• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS SISTEM PENDAMPINGAN USAHA PEMBIAYAAN MUDARABAH PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH DI KJKS BMT BINA UMAT SEJAHTERA CABANG UTAMA TUBAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS SISTEM PENDAMPINGAN USAHA PEMBIAYAAN MUDARABAH PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH DI KJKS BMT BINA UMAT SEJAHTERA CABANG UTAMA TUBAN."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI oleh :

NUR KHOTIMAH NIM. C54211150

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id v

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Sistem Pendampingan Usaha Pembiayaan Mud}a>rabah pada Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban” ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang

memiliki tujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana prosedur pembiayaan mud}a>rabah, dan bagaimana sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah bermasalah, serta bagaimana efektivitas sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah pada pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu mengungkap realita kejadian yang terjadi secara apa adanya. Sehingga benar tidaknya, terlaksana atau tidaknya sesuai dengan kenyataan. Didukung dengan wawancara langsung kepada pimpinan, staf-staf dan pendampingan yang terlibat langsung dalam masalah pendampingan tersebut. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara mendalam terkait dengan permasalahan yang peneliti angkat.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Pertama, prosedur pembiayaan mud}a>rabah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban salah satunya melalui form pengajuan pembiayaan, analisa pembiayaan usaha anggota (survey usaha), dan pembayaran angsuran tunai maupun debet. Kedua, sistem pendampingan pembiayaan mud}a>rabah melalui daftar kolektabilitas, seperti lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet, setelah itu melakukan kunjungan verifikasi untuk mengetahui kondisinya, kemudian memulihkan kembali kondisi usaha nasabah. Ketiga, efektivitas sistem pendampingan pembiayaan mud}a>rabah bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban sangat efektif, itu terbukti dengan bertambahnya jumlah pembiayaan mud}a>rabah dan menurunnya jumlah pembiayaan bermasalah dari tahun ke tahun, bahkan sistem pendampingan pembiayaan bermasalah dapat meminimalisir tingkat Noan Performing Financial (NPF) sebesar 2,5% sampai dengan 3%.

(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id vii

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Kajian Pustaka ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat penelitian ... 12

G. Definisi Operasional ... 13

H. Metode Penelitian ... 14

I. Sistematika Pembahasan ... 19

BAB II PENDAMPINGAN USAHA: PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH A. Pendampingan ... 21

1. Pengertian Pendampingan ... 21

2. Tujuan Pendampingan ... 22

3. Proses Pendampingan ... 23

B. Efektivitas ... 23

(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id viii

2. Panduan Agar kelompok Kerja Berjalan Efektif ... 25

3. Kriteria Penilaian Efektivitas Perencanaan ... 26

C. Pembiayaan ... 28

1. Pengertian Pembiayaan... 28

2. Jenis-jenis Pembiayaan ... 28

3. Proses Pembiayaan ... 30

4. Manfaat Pembiayaan ... 35

D. Pembiayaan Mud}a>rabah ... 36

1. Pengertian Mud}a>rabah ... 36

2. Dasar Hukum Mud}a>rabah ... 37

3. Jenis Pembiayaan Mud}a>rabah ... 38

4. Rukun dan Syarat Pembiayaan Mud}a>rabah ... 39

E. Pembiayaan Bermasalah ... 40

1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah ... 40

2. Macam-macam Kredit Bermasalah ... 42

3. Faktor Penyebab Kredit Bermasalah ... 44

4. Dampak Kredit Bermasalah... 46

5. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah ... 47

6. Penanganan Pembiayaan Bermasalah ... 49

7. Bentuk-bentuk Restrukturisasi dalam Rangka Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah ... 50

BAB III SISTEM PENDAMPINGAN USAHA PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH DI KJKS BMT BINA UMAT SEJAHTERA CABANG UTAMA TUBAN A. Seputar KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 51

1. Sejarah Berdirinya KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 51

(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ix

3. Budaya Kerja di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang

Utama Tuban ... 54

4. Susunan Pengurus KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang

Utama Tuban ... 56

5. Job Discription Penanggung Jawab Bagian Pendampingan

KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 57

6. Produk Pembiayaan KJKS BMT Bina Umat Sejahtera

Cabang Utama Tuban. ... 61

7. Laporan Pembiayaan Mud}a>rabah di KJKS BMT Bina Umat

Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 61

8. Prosedur Pemberian Pembiayaan Mud}a>rabah di KJKS BMT

Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 62

B. Pendampingan Pembiayaan Berdi KJKS BMT Bina Umat

Sejahtera Cabang Utama Tuban. ... 65

1. Pencegahan Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Bina

Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 66

2. Pendampingan Pembiayaan Mud}a>rabah Bermasalah di KJKS

BMT Bina Umat Sejahtera Utama Tuban... 68

3. Penanganan Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Bina

Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 77

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM PENDAMPINGAN

USAHA PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH PADA

PEMBIAYAAN BERMASALAH DI KJKS BMT BINA UMAT SEJAHTERA CABANG UTAMA TUBAN

A. Analisis Prosedur Pembiayaan Mud}a>rabah di KJKS BMT Bina

Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 81

B. Analisis Sistem Pendampingan Usaha Pembiayaan Mud}a>rabah pada Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Bina Umat

Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 82

C. Efektivitas Sistem Pendampingan Usaha Pembiayaan Mud}a>rabah Pada Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Bina

(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id x

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 97 B. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini di Indonesia Lembaga Keuangan Syariah mulai berkembang,

berbagai produk keuangan berbasis syariah kini telah menjadi fenomena

kontemporer yang telah memberikan warna dalam perekonomian. Perkembangan

sistem keuangan syariah ini ditandai dengan didirikannya berbagai Lembaga

Keuangan Syariah dan diterbitkannya instrument keuangan berbasis syariah.1

Lembaga Keuangan Syariah ini di awali oleh berdirinya Bank Muamalat

di Indonesia pada tahun 1998, yang kemudian diikuti oleh Lembaga Keuangan

Syariah lainnya, seperti Asuransi Syariah, Koperasi Jasa Keuangan Syariah,

Pegadaian Syariah, Pasar Modal Syariah, dll.

Dari banyaknya Lembaga Keuangan Syariah yang ada salah satunya

adalah BMT. BMT merupakan salah satu model Lembaga Keuangan Syariah

yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

ribuan BMT, yang bergerak dikalangan masyarakat ekonomi menengah ke

bawah dan berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi atau

simpanan dalam rangka meningkatkan ekonomi bagi pengusaha kecil yang

1

(11)

berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang kemudian disalurkan melalui

pembiayaan-pembiayaan.2

Pembiayaan merupakan salah satu pokok tugas bank yaitu pemberian

fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi pihak-pihak yang merupakan deficit

unit.3 Pembiayaan merupakan aktifitas yang sangat penting dalam sebuah

Lembaga Keuangan Syariah, karena dari pembiayaan dapat diperoleh sumber

pendapatan utama yang menjadi penunjang kelangsungan usaha yang ada di

Lembaga Keuangan Syariah.

Dalam Lembaga Keuangan Syariah terdapat berbagai macam pembiayaan

di antaranya : mud}a>rabah, musha>rakah, mura>bah}ah, sala>m, istis}na>’, dan ija>rah.

Pembiayaan yang salah satunya sering digunakan dalam Lembaga

Keuangan Syariah diantaranya menggunakan sistem pembiayaan mud}a>rabah,

yakni guna memperlancar roda perekonomian umat, sebab dianggap mampu

menekan terjadinya inflasi karena tidak adanya ketetapan bunga yang harus

dibayarkan ke bank, selain itu juga dapat merubah haluan kaum muslimin dalam

setiap transaksi perdagangan dan keuangan yang sejalan dengan ajaran islam.4

Pembiayaan mud}a>rabah secara tidak langsung adalah sebuah bentuk

penolakan terhadap sistem bunga yang diterapkan oleh bank konvensional dalam

mencari keuntungan, karena itu pelarangan bunga di tinjau dari ajaran Islam

2 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah (Yogyakarta: UII Press, 2002), 49. 3 Syafe’I Antonio, Bank Syariah (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 160.

(12)

merupakan perbuatan riba> yang diharamkan dalam Al-Quran, sebab larangan riba>

tersebut bukanlah meringankan beban orang yang dibantu yang dalam hal ini

adalah nasabah, melainkan merupakan tindakan yang dapat memperalat dan

memakan harta orang lain.5

                                                 

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba> (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba>), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba>), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”7

Ayat Al-Quran di atas menunjukkan bahwa dasar pengharaman riba>

adalah melarang perbuatan dzalim bagi masing-masing dari kedua belah pihak,

maka tidak boleh mendzalimi dan tidak boleh didzalimi. Perbuatan riba>

merupakan salah satu perbuatan yang “mengundang“ adzab Allah di suatu

negeri.8

KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban merupakan salah

satu Lembaga Keuangan Syariah yang mempunyai tujuan membantu dalam

peningkatan taraf hidup ekonomi anggota, khususnya dalam bidang ekonomi.

5 Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Jakarta: Gema Insani Perss, 1997), 184. 6

Al-Quran, 2: 278-279.

7 Rohmah, Alquran dan Terjemah Keluarga (Garut: Fitrah Rabani, 2012), 47.

(13)

Dan sejauh ini KJKS BMT Bina Umat Sejahtera ini telah melakukan berbagai

pembinaan usaha kecil kepada masyarakat melalui sistem ekonomi Islam.

Melalui penerapan pembiayaan-pembiayaan salah satunya pembiayaan

mud}a>rabah yang juga tidak kalah diminati oleh masyarakat, di karenakan dalam

pembiayaan ini menerapkan sistem bagi hasil dalam transaksinya serta terhindar

dari yang namanya bunga (riba>).

Dalam operasionalnya pembiayaan mud}a>rabah merupakan salah satu

bentuk akad pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabahnya. Sistem dari

pembiayaan mud}a>rabah ini merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak

dimana pihak pertama sebagai s}a>hibul ma>l yang menyediakan seluruh modalnya,

sedangkan pihak kedua sebagai mud}arib (pengelola) yang melaksanakan kegiatan

usaha atau menjalankan usahanya. Sedangkan untuk keuntungan bagi hasil

dihitung sesuai dengan nisbah yang sudah disepakati antara kedua belah pihak.9

Proses realisasi pembiayaan kadang-kadang tidak semulus yang

dibayangkan. Dalam pelaksanaannya, pembiayaan sering mengalami masalah

yaitu pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah merupakan pembiayaan

yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya kepada Lembaga

Keuangan Syariah atau kegagalan nasabah dalam pengembalian angsuran

pembiayaan.

(14)

Pembiayaan bermasalah atau lebih sering disebut dengan Non Performing

Financial (NPF) merupakan suatu kondisi yang tidak dapat dihindari dari proses

pembiayaan, yang mana Lembaga Keuangan Syariah tidak menerima

pengembalian pokok atau nisbah bagi hasil pembiayaan yang diberikan kepada

nasabah. Jika tingkat prosentase NPF terus meningkat akan dapat mempengaruhi

kondisi kesehatan Lembaga Keuangan Syariah, sehingga Lembaga Keuangan

Syariah wajib menerapkan sistem manajemen pendampingan yang baik untuk

memperkecil atau menangani pembiayaan bermasalahnya.

KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban bukan hanya

bertugas memberikan pembiayaan saja, namun juga harus melakukan

pendampingan usaha kepada nasabah-nasabah yang mengalami pembiayaan

bermasalah untuk diberikan pendampingan supaya usaha yang dijalankan oleh

nasabah dari modal pembiayaan tersebut mampu memperbaiki kembali kondisi

usahanya, sehingga mampu mengembalikan dana pinjaman dari pembiayaan dan

juga mampu meningkatkan kembali kemampuan untuk membayar angsuran

pembiayaan dengan optimal. Seperti KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang

Utama Tuban yang mampu memperkecil nilai NPF sampai 3% dengan sistem

pendampingan usaha yang dilakukan untuk menangani pembiayaan bermasalah

yang ada. Sehingga keefektivan sistem pendampingan usaha yang dilakukan

(15)

mengembalikan kembali kemampuan nasabah dalam mengembalikan

angsurannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengkaji dan

menganalisis lebih lanjut tentang keefektivan sistem pendampingan usaha dalam

menangani pembiayaan bermasalah yang ada pada pembiayaan mud}a>rabah di

KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban. Dan penelitian ini akan

dibahas dalam sebuah skripsi yang berjudul “Efektivitas Sistem Pendampingan

Usaha Pembiayaan Mud}a>rabah Pada Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT

Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka sangat penting bagi penulis

mengidentifikasi masalah yang akan diteliti untuk memudahkan pembaca dalam

memahaminya dan dapat dipelajari oleh penulis untuk dijadikan acuan

penelitian, yakni:

1. Pembiayaan mud}a>rabah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama

Tuban.

2. Pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama

Tuban.

3. Tingkat Non Performing Financial (NPF) di KJKS BMT Bina Umat

(16)

4. Sistem pendampingan usaha yang dilakukan untuk pembiayaan bermasalah

di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.

5. Efektivitas sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah pada

pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama

Tuban.

Dari identifikasi latar belakang yang sudah disebutkan di atas maka

penulis melakukan pembatasan masalah agar objek penelitian lebih fokus dan

terarah dan tidak melebar kepada pembahasan yang lainnya. Untuk itu penulis

hanya membatasi masalah sebagai berikut:

1. Prosedur pembiayaan mud}a>rabah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera

Cabang Utama Tuban.

2. Sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah pada pembiayaan

bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.

3. Efektivitas sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah pada

pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama

Tuban.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah dipaparkan di atas dapat di ambil

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur pembiayaan mud}a>rabah di KJKS BMT Bina Umat

(17)

2. Bagaimana sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah bermasalah

di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban?

3. Bagaimana efektivitas sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah

pada pembiayaan bermasalah yang ada di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera

Cabang Utama Tuban dalam menangani pembiayaan bermasalah?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi tentang kajian atau penelitian yang sudah

pernah dilakukan dan diteliti, sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan

dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau

penelitian sebelumnya, di antara lain :

1. Ahmad Fauzi tahun (2012) tentang “Pelaksanaan Pengawasan dan

Monitoring Pembiayaan untuk Meminimalisir Risiko dalam Pembiayaan

Mura>bah}ah (Studi Kasus pada KJKS Binama Tlogosari Semarang)”.

Skripsi ini berisi tentang pengawasan dan monitoring pembiayaan yang

dilakukan melalui 2 cara: pengawasan langsung dan pengawasan

administrative. Dan dari analisis yang dilakukan penulis tentang

perbandingan jumlah pembiayaan mura>bah}ah yang disalurkan terhadap

pembiayaan bermasalah di KJKS Binama dapat diketahui bahwa tingkat NPF

(18)

pengawasan dan monitoring pembiayaan mura>bah}ah demi meminimalisir

pembiayaan bermasalah yang ada.10

2. Firdaus Darus (C04210078) tahun (2014) tentang “Pengawasan Pembiayaan

Mura>bah}ah dan Implikasinya terhadap Pembiayaan Bermasalah di BMT

Madani Sepanjang”.

Hasil skripsi ini bahwa setelah pembiayaan terealisasi BMT Madani

Sepanjang Taman Sidoarjo menerapkan pengawasan untuk mencegah

terjadinya pembiayaan bermasalah pada produk pembiayaannya. Namun

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis dalam pelaksanaan

pengawasan pembiayaan mura>bah}ah yang ada di BMT Madani Sepanjang

Taman Sidoarjo kurang terlaksana dengan baik, dan hal itu dapat dilihat dari

kegiatan pengawasan yang dilakukan dalam proses pencegahan pembiayaan

bermasalah, penanganan pembiayaan bermasalahnya masih banyak terdapat

kerancuan dalam kerja, yaitu pada pegawai Account Officer tidak melakukan

pekerjaannya saja namun juga mengerjakan pekerjaan yang lainnya. Dengan

prosentase pembiayaan bermasalah yang melebihi batas prosentase yang

telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni 5% maka bisa dilihat bahwa

(19)

kondisi kesehatan BMT Madani Sepanjang Taman Sidoarjo kurang baik dan

pengawasan yang dilakukan pada pembiayaannya juga kurang baik.11

3. Sulistowati (C04302150) tahun (2004) tentang “Efektivitas Pengawasan

Pembiayaan Sebagai Upaya Pencegahan Pembiayaan Mud}a>rabah Bermasalah

pada BPRS Al-Mabrur Babadan Ponorogo Jawa Timur”.

Dalam skripsi yang disusun oleh Sulistowati berisi tentang pengawasan

pembiayaan mud}a>rabah yang dilakukan dengan analisis pembiayaan secara

obyektif, dan juga menjalankan prinsip analisis pembiayaan yang didasarkan

pada rumus 5C, yaitu: Character (sifat nasabah), Capacity (kemampuan

nasabah untuk menjalankan usaha), Capital (modal yang diperlukan),

Collateral (jaminan yang dimiliki), dan Condition (keadaan usaha).

Pengawasan yang diterapkan oleh BPRS Al-Mabrur Babadan Ponorogo Jawa

Timur juga sudah sesuai dengan tujuan perbankan syariah dan hukum islam,

sehingga dengan melakukan pengawasan pembiayaan tersebut bisa

mengantisipasi terjadinya pembiayaan mud}a>rabah bermasalah.12

Dari ketiga penelitian tersebut sama-sama membahas masalah

pengawasan, ada yang pengawasan dalam pembiayaan mud}a>rabah, mura>bah}ah.

Namun dari ketiga penelitian yang sudah ada tersebut berbeda dengan penelitian

11 Firdaus Darus salam, “Pengawasan Pembiayaan Murabahah dan Implikasinya Terhadap Pembiayaan Bermasalah di BMT Madani Sepanjang Taman Sidoarjo” (Skripsi—Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2010).

12

Sulistowati, “Efektivitas Pengawasan Pembiayaan Sebagai Upaya Pencegahan Pembiayaan

(20)

ini, yang mana dalam penelitian ini meneliti masalah sistem pendampingan

usaha bukan masalah pengawasan ataupun monitoring. Walaupun ada kesamaan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistowati tentang “efektivitas

pengawasan pembiayaan sebagai upaya pencegahan pembiayaan mud}a>rabah

bermasalah”, tapi penelitian ini sangat berbeda. Letak perbedaannya pada

penelitian ini yaitu dari sistem pendampingan usahanya serta dari pembiayaan

bermasalahnya, kalau penelitian Sulistowati meneliti pengawasan untuk

mencegah pembiayaan bermasalah, kalau penelitian ini meneliti sistem

pendampingan usaha untuk menangani pembiayaan bermasalahnya, jadi

pendampingan yang dilakukan untuk pembiayaan-pembiayaan yang mengalami

pembiayaan bermasalah.

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui prosedur pembiayaan mud}a>rabah yang ada di KJKS BMT

Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.

2. Untuk mengetahui sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah pada

pembiayaan bermasalah yang diterapkan oleh KJKS BMT Bina Umat

(21)

3. Untuk mengetahui seberapa efektif sistem pendampingan usaha yang

dilakukan untuk pembiayaan mud}a>rabah pada pembiayaan bermasalah di

KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Sebagai pengalaman serta tambahan wawasan dalam mengembangkan

ilmu pengetahuan dibidang ekonomi Islam atau perbankan syariah atau

koperasi syariah. Serta untuk mengetahui sejauh mana keefektivan sistem

pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah pada pembiayaan bermasalah

yang ada di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.

2. Bagi Almamater

Dapat dijadikan referensi atau rujukan bagi mahasiswa ekonomi

syariah dalam melakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan

koperasi jasa keuangan syariah atau BMT pada pembahasan efektivitas

sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah pada pembiayaan

bermasalah.

3. Bagi KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban

Diharapkan mampu memberikan saran atau masukan bagi KJKS BMT

Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban untuk meningkatkan sistem

(22)

agar lebih efektif lagi dari sebelum-sebelumnya untuk memperkecil tingkat

pembiayaan bermasalah yang terjadi.

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman serta untuk menghindari salah salah

tafsir terhadap judul skripsi ini, maka penulis memaparkan pengertian yang

bersifat operasional sebagai berikut:

1. Efektivitas Pendampingan

Efektivitas pendampingan merupakan ukuran sistem pendampingan

yang dilakukan oleh lembaga dalam upaya meningkatkan kerjasama yang

baik antar lembaga dengan nasabah sehingga terjadi sebuah hubungan baik

yang saling menguntungkan dan memberikan sebuah nilai guna bagi kedua

belah pihak.

2. Pembiayaan Mud}a>rabah

Pembiayaan mud}a>rabah merupakan akad perjanjian kerjasama antara

KJKS BMT Bina Umat Sejahtera sebagai s}a>hibul ma>l dan nasabah sebagai

mud}arib. Yang mana pihak BMT Bina Umat Sejahtera memberikan modal

sebesar 100% kepada nasabah untuk selanjutnya modal tersebut akan

dikelola oleh nasabah. Dan untuk bagi hasil dari kerjasama tersebut dihitung

(23)

3. Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah merupakan pemberian modal kepada nasabah

yang mana dalam pelaksanaan pembayarannya atau mengalami masalah

dalam memenuhi kewajibannya dalam pembiayaan, seperti: pembayaran

angsuran tidak lancar, tidak tepat pada tanggalnya, dan tidak mampu lagi

membayar angsurannya.

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Meleong

(2005) “penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya.” Dari

pengertian tersebut Meleong mendefinisikan penelitian kualitatif adalah

suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena

dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi

komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.13

Data yang berhubungan dengan efektivitas sistem pendampingan

usaha pembiayaan mud}a>rabah pada pembiayaan bermasalah yang ada di

KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban yang harus digali.

13Herdiyansyah, metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta: Salemba

(24)

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian pada judul “Efektivitas Sistem Pendampingan Usaha

Pembiayaan Mud}a>rabah Pada Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Bina

Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban” yang dilakukan pada tanggal 20

Oktober – 20 November 2014 di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang

Utama Tuban dengan alamat Jl. A. Yamin No. 22 Tuban, Telp (0356)

325444.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan dua metode pengambilan data, yaitu

sumber data primer dan sumber data sekunder.14

a. Sumber data primer

Sumber data primer ini diperoleh secara langsung dari narasumber

melalui wawancara kepada manajer dan karyawan serta nasabah. Dalam

penelitian ini sumber data primer diperoleh langsung dari Pimpinan Cabang,

Staf Operasional, Staf Pemasaran, serta Nasabah KJKS BMT Bina Umat

Sejahtera Cabang Utama Tuban.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh

secara tidak langsung dari buku, artikel, majalah, internet, makalah, hasil

14

(25)

karya ilmiah, dll. Yang berhubungan dengan pembahasan pada penelitian,

diantaranya:

1) Percikan Pemikiran Ekonomi Islam, (Agustino, 2002)

2) Manajemen Bank Syariah Mikro, (Lulail Jamal, 2009)

3) Tata Cara Pendirian BMT, (Amin Aziz, 2006)

4) Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Adiwarman Karim, 2003)

5) Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Yusuf Qardawi, 1997)

6) Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, (Makhalul Ilmi, 2002)

7) Fiqh Muamalah, (Helmi Karim, 1997)

8) Fiqh Muamalah, (Harun Nasrun, 2011)

9) Bank Syariah, (Syafe’I Antonio, 2001)

10) Perbankan Syariah, (Ismail, 2011), dll.

Serta literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan pembahasan

penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperoleh data melalui:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau

(26)

informan terlibat dalam kehidupan sosial yang cukup lama. Dengan

demikian kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam

kehidupan responden.15 Yang diwawancarai atau sebagai informan dalam

penelitian ini yaitu pimpinan cabang dan staf-staf serta nasabah di KJKS

BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat

oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Metode ini salah satu

cara yang dapat dilakukan peneliti untuk mendapatkan gambaran dari sudut

pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang

ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.16 Dokumentasi

dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa

catatan, transkrip, laporan keuangan, jurnal di KJKS BMT Bina Umat

Sejahtera Cabang Utama Tuban.

c. Studi pustaka

Teknik pengumpulan data dengan melakukan study literature

terhadap buku-buku yang relevan terhadap karya ilmiah yang ditulis.

15 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial

Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), 108.

(27)

5. Teknik Analisis Data

Peneliti juga menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Deskriptif kualitatif yaitu analisis yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

dengan metode yang telah ditentukan.17

Metode ini menjabarkan dan mengambarkan temuan yang ada di

lapangan, dan hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini

berusaha menggambarkan gejala sosial, dengan kata lain penelitian ini

bertujuan untuk menggambar sifat sesuatu yang tengah terjadi pada saat

studi.18

Dari penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data

deskriptif kualitatif, karena dalam penelitian ini memerlukan data untuk

menjabarkan dan menggambarkan suatu kejadian yang terjadi secara apa

adanya. Sehingga benar salahnya, terlaksana atau tidaknya sesuai dengan

kenyataan.

Sehingga dari penelitian ini peneliti membutuhkan data berupa jumlah

pembiayaan mud}a>rabah yang mengalami pembiayaan bermasalah serta

sistem pendampingan usaha yang dilakukan untuk menangani pembiayaan

bermasalah pada pembiayaan mud}a>rabah sehingga nasabah yang mengalami

pembiayaan bermasalah mampu bangkit kembali usahanya serta mampu

17 Ibid., 143

(28)

mengembalikan pinjamannya lagi, dan KJKS BMT Bina Umat Sejahtera

Cabang Utama Tuban mampu memperkecil tingkat pembiayaan bermasalah.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memperoleh gambaran lebih jelas mengenai isi skripsi ini agar

lebih mudah dipahami, maka diperlukan suatu sistematika penulisan yang

sederhana sehingga pembaca tidak kesulitan dalam membaca maupun memahami

isi dari skripsi ini. Sistematika ini merupakan suatu pembahasan secara garis

besar dari bab-bab yang akan dibahas. Sistematika penulisan skripsi ini adalah:

Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

permasalahan yang diteliti, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, kajian pustaka, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional,

metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, dalam bab ini merupakan landasan teori yang bertujuan untuk

dapat mengetahui tinjauan dari berbagai segi mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan efektivitas sistem pendampingan usaha pembiayaan

mud}a>rabah pada pembiayaan bermasalah. Dalam bab ini menguraikan tentang

pengertian efektivitas, pendampingan, pembiayaan, pembiayaan mud}a>rabah, dan

pembiayaan bermasalah secara umum, panduan dan kriteria penilaian efektivitas,

tujuan dan proses pendampingan, jenis, syarat, manfaat pembiayaan mud}a>rabah,

macam-macam kredit bermasalah, faktor penyebab kredit bermasalah, dampak

(29)

bentuk-bentuk restrukturasi dalam rangka penyelamatan pembiayaan

bermasalah.

Bab ketiga, dalam bab ini berisi tentang gambaran umum seputar KJKS

BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban, dan juga sistem yang

berhubungan dengan pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah untuk

pembiayaan bermasalah yang ada pada KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang

Utama Tuban.

Bab keempat, bab ini berisikan sistem pendampingan usaha pembiayaan

mud}a>rabah pada pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera

Cabang Utama Tuban, dan analisis efektivitas sistem pendampingan usaha

pembiayaan mud}a>rabah pada pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Bina Umat

Sejahtera Cabang Utama Tuban.

Bab kelima, merupakan penutup di sini berisikan kesimpulan dari analisis

penelitian serta saran-saran bagi KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang

(30)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 21

BAB II

PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

A. Pendampingan

1. Pengertian Pendampingan

Karjon mengatakan seperti yang dikutip oleh Ismawan bahwa

pendampingan adalah suatu strategi (cara untuk mencapai tujuan) antara

pendamping dengan yang didampingi adalah hubungan dialogis (saling

mengisi) di antara dua subjek. Diawali dengan memahami realitas

masyarakat dan memperbaharui kualitas realitas ke arah yang lebih baik.1

Departemen Sosial Republik Indonesia mendefinisikan

pendampingan sosial sebagai suatu proses menjalin relasi sosial antara

pendamping dengan Kelompok Usaha Bersama (KUB), Lembaga

Keuangan Mikro (LKM) dan masyarakat sekitarnya dalam rangka

memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan sumber

dan potensi, serta meningkatkan akses anggota terhadap pelayanan sosial

dasar, lapangan pekerjaan dan fasilitas pelayanan publik lainnya.2 Tujuan

pendampingan adalah pemberdayaan dan penguatan (empowerment).3

Dengan pengertian pendampingan di atas, Ismawan mengatakan

bahwa pendampingan adalah orang yang bertugas untuk mewujudkan

1 Ismawan Bambang, Pamuji, Otok, LSM dan Program Inpres Desa Tertinggal (Jakarta: PT

Penebar Swadata, 1994), 40.

22 Lihat Departemen Sosial RI, Rencana Strategis Penanggulangan Kemiskinan (Program

Pemberdayaan Fakir Miskin Tahun 2006-2010) (Jakarta: Departemen sosial RI, 2005), 14.

3 Isbandi Rukmianto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas

(31)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kelompok swadaya masyarakat yang sukses dalam meningkatkan

kesadaran pengetahuan dan keterampilan anggota, menghidupkan

dinamika kelompok dan usaha (produktif) anggota.4

Dari definisi yang disebutkan di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa pendampingan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mendampingi dalam upaya memecahkan sebuah masalah, memberikan

dukungan, serta meningkatkan nilai guna sesuatu menjadi ke arah yang

lebih baik.

2. Tujuan Pendampingan

Seperti yang dikemukakan oleh Pincus dan Minahan dalam

Adriani, tujuan pendampingan adalah:5

a. Meningkatkan kemampuan dari orang dalam memecahkan masalah

dan mencontohkannya.

b. Menghubungkan orang dengan sistem yang menyediakan mereka

sumber-sumber, layanan-layanan dan kesempatan-kesempatan.

c. Meningkatkan keefektivan dan kemudahan pelaksanaan dari sistem

tersebut.

d. Memberikan sumbangan pada pembangunan kebijakan sosial dan

memperbaiki kebijakan sosial.

4 Ismawan Bambang, Pamuji, Otok, LSM dan Program Inpres Desa Tertinggal (Jakarta: PT

Penebar Swadata, 1994), 30.

5 Andriani Sumampouw, et al., Ada Bersama Tradisi (Semarang: Swisscontact & Limpad, 2000),

(32)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3. Proses Pendampingan

Seorang pendamping harus melalui tahap perubahan berencana

seperti:6

a. Tahap pengembangan akan kebutuhan pengembangan.

b. Tahap pemantapan relasi kebutuhan.

c. Tahap klarifikasi atau diagnosis masalah sistem klien.

d. Tahap pengkajian alternatif jalur dan tujuan perubahan serta

penentuan tujuan program dan kehendak melakukan tindakan.

e. Tahap transformasi kehendak kedalam upaya kedalam perubahan yang

nyata.

f. Tahap generalisasi dan stabilisasi perubahan.

g. Tahap terminasi.

B. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Efektif berasal dari kata bahasa Inggris effective yang artinya

berhasil. Sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Robbins yang

dikutip oleh Ismail mendefinisikan efektivitas sebagai tingkat pencapaian

organisasi jangka pendek dan jangka panjang.7 Efektivitas berarti

menjalankan pekerjaan yang benar. Efektivitas berarti kemampuan untuk

6 Adi, Isbandi Rukmianto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas

(Pengantar Pemikiran dan Pendekatan Praktis) (Jakarta:FEUI Press, 2003), 244-249.

7 Ismail Nawawi, Manajemen Publik Kajian Teori, Reformasi, Strategi dan Implementasi

(33)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id memilih sasaran yang tepat. Seorang manajer yang efektif adalah manajer

yang memilih pekerjaan yang benar untuk dijalankan.8

Menurut Badudu, efektif berarti: 1) mempunyai efek, pengaruh

atau akibat, 2) memberikan hasil yang memuaskan, 3) memanfaatkan

waktu sebaik-baiknya, bekerja dengan sebaik-baiknya, 4) mulai berlaku

tentang undang-undang, 5) berhasil guna atau mangkus.9

Pendapat lain dikemukakan oleh Petters dan Waterman dalam

Robbins sebagaimana yang dikutip oleh Ismawan karakteristik umum dari

perusahaan-perusahaan efektif terdiri dari :10

a. Mempunyai bias terhadap tindakan dan penyelesaian pekerjaan.

b. Selalu dekat dengan para pelanggan agar dapat mengerti secara penuh

kebutuhan pelanggan.

c. Memberi para pegawai tingkat otonomi yang tinggi dan memupuk

semangat kewirausahaan.

d. Berusaha meningkatkan produktivitas lewat partisipasi para

pegawainnya.

e. Para pegawainya mengetahui apa yang diinginkan perusahaan dan

para manajernya terlibat aktif pada masalah di semua tingkat.

f. Selalu dekat dengan usaha yang mereka ketahui dan pahami.

g. Mempunyai struktur organisasi yang luwes dan sederhana, dengan

jumlah orang yang minimal dalam aktivitas-aktivitas staf pendukung.

8 Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), 55.

9 Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001), 371.

10 Ismail Nawawi, Manajemen Publik Kajian Teori, Reformasi, Strategi dan Implementasi

(34)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id h. Menggabungkan kontrol yang ketat dan disentralisasi untuk

mengamankan nilai-nilai inti perusahaan dengan kontrol yang longgar

di bagian-bagian lain untuk mendorong pengambilan risiko serta

inovasi.

2. Panduan Agar Kelompok Kerja Berjalan Efektif

Sekalipun manajemen organisasi merupakan proses yang

berkelanjutan, sehingga dalam proses yang dijalankan tersebut sangat

mungkin terjadi fluktuasi dalam hal kinerja yang ditunjukkan para

anggota kelompok kerja, namun ada beberapa panduan yang dapat

digunakan agar kelompok kerja dapat berjalan secara lebih efektif, antara

lain :11

a. Tujuan dari pembentukan kelompok kerja hendaknya benar-benar

jelas sehingga para anggota dapat mengenali secara jelas apa yang

menjadi tujuan dari kelompok kerja yang dibentuk serta memperjelas

arah yang akan dituju oleh kelompok kerja.

b. Peran serta pembagian kerja dari setiap anggota kelompok kerja perlu

juga diperjelas. Artinya, struktur kerja atau pekerjaannya perlu

disusun secara jelas. Ketidakjelasan mengenai struktur kerja selain

akan menimbulkan konflik dalam kelompok kerja, juga akan

menelantarkan pekerjaan yang semestinya dikerjakan.

c. Jumlah anggota yang optimal dalam sebuah kelompok kerja perlu

ditentukan. Jumlah ini perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang

(35)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id akan dijalankan. Terlalu banyak anggota menyebabkan sebagian

anggota menganggur, terlalu sedikit anggota juga akan menyebabkan

beban anggota melebihi kemampuannya.

d. Pemimpin dari kelompok kerja perlu ditentukan atas dasar

kapabilitasnya dikelompok kerja tersebut. Jika memungkinkan,

dirinya tidak hanya memiliki kapabilitas sebagai pemimpin formal,

namun juga sebagai pemimpin informal.

e. Seluruh sumber daya yang diperlukan hendaknya tersedia terdistribusi

secara merata sesuai dengan struktur tugas yang telah ditentukan.

f. Norma-norma perlu disepakati sebelum pekerjaan dilakukan, yaitu

sesaat setelah kelompok kerja baru terbentuk atau baru tersusun.

g. Jadwal kerja perlu disusun secara spesifik dan disusun bersama

seluruh anggota kelompok kerja agar rasa memiliki dan tanggung

jawab dari seluruh anggota kerja dapat diandalkan.

h. Perlu diadakan momentum-momentum formal maupun informal untuk

lebih memperkuat solidaritas dan integritas sesama anggota.

3. Kriteria Penilaian Efektivitas Perencanaan

Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas

perencanaan, yaitu :12

a. Kegunaan

Agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan

fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksible, stabil,

12 T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE bekerja sama dengan LPM2M AMP-YKPN,

(36)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id berkesinambungan, dan sederhana. Hal ini memerlukan analisa,

peramalan pengembangan rencana dengan mempertimbangkan segala

sesuatu dan pembuatan perencanaan sebagai proses yang

berkesinambungan.

b. Ketepatan dan obyektivitas

Rencana-rencana harus dievaluasi untuk mengetahui apakah

jelas, ringkas, nyata, dan akurat. Berbagai keputusan dan kegiatan

manajemen lainnya hanya efektif bila didasarkan atas informasi yang

tepat.

c. Ruang lingkup

Perencanaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip

kelengkapan, kepaduan, dan konsistensi. Berapa luas cakupan

rencana? Menyangkut kegiatan-kegiatan apa saja? Bagaimana

kerangka hubungan antar kegiatan? Satuan-satuan kerja atau

departemen-departemen mana yang terlibat?

d. Efektivitas biaya

Efektivitas biaya perencanaan dalam hal ini adalah

menyangkut waktu, usaha, dan emosional.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas terdapat dua aspek perencanaannya, antara lain:

1) Tanggung jawab atas pelaksanaan perencanaan dan

(37)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id f. Ketepatan waktu.

Para perencana harus membuat berbagai perencanaan.

Berbagai perubahan yang terjadi sangat cepat akan dapat

menyebabkan rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai

perbedaan waktu.

C. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Perbankan

Nomor. 10 Tahun 1998 ayat 12 berbunyi:

“Penyedia uang atau tagihan yang dapat dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu yang tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”13

2. Jenis-jenis Pembiayaan

a. Pembiayaan mud}a>rabah

Pembiayaan mud}a>rabah adalah pembiayaan antara bank

dengan nasabah dimana bank menyediakan 100% pembiayaan bagi

hasil usaha kegiatan tertentu dari nasabah sedangkan nasabah

mengelola usaha tersebut tanpa campur tangan bank.14

13 Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 (Jakarta: Sinar Grafika, 2001), Cet Ke-1, 30. 14 Warkum Sumitra, Aasas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait (BAMUI dan Takafuly)

(38)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Pembiayaan mura>bah}ah

Mura>bah}ah adalah akad jual beli barang dengan menyatukan

harga perolehan dan keuntungan (margin) yang telah disepakati oleh

penjual dan pembeli (bank dan nasabah).15

c. Pembiayaan musha>rakah

Musha>rakah merupakan transaksi penanaman dana dari dua

atau lebih pemilik dana dan/atau barang untuk menjalankan usaha

tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua

belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan

pembagian kerugian berdasarkan porsi modal masing-masing.16

d. Pembiayaan istis}na>’

Istis}na>’ merupakan transaksi jual beli barang dalam bentuk

pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan

tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan

kesepakatan.17

e. Pembiayaan sala>m

Sala>m merupakan transaksi jual beli barang dengan cara

pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai

terlebih dahulu secara penuh.18

15 Adiwarman Karim, Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: IIIT Indonesia, 2003), Cet Ke-4, 161. 16 Muhamad, Manajemen Dana Bank dan Bank Syariah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2014), 44.

(39)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3. Proses Pembiayaan

Salah satu aspek yang penting dalam Lembaga Keuangan Syariah

adalah proses pembiayaaan yang sehat. Dalam proses pembiayaan

tersebut terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu:19

a. Permohonan Pembiayaan

Merupakan tahap awal dari proses pembiayaan, permohonan

pembiayaan dilakukan tertulis oleh nasabah kepada officer bank.

Inisiatif pengajuan pembiayaan biasanya datang dari nasabah yang

kekurangan modal. Tidak mesti dari nasabah tetapi bisa juga muncul

dari pihak officer bank. Hal-hal yang dijadikan acuan untuk menindak

lanjuti sebuah permohonan pembiayaan antara lain:

1) Trend Usaha

2) Peluang Bisnis

3) Reputasi bisni perusahaan atau perorangan

4) Reputasi manajemen

Apabila sebuah permohonan pembiayaan dapat ditindak

lanjuti, maka dapat diteruskan dengan pengumpulan data dan

investigasi. Namun apabila permohonan ditolak, maka harus segera

dilakukan tanpa menunda-nunda waktu. Penolakam dapat dilakukan

secara tertulis maupun lisan untuk efisiensi waktu.

19 Sunarto Zulkifl, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Ziknil Hakim, 2003),

(40)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Pengumpulan data dan investigasi

Data yang diperlukan dalam pembiayaan konsumtif antara

lain:

1) Kartu identitas calon nasabah

2) Kartu identitas suami/istri

3) Kartu keluarga dan surat nikah

4) Slip gaji terakhir

5) Surat-surat referensi dari kantor tempat bekerja atau SK

pengangkatan untuk PNS

6) Salinan rekening bank tiga bulan terakhir

7) Salinan tagihan rekening listrik dan telepon

8) Data obyek pembiayaan

9) Data jaminan

Data yang diperlukan dalam pembiayaan produktif antara lain:

1) Calon nasabah perorangan

2) Legalitas usaha

3) Kartu identitass calon nasabah

4) Kartu identitas suami/istri

5) Kartu identitas keluarga dan surat nikah

6) Laporan keuangan dua tahun terakhir

7) Past performance satu tahun terakhir

8) Bisnis plan

(41)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 10)Data jaminan

11)Calon nasabah berbadan hukum

a) Akte pendirian usaha

b) Legatitas usaha

c) Identitas pengurus

d) Laporan keuangan dua tahun terakhir

e) Past performance satu tahun terakhir

f) Bisnis plan

g) Data obyek pembiayaan

h) Data jaminan

c. Analisis Pembiayaan

Analisis pembiayaan yang bertujuan untuk mengamankan

pemberian modal yang akan diberikan melalui klasifikasi dan

penilaian terhadap fakta-fakta yang ada. Prinsip dasar dalam analisis

pembiayaan dapat dilakukan dengan berbagai metode sesuai dengan

kebijakan bank. Metode yang sering digunakan adalah metode analisis

5C, yaitu:20

1) Character (karakter)

Watak dan sifat calon nasabah dalam kehidupan pribadi

maupun dalam lingkungan usaha. Penilaian meliputi: kejujuran,

ketulusan, ketajaman berfikir, logika berfikir kepatuhan akan janji

(42)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kesehatan, kebiasaan, berani dengan perhitungan atau tanpa

perhitungan dan suka atau tidak suka berjudi.

2) Capacity (kemampuan)

Kemampuan yang dimiliki nasabah untuk membuat

rencana dan merealisasikan rencana tersebut menjadi kenyataan,

termasuk dalam menjalankan usahanya agar memperoleh laba

sesuai yang diharapkan. Kemampuan calon nasabah meliputi:

kemampuan bidang managemen, keuangan, pemasaran dan teknis.

3) Capital (modal)

Modal yang dimiliki calon nasabah untuk menjalankan

dan memelihara usahanya. Penilaian terhadap capital dimaksudkan

untuk mengetahui keadaan permodalan, sumber modal, dan

penggunaan.

4) Collateral (jaminan)

Barang jaminan yang dititipkan sebagai jaminan terhadap

pembiayaan yang diterimanya. Jaminan berfungsi sebagai ikatan

kepercayaan dalam pemberian pembiayaan, sekaligus untuk

mengurangi risiko pemberian pembiayaan.

5) Condition (kondisi)

Kondisi sosial ekonomi suatu saat dapat berubah

(43)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id d. Persetujuan Pembiayaan

Persetujuan merupakan proses penentuan apakah permohonan

pembiayaan disetujui atau tidak disetujui. Proses persetujuan ini juga

tergantung pada kebijakan bank yang disebut komite pembiayaan.

Komite pembiayaan merupakan tingkat paling akhir dari persetujuan

pembiayaan. Karena itu hasil akhir dari komite pembiayaan adalah

penolakan, penundaan dan persetujuan pembiayaan.

e. Pencairan

Sebelum melakukan pencairan pembiayaan harus dilakukan

pemeriksaan kembali kelengkapan yang harus dipenuhi sesuai diposisi

komite pembiayaan pada permohonan pembiayaan. Setelah semua

persyaratan terpenuhi, maka proses pencairan fasilitas pembiayaan

dapat dilakukan.

f. Monitoring

Monitoring adalah proses akhir dari sebuah pembiayaan.

Monitoring dapat dilakukan dengan memantau realisasi pencapaian

target usaha dengan bisnis plan yang telah dibuat sebelumnya.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam monitoring

antara lain: memantau mutasi rekening koran nasabah, memantau

pelunasan angsuran, kunjungan rutin kelokasi usaha nasabah,

pemantauan terhadap perkembangan usaha sejenis.21

(44)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 4. Manfaat Pembiayaan

Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah berfungsi

membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan

usahanya. Secara perinci pembiayaan memiliki fungsi antara lain:22

a. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang dan jasa

Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang,

hal ini seandainya belum tersedia uang sebagai alat pembayaran, maka

pembiayaan akan membantu melancarkan lalu lintas pertukaran

barang dan jasa.

b. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle

fund

Mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan pihak

yang memerlukan dana. Bank dapat memanfaatkan dana yang idle

untuk disalurkan kepada pihak yang membutuhkan.

c. Pembiayaaan sebagai alat pengendali harga

Ekspansi pembiayaan akan mendorong meningkatnya jumlah

uamg yang beredar, dan peningkatan peredaran uang akan mendorong

kenaikan harga. Sebaliknya, pembatasan pembiayaan akan

berpengaruh pada jumlah uang yang beredar, dan keterbatasan uang

yang beredar di masyarakat memiliki dampak pada penurunan harga.

(45)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id d. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi

yang ada

Pembiayaan mud}a>rabah dan mura>bah}ah yang diberikan oleh

Bank Syariah memiliki dampak kenaikan makro-ekonomi. Mitra

(pengusaha), setelah mendapatkam pembiayaan dari bank akan

memproduksi barang, mengolah bahan baku menjadi barang jadi,

meningkatkan volume perdagangan, dan melaksanakan kegiatan

ekonomi lainnya.

D. Pembiayaan Mud}a>rabah

1. Pengertian Mud}a>rabah

Mud}a>rabah berasal dari kata d}harb, berarti memukul atau

berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah

proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya.23

Mud}a>rabah adalah suatu perkongsian antara dua pihak dimana

pihak pertama (s}a>hibul ma>l) menyediakan dana, dan pihak kedua

(mud}a>rib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Keuntungan

dibagikan sesuai dengan ratio laba yang disepakati bersama secara

advance, manakala rugi s}a>hibul ma>l akan kehilangan sebagian imbalan

kerja selama proyek berlangsung.24

Keuntungan usaha yang telah dikelola oleh nasabah (mud}a>rib)

secara mud}a>rabah akan dibagi menurut kesepakatan yang telah

23Syafe’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: GemaInsani, 2001), 95.

24 Muhammad, Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah (Yogyakarta : Tim UII Press,

(46)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id disepakati dalam kontrak, sedangkan apabila terjadi kerugian akan

ditanggung oleh bank syariah (s}a>hibul ma>l) jika kerugian tersebut bukan

akibat dari kelalaian mud}a>rib. Salah satu contonya adalah praktik

mud}a>rabah antara Nabi Muhammad dengan Khadijah, pada saat itu

Khadijah mempercayakan barang dagangannya kepada Nabi Muhammad

yang berprofesi sebagai pedagang untuk dijual kembali.25

Menurut Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 mud}a>rabah

adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS (Lembaga Keuangan

Syariah) kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.26

2. Dasar Hukum Mud}a>rabah

a. Al-Quran               ....

“…Dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian

karunia Allah SWT…” (QS Al-Muzammil: 20)27

               ...

“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah SWT……” (QS Al-jumu’ah: 10)28

            ...

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu…” (QS Al-Baqarah: 198)29

25 Helmi Karim, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), 13. 26 Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mud}a>rabah. 27 Yasmina, Al-Quran dan Terjemah (Bandung: Syaamil Quran, 2009), 575. 28 Ibid., 554.

(47)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Hadits

1) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul

Muthalib jika memberikan dana kemitrausahanya secara

mud}a>rabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa

mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau

membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang

bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut.

Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW,

dan Rasulullah pun membolehkannya.” (HR Thabrani)30

2) Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara

tangguh, muqaradah (mud}a>rabah), dan mencampur gandum

dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR

Ibnu Majah)31

3. Jenis-Jenis Mud}a>rabah

Secara umum mud}a>rabah terbagi menjadi dua jenis, antara lain;32

a. Mud}a>rabah Mutlaqah

Mud}a>rabah mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara s}a>hibul

ma>l dan mud}a>rib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh

spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

30 Sulaiman Bin Ahmad Bin Ayyub, Al-Lakhmi At}obarani, Al-Mu’jam Al-Ausat} (Jordania: Da>r

Al-Fikr, 1999), 222.

31 Muhammad bin Ismail al-Shon’ani, Subu>lussalam Da>rul al-Ghot al-Jadi>d (Beirut: Da>r Al-Fikr,

2005), 129.

(48)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Mud}a>rabah Muqayyadah

Mud}a>rabah muqayyadah adalah kebalikan dari mutlaqah yang

cakupannya dibatasi oleh batasan-batasan jenis usaha, waktu, atau

tempat usaha.

4. Rukun dan Syarat Pembiayaan Mud}a>rabah

Rukun dan syarat dalam pembiayaan mud}a>rabah, antara lain;33

a. Pihak yang melakukan akad (s}a>hibul ma>l dan mud}a>rib) harus cakap

hukum.

Modal yang diberikan oleh s}a>hibul ma>l yaitu sejumlah uang

atau asset untuk tujuan usaha dengan syarat:

1) Modal harus jelas jumlah dan jenisnya.

2) Dapat berbentuk uang atau barang yang dapat di nilai pada waktu

akad.

3) Modal tidak berbentuk piutang. Modal harus dibayarkan kepada

mud}a>rib, baik secara bertahap maupun sekaligus, sesuai dengan

kesepakatan dalam akad mud}a>rabah.

b. Pernyataan ijab qabul dituangkan secara tertulis yang menyangkut

semua ketentuan yang disepakati dalam akad.

c. Keuntungan mud}a>rib adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan

dari modal yang diserahkan oleh s}a>hibul ma>l kepada mud}a>rib, dengan

syarat sebagai berikut;

1) Pembagian keuntungan harus untuk kedua pihak.

(49)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2) Pembagian keuntungan harus dijelaskan secara tertulis pada saat

akad dalam bentuk nisbah bagi hasil.

3) Penyedia dana menanggung semua kerugian, kecuali kerugian

akibat kesalahan yang disenggaja oleh mud}a>rib.

d. Kegiatan usaha mud}a>rib sebagai perimbang modal yang disediakan

oleh s}a>hibul ma>l, akan tetapi harus mempertimbangkan sebagai

berikut;

1) Kegiatan usaha adalah hak mud}a>rib, tanpa campur tangan s}a>hibul

ma>l, kecuali pengawasan.

2) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola yang

mengakibatkan tidak tercapainya tujuan mud}a>rib, yaitu

memperoleh keuntungan.

3) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah, dan harus

mematuhi semua perjanjian.

E. Pembiayaan Bermasalah

1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu dari risiko dalam

suatu pelaksanaan pembiayaan. Adiwarman A. Karim menjelaskan bahwa

risiko pembiayaan merupakan risiko yang disebabkan oleh adanya

(50)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait dengan

pembiayaan korporasi.34

Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu risiko yang pasti

dihadapi oleh setiap Bank karena resiko ini sering juga disebut dengan

risiko kredit. Robert Tampubolon menjelaskan bahwa risiko kredit adalah

eksposur yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan (counterpart)

memenuhi kewajibannya. Di satu sisi risiko ini dapat bersumber dari

berbagai aktivitas fungsional bank seperti penyaluran pinjaman, investasi,

dan kegiatan jasa pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam buku

bank. Disisi lain risiko ini timbul karena kinerja satu atau lebih debitur

yang buruk. Kinerja debitur yang buruk ini dapat berupa ketidakmampuan

atau ketidakmauan debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh

perjanjian kredit yang telah disepakati bersama sebelumnya. Dalam hal

ini yang menjadi perhatian bank bukan hanya kondisi keuangan dan nilai

pasar dari jaminan kredit termasuk collateral tetapi juga karakter dari

debitur.35

Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang sudah menurun

kolektabilitasnya dari lancar, menjadi kurang lancar, diragukan, dan

macet.36 Dan ketentuan pembiayaan berdasarkan Fatwa DSN MUI No.

07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mud}a>rabah adalah jika salah

34 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada. 2010) hal. 260

35 Robert Tampubolon, Risk Mangement: Pendekatan Kualitatif Untuk Bank Komersial (Jakarta:

PT Elex Media Komputindo, 2004), 24

36 Moh. Tjoekam, Perkredian Bisnis Inti Bank Komersial, Konsep, Teknis dan Kasus (Jakarta:

(51)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan

di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui

(BASYARNAS) Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai

kesepakatan melalui musyawarah.37

2. Macam-Macam Kredit Bermasalah

Berdasarkan ketentuan Pemerintah PAKMEI38 ( Paket 29 Mei)

1993, kredit bermasalah di Indonesia berdasarkan tingkat kolektabilitas

kredit yang bersangkutan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:39

a. Kredit kurang lancar

Dikategorikan sebagai kredit kurang lancar bila mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut:

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang

melampaui 90 hari, atau

2) Sering terjadi cerukan, atau

3) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari

90 hari, atau

4) Dokumentasi pinjaman yang lemah.

37 Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang PembiayaanMud}a>rabah.

38 Paket yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berisi tentang penyempurnaan aturan kesehatan

bank, meliputi: CAR (Capital Adequaly Ratio), batas maksimum pemberian kredit, kredit usaha kecil, pembentukan cadangan piutang, LDR (Loan To Deposite Ratio).

39 Siswanto Sutojo, Strategi Manajemen Kredit Bank Umum Konsep Teknik dan Kasus (Jakarta:

(52)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Kredit diragukan

Dikatergorikan sebagai kredit diragukan apabila tidak dapat

memenuhi kriteria kredit lancar dan kredit kurang lancar, namun,

berdasarkan hasil penilaian kreditur dapat disimpulkan bahwa:

1) Kredit tersebut dapat diselamatkan, serta mempunyai jaminan

kredit yang nilainya tidak kurang dari 75% jumlah nilai pinjaman

pokok dan bunga yang tertunggak, atau

2) Kredit tersebut tidak dapat diselamatkan, tetapi nilai jaminan

kreditnya tidak kurang dari 100% nilai kredit dan bunga yang

tertunggak.

c. Kredit macet

Kredit dikategorikan sebagai kredit macet apabila mempunyai

ciri-ciri berikut:

1) Tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar, kredit kurang lancar

dan kredit diragukan, atau

2) Dapat memenuhi kriteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka

waktu 21 bulan semenjak masa penggolongan kredit diragukan,

belum terjadi pelunasan pinjaman atau usaha penyelamatan kredit,

atau

3) Penyelesaian pembayaran kembali kredit yang bersangkutan telah

diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang

Negara (BUPN), atau telah diajukan permintaan ganti rugi kepada

(53)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3. Faktor Penyebab Timbulnya Kredit Bermasalah

Dalam penjelasan UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Perbankan

maupun

Referensi

Dokumen terkait

Terbuktinya fungsi moderasi kepemilikan institusional yang mampu memperlemah pengaruh negatif manajemen laba terhadap efisiensi investasi disebabkan bahwa

Saya sebagai mahasiswa Program DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong, bahwa saya mengadakan penelitian ini untuk menyelesaikan tugas

Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat indeks polarisasi, pengujian tangen delta, dan pengujian minyak yang ada hubungannya dengan tahanan isolasi pada transformator

Setelah melakukan penelitian ditemukan bahwa agama Islam di Bima berasal dari utara yang dibawa oleh para pedagang dan mubalig dari Sulawesi Selatan melalui pelabuhan Sape

Oleh karena fungsi dari Expansion Valve ini untuk mengabutkan Refrigerant kedalam Evaporator, maka lubang keluar pada alat ini berbentuk lubang kecil (Orifice)

Pengaruh Pasteurisasi dan Lama Penyimpanan terhadap Karakteristik Fisikokimia dan Mikrobiologis Susu Kambing Peranakan Etawa (PE).. Ira

Dalam penelitian ini, perlakuan dosis iradiasi sinar gamma dapat menghambat pertumbuhan pada daun, serta dapat menyebabkan mutasi sehingga daun akan mengalami

Begitu juga dengan hasil penelitian Anita (2016) yang menunjukan bahwa ada pengaruh penggunaan metode proyek terhadap pengembangan kreativitas dalam