menunjukkan data penderita gagal jantung kongestif yang cukup tinggi. Sekitar 1922 pasien CHF (Congestive Heart Failure) merupakan 38% dari semua jumlah pasien penyakit jantung yang dirawat di bagian POLI jantung; sekitar 212 pasien CHF merupakan 67% dari semua pasien penyakit jantung yang dirawat di bagian IRINA F Jantung, dan 96 pasien yang merupakan 52% dari semua jumlah pasien penyakit jantung yang dirawat di bagian CVCU (cardiovascular care unit).

Kondisi gagal jantung kongestif (CHF) atau gagal jantung yang sering juga disebut dekompensasi kordis adalah kondisi di mana jantung tidak dapat memompa cukup darah ke organ tubuh lainnya untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien. Gangguan fisiologi gagal jantung adalah kompleks, tetapi pada semua gagal jantung, terdapat gangguan pada kemampuan jantung sebagai pompa dan tergantung pada bermacam-macam faktor yang saling terkait (Joewono, 2003). Serangan jantung merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa; jika terlambat ditangani, kemungkinan besar pasien akan mengalami kematian.

Salah satu masalah yang terkait dengan penyakit jantung adalah masalah stres. Pasien yang mengalami stres merasa penyakit yang dideritanya memerlukan proses penyembuhan yang lama bahkan takut akan ancaman kematian. Dengan adanya hal ini, pasien yang sering mengalami stres dapat memperberat kondisi penyakitnya. Stres termasuk label yang digunakan untuk gejala psikologis yang mendahului penyakit, reaksi kecemasan, ketidaknyamanan, dan banyak kondisi lain (Niven, 2000). Stres dapat meningkatkan tekanan darah, menekan sistem kekebalan, dan meningkatkan resiko serangan jantung. Stres jangka panjang bahkan dapat menggangu otak sehingga seseorang lebih rentan terhadap kecemasan dan depresi. Kecemasan dapat menghasilkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik yang menyebabkan peningkatan beban kerja jantung (Taylor et al., 2002). Di Indonesia, khususnya di propinsi Sulawesi Utara, belum ada penelitian yang dilakukan mengenai pemberian intervensi perawatan spiritual untuk mengatasi stres dan mempertahankan kondisi

(3)

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES normal tanda-tanda vital pasien yang mengalami penyakit jantung. Sehubungan dengan hal-hal yang disebutkan sebelumnya, penelitian perlu dilakukan dengan judul Intervensi Perawatan Spiritual Terhadap Tingkat Stres dan Tanda-tanda Vital Pasien dengan Diagnosa Gagal Jantung Kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang uraian di atas, maka perumusan masalah yang diambil oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Sejauh manakah tingkat stres fisiologis dan psikologis pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado?

2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara intervensi perawatan spiritual dan tingkat stres fisiologis pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif? 3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara intervensi perawatan spiritual

dan tingkat stres psikologis pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif?

4. Apakah ada perbedaan yang signifikan pada tingkat stres pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, dan latar belakang pendidikan?

Tujuan

Ada beberapa tujuan sehingga penelitian ini tercetus. Tujuan pertama adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat stres fisiologis maupun psikologis pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado. Kedua, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi adanya hubungan yang signifikan antara intervensi perawatan spiritual dan tingkat stres fisiologis maupun psikologis pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif. Ketiga, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data jika ada perbedaan yang signifikan pada tingkat stres pasien berdasarkan faktor usia, jenis klemain, tingkat ekonomi, dan latar belakang pendidikan.

Hipotesis Null

(4)

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 Perawatan pasien secara holistik merupakan bagian yang mencakup seluruh aspek dan saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai kondisi kesehatan yang baik. Kata spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus, yang berarti 'meniup' atau 'bernapas' dan dapat berarti memberikan kehidupan atau intisari jiwa (Blais, Hayes, Kozier, & Erb, 2006 & Kozier, Erb, Snyder, & Berman, 2000). Spiritualitas mencakup dimensi hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi, daya kreatif, Ilahi, sumber energi yang tidak terbatas, inspirasi, penghormatan, makna, dan tujuan hidup (Cravent, 2003). Sedangkan menurut Gorman, Raines, dan Sultan (2002), spiritualitas adalah kepercayaan dari setiap individu untuk menyerap semua bidang kehidupan mereka dan mempengaruhi sikap, kepercayaan, nilai, dan kesehatan. Perawatan spiritual mencakup jangkauan seseorang dalam sentuhan Ilahi melalui merasakan kehadiran-Nya, berdoa, membaca bacaan rohani, memberikan sebuah kesaksian dan dorongan, atau berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan. Jenis-jenis intervensi spiritual yang dapat berupa doa khusus bagi orang yang mengalami nyeri atau stres, kunjungan rohaniawan, meditasi, terapi musik, perawatan spiritual pribadi, pelayanan tempat ibadah, pembacaan bahan keagamaan berupa Alkitab, buletin, dan jenis-jenis bacaan dapat meningkatkan produktivitas dan kemampuan berdaptasi terhadap stres (Potter & Perry, 2005). Teori Neuman menyarankan bahwa menyediakan perawatan rohani klien dapat memperkuat pertahanan terhadap stres (Taylor, 2002).

Doa adalah berkomunikasi dengan Tuhan yang Mahatinggi, Allah, Jehovah, atau yang lainnya di dalam pikiran (Blais et al., 2006). Klien memerlukan waktu tenang tanpa gangguan untuk melaksanakan doa dan memiliki buku doa, rosario, tasbih, atau simbol-simbol keagamaan agar tersedia bagi mereka (Blais et al, 2006). Kuasa doa dapat menyembuhkan orang sakit dan membuka jalan bagi mereka yang mengalami kebuntuan. Membaca Kitab Suci merupakan salah satu bagian dari intervensi spiritual yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit-penyakit yang kronis. Belajar Alkitab dalam berbagai fasilitas perawatan sangat penting karena dapat menyediakan interaksi dan pembelajaran lebih lanjut mengenai iman seseorang, dapat menyediakan interaksi sosial dan dukungan, dan dapat mendatangkan kenyamanan. Bacaan Kitab Suci dapat menjadi sebuah sumber kenyamanan dan kekuatan untuk orang-orang percaya (Shelly & Miller, 2006).

Musik adalah kombinasi dari irama, harmoni, melodi, dan nada. Respons musik individu dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berbeda. Terapi musik sebagai penggunaan musik dalam pencapaian tujuan terapeutik dan peningkatan kesehatan mental dan fisik. Musik yang dipilih yang diberikan secara signifikan meningkatkan toleransi dan kemampuan mengendalikan stimulus yang menyakitkan dan untuk mengurangi kecemasan. Respon terhadap stres bervariasi, tergantung pada persepsi masing-masing peristiwa. Tanda dan gejala stres fisiologis akibat pengaktifan neuroendokrin simpatik dan sistem tubuh dapat mempengaruhi semua bagian tubuh.

(5)

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES Stres sebagai pengalaman emosional fisiologis terdiri dari 3 tahapan (Copstead & Banasik, 2005). Pertama adalah tahap alarm di mana terjadi proses melawan atau lari dalam waktu jangka pendek dan total respon sistem saraf simpatik ketika secara sadar orang merasakan adanya stres dan merasa tak berdaya. Kedua adalah tahap perlawanan yang merupakan cara tubuh beradaptasi melalui tanggapan terhadap adrenocortical disekuilibrium. Ketika zat kimia seperti sekresi glukokortikoid kembali normal dengan aktivitas dan norephinephrin simpatik, tanggapan akhirnya kembali normal bila tekanan berkurang atau ketika orang telah menemukan mekanisme adaptif yang memenuhi kebutuhan emosional dan fisik. Paparan stres kronis yang berkepanjangan terhadap sistem saraf simpatik dapat meningkatkan resiko gejala umum yang terkait, tekanan darah tinggi, serangan jantung, penghambatan sistem kekebalan, atau penurunan antibodi yang telah dimanifestasikan oleh tahap perlawanan. Ketiga adalah tahap kelelahan yang merupakan fase perpanjangan stres yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, dan penyakit arteri koroner. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.

Stres psikologis yang berkaitan dengan perubahan dalam penampilan suatu fungsi tubuh adalah perubahan dalam konsep diri (Miller, 2000). Dimensi psikologis mencakup persepsi tentang suasana hati, pikiran, motivasi, kekuatan dan kelemahan pribadi, nilai-nilai dan kepercayaan, dan spiritualitas (Black & Hawks, 2005). Stres psikologis dapat menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit dengan menekan respon kekebalan tubuh dan suasana hati yang negatif, seperti kecemasan dan depresi yang berhubungan dengan tekanan (Harkreader, 2000). Pada tekanan psikologis, peristiwa kehidupan individu ini diwujudkan sebagai emosi dan perubahan perilaku kognitif (Copstead & Banasik, 2005). Indikator perilaku stres psikologi mencakup ansietas, depresi, kepenatan, peningkatan penggunaan bahan kimia, perubahan dalam kebiasaan makan, tidur dan pola aktivitas, kelelahan mental, perasaan tidak ada kuat, kehilangan harga diri, peningkatan kepekaan, kehilangan motivasi, ledakan emosional dan menangis, penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan, kecendrungan untuk membuat kesalahan, mudah lupa dan pikiran buntu, kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci, preokupasi, ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas, peningkatan ketidakhadiran dan penyakit, letargi, kehilangan minat, dan rentan terhadap kecelakaan.

Metode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi-Eksperimental Pre–Test – Post-Test, di mana peneliti mengkaji hubungan antar variabel, memanipulasi variabel independen, dan mengendalikan eksperimen (Demsey, 2002). Pengunaan metode ini untuk menentukan apakah suatu perlakuan akan

(6)

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 membawa perubahan dan digunakan sebagai tindakan alternatif yang ditunjukan untuk menguji situasi sebab-akibat yang tidak memungkinkan dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen. Metode ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang banyak digunakan dalam penelitian kesehatan dengan subjek manusia. Ini bukan merupakan metode eksperimen murni di mana tidak mengunakan sepenuhnya teknik replikasi, kontrol, atau randomisasi sebagai persyaratan penentuan eksperimental murni. Tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah memberikan intervensi perawatan spiritual: berdoa, membaca Alkitab, dan mendengarkan instrumen musik rohani sebagai variabel independen serta tingkat stres sebagai variabel dependen.

Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilaksanakan dengan langkah-langkah: (1) merencanakan dan merampungkan materi serta bahan, (2) mengirimkan surat permohonan ijin dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat kepada Direktur dari RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado, (3) bertemu dan mengobservasi keadaan para responden serta menjelaskan tentang penelitian yang akan dilaksanakan hingga menyajikan informed consent, (4) melakukan pre-test yaitu mengukur tingkat stress dan tanda-tanda vital pasien sebagai variabel dependen dalam penelitian menggunakan alat ukur yang telah disediakan, (5) memberikan intervensi perawatan spiritual sebagai variabel independen dalam penelitian yaitu berdoa bersama pasien, membaca ayat Alkitab, dan mendengarkan instrumen musik rohani, dan (6) melakukan post-test yaitu mengukur tingkat stres dan tanda-tanda vital pasien menggunakan alat ukur yang telah disediakan setelah diberikan intervensi perawatan spiritual.

Untuk mendapatkan hasil yang baik, diadakan uji coba (pilot study) kuesioner pada 50 orang untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut jelas dan dapat dimengerti oleh para mahasiswa yang akan menjawabnya. Jika terdapat kerancuan, kata-kata di dalam kuesioner itu perlu diganti dengan kata-kata yang lebih mudah dimengerti. Pilot study dapat menunjukkan content validity atau keasahan dari setiap pertanyaan kuesioner (Fraenkel & Wallen, 2003). Pertanyaan-pertanyan di dalam kuesioner harus mampu memberikan data yang menyokong untuk semua perumusan masalah tanpa mengabaikan jumlah minimum pertanyaan yang dibutuhkan untuk setiap perumusan masalah. Setelah itu, pengisian kuesioner oleh para pasien diadakan. Para pasien yang sudah masuk dalam uji coba kuesioner (pilot study) tidak masuk lagi dalam pengisian kuesioner penelitian.

Teknik Penentuan Lokasi, Populasi, dan Sampel

(7)

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D Kandou, Malalayang, Manado yang pernah dirawat paling kurang 1 hari. Sampel yang digunakan adalah adalah purposive sampling atau judgmental sampling di mana setiap sampel dipilih berdasarkan ketersediaan atas kriteria khusus yang ditetapkan untuk maksud penelitian. Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 152 orang dengan berbagai karakteristik demografi, di mana para responden tersebut ditinjau dari segi usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, dan latar belakang pendidikan yang dirawat selama periode kurang lebih 3 bulan yakni bulan Januari-Maret 2010. Diharapkan hasil penelitian akan lebih akurat karena data yang terfokus dengan melibatkan satu jenis diagnosa pasien.

Analisa dan Interpretasi

Untuk menjawab pernyataan masalah 1, yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat stres responden sebelum dan sesudah diberi intervensi perawatan spiritual, digunakan metode rata-rata (Mean). Untuk menjawab pernyataan masalah 2 dan 3, yaitu mengidentifikasi adanya pengaruh yang signifikan antara variabel independen (intervensi perawatan spiritual) dan variabel dependen (tingkat stres) serta menjawab hipotesa 1 dan 2, digunakan metode korelasi Pearson Product Moment yaitu metode statistik untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel bebas dengan satu variabel tergantung atau untuk mengetahui ada atau tidak korelasi antara dua interval. Adapun desain yang digunakan untuk menjawab pernyataan masalah 4 untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara variabel-variabel berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi adalah statistik ANOVA (Analysis of Variance) yakni sebuah model dan prosedur yang terkait, di mana yang diamati (varians) ini dibagi menjadi komponen-komponen yang berbeda karena ada variabel penjelas seperti usia, tingkat ekonomi, dan tingkat pendidikan. Dalam bentuknya yang paling sederhana, ANOVA memberikan uji statistik apakah berarti sederajat untuk lebih dari dua kelompok. Untuk menentukan pengaruh adanya perbedaan faktor jenis kelamin pada variabel antara dua kelompok yang terdiri dari laki-laki dan perempuan serta menjawab hipotesa 3, peneliti menggunakan statistik uji T-test Indenpeden dengan sampel bebas.

Uji statistik terhadap hipotesis dilakukan untuk melihat apakah nilai hasil penelitian secara statistik berada dalam area penolakan atau tidak. Kriteria penentuan apakah suatu variabel berhubungan dengan variabel yang lain secara statistik adalah nilai signifikansi α ≤ 0.05 yang berarti hasil nilai penelitian berada pada area penolakan. Pernyataan responden diukur menggunakan skala Likert. Peneliti menentukan kriteria untuk mengidentifikasi sikap responden sebagai berikut:

Tidak pernah : 1 Sering : 4

Jarang : 2 Selalu : 5

(8)

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 Tabel 1

Standar Interpretasi Nilai Tingkat Stres

Interval Nilai Interpretasi

1 – 1.49 Sangat stres

1.5 – 2.49 Stres

2.5 – 3.49 Stres sedang

3.5 – 4.49 Tidak stres

4.5 – 5 Sangat tidak stres

Tingkat Stres Pasien

Table 2

Deskriptif Hasil Analisis Stres Fisiologis

No. Variabel Pre Post

Mean Std. Int. Mean Std. Int.

1. Otot yang rileks 3.71 1.221 TS 4.57 .733 STS

2. Telapak tangan tidak berkeringat 2.89 1.221 SS 3.81 1.066 TS 3. Tangan dan kali tidak dingin 3.29 1.290 SS 3.90 1.034 TS

4. Tidak kelelahan 2.41 1.124 S 3.24 .997 TS

5. Tidak sakit kepala 2.86 1.213 SS 3.80 1.218 TS 6. Tidak sakit perut 3.56 1.321 TS 4.17 .947 TS 7. Bisa makan dengan baik 4.17 1.060 TS 4.53 .797 STS 8. Berat badan normal 3.65 1.324 TS 3.80 1.170 TS 9. Tidak terjadi kemerahan kulit 4.25 1.158 TS 4.32 .888 TS 10. Tidur dengan nyenyak 3.65 1.246 TS 4.49 .822 TS 11. Bernapas dengan baik 3.84 1.142 TS 4.57 .733 TS

12. Merasa kuat 4.05 1.170 TS 4.34 .798 TS

Total 3.52 1.207 TS 4.12 0.933 TS

Keterangan:

Sig.: Nilai Signifikansi TD: Tidak Stres

Int.: Interpretasi SS: Stres Sedang

Std.: Standar Deviasi S: Stres

STS: Sangat Tidak Stres

Penjelasan mengenai tingkat stres pasien disajikan berdasarkan hasil penelitian. Tabel 2 menunjukkan data sebelum diberi intervensi perawatan spiritual. Pada pasien-pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif secara fisioligis, variabel ‘tidak terjadi kemerahan pada kulit’ dengan poin tertinggi dengan rata-rata 4.25 dan standar deviasi

(9)

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES 1.158 menyatakan tidak stres, sedangkan variabel ‘tidak kelelahan’ yang merupakan poin terendah dengan rata-rata 2.41 dan standar deviasi 1.124 menyatakan stres. Namun secara keseluruhan, hasil menunjukkan rata-rata 3.52 dengan standar deviasi 1.207 yang menunjukkan bahwa secara fisiologis pasien dinyatakan tidak stres. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa setelah dilakukan intervensi perawatan spiritual pada pasien-pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif secara fisioligis, variabel-variabel ‘otot yang rileks’ dan ‘merasa kuat’ yang merupakan poin tertinggi yang sama dengan rata-rata 4.57 dan standar deviasi 0.733 menyatakan sangat tidak stres, sedangkan variabel ‘tidak kelelahan’ yang merupakan poin terendah dengan rata-rata 3.24 dan standar deviasi 0.997 menyatakan stres sedang. Namun secara keseluruhan, hasil menunjukkan rata-rata 4.12 dengan standar deviasi 0.933 yang menunjukkan bahwa secara fisiologis pasien dinyatakan tidak stres.

Tabel 3

Deskriptif Hasil Analisis Stres Psikologi

No. Variabel Pre Post

Int.: Interpretasi SS: Stres Sedang

Std.: Standar Deviasi S: Stres

STS: Sangat Tidak Stres

(10)

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif secara psikoligis, variabel ‘yakin akan pertolongan Tuhan’ yang merupakan poin tertinggi yang sama dengan rata-rata 4.92 dan standar deviasi 0.453 menyatakan sangat tidak stres, sedangkan variabel ‘mampu berpikir dengan baik’ dengan poin terendah dengan rata-rata 2.10 dan standar deviasi 1.034 menyatakan stres. Namun, hasil secara keseluruhan menunjukkan nilai rata-rata 3.66 dengan standar deviasi 0.954. Ini menyatakan bahwa secara psikologis pasien dinyatakan tidak stres. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pasien dengan gagal jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado secara fisiologis maupun psikologis tidak stres. Setelah ditelusuri berdasarkan fakta, penyebabnya adalah bahwa sebelum dilakukan penelitian ini, pihak rumah sakit tempat di mana penelitian ini dilakukan telah menyediakan pelayanan secara spiritual kepada semua pasien yang dirawat sehingga hasil rata-ratanya menjadi tidak stres.

Hubungan Antara Intervensi Perawatan Spiritual dan Tingkat Stres Fisiologis Maupun Psikologis

Tabel 4 menampilkan nilai hasil penelitian secara statistik yang menyatakan adanya hubungan yang sangat signifikan antara intervensi perawatan spiritual dan tingkat stres fisiologis dengan nilai signifikansi p = 0.000 dan r = 0.477, sehingga Ho1 yang menyatakan tidak ada hubungan yang sangat signifikan antara intervensi perawatan spiritual dan tingkat stres fisiologis pada pasien dengan gagal jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado tidak dapat diterima atau ditolak.

Table 4

Hasil Analisis Hubungan Intervensi Perawatan Spiritual dan Tingkat Stres Fisiologis

Stres Fisiologis

R P Interpretasi

.477** .000 Sangat Siginifikan

** hubungan sangat signifikan pada level 0.01

(11)

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES Tabel 5

Hasil Analisis Hubungan Intervensi Perawatan Spiritual dan Tingkat Stres Psikologis

**Hubungan sangat signifikan pada level 0.01

Hasil menunjukkan bahwa dimensi spiritual memainkan peran penting dalam menghadapi stres.

Perbedaan Terhadap Tingkat Stres Pasien Berdasarkan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Tabel 6 menunjukkan hasil statistik yang menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) untuk menganalisa pernyataan masalah dan hipotesa tersebut. Nilai signifikansi yang diperoleh dari setiap variabel faktor yaitu lebih besar dari 0.05: (1) dari segi usia, nilai 0.541 untuk fisiologis dan nilai 0.144 untuk psikologis, (2) dari faktor tingkat ekonomi, nilai 0.139 untuk fisiologis dan 0.101 untuk psikologis, dan (3) dari faktor tingkat pendidikan, nilai 0.075 untuk fisiologis dan 0.292 untuk psikologis.

Tabel 6

Hasil Statistik ANOVA Tentang Perbedaan Tingkat Stres Berdasarkan Faktor Usia, Tingkat Ekonomi, dan Tingkat Pendidikan

Variabel Moderator Nilai Signifikansi Interpretasi

Usia Fisiologis 0.541 Tidak signifikan

Psikologis 0.144 Tidak signifikan Tingkat ekonomi Fisiologis 0.139 Tidak signifikan Psikologis 0.101 Tidak signifikan Tingkat pendidikan Fisiologis 0.075 Tidak signifikan Psikologis 0.292 Tidak signifikan

Tabel 7 menunjukkan hasil statistik dengan nilai signifikansi yang diperoleh dari segi faktor jenis kelamin dengan nilai 0.683 untuk fisiologis dan nilai 0.351 untuk psikologis. Dari data yang ditampilkan pada Tabel 6 dan 7 tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ho3 yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap intervensi perawatan spiritual dan tingkat stres berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti umur, jenis kelamin, tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan pada pasien dengan gagal jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado

diterima.

Stres Psikologis

R p Interpretasi

(12)

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 Tabel 7

Hasil Statistik T-Test Tentang Perbedaan Tingkat Stres Berdasarkan Faktor Jenis Kelamin

Variabel Moderator Nilai Signifikansi Interpretasi

Jenis kelamin Fisiologis

Psikologis

0.683 0.351

Tidak signifikan Tidak signifikan

Penelitian ini menyatakan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat stres berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat ekonomi sehingga hasil yang didapatkan bersifat kontradiktif dengan literatur yang telah disebutkan di atas. Peneliti berasumsi bahwa banyaknya data yang digunakan, penyebaran data yang tidak merata, dan hasil yang menyatakan pasien tidak stres dapat mempengaruhi hasil penelitian ini yang tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dari beberapa faktor yang mempengaruhi yang telah disebutkan sebelumnya.

Tingkat stres fisiologis dan psikologis pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado sebelum dan sesudah dilakukan intervensi perawatan spiritual adalah tidak stres. Selanjutnya, terdapat hubungan yang signifikan antara intervensi perawatan spiritual dengan tingkat stres fisiologis dan psikologis. Ketika faktor usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, dan tingkat pendidikan diikutsertakan, itu tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada tingkat stres baik fisiologis maupun psikologis. Peneliti merekomendasikan kepada masyarakat dan institusi rumah sakit agar dapat mempergunakan intervensi perawatan spiritual sebagai suatu metode untuk mengatasi stres pada pasien dengan diagnosa gagal jantung kongesif.

Kepada institusi pendidikan, khususnya Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat, kiranya penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para mahasiswa keperawatan di mana mereka dapat menggunakan intervensi perawatan spiritual sebagai bentuk pelayanan kesehatan untuk membantu pasien dalam mengatasi stres akibat penyakit yang dialami. Dengan demikian, kesehatan pasien dapat dipulihkan secara optimal. Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dan bahan untuk penelitian selanjutnya. Peneliti juga merekomendasikan untuk menggunakan intervensi keperawatan yang lainnya seperti teknik relaksasi untuk menurunkan tingkat stres.

Terangkat pujian dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan terlaksananya penelitian ini. Terima kasih kepada Universitas terlebih khusus Fakultas

KESIMPULAN DAN SARAN

(13)

JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES Ilmu Keperawatan yang memprakarsai sarana dan prasarana untuk penelitian ini. Kepada semua yang terlibat secara langsung maupun tidak, banyak terima kasih. Khususnya, untuk sumber inspirasi dan dorongan moril keluarga, teman sejawat, dan para pasien yang mau bekerja sama, tertutur terima kasih.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2005). Medical surgical nursing: Medical management for positif outcome (7th ed.). Evolve: Elsevier Saunders.

Blais, K. K., Hayes, J. S., Kozier, B., Erb, G. (2006). Professional nursing practice: Concepts and perspectives (5th ed.). Pearson: Prentice Hall.

Copstead, L. E & Banasik, J. (2005). Pathophysiology. 3 rd Edition. Philadelphia USA, Elsevier Sauders: Evolve.

Craven, R. F. (2003). Fundamental of nursing human health and function (4th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Departemen Rumah Sakit Penyakit Jantung Nasional Harapan Kita. (2006).

Penatalaksanaan sindrom koroner akut. Diambil dari

http://www.kalbefarma.com/files/cdk/06.pdf/06.Sindromkoronerakut.html DEPKES RI. (2008). Profil kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Fraenkel, J. R., & Wallen, N. E. (2003). How to design and evaluate research in education (5th ed.; international ed.). Philippines: McGraw-Hill.

Gorman, L. M., Raines, M. L., & Sultan, F. D. (2002). Psychosocial nursing for general patient care (2nd ed.) Philadelphia: F.A. Davis.

Harkreader, H. (2000). Fundamental of nursing caring and clinical judgment. USA: Sauders.

Joewono, B. S. (2003). Ilmu penyakit jantung. Surabaya: Airlangga University Press. Kozier, B., Erb, G., Snyder, S., & Berman, A. (2009). Fundamental of nursing

concepts, process, and practice (8th ed.) New Jersey: Pearson Prentice Hall. Lehay, J. (2006). Foundation of Nursing Practice, a Nursing Process Approach. W. B.

sunders company.

Miller, J. F. (2000). Coping with chronic illness: Overcoming powerlessness (3rd ed.) Philadelphia: Davis.

(14)

PERAWATAN SPIRITUAL DAN STRES JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012 Niven, N. (2000). Psikologi kesehatan: Pangantar untuk perawat & profesional

kesehatan (ed. 2). Jakarta: EGC.

Potter, P. A & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses, dan praktek (ed. 4). Jakarta: ECG.

Smeltzer, S., & Bare, B. (2002). Buku ajar keperawatan medikal-bedah (ed. 8). Jakarta: EGC.

Gambar

Table 2
Tabel 3
Table 4 Hasil Analisis Hubungan Intervensi Perawatan Spiritual dan Tingkat Stres Fisiologis
Tabel 7 menunjukkan hasil statistik dengan nilai signifikansi yang diperoleh
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini merupakan suatu fenomena yang unik antara realisasi pengeluaran pemerintah dengan jumlah PDRB atas harga konstan tahun 2000 pada 19 Kabupaten/Kota Sumatera Utara..

diibaratkan seperti teknologi penginderaan jarak jauh menggunakan citra satelit yang digunakan untuk mendeteksi potensi sumber daya alam di suatu titik lokasi,

Aplikasi Berbasis Web untuk Menampilkan Absensi dan Nilai Akhir Peserta Didik ini dikembangkan dengan menggunakan basis data MySQL sebagai media

Suatu rahmat dan anugerah dari Allah SWT yang sepatutnya penulis syukuri, karena berkat qudrat, iradat, taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat merampungkan skripsi yang

Kesalahpahaman sering terjadi karena faktor komunikasi Apabila pelayanan yang diberikan buruk, pasien akan memberikan respon negatif berupa ketidakpuasan sehingga pasien tersebut

Terdapat tiga jenis strategi komunikasi dalam konteks kampanye politik (Arifin, 2003; 102), yaitu (1) Ketokohan dan kelembagaan, dengan cara memantapkan ketokohan

LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) adalah sebuah unit kegiatan yang berfungsi mengelola semua kegiatan penelitian dan pengabdian kepada

Larva instar terakhir yang dibutuhkan untuk pengamatan pupasi yaitu 10 ekor larva untuk masing-masing spesies, selanjutnya pupa yang terbentuk digunakan untuk pengamatan