Judul
:Pengolahan Limbah Cair Ampas Tahu Menjadi Pupuk
Organik cair
Pemakalah
:Kelompok VI
Cherly Ratnasari dan Sri Wahyuni
Dosen Pembimbing
: Anniessa R. Asnaning , S.T.,M.Eng
Ir. H. M. Idrus, M. s.i
Program Study
:Teknik Sumberdaya Lahan dan Lingkungan
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya penduduk dan gaya hidup semakin modern sangat mempengaruhi terhadap volume limbah. Terutama limbah industri, pertumbuhan industri tahu didaerah menunjukan perkembangan yang sangat cepat. Tahu merupakan makanan yang bergizi yang mengandung protein nabati yang berguna bagi pertumbuhan tubuh. Keberadaan industry tahu dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, hal tersebut dapat menunjukan bahwa industry tahu cukup banyak dan bersaing satu sama lain. Disamping tahu sebagai hasil produk yang utama, industry tahu juga menghasilkan limbah cair tahu yang mengandung protein dan bahan organic yang dibuang langsung ke lingkungan sehimgga dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan. Jumlah limbah yang meningkat dapat berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar, terutama bagi kesehatan manusia. Kompleksitas permasalahan limbah yang sampai sekarang belum teratasi mengharuskan pemerintah memusatkan perhatiannya terhadap teknik pengolahan limbah dengan cara mengolah sampah menjadi ekstrak.
Limbah dibedakan menjadi dua yaitu organik dan anorganik. Limbah anorganik merupakan sampah yang tidak dapat diuraikan kembali. Limbah organik merupakan sampah yang dapat diuraikan kembali atau didaur ulang misalanya limbah ampas tahu dapat dimanfaatkan untuk menjadi pupuk organik dan pestisida organic.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian pengolahan limbah cair tahu menjadi pupuk organic dan petisida organic adalah sebagai berikut: “Apakah limbah cair tahu yg dihasilkan mengandung protein dan bahan organic dan bagaimana cara mengolah limbah tersebut menjadi pupuk organic dan pestisida organic”
1.3 Tujuan Penelitian
Mengasilkan pupuk organic dan pestisida organic dari limbah cair ampas tahu Mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan limbah tersebut
Melakukan uji kualitas dan karteristik pupuk organic yang dihasilkan dari limbah cair tahu 1.4 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ini didasarkan pada jumlah produksi limbah yang dihasilkan dalam suatu industry cukuplah banyak dan pengolahan yang belum maksimal pada limbah cair tahu, serhingga diperlukan kajian cara pengolahan limbah cair tahu yang salah satunya menjadikan limbah tersebut menjadi pupuk organic.
Dalam kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelolaan limbah cair tahuuntuk menjadi pupuk organik
1.5 Kontribusi
Hasil penelitian dari proyek mandiri ini adalah pupuk organic dan pupuk pestisida organic. Maka kontribusi yang dapat dirasakan dapat diklasifikasikan sebagain berikut :
A. Masyarakat
Membantu permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakatyang berada disekitar industry maupun tidak disekitar industry yaitu mengurangi dampak negative ke lingkungan karena limbah cair tahu.
B. Politeknik Negeri Lampung
Menambah kepustakaan di Politeknik Negeri Lampung C. Mahasiswa
Menambah wawasan dan ketrampilan mahasiswa dalam pengolahan limbah cair tahu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Industri Tahu
Pengelolaan limbah dalam industry pembuatan tahu merupakan salah satu dari contoh teknik pengelolaan limbah secara Waste to Product yaitu menggunakan kembali limbah hasil pabrik tahu sebagai bahan baku produk baru yang memiliki nilai tambah. Limbah merupakan zat sisa atau bahan yang dihasilkan dari proses pembuatan produk dari suatu industry yang kurang memiliki nilai guna. Limbah biasanya dibunag begitu saja, tanpa dipikir lagi bahwa limbah tersebut mencemari lingkungan atau tidak bahkan sebagian besar dari mereka tidak berpikiran bahwa limbah tersebut berguna jika diolah lagi untuk dijadikan sebuah produk baru. Contoh limbah yang sering kita jumpai adalah limbah industry tahu.
anorganik (±30%). Zat-zat organic terdiri dari protein (±65%), karbohidrat (±25%), lemak (±25%) (Udin Djabu, 1991).
Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensu maupun terlarut mengalami perubahn fisika, kima dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman pnyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk, bau busuk ini akan mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dnan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit lainnya.
Pemanfaatan limbah padat atau yang sering kirta sebut ampas tahu dapat diolah kembali menjadi tempe gembus, oncom atau dapat pula dimanfaatkan sebagai pakan ternak, seperti ayam, bebek, sapi, kambing dan sebagainya, sedangkan pengolahan limbah yang berwujud zat cair biasanya melalu berbafgi proses di antaranya, limbah cair yang dihasilkan akan ditampung didalam dua septitank, septitank yang berukuraan lebih besar daripada septictank yang satunya. Kemudian disaliurkan kesebuah drum besar yang ditanam didalam tanah, setelah air terkumpul akan keluar dengan sendirinya dan limbah yang lain akan mengendap yang kemudian akan dibuang langsung kelingkungan dengan meninggalkan bau busuk. Limbah industry tahu yang berupa cair juga dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan pupuk organik cair (poc) dan pestisida organic. Air limbah tahu ini mempunyai kandungan bahan-bahn organic sehingga sangat memungkin untuk dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk organic cair dan pestisida organic. Pupuk organic cair dan pestisida organic sangat bermanfaat bagi alat kebutuhan pertanian dan hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk dan pestisida kimia. Pembuatan berbagai produk organic diarahkan supaya mengutamakan pemanfaatan limbah bahan local yang banyak tersedia di sekitar kita.
2.2 Pupuk Organik Cair (POC)
dengan pupuk cair anorganik, pupuk organic cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman
walaupun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat,
sehingga larutan pupuk yamg diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh
tanaman. Dengan menggunakan pupuk organik cair dapat mengatasi masalah lingkungan dan
membantu menjawab kelangkaan dan mahalnya harga pupuk anorganik saat ini.
2.3 Pestisida Organi
Pestisida organik merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam. Pestisida
organik relatif mudah dibuat dengan penggunaan bahan-bahan yang ada disekitar kita. Oleh
karena terbuat dari bahan organik maka pestisida ini bersifat mudah terurai (
biodegradable
) di
alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak, karena
residunya akan terurai dan mudah hilang.
Pestisida organik dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui
cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja
pestisida organik sangat spesifik, yaitu :
1.
merusak perkembangan telur, larva dan pupa.
2.
menghambat pergantian kulit.
3.
mengganggu komunikasi serangga.
4.
menyebabkan serangga menolak makan.
5.
menghambat reproduksi serangga betina.
6.
mengurangi nafsu makan.
7.
memblokir kemampuan makan serangga.
8.
mengusir serangga.
Fungsi dari penggunaan pestisida organik, antara lain :
1.
Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat
2.
Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot.
3.
Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa
4.
Menghambat reproduksi serangga betina
5.
Racun syaraf
6.
Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga
7.
Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga
8.
Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri
Pestisida organik mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan pestisida
organik adalah :
murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani.
relatif aman terhadap lingkungan.
tidak menyebabkan keracunan pada tanaman.
sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama.
kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain.
menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.
Sementara, kelemahannya adalah :
daya kerjanya relatif lambat.
tidak tahan terhadap sinar matahari.
kurang praktis.
tidak tahan disimpan.
kadang-kadang harus diaplikasikan / disemprotkan berulang-ulang.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 tempat dan waktu
Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis dan laboratoium TTA politeknik negeri
lampung.
3.2 bahan dan alat
3.2.1 Bahan
1. Air limbah tahu 70 liter
2. Air kelapa 30 liter
3. Alcohol 70% 1 liter
4. Temu lawak 4 kg
5. Sereh 1 kg
6. Decomposer (EM) 2 liter ‘
3.2.2 Alat
1. Blender
2.Drum plastic ukuran 100 liter
1. Cuci bersih semua tanaman herbal lalu lakukan penghancuran dengan pemblenderan
atau penggilingan
2. Masukkan dalam air limbah tahu yang sudah dimasukkan dalam drum plastik ukuran
100 liter
3. Kemudian tambahkan alkohol dan dekompuser (EM4)
4. Kemudian ditutup dan disimpan selama 10 hari.
5. Bila larutan berbau menyengat pertanda bahwa pupuk dan pestisida organik jadi dan
bila belum menyengat ada kemungkinan reaksi fermentasi belum sempurna atau tidak
jadi.
6. Sebagai catatan bahan tersebut di atas tidak menggunakan asam cuka karena limbah
tahu sudah mengandung asam cuka (kecutan) dan untuk meningkatkan efektifitas
pestisida dan fungisida organik bisa ditambahkan berbagai macam tanaman herba
misal kunir, daun mindi, dll.
Diagram alir pelaksanaan Proyek Mandiri dapat dilihat pada Gambar 3.4.1
3.5 Jadwal Kegiatan proyek mandiri
No Kegiatan Bulan
Mulai
Pengumpulan bahan
Penghancuran
Pencucian
Penyiapan Alat dan
Bahan
Pencampuran
Bahan
Proses Frementasi
Penyaringan Dan Pengeringan
Laporan
Selesai
Pengujian Kandungan Pupuk
F Limbah cair ampas tahu,
Aktivator Em4,
air kelapa,
alkohol,
temulawak, dan
sereh.
F
7-10 hari,
menjadi pupuk
cair
September Oktber November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi proposal PM ke Pembimbing
2 Seminar PM
3 Penyediaan alat dan bahan
4 Survey ke lokasi
5 Pengambilan Sampel
6 Konsultasi Pembimbing I dan II
7 Pelaksanaan penelitian
8 Melakukan analisa hasil penelitian
9 Pengujian hasil analisa penelitian
10 Pembuatan laporan
11 Konsultasi Pembimbing I dan II
12 Seminar hasil PM
3.6 Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
No Jenis Kegiatan Biaya
1 Pembelian Alkohol 70% 1 liter Rp.25.000,00 2 Pembelian EM4 2 liter
3 Pembelian NPK
4 Pembelian Temulawak 4kg dan sereh 1kg Rp.70.000,00
5 Print Rp. 50.000,00
6 Fotocopy Rp.20.000,00 7 Transportasi Rp.100.000,00 8 Lain-lain Rp.200.000,00