Mochamad Chaerul Basyar 210110100110
Jurnal B
Analisis Pemberitaan BBM di Televisi
Bahan bakar minyak (BBM) pada saat ini merupakan topik yang paling hangat dibicarakan oleh masyarakat Indonesia. Berbagai macam kalangan menyoroti kejadian tersebut sebagai pertanda kenaikan harga-harga barang. Dengan adanya isu kenaikan BBM, masyarakat selalu mengikuti perkembangannya melalui media. Televisi merupakan media yang hampir keseluruhan dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
Berbagai macam acara yang unik dan menarik disuguhkan agar masyarakat melihat tayangan acara tersebut. Hal ini semata-mata agar stasiun televisi tersebut mendapatkan rating yang tinggi pada penayangan acaranya. Dengan penayangan berita BBM para stasiun televisi brlomba-lomba untuk menyajikan berita yang update dan dikemas secara menarik. Pada kali ini saya akan membahas tentang penayangan pemberitaan BBM di Metro TV.
Penayangan pemberitaan yang terkait dengan kenaikan BBM yang disiarkan oleh Metro TV pada hari Senin, 26 Maret 2012 pukul 17.10 WIB. Pemberitaan tersebut berisi tentang bentrok antara polisi dan mahasiswa di bandung terkait dengan kenaikan harga BBM. Hal tersebut kita kondisikan dengan frame settings yang termasuk salah satu aspek pengkondisian agenda (agenda setting). Agenda setting lebih menitikberatkan pada isu-isu yang menonjol atau menitikberatkan pada atribut isu-isu penting dan akan berefek kembali kepada penilaian masyarakat dari berita yang ditayangkan.
Headline “Gerakan Tolak BBM” yang dibuat oleh penulis berita bertujuan untuk menarik perhatian masyaraka tersebut seakat tentang isu yang berkembang tentang penolakan kenaikan bahan bakar minyak yang dilakukan oleh segelintir orang. Sedangkan bacaan berita yang di baca oleh news anchor mendeskripsikan kejadian yang disiarkan tersebut dengan singkat dan padat.
pasal 7 yaitu Wartawan dalam memberitakan peristiwa yang diduga menyangkut pelanggaran hukum atau proses peradilan harus menghormati asas praduga tak bersalah, prinsip adil, jujur, dan penyajian yang berimbang.
Namun pada video penayangan acara tersebut yang mengandung unsur kekerasan sebetulnya masih perlu di edit lagi oleh sang wartawan. Dari detik 12 hingga akhir, tayangan tersebut memperlihatkan adegan keras yang melibatkan polisi dan mahasiswa. Dari tayangan tersebut ketika bisa melihat adanya tindakan pengroyokan polisi terhadap beberapa mahasiswa. Dan juga cuplikan berupa mahasiswa yang membawa benda yang berpotensi melukai polisi. Cuplikan tayangan tersebut tidak sesuai dengan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia yaitu pada pasal 32 ayat 3 yang berbunyi : Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang dapat dipersepsikan sebagai mengagung-agungkan kekerasan atau menjustifikasi kekerasan sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu juga tayangan yang ditampilkan tidak sesuai pada jamnya yaitu pukul 17.10 WIB. Pada jam tersebut anak-anak dibawah umur 18 Tahun masih beraktifitas. Pada
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia pasal 32 ayat 1 yang berbunyi : Program atau promo program yang mengandung muatan kekerasan secara dominan,atau mengandung adegan kekerasan eksplisit dan vulgar, hanya dapat disiarkan pada jam tayang di mana anak-anak pada umumnya diperkirakan sudah tidak menonton televisi, yakni pukul 22.00–03.00 sesuai dengan waktu stasiun penyiaran yang menayangkan.
Sumber :
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2004