KARYA TULIS ILMIAH
PERAN JURNALISME DAMAI DALAM MENJAGA HARMONI SOSIAL
Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan sebagai salah satu syarat Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) 2014
tingkat Universitas Muhammadiyah Malang
Diusulkan oleh :
MUHAMMAD ZULFIKAR AKBAR (201210040311019)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG
ii LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
1. Judul Kegiatan : Peran Jurnalisme Damai dalam Menjaga
Harmoni Sosial
2. Penulis Utama
2.1. Nama Lengkap : Muhammad Zulfikar Akbar
2.2. NIM : 201210040311019
2.3. Jurusan/Fakultas : Ilmu Komunikasi / Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik
2.4. Universitas : Universitas Muhammadiyah Malang
2.5. Alamat di Malang : Jl. Simpang Candi Panggung Blok A-18
Perum Garden Palma Kel. Jatimulyo
Kec. Lowokwaru Kota Malang
2.6. No. HP : 0823-3670-7950
2.7. Email : zulfikar@mediamahasiswa.com
Malang, 26 Maret 2014
Menyetujui,
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi UMM Dosen Pembimbing,
Sugeng Winarno, MA. M. Himawan Sutanto, M. Si
iii KATA PENGANTAR
Media massa punya pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat.
Ditengah suatu bangsa yang besar dan keberagamannya yang dimiliki oleh
Indonesia, media massa sangat berperan penting dalam kemajuan bangsa ini.
Menjaga harmoni sosial yang sudah terjalin dan integrasi bangsa juga diharapkan
mampu diperankan oleh media massa yang ada di Indonesia. Karena itu mengapa
penulis mengambil judul “Peran Jurnalisme Damai dalam Menjaga Harmoni
Sosial”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terkait dalam
pembuatan karya tulis ilmiah yang akan diikutsertakan dalam seleksi Mahasiswa
Berprestasi (Mawapres) tingkat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.
Terimakasih kepada bapak M. Himawan Sutanto, M. Si yang bersedia membimbing
saya, bapak Sugeng Winarno, MA selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi UMM,
seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang mendukung, dan teman-teman dari Media
Mahasiswa yang mensupport setiap langkah yang saya buat. Yang paling utama dan
paling penting, terimakasih saya kepada kedua orangtua dan keluarga yang
mendukung setiap pencapaian saya. Karya tulis ilmiah ini saya persembahkan untuk
kemajuan bangsa Indonesia.
Malang, 26 Maret 2014
iv DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... iv
Ringkasan ... v
BAB I – Pendahuluan ... 1
BAB II – Telaah Pustaka ... 3
BAB III – Analisis – Sintesis ... 6
BAB IV – Kesimpulan – Rekomendasi ... 9
v RINGKASAN
Media massa mempunyai beberapa fungsi seperti fungsi informasi, hiburan, persuasi, transmisi budaya, mendorong kohesi sosial, pengawasan, korelasi, pewarisan sosial, melawan kekuasaan dan kekuatan represif, serta menggugat hubungan trikotomi. Berkat media massa, saat masa pra kemerdekaan para pemuda dari berbagai daerah dapat bersatu. Di masa kemerdekaan, berkat media massa juga Indonesia mampu mengusir penjajah, bahkan berita kemerdekaan Indonesia bisa tersebar ke seluruh dunia berkat media massa. Namun akibat media massa juga, berbagai kelompok-kelompok baik suku, agama, dan lainnya sering berkonflik. Bahkan di masa Orde Baru media massa menjadi alat propaganda pemerintah. Media massa melalui berita-berita dan informasinya mengancam kelompok-kelompok yang berseberangan dengan pemerintah. Hingga akhirnya masyarakat media massa berbalik menyerang pemerintah pada 1998 sampai Orde Baru mampu digulingkan. Reformasi pun bergulir dan kebebasan pers pun terwujud.
Kembali, saat konflik Ambon terjadi 1999 media massa turut berperan disana. Pers yang pro-muslim akan mendukung pihak muslim, sedangkan pers yang pro-nasrani akan mendukung pihak nasrani. Kebebasan pers mengakibatkan beberapa oknum media ini tidak mempedulikan efek dari pemberitaannya. Mempertimbangan oplah ataupun rating semata, pemberitaan yang dihasilkan semakin memperuncing konflik. Penggunaan jurnalisme kekerasan/konflik yang menjadi penyebabnya. Akibatnya konflik pun berkepanjangan. Sama halnya ketika kelompok separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berkonflik dengan pemerintah Indonesia. Berita-berita konflik terus digencarkan selama konflik berlangsung. Hingga akhirnya pemerintah dan GAM memutuskan perundingan damai, media massa pun turut memberitakan perundingan tersebut hingga kesepakatan damai didapatkan. Dari data didapatkan, Sejak 2010 hingga September 2013, angka konflik di Indonesia meningkat dengan pesat. Media massa turut berperan dalam meningkatkan angka konflik ini. Penggunaan jenis jurnalisme yang tidak tepat dapat meningkatnya konflik yang akan menimbulkan disintegrasi bangsa yang juga menimbulkan ketidakharmonisan sosial.
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Media massa sebagai pilar demokrasi keempat sudah menjadi bagian
tak terpisahkan dari dinamika bangsa Indonesia. Ibarat pisau, media massa
merupakan pisau bermata dua; disatu sisi pisaunya dapat memotong buah
dan bisa dinikmati bersama, di sisi lainnya jika tidak digunakan dengan
benar bisa mencelakakan orang lain. Sama dengan pemberitaan di media
massa, jika berita atau informasi yang disampaikan bermanfaat dan
berguna, maka akan terasa manfaatnya kepada masyarakat. Tapi, jika
berita atau informasi yang disampaikannya menimbulkan unsur-unsur
perpecahan dan konflik, maka akan terjadi namanya disintegrasi bangsa.
Media massa atau komunikasi massa punya beberapa fungsi seperti
disampaikan oleh Nurudin1 (2007:66) yakni informasi, hiburan, persuasi,
transmisi budaya, mendorong kohesi sosial, pengawasan, korelasi,
pewarisan sosial, melawan kekuasaan dan kekuatan represif, serta
menggugat hubungan trikotomi. Dalam kaitannya dengan menjaga
harmoni sosial, media massa harus mampu memaksimalkan semua fungsi
tersebut agar mampu menciptakan suasana yang kondusif dan harmonis.
Tercatat, sejak 2010 hingga awal September 2013 terjadi
peningkatan konflik. Hal ini berdasarkan data dari Pusat Komunikasi dan
Informasi (Puskomin) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik
Indonesia (RI)2, pada 2010 terjadi 93 peristiwa konflik, pada 2011 terjadi
77 peristiwa konflik, dan 2012 terjadi 128 peristiwa. Sedangkan di 2013
hingga awal September 2013 tercatat 53 peristiwa konflik. Tentunya
media massa punya andil dalam konflik tersebut, apakah bisa
1 Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers. Halaman 66.
2 mendamaikan atau justru memperkeruh suasana. Peranan jurnalisme
damai sangat diperlukan agar konflik tidak terjadi berkepanjangan.
Sudah seharusnya media massa sebagai bagian yang integral dalam
masyarakat harus mampu berperan dalam menjaga harmoni sosial,
keberagaman, dan integrasi bangsa. Ditengah gempuran informasi dan
pengaruh asing akibat globalisasi serta era keterbukaan yang terjadi saat
ini mengubah pola pikir dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat akan
menjadi lebih apatis terhadap pemerintahan dan negaranya sendiri, lebih
individualis, materialistis, dan hedonis. Akibatnya pun mampu ditebak,
tidak ada lagi harmoni sosial, semuanya berjalan masing-masing sesuai
kemauan individunya. Keberagaman sudah tidak dilihat sebagai kekuatan,
melainkan kelemahan. Bangsa pun akan pecah melahirkan disintegrasi
bangsa.
Agar harmoni sosial tetap terjaga, maka media massa dirasa perlu
untuk turut ambil bagian dalam peran tersebut terutama penggunaan
jurnalisme damai di media massa. Karya tulis ini akan menggali lebih
dalam peran jurnalisme damai dalam menjaga harmoni sosial.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah dalam karya tulis
ini sebagai berikut :
“Bagaimana peran jurnalisme damai dalam menjaga harmoni sosial?”.
1.3. Tujuan
Karya tulis ini bertujuan untuk :
“Menjelaskan peran jurnalisme damai dalam menjaga harmoni sosial.”
1.4. Manfaat
Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pengelola media
massa untuk memberikan informasi dan/atau konten berdasarkan
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Media Massa
Menurut Cangara3 (2006:122) media massa adalah alat yang
digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak
(penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis
terorganisasi untuk berkomunikasi secara terbuka dan dalam jarak
jauh kepada banyak orang (khalayak) dalam jarak waktu yang
ringkas. Media massa bukan sekedar alat semata-mata, melainkan
juga institusionalisasi dalam masyarakat sehingga terjadi proses
pengaturan terhadap alat itu oleh warga masyarakat melalui
kekuasaan yang ada maupun melalui kesepakatan-kesepakatan lain.5
(Soyomukti, 2010:198)
Dari definisi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
media massa merupakan pesan-pesan dari sumber kepada khalayak
(penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, tabloid, buku, film, internet, dan
lan-lain.
Kelebihan media massa dibandingkan dengan jenis
komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu.
Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika
pada waktu yang tak terbatas.
3 Cangara, Hafied H. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Halaman 122.
4 Nurudin. Op Cit. Halaman 9.
4
2.2. Jurnalisme Damai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jurnalisme adalah
pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita di
surat kabar, dan sebagainya atau istilah lainnya kewartawanan. Sementara
itu, Nurudin6 (2009:9) menjelaskan “jurnalisme adalah kegiatan yang berhubungan dengan proses mencari, mengolah, dan menyiarkan informasi
kepada khalayak dan disebarkan melalui media massa (cetak dan
elektronik)” (Nurudin, 2009:9).
Setiani7 (2005:50) juga menjelaskan
“jurnalisme damai merupakan jurnalisme modern yang berpegang pada asas imparsialitas (kebenaran) dan faktualitas (berdasarkan fakta) atau kebalikan dari jurnalisme kekerasan. Jurnalisme damai yang dirumuskan oleh wartawan senior John Galtung, Rune Ottosen,
Wilhem Kempt, dan Maggie O’Kane ini bertujuan menghindari atau
mencegah terjadinya kekerasan di dalam masyarakat. ....”
2.3. Integrasi Bangsa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integrasi yakni
pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Sedangkan
integrasi bangsa yakni penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke
dalam kesatuan wilayah dan pembentukan suatu identitas nasional.
Menurut Ake8, integrasi nasional pada dasarnya mencakup dua
masalah pokok, yaitu :
1.Bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh kepada
tuntutan-tuntutan negara, yang mencakup perkara pengakuan rakyat terhadap
hak-hak yang dimiliki negara.
2. Bagaimana meningkatkan konsensus normatif yang mengatur
perilaku politik setiap anggota masyarakat, konsensus ini tumbuh dan
6 Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Halaman 9.
7 Setiati, Eni. 2005. Ragam Jurnalistik Baru Dalam Pemberitaan:Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik. Jogjakarta:Penerbit Andi. Halaman 47.
5 berkembang diatas nilai-nilai dasar yang dimiliki bangsa secara
keseluruhan.
Sedangkan menurut pakar sosiologi Duverger9 mengatakan,
“Integrasi didefinisikan sebagai “dibangunnya interdependensi yang
lebih rapat antara bagian-bagian antara organisme hidup atau antar anggota-anggota dalam masyarakat” sehingga integrasi adalah proses mempersatukan masyarakat yang cenderung membuatnya menjadi suatu kata yang harmonis yang didasarkan pada tatanan yang oleh angota-anggotanya dianggap sama harmonisnya. ...” Dari tiga pengertian diatas, dapat disimpulkan jika integrasi bangsa
adalah bersatunya berbagai elemen bangsa yakni kelompok budaya dan
sosial dalam satu kesatuan wilayah dan berdasar konsensus untuk
mencapai sebuah keharmonisan.
BAB III
ANALISIS-SINTESIS
3.1. Analisis
Indonesia lahir dan tumbuh dari keberagaman bangsa. Berbagai
suku bangsa dan keyakinan bersatu untuk melahirkan suatu Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kemajemukan ini juga tak terlepas
dari peran media massa pada masa kemerdekaan. Dengan berbagai media
massa yang dibentuk oleh berbagai perkumpulan-perkumpulan di
daerahnya pada masa tersebut, akhirnya dengan media massa mereka
mampu menyatukan suku-suku bangsa dan golongan yang ada di
Indonesia.
Media massa ternyata juga berperan dalam menumbuhkan atau
menghentikan konflik. Seperti contohnya di 1999 ketika konflik agama di
Ambon. Ketika itu pers islam lebih mendukung kelompok islam,
sedangkan pers nasrani lebih mendukung kelompok nasrani. Akhirnya
tiap-tiap media ini menggunakan jurnalisme konflik/kekerasan dalam
memberitakan peristiwa konflik yang terjadi. Namun berbeda dengan pers
yang tidak mendukung kedua belah pihak tersebut, akan lebih
memberitakan peristiwa tersebut dengan berimbang dan lebih ke
bagaimana memecahkan masalah konflik tersebut.
Sama halnya dengan konflik di Aceh antara kelompok separatis
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah Indonesia. Kebanyakan
pers saat itu memberitakan konflik tersebut dari sisi kekerasannya, seperti
jumlah korban atau jumlah tawanan, saling serang di media, ataupun
kerugian yang didapat dari konflik tersebut. Perdamaian di Aceh pun
perlahan terwujud ketika media mengangkat berita besar-besaran rencana
perundingan antara pemerintah dan GAM, bahkan turut mengawal jalannya
perundingan tersebut hingga tercapailah perdamaian di Aceh. Disinilah
7 Pengaruh media massa juga berperan ketika pada masa Orde Baru.
Sudjatmiko10 (2000:250) mengatakan “...., hampir semua media massa harus memuat berita dan statemen petinggi tentara untuk meneror
kesadaran pada aktivis dan simpatisan PRD – Melalui isu makar, isu komunis, dan lain-lain” (Sudjatmiko, 2000:250). Jelas sekali jika pers saat itu dipaksa untuk menggunakan jurnalisme konflik dalam pemberitaannya
untuk memperkeruh suasana dan meneror kelompok tertentu. Hal ini sangat
bertentangan dengan prinsi jurnalisme damai yang mengedepankan
penyelesaian masalah.
Penggunaan jurnalisme damai ini juga berpengaruh terhadap output
yang dihasilkan. Anonim pernah mengatakan, berita yang baik adalah
berita yang berpengaruh baik kepada masyarakat, begitu juga sebaliknya.
Ketika berita tersebut dapat berpengaruh yang baik terhadap masyarakat,
terutama saat-saat konflik mampu meredakan bahkan mendamaikan
konflik, maka berita tersebut sangat baik. Namun jika berita tersebut
berpengaruh buruk, apalagi mampu menambah suasana mencekam dan
memperpanjang konflik, berita itu tidak baik.
Tidak hanya untuk pemberitaan konflik, penggunaan jurnalisme
damai juga bisa digunakan untuk pemberitaan lainnya terutama
kebudayaan. Jurnalisme damai yang mengusung semangat mengembalikan
jurnalisme ke fungsi awalnya11 sangat tepat digunakan untuk membangun
semangat keberagaman dan kebersamaan.
3.2. Sintesis
Dari analisis diatas, media massa terbukti berperan besar dalam
membentuk dan menjaga suatu harmoni sosial, keberagaman, dan integrasi
10 Hidayat, Dedy N, dkk. 2000. Pers dala Revolusi Mei . Dala Budi a “udjat iko Eds. , Represi Melalui Media Massa Pada Masa Soeharto (hlm. 250). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
11 Fungsi Jurnalisme/Pers yakni fungsi informatif, fungsi kontrol, fungsi interpreatatif dan direktif,
fungsi menghibur, fungsi regeneratif, fungsi pengawalan hak-hal warga negara, fungsi ekonomi, dan fungsi swadaya. (Kusumaningrat, Hikmat dan Kusumaningrat, Purnama. 2012.
8 bangsa. Berikut adalah bagaimana seharusnya melalui jurnalisme damai di
media massa mampu menjaga harmoni sosial:
1. Menggunakan jurnalisme damai dalam membuat berita konflik.
Penggunaan jurnalisme damai dapat menjadi langkah tepat untuk
tetap menjaga harmoni sosial. Media massa sebagai gerbang
terdepan informasi di era demokrasi seperti ini harus mampu
mengajak berbagai pihak yang berkonflik untuk mencari solusi
bersama atas permasalahan yang ada. Dengan demikian, konflik
dapat mereda dan bahkan mampu menyelesaikan konflik yang
terjadi.
2. Menyisipkan materi tentang kebhinnekaan dan nasionalisme dalam pelatihan-pelatihan jurnalistik.
Saat ini sudah jarang dalam suatu pelatihan jurnalistik menyisipkan
pelatihan mengenai kebhinnekaan dan nasionalisme dalam
pelatihannya. Dengan menambahkan dalam pelatihan tersebut,
diharapkan wartawan yang terlibat dalam pelatihan itu mampu
menerapkannya langsung ke lapangan saat mencari berita. Dengan
membuat berita mengenai kebhinnekaan dan nasionalisme, tentunya
akan berdampak positif kepada audiens.
3. Liputan Kebudayaan Bersama.
Pemimpin redaksi dapat melakukan liputan kebudayaan bersama
dengan wartawan-wartawan baik dari medianya sendiri maupun dari
media lain. Dengan demikian, liputan tentang kebudayaan bangsa
sendiri semakin banyak dan diharapkan mampu memberikan efek
untuk semakin mencintai bangsa. Sehingga keberagaman yang
dimiliki Indonesia mampu menjadi kekuatan dalam meningkatkan
BAB IV
KESIMPULAN – REKOMENDASI
4.1.Kesimpulan
Tak dipungkiri, isu keberagaman memang menjadi isu yang menarik
dan selalu hangat dibicarakan. Indonesia yang lahir dari berbagai suku dan
budaya ini sangat rentan untuk terjadi disintegrasi bangsa jika terjadi
gesekan antar sesamanya. Karena itulah, pentingnya menjaga harmoni
sosial melalui jurnalisme damai dalam pemberitaannya. Penggunaan
jurnalisme damai sangatlah diperlukan ketika menghadapi sebuah konflik.
Dengan cara demikianlah, media massa punya peran untuk meredam
bahkan menyelesaikan konflik. Media massa juga punya andil besar dalam
menjaga harmoni sosial tersebut. Sikap nasionalisme harus dimiliki
tiap-tiap wartawan dan medianya sehingga mampu ditularkan kepada
masyarakat melalui berita yang disampaikannya.
Memperbanyak liputan-liputan mengenai kebudayaan juga akan
menjaga keberagaman yang sudah dimiliki. Jika liputan ini dilakukan
secara bersama-sama dengan wartawan dari media yang sama maupun
media yang berbeda akan melahirkan berbagai pandangan tentang suatu
kebudayaan tersebut. Dengan banyaknya liputan tentang kebudayaan
tersebut, masyarakat dapat memberikan efek makin mencintai budaya
bangsa yang beragam dan menganggap keberagaman ini sebagai kekuatan.
Masyarakat pun dapat saling menghargai satu sama lain sehingga tercipta
dan terjaga harmoni sosial.
4.2.Rekomendasi
Langkah-langkah yang dapat diambil dalam meningkatkan peran
media massa dalam menjaga harmoni sosial, keberagaman, dan integrasi
bangsa yakni :
10 2. Menggalakkan pelatihan-pelatihan jurnalistik dengan menyisipkan
materi kebhinnekaan dan nasionalisme.
3. Mengadakan liputan kebudayaan bersama dalam jangka waktu
DAFTAR PUSTAKA
Dari Buku :
Cangara, Hafied H. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada. Halaman 122.
Hidayat, Dedy N, dkk. 2000. Pers dalam “Revolusi Mei”. Dalam Budiman
Sudjatmiko (Eds.), Represi Melalui Media Massa Pada Masa Soeharto
(hlm. 250). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kusumaningrat, Hikmat dan Kusumaningrat, Purnama. 2012. Jurnalistik:Teori dan
Praktik. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Halaman 27.
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : Rajawali Pers.
Halaman 9 dan 66.
Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Halaman 9.
Setiati, Eni. 2005. Ragam Jurnalistik Baru Dalam Pemberitaan:Strategi Wartawan
Menghadapi Tugas Jurnalistik. Yogyakarta : Penerbit Andi. Halaman 47.
Soyomukti, Nurani. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : Ar-Ruzz
12 Dari Artikel :
Anonim. 2008 (online). Teori Integrasi.
http://subpokbarab.wordpress.com/2008/09/18/teori-integrasi/ diakses
pada 21 Maret 2014.
Puskomin Kemendagri RI (online).