• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Konsumtif Akibat Pengaruh Hedon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perilaku Konsumtif Akibat Pengaruh Hedon"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Perilaku Konsumtif Akibat Pengaruh Hedonisme di Kalangan

Mahasiswa Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang

---Oleh:

Sulusy Audia Zulkha

Abstrak:

Perubahan sosial banyak mengubah struktur tatanan masyarakat sosial dan segala sesuatu di dalamnya. Salah satu dampak perubahan sosial adalah munculnya globalisasi. Globalisasi membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat salah satunya adalah westernisasi sebagai sebab munculnya hedonisme. Hedonisme sendiri merupakan suatu gaya hidup bangsa barat yang hanya mengutamakan kesenangan terutama pada materi saja. Hedonisme inilah yang akan menimbulkan sifat konsumtif dalam masyarakat yang salah satu korbannya adalah mahasiswa. Dalam jurnal ini dibahas perilaku konsumtif akibat pengaruh hedonisme di kalangan mahasiswa jurusan Geografi Universitas Negeri Malang. Metode penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dimana peneliti memberikan kuisioner yang berisi sejumlah pertanyaan diantaranya adalah minat belanja, intensitas belanja, alokasi dana belanja, sumber pendapatan belanja serta barang yang sering dibeli responden saat berbelanja. Kuisioner diberikan kepada 20 responden mahasiswa jurusan Geografi Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 90% responden memiliki minat belanja yang tinggi dengan intensitas belanja sedang. Dapat diindikasikan perilaku konsumtif mahasiswa masih tergolong sedang meskipun minat belanja mahasiswa sudah tergolong tinggi. Dalam hal ini mahasiswa lebih bijak dalam mengatur keuangan dan lebih selektif dalam memilih barang agar perilaku konsumtif dapat dihindarkan.

(2)

Pendahuluan:

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat,pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan. Juga terdapat adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas. Di samping itu ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya lambat, dan perubahan-perubahan yang berlangsung dengan cepat.

Menurut Selo Soemardjan perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Menurut Gillin perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi

(3)

kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organistik. Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciri-ciri antara lain: (1) Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami perubahan baik lambat maupun cepat. (2) Perubahan yang terjadi pada

lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan pada

lembaga-lembaga sosial lainnya. (3) Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri. (4) Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.

Bentuk-bentuk perubahan sosial meliputi perubahan yang cepat dan perubahan yang lambat. Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat, pada umumnya disebut dengan revolusi. Hal yang pokok dari revolusi adalah terdapatnya perubahan yang terjadi dengan cepat, disamping itu perubahan tersebut menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok dari kehidupan manusia. Perubahan yang terjadi secara revolusi dapat direncanakan terlebih dahulu ataupun tidak direncanakan. Sedangkan perubahan-perubahan sosial yang berlangsung lama dinamakan dengan evolusi. Perubahan yang terjadi secara lambat atau evolusi, biasanya terjadi tanpa adanya rencana dulu. Evolusi pada umumnya terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kepentingan-kepentingan, keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru yang tumbuh seiring dengan pertumbuhan masyarakat. Rangkaian perubahan-perubahan itu tidak perlu sejalan dengan serangkaian peristiwa-peristiwa pada sejarah masyarakat yang bersangkutan.

(4)

satu faktor yang mempengaruhi perubahan sosial adalah adanya penemuan-penemuan baru hasil karya manusia yang disebut inovasi. Inovasi adalah suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar tetapi yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru tersebar ke lain-lain bagian dari masyarakat dan cara-cara unsur kebudayaan baru diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan-penemuan baru ini menimbulkan berbagai macam gejala diantaranya adalah globalisasi. Globalisasi mengambil peran aktif di dalam perubahan sosial budaya. Dimana karena pengaruh globalisasi ini masyarakat dapat dengan bebas bertukar pikiran, kebudayaan, bahkan gaya hidup.

Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Ada yang memandang globalisasi sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

(5)

transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.

Berangkat dari perubahan sosial dan globalisasi tersebut, penulis ingin membahas masalah yang berkaitan dengan dampak globalisasi. Salah satu dampak globalisasi adalah adanya westernisasi. Westernisasi adalah suatu budaya barat (kebarat-baratan) yang muncul di Indonesia karena pengaruh negatif globalisasi yang dirasakan oleh bangsa Indonesia saat ini. Kenyataannya saat ini banyak sekali budaya barat yang sedang populer di Indonesia, salah satunya adalah hedonisme. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. Di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Hedonisme sudah menjadi panutan hidup, ketika kaum hedonis menilai segala sesuatu dengan praktis dan serba cepat. Mereka sudah terjebak dalam lingkungan kehidupan yang pragmatis dan hedonistik. Kehidupan hedonistik menjadi segala sesuatu ukuran di nilai dari materi saja.

(6)

kesenangannya, serta menjadikan hal tersebut satu-satunya tujuan hidup. Jenis tipikal orang yang senang memuja kesenangan materi adalah sangat berkaitan erat dengan konsumerisme, yang berhubungan bagaimana kita mendapatkan kesenangan dunia itu, dengan membeli materi-materi yang berlimpah, yang mungkin kita menganggap materi itu bukan merupakan sebuah kebutuhan yang mutlak. Perilaku ini mencerminkan perilaku konsumtif sebagai dampak adanya gejala hedonisme.

Konsumtif merupakan perilaku dimana timbulnya keinginan untuk membeli barang barang yang kurang diperlukan untuk memenuhi kepuasan pribadi. Dalam psikologi dikenal istilah compulsive buying disorder (kecanduan belanja) orang yang terjebak didalamnya tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumtif adalah tindakan konsumen membeli produk yang kurang diperlukan untuk memuaskan kesenangan dan keinginan dari pada fungsi atau kebutuhannya. Perilaku ini didorong oleh dominannya features emotional lain yang dijadikan identifikasi bagi dirinya, demi pengakuan serta dilakukan tanpa berpikir realistis. Perilaku ini dapat menimbulkan pemborosan dan infisiensi biaya, kecemasan dan rasa tidak aman, semangat pengabdian yang menurun pada perusahaan dan masyarakat, menimbulkan sifat permissive, mengurangi solidaritas sosial dan menimbulkan kecemburuan sosial. Gaya perilaku konsumtif semacam ini terjadi pada hampir semua golongan lapisan masyarakat yang memiliki pekerjaan yang berbeda. Biasanya perilaku ini didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Seperti pernah penulis lihat di sebuah acara program televisi bagaimana seorang artis ibu kota mampu menghabiskan uang ratusan juta demi harga sebuah tas. Itu sudah menjadi pendidikan yang buruk bagi pemirsa. Terutama anak muda yang melihat kesuksesan hanya di nilai dari benda yang melekat di tubuh bukan sebuah proses perjuangan yang berat.

(7)

konsumerisme. Orang yang dalam hidupnya hanya mementingkan tindakan konsumsi, hidup tidak lain adalah konsumsi. Dalam masyarakat modern yang konsumtif, objek-objek konsumsi yang berupa komoditi tidak lagi sekedar memiliki manfaat (nilai guna) dan harga (nilai tukar) seperti dijelaskan oleh Marx. Lebih dari itu objek konsumsi melambangkan status, prestise, dan kehormatan (nilai-nilai dan nilai simbol). Nilai tanda dan nilai simbol yang berupa status, prestise, ekspresi gaya dan gaya hidup kemewahan dan kehormatan adalah motif utama aktivitas konsumsi masyarakat konsumen. Jadi masyarakat modern sekarang ini berperilaku konsumtif tidak hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan saja, namun untuk meningkatkan status diri/kehormatan. Hal ini merupakan suatu gejala hedonisme, dimana rasa gengsi tinggi yang diperoleh dari menonjolkan merek-merek terkenal dan mahal, atau simbol-simbol kemewahan lainnya adalah merupakan gejala umum sekarang ini. Lihat saja di kota-kota besar saat ini semakin banyak bermunculan butik-butik atau toko-toko pakaian dan perlengkapan lainnya yang merupakan barang impor dan bermerek dengan harga yang cukup membuat kantong kosong. Ciri ini sangat jelas sekali terlihat pada masyarakat Indonesia dewasa ini. Sehingga menjadikan bangsa ini target pasar yang sangat empuk bagi perusahaan-perusahaan luar negeri untuk mengeruk keuntungan yang sangat besar.

(8)

bersenang-senang sehingga banyak mahasiswa yang mengabaikan nilai-nilai agama, dan mereka hanya terlibat dengan agama jika ada hal-hal tertentu saja. Dapat dikatakan hedonisme berkaitan erat dengan perilaku konsumtif dan sekulerisme.

Permasalahan yang ingin dikaji penulis dalam jurnal ini yaitu penulis ingin meneliti perkembangan perilaku hedonisme berkaitan dengan tingkat perilaku konsumtif di kalangan mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan geografi Universitas Negeri Malang. Dimana kebanyakan mahasiswa sekarang ini gaya hidupnya sudah mengikuti gaya hidup kebarat-baratan yang dimana mereka tidak lagi hanya sebagai seorang terpelajar yang berkewajiban menuntut ilmu namun mereka juga mengalami perubahan diri akibat pengaruh globalisasi. Diantaranya yang dikaji penulis terkait perilaku konsumtif akibat hedonisme yang pertama, peneliti ingin mengetahui minat belanja dan tingkat intensitas belanja responden, yang kedua alokasi dana berkaitan dengan penggunaan dana untuk berbelanja, yang ketiga sumber alokasi dana belanja responden dan yang keempat sumber pendapatan alokasi dana belanja dan barang yang sering dibelanjakan oleh responden. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan perilaku hedonisme yang berkaitan dengan perilaku konsumtif di kalangan mahasiswa khususnya jurusan geografi Universitas Negeri Malang. Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meneliti kebiasaan mahasiswa yang berperilaku konsumtif kaitannya dengan hedonisme di era globalisasi akibat perubahan sosial.

Metode Penelitian dan Kajian Teori

(9)

harus dijawab oleh responden yang diberikan kepada 20 responden mahasiswa Jurusan Geografi.

(10)

tradisional yang berorientasi pada tradisi turun-temurun menuju masyarakat modern yang rasional.

(11)

dan selalu takut dianggap ’tidak gaul’, ’kuno’, ’katro’, atau ’ndeso’(Hapsari, 2005). Faktor tersebut mendorong pola konsumsi masyarakat. Untuk bisa masuk dalam ’pergaulan yang luas’, orang harus punya modal, minimal pengetahuan tentang barang-barang konsumsi. Terlebih lagi jika memilki banyak pengalaman konsumtif, tentu saja itu akan meningkatkan nilai orang tersebut dimata orang-orang di sekitarnya.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dari hasil penelitian ini dilakukan analisis setiap pertanyaan. Yang pertama mengenai minat belanja dan intensitas belanja responden. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 16 (80%) responden menjawab iya, dan sebanyak 4 (20%) responden / partisipan menjawab tidak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa partisipan memiliki minat untuk belanja yang bisa dikatakan tinggi. Sedangkan untuk intensitas belanja responden, sebanyak 18 (90%) responden menjawab tidak tentu dan sisanya sebanyak 2 (10%) responden menjawab setiap bulan berbelanja. Untuk tingkat intensitas belanja ini, masih belum dapat diprediksi karena sebagian besar responden kebanyakan berbelanja hanya karena memenuhi kebutuhan saja. Hal ini menunjukkan minat belanja responden dan tingkat intensitas belanja responden berbanding terbalik. Dimana jika minat belanja responden semakin tinggi maka tingkat intensitas belanja semakin tidak menentu/tidak dapat diprediksi. Hal ini dikarenakan tiap-tiap responden tidak memiliki rencana belanja yang pasti setiap bulannya. Dapat dikatakan virus hedonisme mulai menyerang tiap-tiap mahasiswa, yang mana perilaku konsumtif (minat belanja) semakin tinggi, namun untuk tingkat intensitas belanja masih kurang. Hal ini dapat disebabkan berbagai faktor diantaranya adalah faktor ekonomi keluarga yang tidak mencukupi. Bisa saja responden adalah seorang anak dari keluarga yang kurang mampu sehingga kurang dapat mendukung minat belanjanya (perilaku konsumtif).

(12)

(45%) responden menjawab tidak. Dapat dikatakan responden mengalokasikan sejumlah dana setiap bulan untuk berbelanja. Hal ini dapat disimpulkan tingkat konsumerisme sebagian mahasiswa berada pada tingkat sedang, karena semakin banyak atau semakin tinggi faktor pendukung konsumerisme, maka perilaku konsumerisme akan semakin tinggi. Alokasi dana belanja ini juga bergantung dari ekonomi keluarga responden yang dapat mendukung terlaksananya aktivitas belanja responden.

Yang ketiga mengenai jumlah alokasi dana setiap bulan untuk belanja oleh responden. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 14 (70%) partisipan menjawab alokasi dana untuk belanja setiap bulan kurang dari 150 ribu dan sebanyak 6 (30%) menjawab alokasi dana lebih dari 150 ribu perbulannya. Dalam hal ini tingkat pengeluaran biaya untuk berbelanja masih belum begitu tinggi namun minat belanja partisipan sudah tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan tiap-tiap responden memiliki uang saku yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sehingga dapat disimpulkan responden yang memiliki keluarga dengan tingkat ekonomi yang mapanlah yang dapat melaksanakan perilaku konsumtifnya dengan alokasi dana yang lebih banyak.

(13)

(55%) responden berbelanja sesuai kebutuhan mereka, ada yang berbelanja keperluan kuliah, belanja laptop/PC, dan belanja keperluan lainnya. Sedangkan sisanya sebanyak 9 (45%) responden yang kebanyakan adalah mahasiswa perempuan menjawab sering membeli baju / fashion saat berbelanja. Hal ini merupakan salah satu indikator mahasiswa sudah terserang virus hedonisme diantaranya senang dengan kehidupan glamour dengan membelanjakan keperluan yang tidak terlalu penting. Salah satunya adalah belanja pakaian yang dimana mode pakaian ini semakin bervariasi dengan berkembangnya zaman. Hal ini berkaitan dengan teori konsumsi Jean P. Baudrillard dimana orang mengkonsumsi bukan karena suatu kebutuhan namun karena ingin meningkatkan eksistensi diri dalam masyarakat.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan minat belanja mahasiswa tergolong tinggi dengan intensitas belanja sedang dan jumlah alokasi dana untuk berbelanja masih tergolong sedang. Untuk barang yang dibelanjakan setiap mahasiwa tidak sama tergantung kebutuhan masing-masing. Sedangkan untuk sumber alokasi dana sebagian besar mahasiswa masih bergantung pada orang tua. Hal ini dapat diindikasikan perilaku konsumtif mahasiswa masih tergolong sedang meskipun minat belanja mahasiswa sudah tergolong tinggi. Dapat dikatakan virus hedonisme sudah menyerang mahasiswa jurusan Geografi Universitas Negeri Malang meskipun masih dapat dikendalikan. Dan terdapat faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor ekonomi keluarga sebagai penentu perilaku konsumtif mahasiswa tersebut.

Kesimpulan dan Saran

(14)

yang menimbulkan perilaku hedonisme. Perilaku hedonisme ini erat kaitannya dengan sekulerisme dan konsumerisme. Belakangan ini sering sekali muncul perilaku konsumtif yang salah satu penyebabnya adalah gaya hidup hedonisme yang menjamur di masyarakat. Bahkan perilaku konsumtif ini tidak hanya menyerang orang tua namun salah satu korban perilaku konsumtif akibat hedonisme yang paling sering adalah kaum mahasiswa. Dimana mahasiswa seharusnya belajar namun malah semakin menjadi berubah gaya hidupnya akibat perilaku hedon (konsumtif) ini. Hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden mahasiswa jurusan geografi Universitas Negeri Malang menyebutkan sebanyak 90% responden memiliki minat belanja yang tinggi, namun intensitas belanja tidak begitu tinggi karena disebabkan ketidakpastian responden dalam merencanakan kegiatan belanja. Hal ini dipengaruhi berbagai faktor salah satunya adalah faktor ekonomi keluarga yang diketahui dari sumber pendapatan alokasi dana belanja responden dan jumlah alokasi dana yang dikeluarkan oleh responden setiap bulannya.

(15)

Daftar Rujukan

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi suatu pengantar. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta

Belajar berbagi catatan-catatan sekolah dan kuliah. Tugas dan Catatan Sekolah (online) diakses melalui http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/05/pengertian-globalisasi.html pada tanggal 4 mei 2014 pukul 07.30

Haryanto, S.Pd . 2012. Bentuk bentuk perubahan sosial masyarakat (online) diakses melalui http://belajarpsikologi.com/bentuk-bentuk-perubahan-sosial-masyarakat/. Pada tanggal 4 mei 2014 pukul 08.02

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (online) diakses melalui

http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial. pada tanggal 4 mei 2014 pukul 08.36

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (online) diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi. pada tanggal 4 mei 2014 pukul 08.45

Admin. 2013. Dampak positif dan negative globalisasi terhadap bangsa (online) diakses melalui http://www.invonesia.com/dampak-positif-dan-negatif-globalisasi-terhadap-bangsa-indonesia.html. pada tanggal 4 mei 2014 pukul 09.15

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (online) diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme. pada tanggal 4 mei 2014 pukul 09.20

Pengertian Hedonisme. 2011. (online) diakses melalui

http://fadhlyashary.blogspot.com/2011/01/pengertian-hedonisme.html. pada tanggal 4 mei 09.50

Admin. Remaja dan Perilaku Konsumtif. 2013. (online) diakses melalui http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/18/remaja-dan-prilaku-konsumtif-599965.html pada tanggal 5 mei 2014 pukul 19.00

Yahoo. 2009. (online) diakses melalui https://id.answers.yahoo.com/question/index? qid=20090613044553AAzrIHD. Pada tanggal 5 mei 2014 pukul 19.21

Admin. 2013. DUNIA MAHASISWA ANTARA BELAJAR DAN GAYA HIDUP. (online) diakses melalui

(16)

Admin. 2011. Hedonisme : Penyakit Yang Menghancurkan Manusia Indonesia. (online) diakses melalui http://sok79.blogspot.com/2011/04/hedonisme-penyakit-yang-menghancurkan.html. pada tanggal 5 mei 2014 pukul 20.35

Admin. 2012. Kehidupan Hedonisme. Diakses melalui

http://nyocotblog.blogspot.com/2012/07/kehidupan-hedonisme_09.html pada tanggal 6 mei 2014 pukul 19.00

Admin. 2012. Virus hedonisme. (online) diakses melalui

http://www.dakwatuna.com/2012/01/16/17571/virus-hedonisme-telah-menyerang-mahasiswa/#ixzz30i2SQcmz. pada tanggal 6 mei 2014 pukul 19.21

Admin. 2012. Pengertian Dan Teori-Teori Tentang Proses Perubahan Sosial. (online) diakses melalui http://bangkusekolah-id.blogspot.com/2012/07/pengertian-teori-tentang-proses.html pada tanggal 6 mei 2014 pukul 19.25

Nurist Surayya. 2013. KONSUMSI SEBAGAI PENANDA KESEJAHTERAAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL (Dalam Bingkai Pemikiran Jean Baudrillard) (online) diakses melalui http://nurriest.wordpress.com/2013/04/11/konsumsi-sebagai-penanda-kesejahteraan-dan-stratifikasi-sosial-dalam-bingkai-pemikiran-jean-baudrillard/. Pada tanggal 6 mei 2014 pukul 19.45

Muhammad Harir. 2010. GAYA HIDUP DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWA. (online) diakses melalui

http://lkmunissula.wordpress.com/2010/10/07/gaya-hidup-dan-perilaku-konsumtif-mahasiswa/ pada tanggal 6 mei 2014 pukul 20.10

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu

Sample dari penelitian ini adalah bapak Adik Sugihardjo sendiri sebagai wirausaha, 3 karyawan yang telah bekerja lebih dari 3 tahun, dan 3 konsumen kriteria

cara yang tepat karena pada mata pelajaran biologi siswa tidak hanya dituntut. untuk menghafal namun siswa lebih ditekankan pada pemahaman

Dewan Pengawas Syariah dalam Lembaga Keuangan Syariah bertugas untuk mengawasi dan menjamin bahawa operasional lembaga yang diawasinya sudah berjalan sesuai dengan

Terdapat banyak cara untuk menghubungkan satu piranti dengan piranti yang lain, sehingga akan timbul masalah jika tidak ada aturan dari interface tersebut.. Produsen piranti

Hasil penelitian menunjukkan untuk faktor Perilaku Masyarakat yang dominan berhubungan dengan kejadian DBD adalah variabel Kebiasaan menggantung pakaian, OR= 6,29 (95% CI:

Picture mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis deskripsi. Adapun hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah