• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja di “Rakabu Furniture” Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja di “Rakabu Furniture” Surakarta"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh : Ica Yuniar Sari

R.0206031

PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara industri yang sedang berkembang, Indonesia banyak

menggunakan peralatan industri yang dapat membantu dan mempermudah

pekerjaan. Penggunaan peralatan industri dan teknologi modern dapat

menimbulkan bising yang bisa berdampak buruk terhadap kesehatan tenaga

kerja.

Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat

8%-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk

(Nanny, 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan

fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi, gangguan

keseimbangan dan ketulian (Soeripto, 1994) dikutip oleh (Trianingsih, 2007).

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,

susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama

dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres,

kelelahan dan lain-lain (Prabu, 2008).

Pengaruh kebisingan terhadap manusia secara fisik tidak saja

mengganggu organ pendengaran, tetapi juga dapat menimbulkan gangguan

pada organ-organ tubuh yang lain, seperti penyempitan pembuluh darah dan

organ jantung (Sasongko, dkk, 2000).

(3)

2

Penelitian Statistik oleh Van Kempen terhadap banyak hasil study efek

kebisingan mendapatkan adanya pengaruh dari pajanan kebisingan pada

tekanan darah. Kenaikan signifikan secara statistik ditemukan untuk pajanan

kebisingan lingkungan kerja, untuk tekanan darah sistolik 0,51 (0,01–1,00)

mmHg/5 dB(A), sedangkan untuk diastolik kenaikannya tidak signifikan (Eny,

dkk, 2005).

Rakabu Furniture Surakarta adalah industri yang bergerak di bidang

mebel dimana dalam proses produksinya menggunakan mesin-mesin dan

alat-alat produksi yang menimbulkan bising. Peneliti mengetahui bahwa semua

pekerja yang bekerja di Rakabu Furniture khususnya bagian produksi ternyata

tidak menggunakan alat pelindung telinga untuk mengurangi intensitas

kebisingan. Selain itu, pekerja yang ada di Rakabu Furniture tersebut

merupakan pekerja lama dimana sudah bekerja selama lebih dari 3 tahun.

Berdasarkan survei tersebut yang dibandingkan dengan teori mengenai

kebisingan bahwa kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan pekerja salah

satunya yaitu tekanan darah. Oleh karena itu, peneliti tertarik melaksanakan

penelitian di Rakabu Furniture Surakarta untuk mengetahui pengaruh dari

kebisingan mesin dan alat produksi tersebut terhadap tekanan darah pekerja

Sebelumnya peneliti melaksanakan survei awal dengan mengukur

intensitas kebisingan tempat kerja tersebut dan diperoleh hasil untuk ruang

produksi rata-rata 94,5 dBA dan untuk ruang finishing rata-rata 79,3 dBA.

Adapun beberapa tenaga kerja juga diukur tekanan darahnya 10 menit setelah

(4)

3

darah yang diperoleh di ruang produksi yaitu 142/95 mmHg, 143/92 mmHg,

146/94 mmHg, 141/95 mmHg, 143/90 mmHg sedangkan di ruang finishing

yaitu 140/91 mmHg, 130/80 mmHg, 120/90 mmHg, 135/85 mmHg, 130/90

mmHg. Lama pemaparan kebisingan yang diterima pekerja setiap harinya

sekitar 5 jam/hari. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat diketahui

bahwa intensitas kebisingan di ruang produksi diatas Nilai Ambang Batas

(NAB) yang diperkenankan, yaitu 85 dBA untuk 8 jam kerja, sedangkan ruang

finishing dibawah NAB. Untuk tekanan darah dari tenaga kerja yang diukur di

ruang produksi hasilnya cukup tinggi sedangkan di ruang finishing tekanan

darahnya normal.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti sebelumnya, maka

peneliti ingin melaksanakan penelitian dengan judul " Pengaruh Intensitas

Kebisingan terhadap Tekanan Darah pada Pekerja di ‘Rakabu Furniture’

Surakarta "

B. Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada

pekerja di “Rakabu Furniture” Surakarta?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh intensitas kebisingan

(5)

4 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui dan mengkaji intensitas kebisingan di ”Rakabu

Furniture” Surakarta.

b. Untuk mengetahui dan mengkaji tekanan darah pekerja di ”Rakabu

Furniture” Surakarta.

c. Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh intensitas kebisingan

terhadap tekanan darah di ”Rakabu Furniture” Surakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi tentang pengaruh intensitas kebisingan

terhadap tekanan darah.

2. Manfaat aplikatif

a. Bagi pekerja “Rakabu Furniture” Surakarta

Memberi masukan kepada pekerja agar lebih menjaga

kesehatan dirinya akibat intensitas kebisingan.

b. Bagi “Rakabu Furniture” Surakarta

Memberikan masukan kepada ”Rakabu Furniture” Surakarta

untuk melakukan tindakan pengendalian kebisingan.

c. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh

(6)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Kebisingan

a. Definisi Bising

Bising didefinisikan sebagai bunyi yang kehadirannya tidak

dikehendaki dan dianggap mengganggu pendengaran (Gabriel,1996).

Kebisingan di tempat kerja adalah semua bunyi atau suara yang tidak

dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi di tempat kerja

(Suma'mur, 1996).

b. Jenis Kebisingan

Menurut Suma'mur (1996), jenis-jenis kebisingan yang sering

ditemukan adalah :

1) kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (=steady

state, wide brand noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur

pijar, dan lain-lain;

2) kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (=steady

state, narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas dan

lain-lain;

3) kebisingan terputus-putus (=intermitten), misalnya lalu lintas, suara

kapal terbang dilapangan udara;

(7)

6

4) kebisingan impulsif (=impact or impulsive noise), seperti pukulan

tukul, tembakan bedil atau meriam, ledakan;

5) kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di

perusahaan.

c. NAB Kebisingan

Nilai Ambang Batas yang dipekenankan menurut Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep.51/MEN/1999 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja tersaji pada tabel :

Tabel 2.1. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Batas suara (dB) Lama pemaparan tiap hari

85 8 jam

(8)

7

Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditentukan oleh Keputusan Menteri

Tenaga Kerja No.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB)

Faktor Fisika di Tempat Kerja adalah 85 dB selama 8 jam per hari.

d. Pengendalian Kebisingan

Kebisingan dapat dikendalikan dengan :

1) Menghilangkan kebisingan dari sumber suara yaitu dengan

mengganti beberapa alat dengan alat lain yang lebih sedikit

menimbulkan bunyi (Erna Tresnaningsih, 2003).

2) Penempatan penghalang pada jalan transmisi. Isolasi tenaga

kerja/mesin adalah usaha untuk mengurangi kebisingan. Bahan-

bahan yang dipakai harus mampu menyerap suara dan bahan

penutup dibuat cukup berat dan lapisan dalam terbuat dari bahan

yang menyerap sinar, agar tidak terjadi getaran yang lebih hebat.

(Suma’mur, 1996).

3) Dengan memakai alat pelindung telinga yaitu ear plug atau ear

muff. Alat ini dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20-25

dBA (Sasongko, dkk, 2000).

2. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan a. Peningkatan Tekanan Darah

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu,

apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan

dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan

(9)

8

kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris (Roestam,

2004).

1) Pengertian Tekanan darah

Tekanan darah berarti tenaga yang digunakan oleh darah

terhadap setiap satuan daerah dinding pembuluh tersebut. Bila

orang mengatakan bahwa tekanan dalam suatu pembuluh adalah 50

mmHg, ini berarti bahwa tenaga yang digunakan tersebut akan

cukup mendorong suatu kolom air raksa ke atas setinggi 50 mmHg

(Guyton, 1997).

Tekanan dalam aorta dan arteria branchialis dan arteria

besar lainnya pada manusia dewasa mudah meningkat sampai nilai

puncak (tekanan sistolik) kira-kira 120 mmHg waktu tiap siklus

jantung karena jantung memompa darah secara kontinyu ke dalam

aorta. Dan turun sampai nilai minimum (tekanan diastolik)

kira-kira 70 mmHg. Tekanan arteri secara konvensional ditulis sebagai

tekanan sistolik di atas tekanan diastolik misalnya 120/70 mmHg

(Guyton dan Hall, 1997).

Tekanan darah biasanya diukur dengan sphygmomanometer

dan dinyatakan dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Pada

pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang

lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik),

angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi

(10)

9

darah sistolik dan 80 menyatakan tekanan darah diastolik

(Wikipedia, 2003).

2) Penggolongan Tekanan Darah

a) Tekanan darah normal

Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal

bila catatan tekanan darah untuk sistolik <140 mmHg dan

diastolik <90 mmHg (Guyton dan Hall, 1997). Nilai Tekanan

Darah normal (dalam mmHg):

(1) Pada usia 15-29 tahun = 90-120/60-80 mmHg;

(2) Pada usia 30-49 tahun = 110-140/70-90 mmHg;

(3) Pada usia 50 tahun keatas = 120-150/70-90 mmHg (Oktia

Woro, 1999).

b) Tekanan darah rendah

Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah

bila catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di bawah

100/60 mmHg, tekanan sistolik <100 mmHg dan diastolik

<60 mmHg (Roger Watson, 2002).

c) Tekanan darah tinggi

Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi

bila catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di atas

100/90 mmHg, tekanan sistolik > 140 mmHg dan diastolik

>90 mmHg (Roger Watson, 2002). Selanjutnya klasifikasi

(11)

10

Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah Klasifikasi Tekanan

d) Tekanan darah rata-rata

Menurut Guyton dan Hall (1997) antara tekanan

sistolik dan diastolik ada yang dinamakan tekanan darah

rata-rata, yang angkanya lebih mendekati tekanan diastolik

daripada tekanan sistolik, karena sistolik lebih pendek

daripada diastolik. Tekanan darah rata-rata sedikit kurang

daripada nilai-nilai tengah antara tekanan sistolik dan

diastolik. Tekanan rata-rata menurun dengan cepat sampai

kira-kira 5 mmHg pada akhir arteriol. Besarnya penurunan

tekanan sepanjang arteriol sangat berbeda-beda tergantung

apakah kontriksi/dilatasi. Besar nilai pada orang dewasa

kira-kira 90 mmHg yang sedikit lebih kecil dari rata-rata tekanan

sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg. Tekanan

arteri rata-rata dirumuskan sebagai berikut :

(12)

11 Keterangan :

TR : tekanan darah rata-rata (mmHg)

TD : tekanan darah diastolik (mmHg)

TS : tekanan darah sistolik (mmHg)

Tekanan rata-rata inilah yang sesungguhnya menjadi

pendorong mengalir darah yang lebih lama terpengaruh untuk

tekanan diastolik daripada tekanan sistolik. Peningkatan dan

penurunan darah rata-rata akan mempengaruhi homeostatis

dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi,

maka terjadilah gangguan pada sistem transpor oksigen,

karbondioksida dan hasil-hasil metabolisme lainnya.

3) Mekanisme Bising Meningkatkan Tekanan Darah

Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan

ke liang telinga dan mengenai membran timpani sehingga

membran timpani bergetar (Andriana, 2003). Lalu di telinga

tengah, gelombang getaran yang dihasilkan tadi diteruskan

melewati tulang-tulang pendengaran sampai ke cairan di kanalis

semisirkularis; adanya ligamen antar tulang mengamplifikasi

getaran yang dihasilkan dari gendang telinga. Lalu di telinga dalam

merupakan tempat ujung-ujung saraf pendengaran yang akan

menghantarkan rangsangan suara tersebut ke pusat pendengaran di

(13)

12

Kebisingan bisa direspon oleh otak yang merasakan

pengalaman ini sebagai ancaman atau stres, yang kemudian

berhubungan dengan pengeluaran hormon stres seperti epinephrine,

norepinephrine dan kortisol (Bly S, dkk, 2002) dikutip oleh (Eny,

dkk, 2005).

Hormon norepinefrin merupakan hormon vasokonstriktor

yang sangat kuat yang dapat meningkatkan tahanan perifer total

(Guyton and Hall, 1997). Sedangkan kortisol menyebabkan

peningkatan tekanan darah (Elizabeth, 2008).

Pemaparan bising menimbulkan rangsangan dan

meningkatkan aktivitas saraf simpatis. Jika rangsangan tersebut

bersifat sementara maka tubuh akan pulih dalam waktu beberapa

menit atau jam. Tetapi bila pemaparan berlangsung lama dan

berulang dapat menimbulkan perubahan sistem sirkulasi darah

yang menetap (Guyton, 1997).

Syaraf simpatis mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh

darah dan pemacunya menyebabkan naiknya frekuensi jantung,

bertambah kuatnya kontriksi otot jantung dan vasokontriksi

pembuluh darah resisten (Guyton, 1997).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah :

a) Olah raga, terutama yang menggunakan otot lengan (Depkes

(14)

13

b) Latihan kerja yang lama, akan menurunkan tekanan sistolik

yang progresif, hal ini menandakan dekat dengan kecapaian

(Suma’mur, 1996);

c) Usia, semakin tua tekanan sistolik makin tinggi. Biasanya

dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan

Hall, 1997);

d) Sex, pada wanita sebelum menopause 5-10 mmHg lebih

rendah dari pria seusianya, tetapi setelah menopause tekanan

darahnya lebih meningkat (Evelyn C. Pearce, 1997);

e) Stress psikis meningkatkan tekanan darah (Nurcahyo, 2000).

f) Minum alkohol

Minuman alkohol secara berlebihan dapat

meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi

terhadap obat anti hipertensi (Imam Parsudi, 1992). Beberapa

studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah

dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek

terhadap tekanan darah baru nampak bila mengkonsumsi

alkohol sekitar 2–3 gelas ukuran standar setiap harinya

(Depkes RI, 2003).

g) Pemakaian obat tertentu

Obat-obat yang dapat meningkatkan tekanan darah

antara lain dekongestan hidung, obat-obat hidung, obat

(15)

14 h) Sikap kerja

Orang yang mempunyai tekanan darah normal apabila

berdiri dalam jangka waktu yang lama dan tidak banyak

bergerak biasanya tekanan darahnya akan turun (Henny

Lukmanto, 1995).

i) Kegemukan

Kegemukan dapat memicu timbulnya beberapa

penyakit khronis yang sangat serius seperti hipertensi

(tekanan darah tinggi) (I Made C. Wirawan, 2009).

Kegemukan atau obesitas merupakan faktor resiko penyakit

jantung koroner, hal ini terjadi bersamaan dengan peningkatan

tekanan darah, kencing manis, dan intoleren glukosa yang

disertai peningkatan lemak darah. Kegemukan pada pria lebih

beresiko dibanding wanita (Zukesti Efendi, 2005).

j) Masa Kerja

Gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh

tenaga kerja yang bekerja dengan masa yang lebih lama,

karena semakin lama tenaga kerja bekerja pada bagian dengan

tingkat kebisingan yang tinggi, maka semakin tinggi resiko

terpapar oleh kebisingan (Eva, 2006).

b. Gangguan psikologis

Efek psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang

(16)

15

waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa

gastritis, stres, kelelahan, dan lain-lain (Roestam, 2004).

c. Gangguan komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect

(bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan

kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan

cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya

pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena

tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya, gangguan komunikasi ini

secara tidak langsung membahayakan keselamatan tenaga kerja

(Roestam, 2004).

d. Gangguan keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di

ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan

fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual (Roestam,

2004).

e. Efek pada pendengaran

Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena

dapat menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya

bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari

sumber bising; namun bila terus menerus bekerja di tempat bising,

daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali

(17)

16

(18)

17 C. Hipotesis

Ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja

(19)

18 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik (explanatory

research) mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji

hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Menurut pendekatannya,

penelitian ini adalah penelitian cross sectional, dimana data yang menyangkut

variabel bebas atau risiko dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu

yang bersamaan (Ahmad Watik Pratiknya, 2001).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rakabu Furniture, Tirtoyoso, Surakarta

selama 2 bulan pada bulan Mei-Juni 2010.

C. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pekerja di bagian

produksi dan finishing Rakabu Furniture Surakarta yang berjumlah 68 orang.

D. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling

proporsional random sampling disebabkan populasi mempunyai

(20)

19

anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional

(Sugiyono, 2006). Dimana populasi tenaga kerja yang ada di Rakabu Furniture

Surakarta berjumlah 68 orang.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 kelompok sampel yaitu

kelompok terpapar dan kelompok kontrol. Kelompok terpapar adalah tenaga

kerja yang terpapar kebisingan dengan intensitas kebisingan yang melebihi

NAB 85 dB. Kelompok terpapar adalah tenaga kerja Rakabu Furniture di

bagian produksi dengan jumlah pekerja 35 orang. Sedangkan kelompok

kontrol adalah tenaga kerja yang terpapar kebisingan dengan intensitas

kebisingan yang dibawah NAB 85 dB. Kelompok kontrol ini digunakan

peneliti sebagai pembanding. Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah

tenaga kerja Rakabu Furniture di bagian finishing dengan jumlah pekerja 33

orang.

Sedangkan untuk mencari sampel minimal menggunakan rumus :

2

Gambar 3. Rumus Mencari Sampel

Keterangan :

n : jumlah sampel minimal

Z : koefisien keratandalan (reliability coefficient) yang nilainya tergantung

tingkat kepercayaan yang diterapkan peneliti. Dalam hal ini tingkat

kepercayaan peneliti sebesar 95% = 1,96

(21)

20 Q : 1 – P

d : presisi yang ingin dicapai (0,1)

N : ukuran populasi, jumlah seluruh individu di dalam populasi.

(Suharyanto, dkk, 2000)

Sehingga diperoleh total sampel sebesar 40 pekerja (perhitungan

lengkap ada di lampiran 3) yaitu 21 pekerja di ruang produksi dan 19 pekerja

di ruang finishing yang telah memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Laki-laki

b. Usia 30-50 tahun

c. Bekerja 7 jam sehari

d. Masa kerja >3 tahun

e. Tidak minum alkohol

f. Tidak menggunakan pelindung telinga

g. Tidak mempunyai gangguan pendengaran

h. Tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, hipertensi.

(22)

21 E. Kerangka Variabel

Variabel pengganggu terkendali - jenis kelamin

- usia,

- tidak minum alkohol - masa kerja

- gangguan pendengaran - kegemukan

Variabel bebas Intensitas Kebisingan

Variabel pengganggu tidak terkendali - olah raga

- pemakaian obat tertentu - sikap kerja

- latihan kerja yang lama - stress psikis

Gambar 4. Kerangka Variabel Penelitian

F. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

intensitas kebisingan.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

tekanan darah sistolik dan diastolik.

Variabel terikat

(23)

22 3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu adalah yang mempengaruhi hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

a. Variabel pengganggu terkendali : jenis kelamin, usia, tidak minum

alkohol, masa kerja, gangguan pendengaran dan kegemukan. Cara

pengendalian untuk jenis kelamin, usia, tidak minum alkohol, lama

kerja dan masa kerja adalah dengan mengisi kuesioner penjaringan

sampel. Cara pengendalian untuk gangguan pendengaran adalah

dengan menggunakan uji manual pendengaran (cara uji manual

pendengaran ada di lampiran 3). Sedangkan cara pengendalian untuk

kegemukan yaitu dengan menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh)

pekerja (cara perhitungan IMT ada di lampiran 3).

b. Variabel pengganggu tidak terkendali : olahraga, pemakaian obat

tertentu, sikap kerja, latihan kerja yang lama, stress psikis.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Intensitas Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang dihasilkan oleh mesin penggergajian

kayu dan mesin untuk membuat mebel pada proses produksi. Intensitas

kebisingan adalah hasil yang didapat saat pengukuran kebisingan langsung

(24)

23

Alat Ukur : Sound Level Meter Merk RION NA 20

Satuan : desibell (dB)

Skala Pengukuran : nominal

Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

a. Di bawah NAB (kelompok kontrol) : hasil pengukuran kebisingan

nilainya dibawah 85 dB.

b. Di atas NAB (kelompok terpapar) : hasil pengukuran kebisingan

nilainya diatas 85 dB.

2. Tekanan darah

Tekanan darah adalah tekanan darah sistolik dan diastolik tenaga

kerja yang diketahui melalui pengukuran langsung dengan menggunakan

alat :

Alat ukur : Sphygmomanometer digital

Satuan : mmHg

Skala pengukuran : interval

3. Usia

Usia adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran,

hingga saat penelitian dilakukan, yang dihitung dalam tahun. Data yang

diperoleh dengan cara pengisian kuesioner penjaringan sampel dan

identitas diri pekerja. Usia pekerja yang diteliti yaitu sekitar 30-50 tahun.

Berdasarkan teori yang ada pada usia 30-50 tahun maka tekanan darah

(25)

24 4. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah istilah yang membedakan antara laki-laki

dan perempuan secara biologis dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah

sifat yang diterima orang sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan.

Jenis kelamin yang diambil dalam penelitian ini adalah yang berjenis

kelamin laki-laki.

5. Tidak Minum Alkohol

Tidak minum alkohol adalah pekerja yang tidak minum alkohol

selama 1 (satu) minggu terakhir sampai dengan penelitian dilakukan yang

dapat diketahui dari pengakuan tenaga kerja dan dipastikan menggunakan

surat kesediaan menjadi sampel penelitian yang menyebutkan bahwa tidak

akan mengkonsumsi alkohol selama 1 minggu sebelum diadakan

penelitian.

6. Masa Kerja

Masa kerja adalah lama (tahun) pekerja bekerja di perusahaan

tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pekerja sebagai

sampel yang sudah bekerja >3 tahun.

7. Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran adalah gangguan pada pendengaran

tenaga kerja dengan ciri-ciri daya pendengaran turun dan sulit untuk

berkomunikasi. Adapun untuk mengetahui pekerja mengalami gangguan

(26)

25

pendengaran. Cara melaksanakan uji manual pendengaran terdapat di

lampiran 3.

8. Kegemukan

Kegemukan adalah keadaan dimana perhitungan IMT (Indeks

Massa Tubuh) tenaga kerja melebihi IMT normal. Dalam penelitian ini,

untuk mengetahui pekerja mengalami kegemukan atau tidak, peneliti

menghitung IMT pekerja kemudian dibandingkan dengan kriteria IMT dari

Depkes. Cara menghitung IMT ada di lampiran 3.

H. Desain Penelitian

(27)

26 I. Teknik Pengambilan Data

Pada penelitian ini pengambilan data disesuaikan dengan jenis data

sebagai berikut :

1. Data primer yang meliputi intensitas kebisingan, hasil pengukuran

tekanan darah responden, pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh), uji

manual pendengaran serta hasil wawancara dengan menggunakan

kuesioner penjaringan sampel.

2. Data sekunder dikumpulkan dengan cara pencatatan di bagian personalia

serta gambaran umum perusahaan. Adapun data sekunder dalam

penelitian ini meliputi :

a. Buku referensi yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang

diteliti.

b. Artikel maupun jurnal dari suatu media tertentu yang sesuai dengan

(28)

27 J. Prosedur Penelitian

Gambar 6. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

berikut :

1. Tahap Persiapan

Survei pendahuluan ke tempat penelitian untuk melihat kondisi

tempat kerja, proses kerja, serta kondisi tenaga kerja. Kemudian

mempersiapkan proposal penelitian dan menyusun kuesioner penjaringan

sampel, selanjutnya kuesioner tersebut diperbanyak untuk digunakan

dalam penjaringan sampel.

2. Tahap Pelaksanaan

Pengumpulan data dilakukan selama satu bulan. Tahap Tahap Persiapan

- Survei tempat penelitian dan proses perijinan

Tahap Pelaksanaan - Pengisian kuesioner

- Penentuan sampel penelitian - Pengukuran intensitas kebisingan - Pengukuran tekanan darah - Edit data penelitian

Tahap Penyelesaian - Mengolah, analisis data

(29)

28

pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Setelah mendapat izin dari pemilik Rakabu Furniture Surakarta,

peneliti menjelaskan tentang tujuan dari penelitian serta

mengkonfirmasikan mengenai instrumen yang dipakai dalam

penelitian ini.

b. Pengisian kuesioner penjaringan sampel mengenai identitas diri serta

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah tenaga kerja

kaitannya dengan intensitas kebisingan. Pengisian kuesioner

dilakukan dengan cara peneliti memberikan penjelasan kepada

pekerja mengenai cara pengisian kuesioner. Peneliti juga memantau

dan membantu tenaga kerja dalam pengisian kuesioner jika ada

kesulitan.

c. Menentukan sampel penelitian sesuai dengan kuesioner penjaringan

sampel yang telah diisi oleh tenaga kerja.

d. Melakukan pengukuran intensitas kebisingan.

Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan di 4 titik

pengukuran di setiap ruangan dan dilakukan setiap jam selama

proses produksi berlangsung.

e. Pengukuran tekanan darah tenaga kerja.

Tekanan darah sistolik dan diastolik diukur sebelum dan

sesudah bekerja. Cara pengukuran tekanan darah sebelum bekerja

(30)

29

10 menit, kemudian diukur tekanan darahnya. Sedangkan cara

pengukuran tekanan darah sesudah bekerja yaitu dalam rentang

waktu 1 jam terakhir pekerjaan. Pengukuran setelah bekerja dimulai

dari pekerja yang pertama diukur saat sebelum bekerja supaya

interval pengukurannya sama. Pengukuran tekanan darah di

masing-masing kelompok dilakukan selama 2 hari (dua kali pengukuran).

f. Edit data perolehan hasil penelitian.

3. Tahap Penyelesaian

Mengumpulkan semua data, mengolah, menganalisa dan menyimpulkan.

K. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data

sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang

digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Sound level meter, yaitu alat untuk mengukur intensitas kebisingan.

Merek alat : Sound Level Meter RION NA-20

Satuan : dBA

Teknik pengukurannya adalah :

a. Putar switch ke A.

b. Putar FILTER-CAL-INT ke arah INT.

c. Putar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur.

d. Gunakan meter dynamic characteristic selector switch “FAST” karena

(31)

30

e. Pengukuran dilakukan selama 1-2 menit, mikropon diarahkan ke

sumber kebisingan.

f. Jarak sound level meter dengan sumber bising adalah sesuai dengan

posisi tenaga kerja selama bekerja.

g. Angka skala dibaca setelah panah penunjuk dalam keadaan stabil.

h. Pengukuran dilakukan masing-masing 4 titik di ruang produksi dan

ruang finishing.

Gambar alat :

Gambar 7. Sound Level Meter

2. Sphygmomanometer digital, yaitu alat untuk mengukur tekanan darah.

Merek alat : OMRON HEM-6022

Satuan : mmHg

Gambar Alat :

(32)

31

3. Timbangan badan dan meteran yaitu alat untuk menghitung berat badan

dan tinggi badan pekerja.

4. Lembar isian data, yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk

menentukan subjek penelitian.

5. Alat tulis, yaitu untuk mencatat hasil dari pengukuran.

6. Kamera digital, yaitu alat untuk mengambil dokumentasi sebagai bukti

penelitian selama penelitian berlangsung.

7. Handphone Nokia 2626, yaitu alat bantu untuk menguji pendengaran

tenaga kerja secara manual.

L. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik

independent sample t-test dengan menggunakan program komputer SPSS

versi 12, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :

1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

2. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

3. Jika p value >0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Hastono,

(33)

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

Rakabu Furniture Surakarta merupakan industri sedang yang bergerak

di bidang mebel. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 21 Februari 1988 dan

didirikan oleh Ir. Joko Widodo. Rakabu Furniture terletak di Jl. Ahmad Yani

No. 331 Tirtoyoso RT. 04 RW. 13 Surakarta.

Pada awal berdirinya, perusahaan ini berbentuk perusahaan

perseorangan yang bergerak di industri penggergajian kayu. Untuk

mengembangkan perusahaan, maka kegiatan perusahaan diarahkan menjadi

lebih luas. Hal ini diwujudkan dengan perubahan bidang usaha penggergajian

kayu menjadi perusahaan industri mebel. Dalam proses produksinya Rakabu

Furniture Surakarta sudah menggunakan alat yang modern untuk

memudahkan pekerjaan. Beberapa alat produksi yang dimiliki Rakabu

Furniture antara lain 2 unit mesin pemotong, 3 unit mesin pembelah kayu, 3

unit bor bulat, 2 unit bor kotak, dan lain-lain.

Daerah pemasaran awal bagi produk yang dihasilkan oleh perusahaan

hanya mencakup Surakarta dan sekitarnya, kemudian perusahaan memperluas

lagi ke berbagai kota di Indonesia. Pada tahun 1990 perusahaan sudah bisa

menembus pasar Internasional, hingga saat ini daerah pemasaran di luar negeri

(34)

33

telah menembus berbagai negara antara lain Singapura, Taiwán, Hongkong,

Australia.

Setiap harinya industri ini beroperasi selama 8 jam yaitu dari jam

08.00-16.00 dengan istirahat 1 jam, yaitu dari jam 12.00-13.00. Dalam satu

minggu industri ini libur satu hari, yaitu pada hari minggu sedangkan pada

tanggal merah juga ikut libur. Jumlah tenaga kerja industri ini sebanyak 87

orang.

Tahapan proses produksi pada Rakabu Furniture Surakarta dimulai

dengan persetujuan perusahaan dengan buyer mengenai desain produk yang

sudah dipesan. Tahapan pertama yaitu pemotongan kayu dan perakitannya

menjadi mebel setengah jadi. Proses ini termasuk dalam proses bagian

produksi. Setelah mebel setengah jadi siap selanjutnya masuk ke tahapan

finishing. Adapun tahapan finishing tersebut antara lain : menghaluskan

mebel, melakukan proses pewarnaan, memberi variasi untuk melengkapi

desain dan meneliti hasil akhir produk yang sudah jadi. Setelah tahapan

tersebut selesai maka mebel jadi telah siap untuk diekspor ke buyer.

B. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Usia

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa usia minimal

responden adalah 30 tahun dan usia maksimal responden adalah 49 tahun.

(35)

34

Peneliti menghitung tingkat signifikan dari usia antara 2 kelompok

penelitian, sebagai berikut :

Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat

diketahui bahwa nilai p adalah 0,809 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang

berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang

bermakna antara usia pada kelompok terpapar (bagian produksi) dan

kelompok kontrol (bagian finishing) dengan usia di dua kelompok

penelitian tersebut relatif sama yaitu antara umur 30-49 tahun.

2. Masa Kerja

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa masa kerja minimal

responden 10 tahun dan masa kerja maksimal 18 tahun. Hasil wawancara

dengan responden dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7. Peneliti

menghitung tingkat signifikan masa kerja antara kelompok kontrol dengan

(36)

35

Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat

diketahui bahwa nilai p adalah 0,660 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang

berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang

bermakna antara masa kerja pada kelompok terpapar (bagian produksi)

dengan kelompok kontrol (bagian finishing). Hal ini berarti rata-rata masa

kerja dua kelompok tersebut relatif sama.

3. IMT (Indeks Massa Tubuh)

Berdasarkan hasil wawancara mengenai berat badan dan tinggi

badan responden sehingga didapat hasil IMT (Indeks Massa Tubuh)

melalui perhitungan dengan IMT minimal responden 21.61 dan IMT

maksimal 23,73. Hasil wawancara dengan responden mengenai berat

badan, tinggi badan dan hasil IMT dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7.

Peneliti juga melaksanakan uji statistik IMT pada responden kelompok

(37)

36

Tabel 4.3. Uji statistik IMT antara responden kelompok kontrol dengan kelompok terpapar

No Variabel IMT (Kelompok Penelitian)

Rata-Rata IMT

Standar Deviasi

Perbedaan p (sig 2-tailed)

1 Terpapar 22,80 0,461

2 Kontrol 22,70 0,458

0,100 0,496

Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat

diketahui bahwa nilai p adalah 0,496 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang

berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang

bermakna antara IMT (Indeks Massa Tubuh) pada kelompok terpapar

(bagian produksi) dengan kelompok kontrol (bagian finishing). Hal ini

berarti rata-rata IMT dua kelompok tersebut relatif sama.

C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Tempat Kerja

Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan di ruang produksi dan

ruang finishing. Pelaksanaan pengukuran dengan mengambil titik pengukuran

yang disesuaikan luas lokasi ruang produksi dan finishing. Sehingga didapat 4

(empat) titik pengukuran di setiap lokasi dan dilakukan pengukuran setiap

(38)

37

1. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Produksi

Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Produksi

No. Jam Rerata (dBA)

Intensitas kebisingan rata-rata dalam sehari adalah 95,6 dBA.

Selama penelitian dilakukan tidak ada penambahan mesin dan alat-alat

lainnya yang dapat menambah intensitas kebisingan serta alat yang

beroperasi untuk produksi sama, sehingga intensitas kebisingan tidak jauh

berbeda dibandingkan hari-hari lainnya.

2. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Finishing

Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Lokasi Bagian

Finishing

Intensitas kebisingan rata-rata dalam sehari di ruang finishing

adalah 76,3 dBA. Selama penelitian dilakukan tidak ada penambahan

(39)

38

serta alat yang beroperasi untuk produksi sama, sehingga intensitas

kebisingan tidak jauh berbeda dibandingkan hari-hari lainnya.

3. Uji Statistik Intensitas Kebisingan pada Ruang Produksi dan Ruang

Finishing

Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat

diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang

berarti hasilnya sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan antara intensitas kebisingan di ruang produksi dan ruang

finishing.

D. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pekerja

Pengukuran tekanan darah dilakukan selama 4 (empat) hari, yaitu

pengukuran di bagian produksi selama 2 (dua) hari dan di bagian finishing

selama 2 (dua) hari. Setiap hari pengukuran dilakukan 2 (dua) kali, yaitu

sebelum kerja dan sesudah kerja. Hasil pengukuran selengkapnya dapat

(40)

39

sistolik dan diastolik tersebut kemudian dihitung tekanan darah rata-rata

dengan rumus :

Keterangan :

TR : Tekanan Darah Rata-rata

TD : Tekanan Darah Diastolik

TS : Tekanan Darah Sistolik

1. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada

Kelompok Terpapar (Pekerja Bagian Produksi)

Tekanan darah yang diukur pada hari pertama dan kedua didapatkan

tekanan darah rata-rata, yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.7. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Rata-Rata pada Pekerja Bagian Produksi

Sebelum Bekerja (mmHg) Sesudah Bekerja (mmHg)

No Nama TR 1 TR 2 TR TR 1 TR 2 TR

1 A 96.5 95.84 96.17 105.84 102.49 104.16

2 B 98.5 97.16 97.83 107.84 104.85 106.34

3 C 98.81 99.8 99.30 104.83 102.5 103.66

4 D 92.89 94.54 93.71 102.54 99.85 101.19

5 E 90.85 93.84 92.34 97.84 96.5 97.17

6 F 92.17 96.83 94.5 101.18 99.82 100.5

7 G 97.16 96.5 96.83 104.5 102.49 103.49

8 H 98.15 97.84 97.99 103.48 99.86 101.67

9 I 96.52 96.52 96.52 96.5 96.5 96.5

10 J 83.2 95.84 89.52 93.2 94.54 93.87

11 K 101.14 99.82 100.48 106.5 101.83 104.16

TR = TD + 1/3 (TS–TD) mmHg

(41)

40

Tekanan darah Rata-rata tekanan darah (mmHg)

Berdasarkan uji normalitas data sebelum dan sesudah bekerja

pada kelompok terpapar (bagian produksi) diperoleh 0,763 dan 0,923

yang berarti p>0,05, maka data tersebut berdistribusi normal.

2. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada

Kelompok Kontrol (Pekerja Bagian Finishing)

Tekanan darah yang diukur pada hari pertama dan kedua

(42)

41

Tabel 4.9. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Rata-Rata pada Pekerja Bagian Finishing

Sebelum Bekerja (mmHg) Sesudah Bekerja (mmHg)

No Nama TR 1 TR 2 TR TR 1 TR 2 TR

TR : Tekanan darah rata-rata dari hari I dan II

Tabel 4.10. Hasil uji normalitas tekanan darah rata-rata pada pekerja bagian finishing

(43)

42

Berdasarkan uji normalitas data sebelum dan sesudah bekerja

pada kelompok kontrol (bagian finishing) diperoleh hasil 0,648 dan 0,884

yang berarti p>0,05, maka data tersebut berdistribusi normal.

3. Hasil Perhitungan Selisih Tekanan Darah Pekerja Kelompok Terpapar

(Bagian Produksi) dan Kelompok Kontrol (Bagian Finishing)

Selisih tekanan darah didapat dari selisih tekanan darah rata-rata

sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja kelompok terpapar (bagian

produksi) dan kelompok kontrol (bagian finishing). Hasil perhitungan

selisih tekanan darah rata-rata pada kelompok terpapar dan kontrol dapat

dilihat pada lampiran 10 dan 11.

Tabel 4. 11. Hasil Uji Normalitas Data Selisih Tekanan Darah

Selisih Tekanan darah

Rata-rata selisih tekanan darah

(mmHg)

Standart Deviasi

Uji Normalitas

Kelompok

Terpapar 4.78 2.662 0,976

Kelompok

Kontrol 0.99 1.521 0,989

Berdasarkan uji normalitas data selisih tekanan darah kelompok

terpapar dan kelompok kontrol diperoleh 0,976 dan 0,989 yang berarti

(44)

43

E. Uji Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Tekanan Darah pada Pekerja Kelompok Terpapar (Bagian Produksi) dan Pekerja Kelompok Kontrol (Bagian Finishing)

Adapun untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap

tekanan darah maka peneliti melaksanakan uji perbedaan dengan

menggunakan uji statistik independent sample t-test yang dilakukan melalui

beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :

1. Uji Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Bekerja pada Pekerja Bagian

Produksi dan Pekerja Bagian Finishing

Hasil pengukuran tekanan darah sebelum bekerja pada pekerja bagian

produksi dan finishing dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9.

Tabel 4.12. Hasil Uji Independent Sample t-test Sebelum Bekerja

Tekanan

Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat

diketahui bahwa nilai p adalah 0,702 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang

berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang

bermakna antara tekanan darah sebelum kerja pada pekerja bagian

produksi dan pekerja bagian finishing. Hal ini berarti rata-rata tekanan

(45)

44

2. Uji Perbedaan Tekanan Darah Sesudah Bekerja pada Pekerja Bagian

Produksi dan Pekerja Bagian Finishing

Hasil pengukuran tekanan darah sesudah bekerja pada pekerja bagian

produksi dan finishing dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9.

Tabel 4.13. Hasil Uji Independent Sample t-test Sesudah Bekerja

Tekanan

Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat

diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang

berarti hasilnya sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada perbedaan antara tekanan darah sesudah kerja pada kedua kelompok

tersebut.

3. Uji Perbedaan Selisih Tekanan Darah Rata-Rata Sebelum dan Sesudah

Bekerja pada Pekerja Bagian Produksi dan Pekerja Bagian Finishing

Selisih tekanan darah didapat dari selisih tekanan darah rata-rata

sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja di ruang produksi dan ruang

(46)

45

Tabel 4.14. Hasil Uji Independent Sample t-test Selisih Tekanan Darah Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Bekerja

Tekanan darah

Rata-rata (mmHg)

Standard Deviasi

Perbedaan (mmHg)

Signifikansi (p) Kelompok

Terpapar 4,78 2,662

Kelompok

Kontrol 0,99 1,523

3,786 0,000

Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat

diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang

berarti hasilnya sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada perbedaan antara selisih tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja

(47)

46 BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Usia

Tenaga kerja yang diteliti atau yang digunakan sebagai sampel

adalah yang berusia antara 30-49 tahun. Berdasarkan teori yang ada pada

umur 30-50 tahun maka tekanan darah normalnya masih sama yaitu

110-140/70-90 mmHg (Oktia Woro, 1999). Rerata usia pada kelompok

terpapar adalah 39,95±6,152 tahun dan pada kelompok kontrol

40,37±4,425 tahun. Berdasarkan uji statistik usia pada dua kelompok

penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang

bermakna, hal ini berarti rata-rata usia di kedua kelompok penelitian relatif

sama.

2. Masa Kerja

Masa kerja pekerja dalam penelitian ini antara 10-18 tahun.

Rerata masa kerja pada kelompok terpapar sebesar 13,95±3,309 tahun dan

kelompok kontrol sebesar 14,32±1,416 tahun. Berdasarkan uji statistik

masa kerja pada dua kelompok penelitian diperoleh kesimpulan bahwa

tidak ada perbedaan yang bermakna, hal ini berarti rata-rata masa kerja di

kedua kelompok penelitian relatif sama.

(48)

47

Gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh tenaga kerja

yang bekerja dengan masa yang lebih lama, karena semakin lama tenaga

kerja bekerja pada bagian dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka

semakin tinggi risiko terpapar oleh kebisingan (Eva, 2006). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa masa kerja berpengaruh terhadap tekanan darah.

Hal ini dikarenakan semakin lama masa kerja maka semakin lama pekerja

terpapar kebisingan sehingga semakin mempengaruhi kenaikan tekanan

darah.

3. Kegemukan

Kegemukan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tekanan darah. Adapun untuk mengendalikan masalah

kegemukan, maka dalam penelitian ini peneliti menghitung IMT (Indeks

Massa Tubuh) pekerja yang dihitung dari berat badan dan tinggi badan

pekerja. Pekerja yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah

pekerja dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) minimal 21,61 dan maksimal

23,73.

Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 17,0 termasuk dalam kategori

kurus (kekurangan berat badan tingkat berat), untuk IMT antara 17,0–18,4

termasuk dalam kategori kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan),

untuk IMT 18,5–25,0 termasuk dalam kategori normal, untuk IMT 25,1 –

27,0 termasuk dalam kategori gemuk (kelebihan berat badan tingkat

ringan) dan untuk IMT lebih dari 27,0 termasuk dalam kategori gemuk

(49)

48

Adapun untuk mengendalikan adanya kegemukan maka peneliti

menentukan bahwa responden memiliki IMT yang normal yaitu antara

18,5-25,0. Hal ini dikarenakan jika IMT lebih dari normal berarti pekerja

termasuk dalam kategori gemuk. Kegemukan dapat memicu timbulnya

beberapa penyakit kronis yang sangat serius seperti hipertensi (tekanan

darah tinggi) (I Made C. Wirawan, 2009).

Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa seluruh

responden tidak mengalami kegemukan karena nilai IMT seluruh

responden masih normal yaitu berada di antara 18,5–25,0. Rerata IMT

pada kelompok terpapar adalah 22,80±0,461 dan kelompok kontrol

sebesar 22,70±0,458. Berdasarkan uji statistik IMT di dua kelompok

penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang

bermakna, hal ini berarti rata-rata IMT di kedua kelompok penelitian

relatif sama.

Adapun dengan menyamakan karakteristik subjek penelitian di

kedua kelompok penelitian tersebut berarti peneliti telah mengendalikan

faktor-faktor berpengaruh terhadap tekanan darah. Selain itu, hal ini juga

dimaksudkan agar pengaruh naiknya tekanan darah pada pekerja bagian

produksi hanya disebabkan oleh kebisingan.

B. Analisis Intensitas Kebisingan Tempat Kerja

Rata-rata intensitas kebisingan di ruang produksi dan ruang finishing

(50)

49

dan 76,3±1.606 dBA. Menurut Kepmenaker No. KEP 51/Men/1999 tentang

Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja menyebutkan bahwa Nilai

Ambang Batas untuk pemajanan 8 jam per hari atau 40 jam satu minggu

adalah sebesar 85 dBA.

Berdasarkan hasil uji statistik di kedua kelompok penelitian didapat

kesimpulan bahwa terdapat perbedaan intensitas kebisingan yang bermakna di

ruang produksi dan di ruang finishing. Berdasarkan hasil pengukuran di ruang

produksi dapat disimpulkan bahwa intensitas kebisingan di ruang produksi

melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Sedangkan hasil

pengukuran di ruang finishing disimpulkan bahwa intensitas kebisingannya

masih dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan.

Dalam bekerja semua pekerja tidak memakai alat pelindung telinga.

Sehingga intensitas kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas tersebut

dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Menurut Roestam (2004), bahwa

kebisingan dapat menyebabkan gangguan kesehatan berupa peningkatan

tekanan darah dan gangguan lain seperti gangguan psikologis, gangguan

komunikasi, gangguan keseimbangan dan efek pada pendengaran yaitu

ketulian.

C. Analisis Tekanan Darah Tenaga Kerja

Tekanan darah tenaga kerja diukur dengan menggunakan

spygmomanometer digital. Pengukuran dilakukan dua kali yaitu sebelum dan

(51)

50

1. Analisis Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Pekerja

Kelompok Terpapar (Bagian Produksi)

Berdasarkan hasil analisis data tekanan darah pada pekerja

kelompok terpapar diperoleh rerata tekanan darah sebelum bekerja

sebesar 96,44±3,363 mmHg dan sesudah bekerja sebesar 101,23±3,839

mmHg. Sedangkan hasil uji normalitas data tekanan darah dapat

disimpulkan bahwa data termasuk dalam distribusi normal sehingga uji

statistik independent sample t-test dapat digunakan dalam penelitian ini.

Hal ini dikarenakan penggunaan uji t-test termasuk dalam uji parametrik

sehingga menganut pada data berdistribusi normal dan sebaran data

homogen (Handoko, 2008).

2. Analisis Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Pekerja

Kelompok Kontrol (Bagian Finishing)

Berdasarkan hasil analisis data tekanan darah pada pekerja

kelompok kontrol diperoleh rerata tekanan darah sebelum bekerja sebesar

96,09±2,146 mmHg dan sesudah bekerja sebesar 97,09±2,191 mmHg.

Berdasarkan hasil uji normalitas data tekanan darah sebelum dan sesudah

bekerja pada pekerja kelompok kontrol (bagian finishing) didapat hasil

bahwa data termasuk dalam distribusi normal sehingga uji statistik

independent sample t-test dapat digunakan dalam penelitian ini. Hal ini

dikarenakan penggunaan uji t-test termasuk dalam uji parametrik

sehingga menganut pada data berdistribusi normal dan sebaran data

(52)

51

3. Analisis Selisih Tekanan Darah Pekerja Kelompok Terpapar dan

Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil analisis data selisih tekanan darah dua

kelompok penelitian diperoleh rerata selisih tekanan darah kelompok

terpapar sebesar 4,78±2.662 mmHg dan kelompok kontrol sebesar

0,99±1.521 mmHg. Berdasarkan hasil uji normalitas data selisih tekanan

darah kelompok terpapar dan kelompok kontrol didapat hasil bahwa data

termasuk dalam distribusi normal sehingga uji statistik independent

sample t-test dapat digunakan.

D. Analisis Pengaruh Kebisingan terhadap Tekanan Darah

Adapun untuk mengetahui pengaruh kebisingan terhadap tekanan

darah maka dilaksanakan uji perbedaan menggunakan uji statistik independent

sample t-test. Hasil uji statistik independent sample t-test tekanan darah

sebelum bekerja dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,702 atau lebih dari

0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan dengan hasil rerata

tekanan darah sebelum bekerja pada kelompok terpapar sebesar 96,44±3,363

mmHg dan kelompok kontrol sebesar 96,09±2,146 mmHg. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah

sebelum kerja pada 2 (dua) kelompok penelitian yang berarti rerata tekanan

darah tenaga kerja sebelum kerja di kedua kelompok tersebut relatif sama. Hal

ini dikarenakan pekerja bagian produksi masih belum terpapar intensitas

(53)

52

Sedangkan dari hasil uji statistik independent sample t-test tekanan

darah sesudah bekerja dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang

dari 0,01 (p<0,01) yang berarti hasilnya sangat signifikan dengan rerata

tekanan darah pada kelompok terpapar sebesar 101,23±3,839 mmHg dan

kelompok kontrol sebesar 97,09±2,191 mmHg. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan antara tekanan darah sesudah bekerja pada 2 (dua)

kelompok penelitian. Selain itu, rerata tekanan darah pada pekerja kelompok

terpapar (bagian produksi) lebih tinggi daripada tekanan darah pekerja

kelompok kontrol (bagian finishing). Perbedaan rerata tekanan darah pada dua

kelompok penelitian sebesar 4,13 mmHg.

Selain itu, peneliti juga menghitung selisih tekanan darah rata-rata

sebelum dan sesudah bekerja pada 2 (dua) kelompok penelitian. Rerata selisih

tekanan darah pada kelompok terpapar sebesar 4,78±2.662 mmHg sedangkan

kelompok kontrol sebesar 0,99±1.521 mmHg. Terdapat perbedaan yang sangat

signifikan antara kedua kelompok tersebut sebesar p = 0,000 atau kurang dari

0,01 (p<0,01) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Kenaikan tekanan darah

pada pekerja kelompok terpapar (bagian produksi) lebih besar daripada

kelompok kontrol (bagian finishing). Dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja bagian

produksi hingga menyebabkan kenaikan tekanan darah sebesar 4,78 mmHg.

Pemaparan bising menimbulkan rangsangan dan meningkatkan

aktivitas saraf simpatis. Jika rangsangan tersebut bersifat sementara maka

(54)

53

pemaparan berlangsung lama dan berulang dapat menimbulkan perubahan

sistem sirkulasi darah yang menetap (Guyton, 1997).

Adapun dengan adanya peningkatan tekanan darah tersebut sejalan

dengan pendapat Bambang Suwerda (1992), bahwa pengaruh intensitas

kebisingan mesin penggilingan padi terhadap tekanan darah tenaga penggiling

yang berupa kenaikan tekanan darah tenaga penggiling setelah terpapar

kebisingan. Kebisingan dapat menyebabkan tenaga kerja menjadi stress,

keadaan stress ini akan meningkatkan sekresi hormon adrenalin pada

peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah (Eny, dkk.,

2005).

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Eva

Hermawati (2006) yang menyebutkan bahwa kebisingan mengganggu

perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan mental menurun. Efek pada

persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan darah, percepatan

denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah cepatnya

metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Sigit Nugraha,

Setyawati Budiningsih dan Ginova Nainggolan (2005) yang menyimpulkan

bahwa kebisingan di tempat kerja dapat meningkatkan prevalensi hypertensi.

Penelitian yang dilakukan oleh Haryo Nugroho (2004), Trianingsih

(2007) dan Lutfi, Bina, Samsul (2010) pada pabrik tekstil juga membuktikan

bahwa ada perbedaan yang signifikan tekanan darah pekerja berdasar

(55)

54

intensitas kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas dapat menyebabkan

naiknya tekanan darah.

Penelitian lainnya juga membuktikan bahwa paparan kebisingan

akan menimbulkan respon dari sistim hormon dan sistim saraf yang akan

menaikkan kecepatan denyut jantung yang akan berpengaruh langsung pada

tekanan darah sistolik, tetapi butuh waktu untuk mempengaruhi tekanan

darah diastolik selain itu intensitas kebisingan dan masa kerja (tahun) secara

bersama-sama berhubungan secara signifikan dengan kenaikan tekanan darah

sistolik (Eny Hastuti, 2005).

Adapun dengan adanya kenaikan tekanan darah akibat intensitas

kebisingan yang melebihi NAB pada pekerja di bagian produksi Rakabu

Furniture Surakarta maka pemakaian alat pelindung diri sangat diperlukan.

Pemakaian alat pelindung diri yaitu ear plug (sumbat telinga) dimaksudkan

sebagai upaya untuk mengurangi intensitas kebisingan yang diterima pekerja

sehingga tidak mengakibatkan kenaikan tekanan darah. Ear plug tersebut

dapat mengurangi intensitas kebisingan sebesar 10-15 dB (A. M. Sugeng

Budiono, 1992).

Penelitian Samsul Nur Hidayat (2005) membuktikan bahwa terdapat

perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik-diastolik setelah bekerja antara saat

tidak memakai ear plug dan pada saat memakai ear plug, dimana rata-rata

tekanan darah sistolik-diastolik setelah bekerja pada saat ear plug telah

(56)

55 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Intensitas kebisingan di ruang produksi (kelompok terpapar) melebihi 85

dBA yang diperkenankan dengan rerata sebesar 95,6 dBA. Sedangkan

intensitas kebisingan di ruang finishing (kelompok kontrol) dibawah 85

dBA dengan rerata sebesar 76,3 dBA.

2. Rerata tekanan darah pekerja kelompok terpapar (bagian produksi)

sebelum kerja adalah 96,44 mmHg dan sesudah bekerja sebesar 101,23

mmHg. Sedangkan rerata tekanan darah pekerja kelompok kontrol

(bagian finishing) sebelum kerja adalah 96,09 mmHg dan sesudah

bekerja sebesar 97,09 mmHg.

3. Hasil uji statistik independent sample t-test menunjukkan bahwa :

a. Tekanan darah sebelum kerja pada pekerja bagian produksi dan

finishing mempunyai nilai p = 0,702 atau lebih dari 0,05 (p>0,05)

yang berarti hasilnya tidak signifikan atau tidak ada perbedaan yang

bermakna antara 2 (dua) kelompok penelitian.

b. Tekanan darah sesudah kerja pada pekerja bagian produksi dan

finishing mempunyai nilai p = 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01)

yang berarti hasilnya sangat signifikan.

(57)

56

c. Terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara selisih tekanan

darah rata-rata sebelum dan sesudah bekerja dengan nilai rerata pada

kelompok terpapar 4,78 mmHg, kelompok kontrol 0,99 mmHg

dengan nilai signifikansi p = 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh intensitas

kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja bagian produksi

dengan adanya kenaikan tekanan darah sebesar 4,78 mmHg.

B. Saran

1. Memberikan penutup dari kayu pada bagian mesin pemotong yang

menimbulkan kebisingan dan diusahakan tidak menganggu proses

produksi.

2. Perawatan mesin (seperti ; merawat ketajaman alat pemotong,

membersihkan bagian mesin yang berhubungan langsung dengan kayu)

secara berkala yaitu setiap pagi dan sore.

3. Perusahaan wajib menyediakan alat pelindung telinga yaitu ear

plug/sumbat telinga bagi pekerja bagian produksi untuk mengurangi

pemaparan intensitas kebisingan yang diterima pekerja sehingga dapat

mencegah kenaikan tekanan darah (sesuai dengan Undang-Undang No.1

Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 ayat c).

4. Pekerja wajib memakai alat pelindung telinga yang telah disediakan oleh

perusahaan (sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang

(58)

57 DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Watik Praktiknya. 2001. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : CV Rajawali.

A.M. Sugeng Budiono. 1992. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Solo : PT Tri Tunggal Tata Fajar.

Andrina Yunita. 2003. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Sumatra Utara : Fakultas Kedokteran USU.

Depkes RI. 2003. Warta Kesehatan Masyarakat Edisi No. 7 September tahun 2003. Jakarta : Dirjen Bina Kesmas Depkes

Efendi, Zukesti. 2003. Ketahanan Jantung dalam Menghadapi Jantung Koroner (PJK). Sumatra Utara : Fakultas Kedokteran USU.

Elizabeth. 2008. Cortisol dan Tubuh Anda. http//stress.about.com/od /stresshealth/a/cortisol.htm diakses tanggal 15 Maret 2009.

Eny Hastuti, Onny Setiani, Nurjazuli. 2005. Faktor-Faktor Risiko Kenaikan Tekanan Darah pada Pekerja yang Terpajan Kebisingan di Bandara Ahmad Yani Semarang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol.4 No.2.

Erna Tresnaningsih. 2003. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja.

Jakarta : Depkes R1.

Eva Hermawati. 2006. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja pada Intensitas Kebisingan yang Berbeda di PT Purinusa Eka Persada Semarang. Universitas Negeri Semarang. Skripsi.

Evelyn C. Pearce. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Utama.

Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Guyton, A.C. 1997. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran ECG. P= 213.

Guyton, A.C., Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran ECG. P= 1214-1215, 249-250, 257-261, 189-190.

(59)

58

Haryo Nugroho. 2004. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terpapar Bising pada Tenaga Kerja Bagian Weaving (Loom) di PT. Primissima Medari Sleman. Yogyakarta : FKM UNDIP

Hastono. 2001. Analisis Data, Jakarta : FKM UI.

Henny Lukmanto. 1995. Diagnosis Fisik Edisi 17. Jakarta : EGC.

I Dewa Nyoman, Supariasa. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC, 2001.

Imam Parsudi. 1992. Hipertensi Penatalaksanaan secara Menyeluruh. Semarang : Badan Penerbit University Diponegoro

Lutfi, H., Bina, K., Samsul, NH. 2010. Perbedaan Tekanan Darah Pekerja Berdasar Intensitas Kebisingan di PT. Industri Sandang Nusantara Unit Pabrikteks Tegal. Semarang : Universitas Muhamadiyah Semarang.

Menteri Tenaga Kerja RI.1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomer: KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja. Jakarta : Depnaker RI.

Nanny. 2007. Bersihkan Kuping dengan Baik dan Benar. http:// www.indomedia.com diakses tanggal 17 Maret 2009.

Novi Arifiani, 2004. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan Tenaga Kerja. Cermin Dunia Kedokteran No.144.

Nugraha, S., Budiningsih, S., Nainggolan, G. 2005. Kebisingan dan Hipertensi pada Karyawan Laki-Laki di Plant 3-4 PT ”I”. Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 55 N0.12.

Nurcahyo. 2009. Mengenal Hipertensi. http://indonesiaindonesia.com/f/14176-mengenal-hipertensi/-47k- diakses tanggal 14 Maret 2009

Oktia Woro. 1999. Praktikum dan Keterampilan Pendidikan Kesehatan.

Semarang : UNNES.

Prabu, P. 2008. Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan. http://putraprabu. wordpress.com/2009/01/05dampak-kebisingan-terhadap-kesehatan/-51 k- diakses tenggal 14 Maret 2009.

Gambar

Tabel 2.1. Nilai Ambang Batas Kebisingan
Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Gambar 4. Kerangka Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui manfaat pendidikan gizi tentang makanan jajanan berbahaya dengan media leaflet terhadap pengetahuan gizi anak SDN Mojolegi.. Metode yang

[r]

• To outline the marketing function and its role within a corporation’s business strategies , also hopefully generating a passion for the Marketing discipline and empowering you

Hal ini disebabkan karena pemberian pakan dengan penambahan tepung udang rebon yang mengandung karotenoid telah terserap secara maksimal sehingga dapat

Dalam metode pembelajaran dengan menggunakan metode NHT siswa yang memiliki kemampuan memori sedang lebih aktif didalam proses pembelajaran dengan memecahkan

Analisis  ekologi  beutanglahan  dimulai  dengan  rnelihat  hubungan  antara  kornponen­komponen  bentanglahan.  seperti  penggunaan  laban,  ke.mlringan  lereng, 

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemandirian anak kelompok A TKIT Al Hikam Banyudono dengan TK Aisyiyah Bendan Boyolali. Dengan demikian dapat

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke secara parsial terhadap Operasional Bengkel di New Armada Magelang