SKRIPSI oleh :
NUR KHOTIMAH NIM. C54211150
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id v
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Sistem Pendampingan Usaha Pembiayaan Mud}a>rabah pada Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban” ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang
memiliki tujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana prosedur pembiayaan mud}a>rabah, dan bagaimana sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah bermasalah, serta bagaimana efektivitas sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah pada pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu mengungkap realita kejadian yang terjadi secara apa adanya. Sehingga benar tidaknya, terlaksana atau tidaknya sesuai dengan kenyataan. Didukung dengan wawancara langsung kepada pimpinan, staf-staf dan pendampingan yang terlibat langsung dalam masalah pendampingan tersebut. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara mendalam terkait dengan permasalahan yang peneliti angkat.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Pertama, prosedur pembiayaan mud}a>rabah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban salah satunya melalui form pengajuan pembiayaan, analisa pembiayaan usaha anggota (survey usaha), dan pembayaran angsuran tunai maupun debet. Kedua, sistem pendampingan pembiayaan mud}a>rabah melalui daftar kolektabilitas, seperti lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet, setelah itu melakukan kunjungan verifikasi untuk mengetahui kondisinya, kemudian memulihkan kembali kondisi usaha nasabah. Ketiga, efektivitas sistem pendampingan pembiayaan mud}a>rabah bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban sangat efektif, itu terbukti dengan bertambahnya jumlah pembiayaan mud}a>rabah dan menurunnya jumlah pembiayaan bermasalah dari tahun ke tahun, bahkan sistem pendampingan pembiayaan bermasalah dapat meminimalisir tingkat Noan Performing Financial (NPF) sebesar 2,5% sampai dengan 3%.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id vii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR TRANSLITERASI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Kajian Pustaka ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Manfaat penelitian ... 12
G. Definisi Operasional ... 13
H. Metode Penelitian ... 14
I. Sistematika Pembahasan ... 19
BAB II PENDAMPINGAN USAHA: PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH A. Pendampingan ... 21
1. Pengertian Pendampingan ... 21
2. Tujuan Pendampingan ... 22
3. Proses Pendampingan ... 23
B. Efektivitas ... 23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id viii
2. Panduan Agar kelompok Kerja Berjalan Efektif ... 25
3. Kriteria Penilaian Efektivitas Perencanaan ... 26
C. Pembiayaan ... 28
1. Pengertian Pembiayaan... 28
2. Jenis-jenis Pembiayaan ... 28
3. Proses Pembiayaan ... 30
4. Manfaat Pembiayaan ... 35
D. Pembiayaan Mud}a>rabah ... 36
1. Pengertian Mud}a>rabah ... 36
2. Dasar Hukum Mud}a>rabah ... 37
3. Jenis Pembiayaan Mud}a>rabah ... 38
4. Rukun dan Syarat Pembiayaan Mud}a>rabah ... 39
E. Pembiayaan Bermasalah ... 40
1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah ... 40
2. Macam-macam Kredit Bermasalah ... 42
3. Faktor Penyebab Kredit Bermasalah ... 44
4. Dampak Kredit Bermasalah... 46
5. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah ... 47
6. Penanganan Pembiayaan Bermasalah ... 49
7. Bentuk-bentuk Restrukturisasi dalam Rangka Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah ... 50
BAB III SISTEM PENDAMPINGAN USAHA PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH DI KJKS BMT BINA UMAT SEJAHTERA CABANG UTAMA TUBAN A. Seputar KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 51
1. Sejarah Berdirinya KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 51
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ix
3. Budaya Kerja di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang
Utama Tuban ... 54
4. Susunan Pengurus KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang
Utama Tuban ... 56
5. Job Discription Penanggung Jawab Bagian Pendampingan
KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 57
6. Produk Pembiayaan KJKS BMT Bina Umat Sejahtera
Cabang Utama Tuban. ... 61
7. Laporan Pembiayaan Mud}a>rabah di KJKS BMT Bina Umat
Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 61
8. Prosedur Pemberian Pembiayaan Mud}a>rabah di KJKS BMT
Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 62
B. Pendampingan Pembiayaan Berdi KJKS BMT Bina Umat
Sejahtera Cabang Utama Tuban. ... 65
1. Pencegahan Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Bina
Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 66
2. Pendampingan Pembiayaan Mud}a>rabah Bermasalah di KJKS
BMT Bina Umat Sejahtera Utama Tuban... 68
3. Penanganan Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Bina
Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 77
BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM PENDAMPINGAN
USAHA PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH PADA
PEMBIAYAAN BERMASALAH DI KJKS BMT BINA UMAT SEJAHTERA CABANG UTAMA TUBAN
A. Analisis Prosedur Pembiayaan Mud}a>rabah di KJKS BMT Bina
Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 81
B. Analisis Sistem Pendampingan Usaha Pembiayaan Mud}a>rabah pada Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Bina Umat
Sejahtera Cabang Utama Tuban ... 82
C. Efektivitas Sistem Pendampingan Usaha Pembiayaan Mud}a>rabah Pada Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Bina
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id x
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 97 B. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini di Indonesia Lembaga Keuangan Syariah mulai berkembang,
berbagai produk keuangan berbasis syariah kini telah menjadi fenomena
kontemporer yang telah memberikan warna dalam perekonomian. Perkembangan
sistem keuangan syariah ini ditandai dengan didirikannya berbagai Lembaga
Keuangan Syariah dan diterbitkannya instrument keuangan berbasis syariah.1
Lembaga Keuangan Syariah ini di awali oleh berdirinya Bank Muamalat
di Indonesia pada tahun 1998, yang kemudian diikuti oleh Lembaga Keuangan
Syariah lainnya, seperti Asuransi Syariah, Koperasi Jasa Keuangan Syariah,
Pegadaian Syariah, Pasar Modal Syariah, dll.
Dari banyaknya Lembaga Keuangan Syariah yang ada salah satunya
adalah BMT. BMT merupakan salah satu model Lembaga Keuangan Syariah
yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga
ribuan BMT, yang bergerak dikalangan masyarakat ekonomi menengah ke
bawah dan berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi atau
simpanan dalam rangka meningkatkan ekonomi bagi pengusaha kecil yang
1
berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang kemudian disalurkan melalui
pembiayaan-pembiayaan.2
Pembiayaan merupakan salah satu pokok tugas bank yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi pihak-pihak yang merupakan deficit
unit.3 Pembiayaan merupakan aktifitas yang sangat penting dalam sebuah
Lembaga Keuangan Syariah, karena dari pembiayaan dapat diperoleh sumber
pendapatan utama yang menjadi penunjang kelangsungan usaha yang ada di
Lembaga Keuangan Syariah.
Dalam Lembaga Keuangan Syariah terdapat berbagai macam pembiayaan
di antaranya : mud}a>rabah, musha>rakah, mura>bah}ah, sala>m, istis}na>’, dan ija>rah.
Pembiayaan yang salah satunya sering digunakan dalam Lembaga
Keuangan Syariah diantaranya menggunakan sistem pembiayaan mud}a>rabah,
yakni guna memperlancar roda perekonomian umat, sebab dianggap mampu
menekan terjadinya inflasi karena tidak adanya ketetapan bunga yang harus
dibayarkan ke bank, selain itu juga dapat merubah haluan kaum muslimin dalam
setiap transaksi perdagangan dan keuangan yang sejalan dengan ajaran islam.4
Pembiayaan mud}a>rabah secara tidak langsung adalah sebuah bentuk
penolakan terhadap sistem bunga yang diterapkan oleh bank konvensional dalam
mencari keuntungan, karena itu pelarangan bunga di tinjau dari ajaran Islam
2 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah (Yogyakarta: UII Press, 2002), 49. 3 Syafe’I Antonio, Bank Syariah (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 160.
merupakan perbuatan riba> yang diharamkan dalam Al-Quran, sebab larangan riba>
tersebut bukanlah meringankan beban orang yang dibantu yang dalam hal ini
adalah nasabah, melainkan merupakan tindakan yang dapat memperalat dan
memakan harta orang lain.5
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba> (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba>), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba>), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”7
Ayat Al-Quran di atas menunjukkan bahwa dasar pengharaman riba>
adalah melarang perbuatan dzalim bagi masing-masing dari kedua belah pihak,
maka tidak boleh mendzalimi dan tidak boleh didzalimi. Perbuatan riba>
merupakan salah satu perbuatan yang “mengundang“ adzab Allah di suatu
negeri.8
KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban merupakan salah
satu Lembaga Keuangan Syariah yang mempunyai tujuan membantu dalam
peningkatan taraf hidup ekonomi anggota, khususnya dalam bidang ekonomi.
5 Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Jakarta: Gema Insani Perss, 1997), 184. 6
Al-Quran, 2: 278-279.
7 Rohmah, Alquran dan Terjemah Keluarga (Garut: Fitrah Rabani, 2012), 47.
Dan sejauh ini KJKS BMT Bina Umat Sejahtera ini telah melakukan berbagai
pembinaan usaha kecil kepada masyarakat melalui sistem ekonomi Islam.
Melalui penerapan pembiayaan-pembiayaan salah satunya pembiayaan
mud}a>rabah yang juga tidak kalah diminati oleh masyarakat, di karenakan dalam
pembiayaan ini menerapkan sistem bagi hasil dalam transaksinya serta terhindar
dari yang namanya bunga (riba>).
Dalam operasionalnya pembiayaan mud}a>rabah merupakan salah satu
bentuk akad pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabahnya. Sistem dari
pembiayaan mud}a>rabah ini merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama sebagai s}a>hibul ma>l yang menyediakan seluruh modalnya,
sedangkan pihak kedua sebagai mud}arib (pengelola) yang melaksanakan kegiatan
usaha atau menjalankan usahanya. Sedangkan untuk keuntungan bagi hasil
dihitung sesuai dengan nisbah yang sudah disepakati antara kedua belah pihak.9
Proses realisasi pembiayaan kadang-kadang tidak semulus yang
dibayangkan. Dalam pelaksanaannya, pembiayaan sering mengalami masalah
yaitu pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah merupakan pembiayaan
yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya kepada Lembaga
Keuangan Syariah atau kegagalan nasabah dalam pengembalian angsuran
pembiayaan.
Pembiayaan bermasalah atau lebih sering disebut dengan Non Performing
Financial (NPF) merupakan suatu kondisi yang tidak dapat dihindari dari proses
pembiayaan, yang mana Lembaga Keuangan Syariah tidak menerima
pengembalian pokok atau nisbah bagi hasil pembiayaan yang diberikan kepada
nasabah. Jika tingkat prosentase NPF terus meningkat akan dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan Lembaga Keuangan Syariah, sehingga Lembaga Keuangan
Syariah wajib menerapkan sistem manajemen pendampingan yang baik untuk
memperkecil atau menangani pembiayaan bermasalahnya.
KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban bukan hanya
bertugas memberikan pembiayaan saja, namun juga harus melakukan
pendampingan usaha kepada nasabah-nasabah yang mengalami pembiayaan
bermasalah untuk diberikan pendampingan supaya usaha yang dijalankan oleh
nasabah dari modal pembiayaan tersebut mampu memperbaiki kembali kondisi
usahanya, sehingga mampu mengembalikan dana pinjaman dari pembiayaan dan
juga mampu meningkatkan kembali kemampuan untuk membayar angsuran
pembiayaan dengan optimal. Seperti KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang
Utama Tuban yang mampu memperkecil nilai NPF sampai 3% dengan sistem
pendampingan usaha yang dilakukan untuk menangani pembiayaan bermasalah
yang ada. Sehingga keefektivan sistem pendampingan usaha yang dilakukan
mengembalikan kembali kemampuan nasabah dalam mengembalikan
angsurannya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengkaji dan
menganalisis lebih lanjut tentang keefektivan sistem pendampingan usaha dalam
menangani pembiayaan bermasalah yang ada pada pembiayaan mud}a>rabah di
KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban. Dan penelitian ini akan
dibahas dalam sebuah skripsi yang berjudul “Efektivitas Sistem Pendampingan
Usaha Pembiayaan Mud}a>rabah Pada Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT
Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka sangat penting bagi penulis
mengidentifikasi masalah yang akan diteliti untuk memudahkan pembaca dalam
memahaminya dan dapat dipelajari oleh penulis untuk dijadikan acuan
penelitian, yakni:
1. Pembiayaan mud}a>rabah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama
Tuban.
2. Pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama
Tuban.
3. Tingkat Non Performing Financial (NPF) di KJKS BMT Bina Umat
4. Sistem pendampingan usaha yang dilakukan untuk pembiayaan bermasalah
di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.
5. Efektivitas sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah pada
pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama
Tuban.
Dari identifikasi latar belakang yang sudah disebutkan di atas maka
penulis melakukan pembatasan masalah agar objek penelitian lebih fokus dan
terarah dan tidak melebar kepada pembahasan yang lainnya. Untuk itu penulis
hanya membatasi masalah sebagai berikut:
1. Prosedur pembiayaan mud}a>rabah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera
Cabang Utama Tuban.
2. Sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah pada pembiayaan
bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.
3. Efektivitas sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah pada
pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama
Tuban.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah dipaparkan di atas dapat di ambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur pembiayaan mud}a>rabah di KJKS BMT Bina Umat
2. Bagaimana sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah bermasalah
di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban?
3. Bagaimana efektivitas sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah
pada pembiayaan bermasalah yang ada di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera
Cabang Utama Tuban dalam menangani pembiayaan bermasalah?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi tentang kajian atau penelitian yang sudah
pernah dilakukan dan diteliti, sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan
dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau
penelitian sebelumnya, di antara lain :
1. Ahmad Fauzi tahun (2012) tentang “Pelaksanaan Pengawasan dan
Monitoring Pembiayaan untuk Meminimalisir Risiko dalam Pembiayaan
Mura>bah}ah (Studi Kasus pada KJKS Binama Tlogosari Semarang)”.
Skripsi ini berisi tentang pengawasan dan monitoring pembiayaan yang
dilakukan melalui 2 cara: pengawasan langsung dan pengawasan
administrative. Dan dari analisis yang dilakukan penulis tentang
perbandingan jumlah pembiayaan mura>bah}ah yang disalurkan terhadap
pembiayaan bermasalah di KJKS Binama dapat diketahui bahwa tingkat NPF
pengawasan dan monitoring pembiayaan mura>bah}ah demi meminimalisir
pembiayaan bermasalah yang ada.10
2. Firdaus Darus (C04210078) tahun (2014) tentang “Pengawasan Pembiayaan
Mura>bah}ah dan Implikasinya terhadap Pembiayaan Bermasalah di BMT
Madani Sepanjang”.
Hasil skripsi ini bahwa setelah pembiayaan terealisasi BMT Madani
Sepanjang Taman Sidoarjo menerapkan pengawasan untuk mencegah
terjadinya pembiayaan bermasalah pada produk pembiayaannya. Namun
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis dalam pelaksanaan
pengawasan pembiayaan mura>bah}ah yang ada di BMT Madani Sepanjang
Taman Sidoarjo kurang terlaksana dengan baik, dan hal itu dapat dilihat dari
kegiatan pengawasan yang dilakukan dalam proses pencegahan pembiayaan
bermasalah, penanganan pembiayaan bermasalahnya masih banyak terdapat
kerancuan dalam kerja, yaitu pada pegawai Account Officer tidak melakukan
pekerjaannya saja namun juga mengerjakan pekerjaan yang lainnya. Dengan
prosentase pembiayaan bermasalah yang melebihi batas prosentase yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni 5% maka bisa dilihat bahwa
kondisi kesehatan BMT Madani Sepanjang Taman Sidoarjo kurang baik dan
pengawasan yang dilakukan pada pembiayaannya juga kurang baik.11
3. Sulistowati (C04302150) tahun (2004) tentang “Efektivitas Pengawasan
Pembiayaan Sebagai Upaya Pencegahan Pembiayaan Mud}a>rabah Bermasalah
pada BPRS Al-Mabrur Babadan Ponorogo Jawa Timur”.
Dalam skripsi yang disusun oleh Sulistowati berisi tentang pengawasan
pembiayaan mud}a>rabah yang dilakukan dengan analisis pembiayaan secara
obyektif, dan juga menjalankan prinsip analisis pembiayaan yang didasarkan
pada rumus 5C, yaitu: Character (sifat nasabah), Capacity (kemampuan
nasabah untuk menjalankan usaha), Capital (modal yang diperlukan),
Collateral (jaminan yang dimiliki), dan Condition (keadaan usaha).
Pengawasan yang diterapkan oleh BPRS Al-Mabrur Babadan Ponorogo Jawa
Timur juga sudah sesuai dengan tujuan perbankan syariah dan hukum islam,
sehingga dengan melakukan pengawasan pembiayaan tersebut bisa
mengantisipasi terjadinya pembiayaan mud}a>rabah bermasalah.12
Dari ketiga penelitian tersebut sama-sama membahas masalah
pengawasan, ada yang pengawasan dalam pembiayaan mud}a>rabah, mura>bah}ah.
Namun dari ketiga penelitian yang sudah ada tersebut berbeda dengan penelitian
11 Firdaus Darus salam, “Pengawasan Pembiayaan Murabahah dan Implikasinya Terhadap Pembiayaan Bermasalah di BMT Madani Sepanjang Taman Sidoarjo” (Skripsi—Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2010).
12
Sulistowati, “Efektivitas Pengawasan Pembiayaan Sebagai Upaya Pencegahan Pembiayaan
ini, yang mana dalam penelitian ini meneliti masalah sistem pendampingan
usaha bukan masalah pengawasan ataupun monitoring. Walaupun ada kesamaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistowati tentang “efektivitas
pengawasan pembiayaan sebagai upaya pencegahan pembiayaan mud}a>rabah
bermasalah”, tapi penelitian ini sangat berbeda. Letak perbedaannya pada
penelitian ini yaitu dari sistem pendampingan usahanya serta dari pembiayaan
bermasalahnya, kalau penelitian Sulistowati meneliti pengawasan untuk
mencegah pembiayaan bermasalah, kalau penelitian ini meneliti sistem
pendampingan usaha untuk menangani pembiayaan bermasalahnya, jadi
pendampingan yang dilakukan untuk pembiayaan-pembiayaan yang mengalami
pembiayaan bermasalah.
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui prosedur pembiayaan mud}a>rabah yang ada di KJKS BMT
Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.
2. Untuk mengetahui sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah pada
pembiayaan bermasalah yang diterapkan oleh KJKS BMT Bina Umat
3. Untuk mengetahui seberapa efektif sistem pendampingan usaha yang
dilakukan untuk pembiayaan mud}a>rabah pada pembiayaan bermasalah di
KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Sebagai pengalaman serta tambahan wawasan dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dibidang ekonomi Islam atau perbankan syariah atau
koperasi syariah. Serta untuk mengetahui sejauh mana keefektivan sistem
pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah pada pembiayaan bermasalah
yang ada di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.
2. Bagi Almamater
Dapat dijadikan referensi atau rujukan bagi mahasiswa ekonomi
syariah dalam melakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan
koperasi jasa keuangan syariah atau BMT pada pembahasan efektivitas
sistem pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah pada pembiayaan
bermasalah.
3. Bagi KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban
Diharapkan mampu memberikan saran atau masukan bagi KJKS BMT
Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban untuk meningkatkan sistem
agar lebih efektif lagi dari sebelum-sebelumnya untuk memperkecil tingkat
pembiayaan bermasalah yang terjadi.
G. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman serta untuk menghindari salah salah
tafsir terhadap judul skripsi ini, maka penulis memaparkan pengertian yang
bersifat operasional sebagai berikut:
1. Efektivitas Pendampingan
Efektivitas pendampingan merupakan ukuran sistem pendampingan
yang dilakukan oleh lembaga dalam upaya meningkatkan kerjasama yang
baik antar lembaga dengan nasabah sehingga terjadi sebuah hubungan baik
yang saling menguntungkan dan memberikan sebuah nilai guna bagi kedua
belah pihak.
2. Pembiayaan Mud}a>rabah
Pembiayaan mud}a>rabah merupakan akad perjanjian kerjasama antara
KJKS BMT Bina Umat Sejahtera sebagai s}a>hibul ma>l dan nasabah sebagai
mud}arib. Yang mana pihak BMT Bina Umat Sejahtera memberikan modal
sebesar 100% kepada nasabah untuk selanjutnya modal tersebut akan
dikelola oleh nasabah. Dan untuk bagi hasil dari kerjasama tersebut dihitung
3. Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah merupakan pemberian modal kepada nasabah
yang mana dalam pelaksanaan pembayarannya atau mengalami masalah
dalam memenuhi kewajibannya dalam pembiayaan, seperti: pembayaran
angsuran tidak lancar, tidak tepat pada tanggalnya, dan tidak mampu lagi
membayar angsurannya.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Meleong
(2005) “penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya.” Dari
pengertian tersebut Meleong mendefinisikan penelitian kualitatif adalah
suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena
dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi
komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.13
Data yang berhubungan dengan efektivitas sistem pendampingan
usaha pembiayaan mud}a>rabah pada pembiayaan bermasalah yang ada di
KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban yang harus digali.
13Herdiyansyah, metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta: Salemba
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian pada judul “Efektivitas Sistem Pendampingan Usaha
Pembiayaan Mud}a>rabah Pada Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Bina
Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban” yang dilakukan pada tanggal 20
Oktober – 20 November 2014 di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang
Utama Tuban dengan alamat Jl. A. Yamin No. 22 Tuban, Telp (0356)
325444.
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini digunakan dua metode pengambilan data, yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder.14
a. Sumber data primer
Sumber data primer ini diperoleh secara langsung dari narasumber
melalui wawancara kepada manajer dan karyawan serta nasabah. Dalam
penelitian ini sumber data primer diperoleh langsung dari Pimpinan Cabang,
Staf Operasional, Staf Pemasaran, serta Nasabah KJKS BMT Bina Umat
Sejahtera Cabang Utama Tuban.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh
secara tidak langsung dari buku, artikel, majalah, internet, makalah, hasil
14
karya ilmiah, dll. Yang berhubungan dengan pembahasan pada penelitian,
diantaranya:
1) Percikan Pemikiran Ekonomi Islam, (Agustino, 2002)
2) Manajemen Bank Syariah Mikro, (Lulail Jamal, 2009)
3) Tata Cara Pendirian BMT, (Amin Aziz, 2006)
4) Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Adiwarman Karim, 2003)
5) Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Yusuf Qardawi, 1997)
6) Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, (Makhalul Ilmi, 2002)
7) Fiqh Muamalah, (Helmi Karim, 1997)
8) Fiqh Muamalah, (Harun Nasrun, 2011)
9) Bank Syariah, (Syafe’I Antonio, 2001)
10) Perbankan Syariah, (Ismail, 2011), dll.
Serta literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan pembahasan
penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperoleh data melalui:
a. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau
informan terlibat dalam kehidupan sosial yang cukup lama. Dengan
demikian kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam
kehidupan responden.15 Yang diwawancarai atau sebagai informan dalam
penelitian ini yaitu pimpinan cabang dan staf-staf serta nasabah di KJKS
BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat
oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Metode ini salah satu
cara yang dapat dilakukan peneliti untuk mendapatkan gambaran dari sudut
pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang
ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.16 Dokumentasi
dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa
catatan, transkrip, laporan keuangan, jurnal di KJKS BMT Bina Umat
Sejahtera Cabang Utama Tuban.
c. Studi pustaka
Teknik pengumpulan data dengan melakukan study literature
terhadap buku-buku yang relevan terhadap karya ilmiah yang ditulis.
15 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), 108.
5. Teknik Analisis Data
Peneliti juga menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Deskriptif kualitatif yaitu analisis yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
dengan metode yang telah ditentukan.17
Metode ini menjabarkan dan mengambarkan temuan yang ada di
lapangan, dan hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini
berusaha menggambarkan gejala sosial, dengan kata lain penelitian ini
bertujuan untuk menggambar sifat sesuatu yang tengah terjadi pada saat
studi.18
Dari penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data
deskriptif kualitatif, karena dalam penelitian ini memerlukan data untuk
menjabarkan dan menggambarkan suatu kejadian yang terjadi secara apa
adanya. Sehingga benar salahnya, terlaksana atau tidaknya sesuai dengan
kenyataan.
Sehingga dari penelitian ini peneliti membutuhkan data berupa jumlah
pembiayaan mud}a>rabah yang mengalami pembiayaan bermasalah serta
sistem pendampingan usaha yang dilakukan untuk menangani pembiayaan
bermasalah pada pembiayaan mud}a>rabah sehingga nasabah yang mengalami
pembiayaan bermasalah mampu bangkit kembali usahanya serta mampu
17 Ibid., 143
mengembalikan pinjamannya lagi, dan KJKS BMT Bina Umat Sejahtera
Cabang Utama Tuban mampu memperkecil tingkat pembiayaan bermasalah.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran lebih jelas mengenai isi skripsi ini agar
lebih mudah dipahami, maka diperlukan suatu sistematika penulisan yang
sederhana sehingga pembaca tidak kesulitan dalam membaca maupun memahami
isi dari skripsi ini. Sistematika ini merupakan suatu pembahasan secara garis
besar dari bab-bab yang akan dibahas. Sistematika penulisan skripsi ini adalah:
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
permasalahan yang diteliti, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, kajian pustaka, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, dalam bab ini merupakan landasan teori yang bertujuan untuk
dapat mengetahui tinjauan dari berbagai segi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan efektivitas sistem pendampingan usaha pembiayaan
mud}a>rabah pada pembiayaan bermasalah. Dalam bab ini menguraikan tentang
pengertian efektivitas, pendampingan, pembiayaan, pembiayaan mud}a>rabah, dan
pembiayaan bermasalah secara umum, panduan dan kriteria penilaian efektivitas,
tujuan dan proses pendampingan, jenis, syarat, manfaat pembiayaan mud}a>rabah,
macam-macam kredit bermasalah, faktor penyebab kredit bermasalah, dampak
bentuk-bentuk restrukturasi dalam rangka penyelamatan pembiayaan
bermasalah.
Bab ketiga, dalam bab ini berisi tentang gambaran umum seputar KJKS
BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Utama Tuban, dan juga sistem yang
berhubungan dengan pendampingan usaha pembiayaan mud}a>rabah untuk
pembiayaan bermasalah yang ada pada KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang
Utama Tuban.
Bab keempat, bab ini berisikan sistem pendampingan usaha pembiayaan
mud}a>rabah pada pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Bina Umat Sejahtera
Cabang Utama Tuban, dan analisis efektivitas sistem pendampingan usaha
pembiayaan mud}a>rabah pada pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Bina Umat
Sejahtera Cabang Utama Tuban.
Bab kelima, merupakan penutup di sini berisikan kesimpulan dari analisis
penelitian serta saran-saran bagi KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 21
BAB II
PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH
A. Pendampingan
1. Pengertian Pendampingan
Karjon mengatakan seperti yang dikutip oleh Ismawan bahwa
pendampingan adalah suatu strategi (cara untuk mencapai tujuan) antara
pendamping dengan yang didampingi adalah hubungan dialogis (saling
mengisi) di antara dua subjek. Diawali dengan memahami realitas
masyarakat dan memperbaharui kualitas realitas ke arah yang lebih baik.1
Departemen Sosial Republik Indonesia mendefinisikan
pendampingan sosial sebagai suatu proses menjalin relasi sosial antara
pendamping dengan Kelompok Usaha Bersama (KUB), Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) dan masyarakat sekitarnya dalam rangka
memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan sumber
dan potensi, serta meningkatkan akses anggota terhadap pelayanan sosial
dasar, lapangan pekerjaan dan fasilitas pelayanan publik lainnya.2 Tujuan
pendampingan adalah pemberdayaan dan penguatan (empowerment).3
Dengan pengertian pendampingan di atas, Ismawan mengatakan
bahwa pendampingan adalah orang yang bertugas untuk mewujudkan
1 Ismawan Bambang, Pamuji, Otok, LSM dan Program Inpres Desa Tertinggal (Jakarta: PT
Penebar Swadata, 1994), 40.
22 Lihat Departemen Sosial RI, Rencana Strategis Penanggulangan Kemiskinan (Program
Pemberdayaan Fakir Miskin Tahun 2006-2010) (Jakarta: Departemen sosial RI, 2005), 14.
3 Isbandi Rukmianto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kelompok swadaya masyarakat yang sukses dalam meningkatkan
kesadaran pengetahuan dan keterampilan anggota, menghidupkan
dinamika kelompok dan usaha (produktif) anggota.4
Dari definisi yang disebutkan di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa pendampingan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mendampingi dalam upaya memecahkan sebuah masalah, memberikan
dukungan, serta meningkatkan nilai guna sesuatu menjadi ke arah yang
lebih baik.
2. Tujuan Pendampingan
Seperti yang dikemukakan oleh Pincus dan Minahan dalam
Adriani, tujuan pendampingan adalah:5
a. Meningkatkan kemampuan dari orang dalam memecahkan masalah
dan mencontohkannya.
b. Menghubungkan orang dengan sistem yang menyediakan mereka
sumber-sumber, layanan-layanan dan kesempatan-kesempatan.
c. Meningkatkan keefektivan dan kemudahan pelaksanaan dari sistem
tersebut.
d. Memberikan sumbangan pada pembangunan kebijakan sosial dan
memperbaiki kebijakan sosial.
4 Ismawan Bambang, Pamuji, Otok, LSM dan Program Inpres Desa Tertinggal (Jakarta: PT
Penebar Swadata, 1994), 30.
5 Andriani Sumampouw, et al., Ada Bersama Tradisi (Semarang: Swisscontact & Limpad, 2000),
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3. Proses Pendampingan
Seorang pendamping harus melalui tahap perubahan berencana
seperti:6
a. Tahap pengembangan akan kebutuhan pengembangan.
b. Tahap pemantapan relasi kebutuhan.
c. Tahap klarifikasi atau diagnosis masalah sistem klien.
d. Tahap pengkajian alternatif jalur dan tujuan perubahan serta
penentuan tujuan program dan kehendak melakukan tindakan.
e. Tahap transformasi kehendak kedalam upaya kedalam perubahan yang
nyata.
f. Tahap generalisasi dan stabilisasi perubahan.
g. Tahap terminasi.
B. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Efektif berasal dari kata bahasa Inggris effective yang artinya
berhasil. Sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Robbins yang
dikutip oleh Ismail mendefinisikan efektivitas sebagai tingkat pencapaian
organisasi jangka pendek dan jangka panjang.7 Efektivitas berarti
menjalankan pekerjaan yang benar. Efektivitas berarti kemampuan untuk
6 Adi, Isbandi Rukmianto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas
(Pengantar Pemikiran dan Pendekatan Praktis) (Jakarta:FEUI Press, 2003), 244-249.
7 Ismail Nawawi, Manajemen Publik Kajian Teori, Reformasi, Strategi dan Implementasi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id memilih sasaran yang tepat. Seorang manajer yang efektif adalah manajer
yang memilih pekerjaan yang benar untuk dijalankan.8
Menurut Badudu, efektif berarti: 1) mempunyai efek, pengaruh
atau akibat, 2) memberikan hasil yang memuaskan, 3) memanfaatkan
waktu sebaik-baiknya, bekerja dengan sebaik-baiknya, 4) mulai berlaku
tentang undang-undang, 5) berhasil guna atau mangkus.9
Pendapat lain dikemukakan oleh Petters dan Waterman dalam
Robbins sebagaimana yang dikutip oleh Ismawan karakteristik umum dari
perusahaan-perusahaan efektif terdiri dari :10
a. Mempunyai bias terhadap tindakan dan penyelesaian pekerjaan.
b. Selalu dekat dengan para pelanggan agar dapat mengerti secara penuh
kebutuhan pelanggan.
c. Memberi para pegawai tingkat otonomi yang tinggi dan memupuk
semangat kewirausahaan.
d. Berusaha meningkatkan produktivitas lewat partisipasi para
pegawainnya.
e. Para pegawainya mengetahui apa yang diinginkan perusahaan dan
para manajernya terlibat aktif pada masalah di semua tingkat.
f. Selalu dekat dengan usaha yang mereka ketahui dan pahami.
g. Mempunyai struktur organisasi yang luwes dan sederhana, dengan
jumlah orang yang minimal dalam aktivitas-aktivitas staf pendukung.
8 Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), 55.
9 Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001), 371.
10 Ismail Nawawi, Manajemen Publik Kajian Teori, Reformasi, Strategi dan Implementasi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id h. Menggabungkan kontrol yang ketat dan disentralisasi untuk
mengamankan nilai-nilai inti perusahaan dengan kontrol yang longgar
di bagian-bagian lain untuk mendorong pengambilan risiko serta
inovasi.
2. Panduan Agar Kelompok Kerja Berjalan Efektif
Sekalipun manajemen organisasi merupakan proses yang
berkelanjutan, sehingga dalam proses yang dijalankan tersebut sangat
mungkin terjadi fluktuasi dalam hal kinerja yang ditunjukkan para
anggota kelompok kerja, namun ada beberapa panduan yang dapat
digunakan agar kelompok kerja dapat berjalan secara lebih efektif, antara
lain :11
a. Tujuan dari pembentukan kelompok kerja hendaknya benar-benar
jelas sehingga para anggota dapat mengenali secara jelas apa yang
menjadi tujuan dari kelompok kerja yang dibentuk serta memperjelas
arah yang akan dituju oleh kelompok kerja.
b. Peran serta pembagian kerja dari setiap anggota kelompok kerja perlu
juga diperjelas. Artinya, struktur kerja atau pekerjaannya perlu
disusun secara jelas. Ketidakjelasan mengenai struktur kerja selain
akan menimbulkan konflik dalam kelompok kerja, juga akan
menelantarkan pekerjaan yang semestinya dikerjakan.
c. Jumlah anggota yang optimal dalam sebuah kelompok kerja perlu
ditentukan. Jumlah ini perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id akan dijalankan. Terlalu banyak anggota menyebabkan sebagian
anggota menganggur, terlalu sedikit anggota juga akan menyebabkan
beban anggota melebihi kemampuannya.
d. Pemimpin dari kelompok kerja perlu ditentukan atas dasar
kapabilitasnya dikelompok kerja tersebut. Jika memungkinkan,
dirinya tidak hanya memiliki kapabilitas sebagai pemimpin formal,
namun juga sebagai pemimpin informal.
e. Seluruh sumber daya yang diperlukan hendaknya tersedia terdistribusi
secara merata sesuai dengan struktur tugas yang telah ditentukan.
f. Norma-norma perlu disepakati sebelum pekerjaan dilakukan, yaitu
sesaat setelah kelompok kerja baru terbentuk atau baru tersusun.
g. Jadwal kerja perlu disusun secara spesifik dan disusun bersama
seluruh anggota kelompok kerja agar rasa memiliki dan tanggung
jawab dari seluruh anggota kerja dapat diandalkan.
h. Perlu diadakan momentum-momentum formal maupun informal untuk
lebih memperkuat solidaritas dan integritas sesama anggota.
3. Kriteria Penilaian Efektivitas Perencanaan
Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas
perencanaan, yaitu :12
a. Kegunaan
Agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan
fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksible, stabil,
12 T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE bekerja sama dengan LPM2M AMP-YKPN,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id berkesinambungan, dan sederhana. Hal ini memerlukan analisa,
peramalan pengembangan rencana dengan mempertimbangkan segala
sesuatu dan pembuatan perencanaan sebagai proses yang
berkesinambungan.
b. Ketepatan dan obyektivitas
Rencana-rencana harus dievaluasi untuk mengetahui apakah
jelas, ringkas, nyata, dan akurat. Berbagai keputusan dan kegiatan
manajemen lainnya hanya efektif bila didasarkan atas informasi yang
tepat.
c. Ruang lingkup
Perencanaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip
kelengkapan, kepaduan, dan konsistensi. Berapa luas cakupan
rencana? Menyangkut kegiatan-kegiatan apa saja? Bagaimana
kerangka hubungan antar kegiatan? Satuan-satuan kerja atau
departemen-departemen mana yang terlibat?
d. Efektivitas biaya
Efektivitas biaya perencanaan dalam hal ini adalah
menyangkut waktu, usaha, dan emosional.
e. Akuntabilitas
Akuntabilitas terdapat dua aspek perencanaannya, antara lain:
1) Tanggung jawab atas pelaksanaan perencanaan dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id f. Ketepatan waktu.
Para perencana harus membuat berbagai perencanaan.
Berbagai perubahan yang terjadi sangat cepat akan dapat
menyebabkan rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai
perbedaan waktu.
C. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Perbankan
Nomor. 10 Tahun 1998 ayat 12 berbunyi:
“Penyedia uang atau tagihan yang dapat dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu yang tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”13
2. Jenis-jenis Pembiayaan
a. Pembiayaan mud}a>rabah
Pembiayaan mud}a>rabah adalah pembiayaan antara bank
dengan nasabah dimana bank menyediakan 100% pembiayaan bagi
hasil usaha kegiatan tertentu dari nasabah sedangkan nasabah
mengelola usaha tersebut tanpa campur tangan bank.14
13 Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 (Jakarta: Sinar Grafika, 2001), Cet Ke-1, 30. 14 Warkum Sumitra, Aasas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait (BAMUI dan Takafuly)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Pembiayaan mura>bah}ah
Mura>bah}ah adalah akad jual beli barang dengan menyatukan
harga perolehan dan keuntungan (margin) yang telah disepakati oleh
penjual dan pembeli (bank dan nasabah).15
c. Pembiayaan musha>rakah
Musha>rakah merupakan transaksi penanaman dana dari dua
atau lebih pemilik dana dan/atau barang untuk menjalankan usaha
tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua
belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan
pembagian kerugian berdasarkan porsi modal masing-masing.16
d. Pembiayaan istis}na>’
Istis}na>’ merupakan transaksi jual beli barang dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan
kesepakatan.17
e. Pembiayaan sala>m
Sala>m merupakan transaksi jual beli barang dengan cara
pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai
terlebih dahulu secara penuh.18
15 Adiwarman Karim, Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: IIIT Indonesia, 2003), Cet Ke-4, 161. 16 Muhamad, Manajemen Dana Bank dan Bank Syariah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2014), 44.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3. Proses Pembiayaan
Salah satu aspek yang penting dalam Lembaga Keuangan Syariah
adalah proses pembiayaaan yang sehat. Dalam proses pembiayaan
tersebut terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu:19
a. Permohonan Pembiayaan
Merupakan tahap awal dari proses pembiayaan, permohonan
pembiayaan dilakukan tertulis oleh nasabah kepada officer bank.
Inisiatif pengajuan pembiayaan biasanya datang dari nasabah yang
kekurangan modal. Tidak mesti dari nasabah tetapi bisa juga muncul
dari pihak officer bank. Hal-hal yang dijadikan acuan untuk menindak
lanjuti sebuah permohonan pembiayaan antara lain:
1) Trend Usaha
2) Peluang Bisnis
3) Reputasi bisni perusahaan atau perorangan
4) Reputasi manajemen
Apabila sebuah permohonan pembiayaan dapat ditindak
lanjuti, maka dapat diteruskan dengan pengumpulan data dan
investigasi. Namun apabila permohonan ditolak, maka harus segera
dilakukan tanpa menunda-nunda waktu. Penolakam dapat dilakukan
secara tertulis maupun lisan untuk efisiensi waktu.
19 Sunarto Zulkifl, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Ziknil Hakim, 2003),
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Pengumpulan data dan investigasi
Data yang diperlukan dalam pembiayaan konsumtif antara
lain:
1) Kartu identitas calon nasabah
2) Kartu identitas suami/istri
3) Kartu keluarga dan surat nikah
4) Slip gaji terakhir
5) Surat-surat referensi dari kantor tempat bekerja atau SK
pengangkatan untuk PNS
6) Salinan rekening bank tiga bulan terakhir
7) Salinan tagihan rekening listrik dan telepon
8) Data obyek pembiayaan
9) Data jaminan
Data yang diperlukan dalam pembiayaan produktif antara lain:
1) Calon nasabah perorangan
2) Legalitas usaha
3) Kartu identitass calon nasabah
4) Kartu identitas suami/istri
5) Kartu identitas keluarga dan surat nikah
6) Laporan keuangan dua tahun terakhir
7) Past performance satu tahun terakhir
8) Bisnis plan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 10)Data jaminan
11)Calon nasabah berbadan hukum
a) Akte pendirian usaha
b) Legatitas usaha
c) Identitas pengurus
d) Laporan keuangan dua tahun terakhir
e) Past performance satu tahun terakhir
f) Bisnis plan
g) Data obyek pembiayaan
h) Data jaminan
c. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan yang bertujuan untuk mengamankan
pemberian modal yang akan diberikan melalui klasifikasi dan
penilaian terhadap fakta-fakta yang ada. Prinsip dasar dalam analisis
pembiayaan dapat dilakukan dengan berbagai metode sesuai dengan
kebijakan bank. Metode yang sering digunakan adalah metode analisis
5C, yaitu:20
1) Character (karakter)
Watak dan sifat calon nasabah dalam kehidupan pribadi
maupun dalam lingkungan usaha. Penilaian meliputi: kejujuran,
ketulusan, ketajaman berfikir, logika berfikir kepatuhan akan janji
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kesehatan, kebiasaan, berani dengan perhitungan atau tanpa
perhitungan dan suka atau tidak suka berjudi.
2) Capacity (kemampuan)
Kemampuan yang dimiliki nasabah untuk membuat
rencana dan merealisasikan rencana tersebut menjadi kenyataan,
termasuk dalam menjalankan usahanya agar memperoleh laba
sesuai yang diharapkan. Kemampuan calon nasabah meliputi:
kemampuan bidang managemen, keuangan, pemasaran dan teknis.
3) Capital (modal)
Modal yang dimiliki calon nasabah untuk menjalankan
dan memelihara usahanya. Penilaian terhadap capital dimaksudkan
untuk mengetahui keadaan permodalan, sumber modal, dan
penggunaan.
4) Collateral (jaminan)
Barang jaminan yang dititipkan sebagai jaminan terhadap
pembiayaan yang diterimanya. Jaminan berfungsi sebagai ikatan
kepercayaan dalam pemberian pembiayaan, sekaligus untuk
mengurangi risiko pemberian pembiayaan.
5) Condition (kondisi)
Kondisi sosial ekonomi suatu saat dapat berubah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id d. Persetujuan Pembiayaan
Persetujuan merupakan proses penentuan apakah permohonan
pembiayaan disetujui atau tidak disetujui. Proses persetujuan ini juga
tergantung pada kebijakan bank yang disebut komite pembiayaan.
Komite pembiayaan merupakan tingkat paling akhir dari persetujuan
pembiayaan. Karena itu hasil akhir dari komite pembiayaan adalah
penolakan, penundaan dan persetujuan pembiayaan.
e. Pencairan
Sebelum melakukan pencairan pembiayaan harus dilakukan
pemeriksaan kembali kelengkapan yang harus dipenuhi sesuai diposisi
komite pembiayaan pada permohonan pembiayaan. Setelah semua
persyaratan terpenuhi, maka proses pencairan fasilitas pembiayaan
dapat dilakukan.
f. Monitoring
Monitoring adalah proses akhir dari sebuah pembiayaan.
Monitoring dapat dilakukan dengan memantau realisasi pencapaian
target usaha dengan bisnis plan yang telah dibuat sebelumnya.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam monitoring
antara lain: memantau mutasi rekening koran nasabah, memantau
pelunasan angsuran, kunjungan rutin kelokasi usaha nasabah,
pemantauan terhadap perkembangan usaha sejenis.21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 4. Manfaat Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah berfungsi
membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan
usahanya. Secara perinci pembiayaan memiliki fungsi antara lain:22
a. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang dan jasa
Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang,
hal ini seandainya belum tersedia uang sebagai alat pembayaran, maka
pembiayaan akan membantu melancarkan lalu lintas pertukaran
barang dan jasa.
b. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle
fund
Mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan pihak
yang memerlukan dana. Bank dapat memanfaatkan dana yang idle
untuk disalurkan kepada pihak yang membutuhkan.
c. Pembiayaaan sebagai alat pengendali harga
Ekspansi pembiayaan akan mendorong meningkatnya jumlah
uamg yang beredar, dan peningkatan peredaran uang akan mendorong
kenaikan harga. Sebaliknya, pembatasan pembiayaan akan
berpengaruh pada jumlah uang yang beredar, dan keterbatasan uang
yang beredar di masyarakat memiliki dampak pada penurunan harga.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id d. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi
yang ada
Pembiayaan mud}a>rabah dan mura>bah}ah yang diberikan oleh
Bank Syariah memiliki dampak kenaikan makro-ekonomi. Mitra
(pengusaha), setelah mendapatkam pembiayaan dari bank akan
memproduksi barang, mengolah bahan baku menjadi barang jadi,
meningkatkan volume perdagangan, dan melaksanakan kegiatan
ekonomi lainnya.
D. Pembiayaan Mud}a>rabah
1. Pengertian Mud}a>rabah
Mud}a>rabah berasal dari kata d}harb, berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah
proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya.23
Mud}a>rabah adalah suatu perkongsian antara dua pihak dimana
pihak pertama (s}a>hibul ma>l) menyediakan dana, dan pihak kedua
(mud}a>rib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Keuntungan
dibagikan sesuai dengan ratio laba yang disepakati bersama secara
advance, manakala rugi s}a>hibul ma>l akan kehilangan sebagian imbalan
kerja selama proyek berlangsung.24
Keuntungan usaha yang telah dikelola oleh nasabah (mud}a>rib)
secara mud}a>rabah akan dibagi menurut kesepakatan yang telah
23Syafe’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: GemaInsani, 2001), 95.
24 Muhammad, Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah (Yogyakarta : Tim UII Press,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id disepakati dalam kontrak, sedangkan apabila terjadi kerugian akan
ditanggung oleh bank syariah (s}a>hibul ma>l) jika kerugian tersebut bukan
akibat dari kelalaian mud}a>rib. Salah satu contonya adalah praktik
mud}a>rabah antara Nabi Muhammad dengan Khadijah, pada saat itu
Khadijah mempercayakan barang dagangannya kepada Nabi Muhammad
yang berprofesi sebagai pedagang untuk dijual kembali.25
Menurut Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 mud}a>rabah
adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS (Lembaga Keuangan
Syariah) kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.26
2. Dasar Hukum Mud}a>rabah
a. Al-Quran ....
“…Dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah SWT…” (QS Al-Muzammil: 20)27
...
“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah SWT……” (QS Al-jumu’ah: 10)28
...
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu…” (QS Al-Baqarah: 198)29
25 Helmi Karim, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), 13. 26 Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mud}a>rabah. 27 Yasmina, Al-Quran dan Terjemah (Bandung: Syaamil Quran, 2009), 575. 28 Ibid., 554.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Hadits
1) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul
Muthalib jika memberikan dana kemitrausahanya secara
mud}a>rabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa
mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau
membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang
bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut.
Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW,
dan Rasulullah pun membolehkannya.” (HR Thabrani)30
2) Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara
tangguh, muqaradah (mud}a>rabah), dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR
Ibnu Majah)31
3. Jenis-Jenis Mud}a>rabah
Secara umum mud}a>rabah terbagi menjadi dua jenis, antara lain;32
a. Mud}a>rabah Mutlaqah
Mud}a>rabah mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara s}a>hibul
ma>l dan mud}a>rib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
30 Sulaiman Bin Ahmad Bin Ayyub, Al-Lakhmi At}obarani, Al-Mu’jam Al-Ausat} (Jordania: Da>r
Al-Fikr, 1999), 222.
31 Muhammad bin Ismail al-Shon’ani, Subu>lussalam Da>rul al-Ghot al-Jadi>d (Beirut: Da>r Al-Fikr,
2005), 129.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Mud}a>rabah Muqayyadah
Mud}a>rabah muqayyadah adalah kebalikan dari mutlaqah yang
cakupannya dibatasi oleh batasan-batasan jenis usaha, waktu, atau
tempat usaha.
4. Rukun dan Syarat Pembiayaan Mud}a>rabah
Rukun dan syarat dalam pembiayaan mud}a>rabah, antara lain;33
a. Pihak yang melakukan akad (s}a>hibul ma>l dan mud}a>rib) harus cakap
hukum.
Modal yang diberikan oleh s}a>hibul ma>l yaitu sejumlah uang
atau asset untuk tujuan usaha dengan syarat:
1) Modal harus jelas jumlah dan jenisnya.
2) Dapat berbentuk uang atau barang yang dapat di nilai pada waktu
akad.
3) Modal tidak berbentuk piutang. Modal harus dibayarkan kepada
mud}a>rib, baik secara bertahap maupun sekaligus, sesuai dengan
kesepakatan dalam akad mud}a>rabah.
b. Pernyataan ijab qabul dituangkan secara tertulis yang menyangkut
semua ketentuan yang disepakati dalam akad.
c. Keuntungan mud}a>rib adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan
dari modal yang diserahkan oleh s}a>hibul ma>l kepada mud}a>rib, dengan
syarat sebagai berikut;
1) Pembagian keuntungan harus untuk kedua pihak.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2) Pembagian keuntungan harus dijelaskan secara tertulis pada saat
akad dalam bentuk nisbah bagi hasil.
3) Penyedia dana menanggung semua kerugian, kecuali kerugian
akibat kesalahan yang disenggaja oleh mud}a>rib.
d. Kegiatan usaha mud}a>rib sebagai perimbang modal yang disediakan
oleh s}a>hibul ma>l, akan tetapi harus mempertimbangkan sebagai
berikut;
1) Kegiatan usaha adalah hak mud}a>rib, tanpa campur tangan s}a>hibul
ma>l, kecuali pengawasan.
2) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola yang
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan mud}a>rib, yaitu
memperoleh keuntungan.
3) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah, dan harus
mematuhi semua perjanjian.
E. Pembiayaan Bermasalah
1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu dari risiko dalam
suatu pelaksanaan pembiayaan. Adiwarman A. Karim menjelaskan bahwa
risiko pembiayaan merupakan risiko yang disebabkan oleh adanya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait dengan
pembiayaan korporasi.34
Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu risiko yang pasti
dihadapi oleh setiap Bank karena resiko ini sering juga disebut dengan
risiko kredit. Robert Tampubolon menjelaskan bahwa risiko kredit adalah
eksposur yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan (counterpart)
memenuhi kewajibannya. Di satu sisi risiko ini dapat bersumber dari
berbagai aktivitas fungsional bank seperti penyaluran pinjaman, investasi,
dan kegiatan jasa pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam buku
bank. Disisi lain risiko ini timbul karena kinerja satu atau lebih debitur
yang buruk. Kinerja debitur yang buruk ini dapat berupa ketidakmampuan
atau ketidakmauan debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh
perjanjian kredit yang telah disepakati bersama sebelumnya. Dalam hal
ini yang menjadi perhatian bank bukan hanya kondisi keuangan dan nilai
pasar dari jaminan kredit termasuk collateral tetapi juga karakter dari
debitur.35
Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang sudah menurun
kolektabilitasnya dari lancar, menjadi kurang lancar, diragukan, dan
macet.36 Dan ketentuan pembiayaan berdasarkan Fatwa DSN MUI No.
07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mud}a>rabah adalah jika salah
34 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2010) hal. 260
35 Robert Tampubolon, Risk Mangement: Pendekatan Kualitatif Untuk Bank Komersial (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2004), 24
36 Moh. Tjoekam, Perkredian Bisnis Inti Bank Komersial, Konsep, Teknis dan Kasus (Jakarta:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan
di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
(BASYARNAS) Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.37
2. Macam-Macam Kredit Bermasalah
Berdasarkan ketentuan Pemerintah PAKMEI38 ( Paket 29 Mei)
1993, kredit bermasalah di Indonesia berdasarkan tingkat kolektabilitas
kredit yang bersangkutan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:39
a. Kredit kurang lancar
Dikategorikan sebagai kredit kurang lancar bila mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang
melampaui 90 hari, atau
2) Sering terjadi cerukan, atau
3) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari
90 hari, atau
4) Dokumentasi pinjaman yang lemah.
37 Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang PembiayaanMud}a>rabah.
38 Paket yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berisi tentang penyempurnaan aturan kesehatan
bank, meliputi: CAR (Capital Adequaly Ratio), batas maksimum pemberian kredit, kredit usaha kecil, pembentukan cadangan piutang, LDR (Loan To Deposite Ratio).
39 Siswanto Sutojo, Strategi Manajemen Kredit Bank Umum Konsep Teknik dan Kasus (Jakarta:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Kredit diragukan
Dikatergorikan sebagai kredit diragukan apabila tidak dapat
memenuhi kriteria kredit lancar dan kredit kurang lancar, namun,
berdasarkan hasil penilaian kreditur dapat disimpulkan bahwa:
1) Kredit tersebut dapat diselamatkan, serta mempunyai jaminan
kredit yang nilainya tidak kurang dari 75% jumlah nilai pinjaman
pokok dan bunga yang tertunggak, atau
2) Kredit tersebut tidak dapat diselamatkan, tetapi nilai jaminan
kreditnya tidak kurang dari 100% nilai kredit dan bunga yang
tertunggak.
c. Kredit macet
Kredit dikategorikan sebagai kredit macet apabila mempunyai
ciri-ciri berikut:
1) Tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar, kredit kurang lancar
dan kredit diragukan, atau
2) Dapat memenuhi kriteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka
waktu 21 bulan semenjak masa penggolongan kredit diragukan,
belum terjadi pelunasan pinjaman atau usaha penyelamatan kredit,
atau
3) Penyelesaian pembayaran kembali kredit yang bersangkutan telah
diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang
Negara (BUPN), atau telah diajukan permintaan ganti rugi kepada
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3. Faktor Penyebab Timbulnya Kredit Bermasalah
Dalam penjelasan UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Perbankan
maupun