• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Pendidikan dan Kebudayaan republik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Korelasi Pendidikan dan Kebudayaan republik "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Korelasi Pendidikan dan Kebudayaan

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Profesi Guru Dosen Pengampu: Dr. Sabaruddin

Oleh:

Dewi Furusin Marfu’ah ( 13410192 )

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah memberikan petunjuk di jalan yang diridhai oleh Yang Maha Esa dengan berbagai Ilmu pengetahuan yang sangat berharga bagi masa depan kehidupan.

Dan tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing serta saudara-saudara di kampus yang telah memberi motivasi dalam pembuatan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Saya berharap semoga semua yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi dan Sosiologi Pendidikan Semester V yang diampu oleh Bapak Dr. Sabaruddin, M.A. Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan adanya tugas pembuatan makalah ini, penulis berharap kita mendapat tambahan ilmu pengetahuan (Ilmu Pendidikan) terutama dengan judul yaitu “ Korelasi Antara Pendidikan dan Kebudayaan ” dan dapat memahaminya serta menambah wawasan.

Yogyakarta, 22 september 2015

(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...3 BAB I (PEMBUKAAN)...

Latar Belakang...4 Rumusan Masalah...5 Tujuan Penulisan...5 BAB II (ISI)

Definisi hakikat pendidikan dan kebudayaan...6 korelasi pendidikan dalam kebudayaan...7 proses perubahan budaya...11 BAB III (PENUTUP)

Kesimpulan...15

(4)

BAB I ( PEMBUKAAN ) 1. Latar Belakang

Pendidikan dalam arti luas, memegang peranan sangat strategis dalam setiap masyarakat dan kebudayaan. Suatu masyarakat mempunyai keteraturan yang diikat oleh sistem nilai yang hidup dalam kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu. Kebudayaan adalah jiwa masyarakat, karena kebudayaan itulah yang menghidupi masyarakat dengan nilai-nilai yang dimilikinya.

Pendidikan, masyarakat, kebudayaan, merupakan suatu tripartite tunggal dimana kebudayaan merupakan dasarnya, masyarakat menyediakan sarana, dan proses pendidikan merupakan kegiatan untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai yang mengikat kehidupan bersama dalam masyarakat. Disini pendidikan nasional yang telah kita bentuk, Bhineka Tunggal Ika patut kita jadikan dasar yang fundamental.

Proses pendidikan merupakan proses pembudayaan, dan proses pembudayaan adalah proses pendidikan. Menggugurkan pendidikan dari proses pembudayaan merupakan alienasi dari hakikat manusia dan dengan demikian alienasi dari proses humanisasi. Alienasi proses pendidikan dari kebudayaan berarti menjauhkan pendidikan dari perwujudan nilai-nilai moral di dalam kehidupan manusia. 1

Menurut Koentjaraningrat2 merumuskan kebudayaan sebagai “Keseluruhan gagasan dan

karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.”

Jadi, dari banyak pendapat ahli mengenai korelasi pendidikan dan kebudayaan akan penulis jabarkan dalam makalah ini secara lebih luas dan menddalam.

2. Rumusan Masalah

a. Apa definisi hakikat pendidikan dan kebudayaan? b. Bagaimana korelasi pendidikan dalam kebudayaan? c. Bagaimana proses perubahan budaya terjadi? 3. Tujuan

1 Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet-3 2002, h. 32

(5)

a. Memahami definisi hakikat pendidikan dan kebudayaan. b. Memahami korelasi pendidikan dalam kebudayaan. c. Memahami proses perubahan budaya.

BAB II (PEMBAHASAN) A. Definisi Hakikat Pendidikan dan Kebudayaan

(6)

Dari berbagai macam definisi yang muncul, maka hakikat pendidikan dapat dikategorisasikan dalam dua pendekatan, yaitu pendekatan epistimologis dan pendekatan ontologi atau metafisik. Dimensi epistimologis berusaha mencari makna pendidikan sebagai ilmu dengan mempunyai objek kajian untuk dasar analisis. Dari sudut pandang ini pendidikan dilihat sebagai proses yang inheren dalam konsep manusia. Manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Sedangkan pendekatan ontologi menekankan hakikat keberadaan pendidikan yang tidak terlepas dari keberadaan manusia.3

Sedangkan hakikat kebudayaan yang didefinisikan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa inti dari setiap kebudayaan ialah manusia. Dengan kata lain kebudayaan adalah khas insani. Hanya manusia yang berbudaya dan membudaya.

Lalu, yang menjadi pertanyaan dibenak kita sekarang ialah definisi hakikat kebudayaan yang seperti apa yang dapat kita gunakan sebagai titik tolak untuk mencari afinitas antara kebudayaan dan pendidikan?

Edwar B. Tylor dalam bukunya Primitive Culture tahun 1871. Definisi Tylor mengenai budaya sebagai berikut:4

“Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.”

Dari definisi tersebut memberikan beberapa hal mengenai hubungan pendidikan dan pembudayaan antara lain:

1. Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks. Hal ini berarti bahwa kebudayaan merupakan suatu kesatuan dan bukan jumlah dari bagian-bagian. Keseluruhannya mempunyai pola atau desain tertentu yang unik. Setiap kebudayaan mempunyai mozaik yang spesifik.

2. Kebudayaan diperoleh dari lingkungan

3. Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang soliter atau terasing tetapi yang hidup di dalam suatu masyarakat tertentu.

Disini juga ditekankan mengenai pentingnya peranan nilai-nilai didalam kebudayaan. Apa yang terjadi di dunia pendidikan saat ini dinilai sebagai sesuatu yang taken for granted. Dapat kita saksikan beberapa orde yang lalu, tepatnya selama Orde Baru kita lihat nilai-nilai luhur Pancasila yang hidup dan berkembang di dalam kebudayaan Indonesia telah direduksi menjadi pengetahuan mengenai nilai-nilai yang terlepas satu sama lain. Akibatnya Pancasila lebih merupakan pengetahuan daripada penghayatan serta perwujudan nilai-nilainya dalam 3 Feibleman dalam Tilaar, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia, …, h. 17

(7)

kehidupan bermasyarakat. Sungguh pun pendidikan dilepaskan dari kaitannya yang hakiki dengan kebudayaan.

Dari pengertian kebudayaan diatas ada tiga point penting yang bisa dicatat bahwa: 1. Adanya keteraturan dalam hidup bermasyarakat.

2. Adanya proses pemanusiaan

3. Di dalam proses pemanusiaan itu terdapat suatu visi tentang kehidupan.

Jadi, pendidikan dan kebudayaan tidak dapat dinilai sebagai entitas yang saling berpisah, namun saling terintegrasi satu sama lain untuk mengahasilkan makna bagi individu atau manusia secara komprehensif dan utuh.

Sebagai penutup persepsi kita mengenai kebudayaan, yaitu sebuah rumusan dari Koentjaraningrat5 bahwa “keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya

dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.” Rumusan mengenai hakikat kebudayaan tersebut telah mewakili hakikat pendidikan dalam kebudayaan.

B. Korelasi Antara Pendidikan dalam Kebudayaan

Berangkat dari beberapa definisi hakikat kebudayaan diatas tampak jelas betapa besar peranan pendidikan dalam perkembangan bahkan matinya suatu kebudayaan. Dalam rumusan-rumusan hakikat kebudayaan, para pakar dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan. Bahkan tanpa proses pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung dan berkembang bahkan memperoleh dinamikanya.

Ilmu Antropologi Pendidikan muncul sebagai akibat besarnya peranan pendidikan dalam kebudayaan atau dapat dikatakan bahwa pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan. Ada beberapa factor kebudayaan yang turut berproses dalam pendidikan, yaitu sebagai berikut:6

- Kepribadian dalam proses kebudayaan

Peranan pendidikan di dalam kebudayaan dapat kita lihat dengan nyata di dalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian tidak aka nada sebuah kebudayaan karena kepribadian merupakan aspek fundamental pembentuk budaya. Walaupun memang kebudayaan bukanlah sekedar jumlah dari kepribadian-kepribadian. Individu bukan saja hanya seperti pion yang diarahkan, namun individu merupakan creator sekaligus manipulator dari kebudayaannya. 7

Di dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan kebudayaan akan dapat berkembang melalui kepribadian-kepribadian tersebut. Inilah yang disebut hubungan kausilitas sirkuler antara kepribadian dan kebudayaan. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa pendidikan 5 Koenjaraningrat, Kebudayaan,…, h.9

6 Tilaar, Pendidikan, …,

(8)

bukan semata-mata transmisi kebudayaan secara pasif tetapi perlu mengembangkan kepribadian yang kreatif. Pranata sosial yang disebut sekolah harus kondusif untuk dapat mengembangkan kepribadian yang kreatif tersebut. Namun terkadang lembaga pendidikan yang disebut sekolah kita ialah sekolah telah menjadi sejenis penjara yang memasung kreativitas peserta didik.

Para pakar yang menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam kebudayaan awalnya muncul dari para kaum behaviorist dan psychoanalyst. Para ahli psikologi behaviorisme melihat kelakuan manusia sebagai suatu reaksi dari rangsangan dari sekitarnya. Di sinilah peranan pendidikan di dalam pembentukan kelakuan manusia. Begitu pula para psikolog aliran psikoanalis menganggap kelakuan manusia ditentukan oleh dorongan-dorongan baik sadar maupun tidak sadar.

Para pakar aliran behaviorisme melihat bahwa ada suatu rangsangan kebudayaan terhadap pengembangan kepribadian manusia. Pengaruh ini dapat dilukiskan sebagai berikut. 1. Kepribadiaan adalah suatu proses. Hal ini berarti terjadi dinamika antara pribadi dan kebudayaan

yang muncul dari actor dan manipulator dari interaksi yang terjadi pada manusia.

2. Kepribadian mempunyai keterarahan dalam perkembangannya untuk mencapai suatu misi tertentu.

3. Dalam perkembangan kepribadian salah satu factor penting adalah imajinasi. Imajinasi akan didapatkannya dari lingkungan kebudayaannya. Manusia apabila dalam keterasingan akan sulit mengembangkan kepribadiannya.

4. Kepribadian mengadopsi secara harmonis tujuan hidup dalam masyarakat agar ia dapat hidup dan berkembang. Ketika manusia berjalan tidak sesuai tujuan masyarakat berarti ia telah melawan arus dalam perkembangan hidupnya. Yang paling penting adalah mencari keharmonisan antara tujuan hidup dan masyarakat.

5. Di dalam pencapaian tujuan oleh pribadi yang sedang berkembang itu dapat dibedakan antara tujuan dalam waktu yang dekat dn tujuan dalam waktu yang panjang. Dalam dinamika waktu tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

6. Berkaitan dengan keberadaan tujuan di dalam pengembangan kepribadian manusia, dapatlah disimpulkan bahwa proses belajar adalah proses yang ditujukan untuk mencpai tujuan. Learning is a goal teaching behavior.8

- Transmisi kebudayaan

Salah satu proses yang luas dikenal mengenai kebudayaan adalah transmisi kebudayaan. Artinya kebudayaan itu ditransmisikan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Karena

(9)

manusia bukan hanya sebagai penerus kebudayaan yang pasif, maka pribadinya sebagai actor sekaligus manipulator kebudayaan terus menerus berubah.

Tiga unsur utama transmisi kebudayaanm sebagai proses pendidikan yang dikemukakan oleh Fortes9: 1) unsur-unsur yang ditransmisi, 2) proses transmisi, dan 3) cara transmisi.

Unsur kebudayaan yang pertama-tama ditransmisi adalah nilai-nilai budaya, adat istiadat masyarakat, pandangan mengenai hidup serta berbagai konsep hidup lainnya yang ada di dalam masyarakat.

Kedua, proses transmisi meliputi proses-proses imitasi, identifikasi, dan sosialisasi. Imitasi adalah meniru tingkah laku dari sekitar. Selanjutnya peran manusia sebagai actor dan manipulator dalam kebudayaan mulai melakukan identifikasi terhadap unsur-unsur kebudayaan tersebut. Proses identifikasi berjalan sepanjang hayat sesuai tingkat kemampuan dan perkembangan manusia itu sendiri. Lalu, unsur-unsur budaya tersebut harus disosialisasi artinya harus diwujudkan dalam kehidupan yang nyata di dalam kehidupan nyata dan masyarakat yang makin meluas.

Ketiga, adalah cara transmisi yang terkait dua bentuk yaitu peran-serta dan bimbingan. Bentuk peran serta dapat berwujud ikut serta dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan bentuk bimbingan dapat berupa instruksi, persuasi, rangsangan dan hukuman.

Pandangan Ki Hajar Dewantara tentang pentingnya pendidikan di dalam kebudayaan terlihat pada sistem among yang berisi mengajar dan mendidik. Mengajar dan mendidik bukan hanya melulu tentang kepandaian dan kecerdasan dalam ilmu pengetahuan, namun juga menjadi pribadi yang beradab dan bersusila.

- Pendidikan dalam Proses Pembudayaan

Melalui transmisi kebudayaan diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan tidak hanya diturunkan secara lempeng saja dari generasi diatasnya, namun terjadi proses interaksi antara pribadi dan kebudayaan sebagai agen yang aktif dan kreatif. Di dalam proses pembudayaan terdapat pengertian-pengertian seperti inovsi dan penemuan, difusi kebudayaan, akulturasi, asimilasi, inovasi, focus, krisis, dan prediksi masa depan.10

Berikut beberapa prosesnya antara lain11:

a. Penemuan dan invensi (discovery and invention)

Dua konsep tersebut merupakan proses terpenting dalam pertumbuhan dan kebudayaan. Hal ini karena tanpa penemuan dan invensi suatu budaya akan mati. Suatu penemuan berarti menemukan sesuatu yang sebelumnya belum dikenal tetapi telah tersedia di alam sekitar. 9 Koenjaraningrat, Pengantar, …, h.1

(10)

Misalnya penemuan dunia baru sehingga pemukiman manusia menjadi lebih luas dan berarti pula semakin luasya penyebaran kebudayaan.

Lalu, dengan invensi maka umat manusia dapat menemukan hal-hal yang dapat mengubah kebudayaan. Dengan penemuan melalui ilmu pengetahuan maka lahirlah kebudayaan industry yang telah menyebabkan suatu revolusi kebudayaan terutama di Negara-negara barat.

Soerjono Soekanto membedakan invention dengan discovery. Discovery adalah penemuan dari suatu unsur yang baru, yang di ciptakan oleh seorang individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru dapat di sebut invention jika masyarakat suadah menagakui, menerima serta menerapkan penemuan baru itu. Jadi penemuan baru dalam arti discovery adalah ciptaan baru dari individu yang belum di fublikasikan dan di terapkan atau belum tentu mendapat pengakuan dari masyarakat. Sedangkan penemuan baru dalam arti invention adalah suatu kelajutan dari discovery, yaitu penemuan baru yang sudah di akui dan dapat di terapkan oleh masyarakat. Invention merupakan hasil ciptaan baru manusia atas nama individu atau kelompok masyarakat (dalam Abdul Syani 1995:90).

b. Difusi

Difusi berarti pembauran atau penyebaran budaya-budaya tertentu antara masyarakat yang lebih maju terhadap masyarakat yang lebih tradisional. Misalnya saja yang terjadi di Negara kita, bagaimana pengaruh Kebangkitan Nasional terhadap kehidupan suku-suku.

c. Akulturasi

Akulturasi merupakan bentuk difusi kebudayaan. Dalam proses ini terjadi pembauran budaya antar kelompok. Misalnya adanya becak dengan betuk dan model yang demikian, lalu ada juga motor dengan mesin dan model seperti itu. Lalu ditemukan Bentor.

d. Asimilasi

Proses asimilasi kebudayaan terjadi terutama antar etnis dengan sub budaya masing-masing-masing. Biasanya hal ini terjadi melalui proses perkawinan antar etnis.

C. Proses Perubahan Budaya

(11)

Kehidupan manusia, ada pandangan segolongan atau sekelompok yang mempunyai rasa membangun di mana selalu menginginkan adanya kemajuan-kemajuan dan perombakan-perombakan sesuai tuntutan zaman. Di samping itu pula, di dukung oleh pandangan segolongan masyarakat yang bersifat optimis yang di artikan sebagai sekelompok masyarakat yang berfaham mempunyai bahwa besok di kemudian hari akan ada hari lebih cerah, sehingga di dorong oleh rasa kejiwaan paham optimis tersebut mereka akan selalu berhati-hati dalam membawa arus massyarakat cenederung untuk maju dan berubah.

Di bawah ini adalah beberapa pendapat para ahli tentang perubahan sosial yaitu sebagai berikut:

Menurut Wibert moore (dalam Jacobus Ranjabar 2008:15) berpendapat bahwa “perubahan sosial bukanlah suatu gejala masyarakat modern tetapi sebuah hal yang universal dalam pengalaman hidup manusia.”

Menurut Burhan Bungin (1994:123) perubahan sosial adalah proses sosial yang di alami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat secara suka rela atau di pengaruhi oleh unsurmenyesuaikan diri dan menggunakan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.

Lanjut menurut Burhan Bungin hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek sebagai berikut, yaitu; perubahan pola pikir masyarakat perubahan perilaku masyarakat,perubahan budaya materi. Pertama, perubahan pola pikir dan sikap masyarakat yang menyangkut persoalan sikap masyarakt terhadap berbagai persoalan sosial dan budaya di sekitarnya yang berakibat terhadap pemerataan pola-pola pikir baru yang di anut oleh masyarakat sebagai sebuah sikap yang modern. Contohnya sikap terhadap pekerjaan. kedua, perubahan perilaku masyarakat menyangkut persoalan perubahan sistem-sistem sosial dimana masyarakat meningglkan sosial lama dan menjalankan sistim sosial baru, seperti perubahan perilaku pengukuran kinerja suatu lembaga.

(12)

Siap bekerja di tempat yang baru maka besar kemungkinan justru tidak hanya menguntungkan bagi pihak transmigran melainkan dapat terpengaruh terhadap penduduk asli sehingga kehidupan masyarakat pun akan berubah.

Seojono Soekanto (2007:267) perubahan sosial dapat di ketahui dengan adanya ciri-ciri tertentu:

1. Tidak adanya masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau cepat.

2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan di tiru dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya karena lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya interpenden maka sulit sekali untuk mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu saja. Proses awal dan proses-proses selanjutnya merupakan suatu mata rantai.

3. Perubahan-perubahan yang cepat biasanya mengakibatkan di organisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses.

Faktor-Faktor Pendorong Perubahan Masyarakat

Perubahan masyarakat pada umumnya dapat terjadi dengan sendirinya secara wajar dan teratur, terutama apabila perubahan itu sesuai dengan pertumbuhan kepentingan masyarakat. Jika tidak, biasanya masyarakat tertutup dengan perubahan lantaran khawatir atau takut kalau stabilitas kehidupan masyarakatnya akan terganggu akibat dari perubahan itu, akan tetapi kondisi tertentu perubahan masyarakat tidak bisa di hindari, terutama jika keadaan sekarang di anggap tidak berkemajuan atau tidak memuaskan lagi.

Peluang menuju kearah perubahan akan semakin besar di kala masyarakat lingkungan sekitar menawarkan berbagai metode dan teknologi dan sarana baru (faktor eksteren) yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang. Faktor-faktor ekstern di terima sebagai pengganti tradisi yang di rasakan tidak cukup memuaskan itu.

Menurut Abdul Syani (1995:90) “Secara umum, perubahan masyarakat dapat di sebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor yang datang dari dalam tubuh masyarakat itu sendiri (bersifat intern), maupun yang akan datang dari luar lingkungan masyarakat (bersifat eksteren).

(13)

Perubahan kebudayaan pada masyarakat biasanya ada yang di sebabkan oleh masyarakat itu sendiri, atau pun berasal dari masyarakat pendatang. Biasanya penyebab perubahan yang di lakukan oleh masyarakat itu sendiri terjadi akibat adanya kelahiran, juga hala-hal baru serta media yang mereka lihat biasanya akan menimbulkan pengaruh positif juga negatif bagi masyarakat itu sendiri. Begitu juga sebaliknya dengan penyebab perubahan budaya yang di akbatkan dengan adanya kedatangan masyarakat dari luar yang biasanya terjadi karena adanya bencana alam, transmigrasi maupun lainnya. Mereka biasanya hanya mampu meninggalkan tempat di mana mereka tinggal dulu, tetapi sulit bagi mereka meninggalkan budaya yang sudah ada dan menggantikannya dengan yang baru. 12

PENUTUP

(14)

KESIMPULAN

Dari uraian makalah diatas dapat ditarik kesimpulan, yaitu:

1. Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi kehidupan baik lingkungan fisik maupun non fisik yang melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam untuk mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.

2. Pendidikan berperan sebagai agen pengajaran nilai-nilai budaya dalam proses pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki. Dan kebudayaan diturunkan kepada generasi penerusnya lewat pendidikan.

3. Pendidikan dalam proses pembudayaan terdapat unsure-unsur, seperti inovasi dan penemuan, akulturasi, dan asimilasi.

4. Perubahan budaya ditentukan oleh factor eksternal dan internal.

(15)

Koentjaraningrat.2000. “Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan”

Nur Djazifah, 2012.“Proses Perubahan Sosial di Masyarakat”

Referensi

Dokumen terkait

Apabila komunikator dalam hal ini adalah Humas atau lebih dikenal dengan public relations dapat melakukan melakukan tugasnya sesuai dengan menggunakan sistem

Berdasarkan kriteria atas pelaksanaan audit diperoleh data dari SPI PT. Binakarsa Swadaya, yaitu: a) sampai dengan tahun 2012 mengumpulkan bukti audit yang

Kesimpulan adalah beberapa perlakuan dosis pupuk PES dalam media pemeliharaan pada ujicoba ini tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan

Bujur ekliptika (λ) didefnisikan sebagai jarak busur dari titik kearah Timur (seperti arah pengukuran asensiorekta pada lingkaran ekuator) hingga proyeksi benda langit

Jika biaya pengoperasian alat A adalah $300 per hari dan B adalah $200 per hari, berapa hari masing-masing harus

Kepala sekolah dan guru belum memiliki pandangan yang tepat terhadap konsep anak..

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio molar dan waktu reaksi terhadap hasil dan mutu biodiesel dari minyak jelantah melalui proses transesterifikasi yang

hipotesis nol (H06) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep matematika siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Palu, antara siswa yang memiliki