• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Jurnalisme Damai dalam Menjaga Har

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Jurnalisme Damai dalam Menjaga Har"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PERAN JURNALISME DAMAI DALAM MENJAGA HARMONI SOSIAL

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan sebagai salah satu syarat Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) 2014

tingkat Universitas Muhammadiyah Malang

Diusulkan oleh :

MUHAMMAD ZULFIKAR AKBAR (201210040311019)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG

(2)
(3)

ii LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

1. Judul Kegiatan : Peran Jurnalisme Damai dalam Menjaga

Harmoni Sosial

2. Penulis Utama

2.1. Nama Lengkap : Muhammad Zulfikar Akbar

2.2. NIM : 201210040311019

2.3. Jurusan/Fakultas : Ilmu Komunikasi / Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik

2.4. Universitas : Universitas Muhammadiyah Malang

2.5. Alamat di Malang : Jl. Simpang Candi Panggung Blok A-18

Perum Garden Palma Kel. Jatimulyo

Kec. Lowokwaru Kota Malang

2.6. No. HP : 0823-3670-7950

2.7. Email : zulfikar@mediamahasiswa.com

Malang, 26 Maret 2014

Menyetujui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi UMM Dosen Pembimbing,

Sugeng Winarno, MA. M. Himawan Sutanto, M. Si

(4)

iii KATA PENGANTAR

Media massa punya pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat.

Ditengah suatu bangsa yang besar dan keberagamannya yang dimiliki oleh

Indonesia, media massa sangat berperan penting dalam kemajuan bangsa ini.

Menjaga harmoni sosial yang sudah terjalin dan integrasi bangsa juga diharapkan

mampu diperankan oleh media massa yang ada di Indonesia. Karena itu mengapa

penulis mengambil judul “Peran Jurnalisme Damai dalam Menjaga Harmoni

Sosial”.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terkait dalam

pembuatan karya tulis ilmiah yang akan diikutsertakan dalam seleksi Mahasiswa

Berprestasi (Mawapres) tingkat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.

Terimakasih kepada bapak M. Himawan Sutanto, M. Si yang bersedia membimbing

saya, bapak Sugeng Winarno, MA selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi UMM,

seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang mendukung, dan teman-teman dari Media

Mahasiswa yang mensupport setiap langkah yang saya buat. Yang paling utama dan

paling penting, terimakasih saya kepada kedua orangtua dan keluarga yang

mendukung setiap pencapaian saya. Karya tulis ilmiah ini saya persembahkan untuk

kemajuan bangsa Indonesia.

Malang, 26 Maret 2014

(5)

iv DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

Ringkasan ... v

BAB I – Pendahuluan ... 1

BAB II – Telaah Pustaka ... 3

BAB III – Analisis – Sintesis ... 6

BAB IV – Kesimpulan – Rekomendasi ... 9

(6)

v RINGKASAN

Media massa mempunyai beberapa fungsi seperti fungsi informasi, hiburan, persuasi, transmisi budaya, mendorong kohesi sosial, pengawasan, korelasi, pewarisan sosial, melawan kekuasaan dan kekuatan represif, serta menggugat hubungan trikotomi. Berkat media massa, saat masa pra kemerdekaan para pemuda dari berbagai daerah dapat bersatu. Di masa kemerdekaan, berkat media massa juga Indonesia mampu mengusir penjajah, bahkan berita kemerdekaan Indonesia bisa tersebar ke seluruh dunia berkat media massa. Namun akibat media massa juga, berbagai kelompok-kelompok baik suku, agama, dan lainnya sering berkonflik. Bahkan di masa Orde Baru media massa menjadi alat propaganda pemerintah. Media massa melalui berita-berita dan informasinya mengancam kelompok-kelompok yang berseberangan dengan pemerintah. Hingga akhirnya masyarakat media massa berbalik menyerang pemerintah pada 1998 sampai Orde Baru mampu digulingkan. Reformasi pun bergulir dan kebebasan pers pun terwujud.

Kembali, saat konflik Ambon terjadi 1999 media massa turut berperan disana. Pers yang pro-muslim akan mendukung pihak muslim, sedangkan pers yang pro-nasrani akan mendukung pihak nasrani. Kebebasan pers mengakibatkan beberapa oknum media ini tidak mempedulikan efek dari pemberitaannya. Mempertimbangan oplah ataupun rating semata, pemberitaan yang dihasilkan semakin memperuncing konflik. Penggunaan jurnalisme kekerasan/konflik yang menjadi penyebabnya. Akibatnya konflik pun berkepanjangan. Sama halnya ketika kelompok separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berkonflik dengan pemerintah Indonesia. Berita-berita konflik terus digencarkan selama konflik berlangsung. Hingga akhirnya pemerintah dan GAM memutuskan perundingan damai, media massa pun turut memberitakan perundingan tersebut hingga kesepakatan damai didapatkan. Dari data didapatkan, Sejak 2010 hingga September 2013, angka konflik di Indonesia meningkat dengan pesat. Media massa turut berperan dalam meningkatkan angka konflik ini. Penggunaan jenis jurnalisme yang tidak tepat dapat meningkatnya konflik yang akan menimbulkan disintegrasi bangsa yang juga menimbulkan ketidakharmonisan sosial.

(7)

vi

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Media massa sebagai pilar demokrasi keempat sudah menjadi bagian

tak terpisahkan dari dinamika bangsa Indonesia. Ibarat pisau, media massa

merupakan pisau bermata dua; disatu sisi pisaunya dapat memotong buah

dan bisa dinikmati bersama, di sisi lainnya jika tidak digunakan dengan

benar bisa mencelakakan orang lain. Sama dengan pemberitaan di media

massa, jika berita atau informasi yang disampaikan bermanfaat dan

berguna, maka akan terasa manfaatnya kepada masyarakat. Tapi, jika

berita atau informasi yang disampaikannya menimbulkan unsur-unsur

perpecahan dan konflik, maka akan terjadi namanya disintegrasi bangsa.

Media massa atau komunikasi massa punya beberapa fungsi seperti

disampaikan oleh Nurudin1 (2007:66) yakni informasi, hiburan, persuasi,

transmisi budaya, mendorong kohesi sosial, pengawasan, korelasi,

pewarisan sosial, melawan kekuasaan dan kekuatan represif, serta

menggugat hubungan trikotomi. Dalam kaitannya dengan menjaga

harmoni sosial, media massa harus mampu memaksimalkan semua fungsi

tersebut agar mampu menciptakan suasana yang kondusif dan harmonis.

Tercatat, sejak 2010 hingga awal September 2013 terjadi

peningkatan konflik. Hal ini berdasarkan data dari Pusat Komunikasi dan

Informasi (Puskomin) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik

Indonesia (RI)2, pada 2010 terjadi 93 peristiwa konflik, pada 2011 terjadi

77 peristiwa konflik, dan 2012 terjadi 128 peristiwa. Sedangkan di 2013

hingga awal September 2013 tercatat 53 peristiwa konflik. Tentunya

media massa punya andil dalam konflik tersebut, apakah bisa

1 Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers. Halaman 66.

(9)

2 mendamaikan atau justru memperkeruh suasana. Peranan jurnalisme

damai sangat diperlukan agar konflik tidak terjadi berkepanjangan.

Sudah seharusnya media massa sebagai bagian yang integral dalam

masyarakat harus mampu berperan dalam menjaga harmoni sosial,

keberagaman, dan integrasi bangsa. Ditengah gempuran informasi dan

pengaruh asing akibat globalisasi serta era keterbukaan yang terjadi saat

ini mengubah pola pikir dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat akan

menjadi lebih apatis terhadap pemerintahan dan negaranya sendiri, lebih

individualis, materialistis, dan hedonis. Akibatnya pun mampu ditebak,

tidak ada lagi harmoni sosial, semuanya berjalan masing-masing sesuai

kemauan individunya. Keberagaman sudah tidak dilihat sebagai kekuatan,

melainkan kelemahan. Bangsa pun akan pecah melahirkan disintegrasi

bangsa.

Agar harmoni sosial tetap terjaga, maka media massa dirasa perlu

untuk turut ambil bagian dalam peran tersebut terutama penggunaan

jurnalisme damai di media massa. Karya tulis ini akan menggali lebih

dalam peran jurnalisme damai dalam menjaga harmoni sosial.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah dalam karya tulis

ini sebagai berikut :

“Bagaimana peran jurnalisme damai dalam menjaga harmoni sosial?”.

1.3. Tujuan

Karya tulis ini bertujuan untuk :

“Menjelaskan peran jurnalisme damai dalam menjaga harmoni sosial.”

1.4. Manfaat

Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pengelola media

massa untuk memberikan informasi dan/atau konten berdasarkan

(10)

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1. Media Massa

Menurut Cangara3 (2006:122) media massa adalah alat yang

digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak

(penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis

terorganisasi untuk berkomunikasi secara terbuka dan dalam jarak

jauh kepada banyak orang (khalayak) dalam jarak waktu yang

ringkas. Media massa bukan sekedar alat semata-mata, melainkan

juga institusionalisasi dalam masyarakat sehingga terjadi proses

pengaturan terhadap alat itu oleh warga masyarakat melalui

kekuasaan yang ada maupun melalui kesepakatan-kesepakatan lain.5

(Soyomukti, 2010:198)

Dari definisi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

media massa merupakan pesan-pesan dari sumber kepada khalayak

(penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah, tabloid, buku, film, internet, dan

lan-lain.

Kelebihan media massa dibandingkan dengan jenis

komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu.

Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika

pada waktu yang tak terbatas.

3 Cangara, Hafied H. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Halaman 122.

4 Nurudin. Op Cit. Halaman 9.

(11)

4

2.2. Jurnalisme Damai

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jurnalisme adalah

pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita di

surat kabar, dan sebagainya atau istilah lainnya kewartawanan. Sementara

itu, Nurudin6 (2009:9) menjelaskan jurnalisme adalah kegiatan yang berhubungan dengan proses mencari, mengolah, dan menyiarkan informasi

kepada khalayak dan disebarkan melalui media massa (cetak dan

elektronik)” (Nurudin, 2009:9).

Setiani7 (2005:50) juga menjelaskan

“jurnalisme damai merupakan jurnalisme modern yang berpegang pada asas imparsialitas (kebenaran) dan faktualitas (berdasarkan fakta) atau kebalikan dari jurnalisme kekerasan. Jurnalisme damai yang dirumuskan oleh wartawan senior John Galtung, Rune Ottosen,

Wilhem Kempt, dan Maggie O’Kane ini bertujuan menghindari atau

mencegah terjadinya kekerasan di dalam masyarakat. ....”

2.3. Integrasi Bangsa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integrasi yakni

pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Sedangkan

integrasi bangsa yakni penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke

dalam kesatuan wilayah dan pembentukan suatu identitas nasional.

Menurut Ake8, integrasi nasional pada dasarnya mencakup dua

masalah pokok, yaitu :

1.Bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh kepada

tuntutan-tuntutan negara, yang mencakup perkara pengakuan rakyat terhadap

hak-hak yang dimiliki negara.

2. Bagaimana meningkatkan konsensus normatif yang mengatur

perilaku politik setiap anggota masyarakat, konsensus ini tumbuh dan

6 Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Halaman 9.

7 Setiati, Eni. 2005. Ragam Jurnalistik Baru Dalam Pemberitaan:Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik. Jogjakarta:Penerbit Andi. Halaman 47.

(12)

5 berkembang diatas nilai-nilai dasar yang dimiliki bangsa secara

keseluruhan.

Sedangkan menurut pakar sosiologi Duverger9 mengatakan,

“Integrasi didefinisikan sebagai “dibangunnya interdependensi yang

lebih rapat antara bagian-bagian antara organisme hidup atau antar anggota-anggota dalam masyarakat” sehingga integrasi adalah proses mempersatukan masyarakat yang cenderung membuatnya menjadi suatu kata yang harmonis yang didasarkan pada tatanan yang oleh angota-anggotanya dianggap sama harmonisnya. ...” Dari tiga pengertian diatas, dapat disimpulkan jika integrasi bangsa

adalah bersatunya berbagai elemen bangsa yakni kelompok budaya dan

sosial dalam satu kesatuan wilayah dan berdasar konsensus untuk

mencapai sebuah keharmonisan.

(13)

BAB III

ANALISIS-SINTESIS

3.1. Analisis

Indonesia lahir dan tumbuh dari keberagaman bangsa. Berbagai

suku bangsa dan keyakinan bersatu untuk melahirkan suatu Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kemajemukan ini juga tak terlepas

dari peran media massa pada masa kemerdekaan. Dengan berbagai media

massa yang dibentuk oleh berbagai perkumpulan-perkumpulan di

daerahnya pada masa tersebut, akhirnya dengan media massa mereka

mampu menyatukan suku-suku bangsa dan golongan yang ada di

Indonesia.

Media massa ternyata juga berperan dalam menumbuhkan atau

menghentikan konflik. Seperti contohnya di 1999 ketika konflik agama di

Ambon. Ketika itu pers islam lebih mendukung kelompok islam,

sedangkan pers nasrani lebih mendukung kelompok nasrani. Akhirnya

tiap-tiap media ini menggunakan jurnalisme konflik/kekerasan dalam

memberitakan peristiwa konflik yang terjadi. Namun berbeda dengan pers

yang tidak mendukung kedua belah pihak tersebut, akan lebih

memberitakan peristiwa tersebut dengan berimbang dan lebih ke

bagaimana memecahkan masalah konflik tersebut.

Sama halnya dengan konflik di Aceh antara kelompok separatis

Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah Indonesia. Kebanyakan

pers saat itu memberitakan konflik tersebut dari sisi kekerasannya, seperti

jumlah korban atau jumlah tawanan, saling serang di media, ataupun

kerugian yang didapat dari konflik tersebut. Perdamaian di Aceh pun

perlahan terwujud ketika media mengangkat berita besar-besaran rencana

perundingan antara pemerintah dan GAM, bahkan turut mengawal jalannya

perundingan tersebut hingga tercapailah perdamaian di Aceh. Disinilah

(14)

7 Pengaruh media massa juga berperan ketika pada masa Orde Baru.

Sudjatmiko10 (2000:250) mengatakan “...., hampir semua media massa harus memuat berita dan statemen petinggi tentara untuk meneror

kesadaran pada aktivis dan simpatisan PRD – Melalui isu makar, isu komunis, dan lain-lain” (Sudjatmiko, 2000:250). Jelas sekali jika pers saat itu dipaksa untuk menggunakan jurnalisme konflik dalam pemberitaannya

untuk memperkeruh suasana dan meneror kelompok tertentu. Hal ini sangat

bertentangan dengan prinsi jurnalisme damai yang mengedepankan

penyelesaian masalah.

Penggunaan jurnalisme damai ini juga berpengaruh terhadap output

yang dihasilkan. Anonim pernah mengatakan, berita yang baik adalah

berita yang berpengaruh baik kepada masyarakat, begitu juga sebaliknya.

Ketika berita tersebut dapat berpengaruh yang baik terhadap masyarakat,

terutama saat-saat konflik mampu meredakan bahkan mendamaikan

konflik, maka berita tersebut sangat baik. Namun jika berita tersebut

berpengaruh buruk, apalagi mampu menambah suasana mencekam dan

memperpanjang konflik, berita itu tidak baik.

Tidak hanya untuk pemberitaan konflik, penggunaan jurnalisme

damai juga bisa digunakan untuk pemberitaan lainnya terutama

kebudayaan. Jurnalisme damai yang mengusung semangat mengembalikan

jurnalisme ke fungsi awalnya11 sangat tepat digunakan untuk membangun

semangat keberagaman dan kebersamaan.

3.2. Sintesis

Dari analisis diatas, media massa terbukti berperan besar dalam

membentuk dan menjaga suatu harmoni sosial, keberagaman, dan integrasi

10 Hidayat, Dedy N, dkk. 2000. Pers dala Revolusi Mei . Dala Budi a “udjat iko Eds. , Represi Melalui Media Massa Pada Masa Soeharto (hlm. 250). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

11 Fungsi Jurnalisme/Pers yakni fungsi informatif, fungsi kontrol, fungsi interpreatatif dan direktif,

fungsi menghibur, fungsi regeneratif, fungsi pengawalan hak-hal warga negara, fungsi ekonomi, dan fungsi swadaya. (Kusumaningrat, Hikmat dan Kusumaningrat, Purnama. 2012.

(15)

8 bangsa. Berikut adalah bagaimana seharusnya melalui jurnalisme damai di

media massa mampu menjaga harmoni sosial:

1. Menggunakan jurnalisme damai dalam membuat berita konflik.

Penggunaan jurnalisme damai dapat menjadi langkah tepat untuk

tetap menjaga harmoni sosial. Media massa sebagai gerbang

terdepan informasi di era demokrasi seperti ini harus mampu

mengajak berbagai pihak yang berkonflik untuk mencari solusi

bersama atas permasalahan yang ada. Dengan demikian, konflik

dapat mereda dan bahkan mampu menyelesaikan konflik yang

terjadi.

2. Menyisipkan materi tentang kebhinnekaan dan nasionalisme dalam pelatihan-pelatihan jurnalistik.

Saat ini sudah jarang dalam suatu pelatihan jurnalistik menyisipkan

pelatihan mengenai kebhinnekaan dan nasionalisme dalam

pelatihannya. Dengan menambahkan dalam pelatihan tersebut,

diharapkan wartawan yang terlibat dalam pelatihan itu mampu

menerapkannya langsung ke lapangan saat mencari berita. Dengan

membuat berita mengenai kebhinnekaan dan nasionalisme, tentunya

akan berdampak positif kepada audiens.

3. Liputan Kebudayaan Bersama.

Pemimpin redaksi dapat melakukan liputan kebudayaan bersama

dengan wartawan-wartawan baik dari medianya sendiri maupun dari

media lain. Dengan demikian, liputan tentang kebudayaan bangsa

sendiri semakin banyak dan diharapkan mampu memberikan efek

untuk semakin mencintai bangsa. Sehingga keberagaman yang

dimiliki Indonesia mampu menjadi kekuatan dalam meningkatkan

(16)

BAB IV

KESIMPULAN – REKOMENDASI

4.1.Kesimpulan

Tak dipungkiri, isu keberagaman memang menjadi isu yang menarik

dan selalu hangat dibicarakan. Indonesia yang lahir dari berbagai suku dan

budaya ini sangat rentan untuk terjadi disintegrasi bangsa jika terjadi

gesekan antar sesamanya. Karena itulah, pentingnya menjaga harmoni

sosial melalui jurnalisme damai dalam pemberitaannya. Penggunaan

jurnalisme damai sangatlah diperlukan ketika menghadapi sebuah konflik.

Dengan cara demikianlah, media massa punya peran untuk meredam

bahkan menyelesaikan konflik. Media massa juga punya andil besar dalam

menjaga harmoni sosial tersebut. Sikap nasionalisme harus dimiliki

tiap-tiap wartawan dan medianya sehingga mampu ditularkan kepada

masyarakat melalui berita yang disampaikannya.

Memperbanyak liputan-liputan mengenai kebudayaan juga akan

menjaga keberagaman yang sudah dimiliki. Jika liputan ini dilakukan

secara bersama-sama dengan wartawan dari media yang sama maupun

media yang berbeda akan melahirkan berbagai pandangan tentang suatu

kebudayaan tersebut. Dengan banyaknya liputan tentang kebudayaan

tersebut, masyarakat dapat memberikan efek makin mencintai budaya

bangsa yang beragam dan menganggap keberagaman ini sebagai kekuatan.

Masyarakat pun dapat saling menghargai satu sama lain sehingga tercipta

dan terjaga harmoni sosial.

4.2.Rekomendasi

Langkah-langkah yang dapat diambil dalam meningkatkan peran

media massa dalam menjaga harmoni sosial, keberagaman, dan integrasi

bangsa yakni :

(17)

10 2. Menggalakkan pelatihan-pelatihan jurnalistik dengan menyisipkan

materi kebhinnekaan dan nasionalisme.

3. Mengadakan liputan kebudayaan bersama dalam jangka waktu

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Dari Buku :

Cangara, Hafied H. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada. Halaman 122.

Hidayat, Dedy N, dkk. 2000. Pers dalam “Revolusi Mei”. Dalam Budiman

Sudjatmiko (Eds.), Represi Melalui Media Massa Pada Masa Soeharto

(hlm. 250). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kusumaningrat, Hikmat dan Kusumaningrat, Purnama. 2012. Jurnalistik:Teori dan

Praktik. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Halaman 27.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : Rajawali Pers.

Halaman 9 dan 66.

Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Halaman 9.

Setiati, Eni. 2005. Ragam Jurnalistik Baru Dalam Pemberitaan:Strategi Wartawan

Menghadapi Tugas Jurnalistik. Yogyakarta : Penerbit Andi. Halaman 47.

Soyomukti, Nurani. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : Ar-Ruzz

(19)

12 Dari Artikel :

Anonim. 2008 (online). Teori Integrasi.

http://subpokbarab.wordpress.com/2008/09/18/teori-integrasi/ diakses

pada 21 Maret 2014.

Puskomin Kemendagri RI (online).

Referensi

Dokumen terkait

In recent years there have been explosive outbreaks of chikungunya fever in several parts of the SEA Region and elsewhere. Although the disease is self-limiting, morbidity can be

systems in society raises serious ethical and societal issues in terms of their impact on employment, individuality, working conditions, privacy, health, and computer crime.

Sukardi, 2007, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, Jakarta: Bumi Aksara.. Suherman, Erman, 2003, Strategi Pembelajaran Matematika

Keterampilan meronce merupakan kegiatan memasukkan manik-manik menggunakan benang bertujuan untuk membantu anak usia dini menggunakan jari jemarinya untuk memungut,

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sodium tripilyfosphate yang ditambahkan maka berpengaruh nyata F hitung 55,095 > F table pada

Dalam hal ini digunakan rujukan dari penelitian yang dilakukan oleh Siti Sara (2013) meneliti tingkat kepuasan konsumen terhadap gerai kopi di Kota Medan dari hasil

Pada penelitian ini, Impulse Response Function difokuskan untuk melihat peran saluran harga aset dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter ganda di Indonesia, dengan melihat

Klausula eksonerasi yang dicantumkan oleh pengembang dalam perjanjian jual-beli rumah yang berisi ketentuan pengalihan tanggung jawab, tindakan berupa pembatalan