• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelindian Terhadap Ketersediaan Kalsium (Ca) Dan Magnesium (Mg) Pada Material Vulkanik Hasil Erupsi Gunung Merapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Pelindian Terhadap Ketersediaan Kalsium (Ca) Dan Magnesium (Mg) Pada Material Vulkanik Hasil Erupsi Gunung Merapi"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

SKRIPSI

PENGARUH PELINDIAN TERHADAP KETERSEDIAAN

KALSIUM (Ca) DAN MAGNESIUM (Mg) PADA MATERIAL VULKANIK

HASIL ERUPSI GUNUNG MERAPI

Jurusan/Program Studi Ilmu Tanah

Oleh :

TEGAR HERINDRA PRAMANDIRI

H 0207067

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

i

PENGARUH PELINDIAN TERHADAP KETERSEDIAAN

KALSIUM (Ca) DAN MAGNESIUM (Mg) PADA MATERIAL VULKANIK

HASIL ERUPSI GUNUNG MERAPI

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/Program Studi Ilmu Tanah

Oleh :

TEGAR HERINDRA PRAMANDIRI

H 0207067

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

ii

PENGARUH PELINDIAN TERHADAP KETERSEDIAAN

KALSIUM (Ca) DAN MAGNESIUM (Mg) PADA MATERIAL VULKANIK

HASIL ERUPSI GUNUNG MERAPI

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Tegar Herindra Pramandiri

H0207067

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal : 16 Mei 2012

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Ir. Sumarno, MS. Dwi Priyo Ariyanto, SP.M.Sc Dr.Agr.Sc.Rahayu,SP.MP

NIP. 19540518 198503 1 002 NIP. 19790115 200501 1 001 NIP. 19750529 200312 1 001

Surakarta, Juni 2012

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

(4)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan

skripsi ini. Selama penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak, oleh karenanya penyusun ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

2. Prof.Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir.Sumarno, MS. selaku pembimbing utama atas segala bimbingan dan ilmu

yang ditularkan kepada penyusun selama penyusunan skripsi ini.

4. Dwi Priyo Ariyanto, SP.M.Sc, selaku pembimbing pendamping atas segala

bimbingannya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini,

5. Dr Agr.Sc.Rahayu, SP.MP. selaku dosen penguji, terimakasih atas saran dan

masukan yang diberikan selama penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya

selama masa perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

7. Segenap Laboran di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan analisis laboratorium guna

mendukung penelitian.

8. Kedua orang tua, Heruwanto, SIP,M.Si dan Sri Endrowati, S.Pd yang

memberikan kasih sayang, doa dan dukungan untukku setiap saat.

9. Kedua adikku Kharisma Devi Herindra dan Amelia Rahma Herindra yang

memberi dukungan untuk terus menjadi yang ebih baik.

10. Motivatorku, Lilis Kusuma yang selalu mencurahkan waktu, perhatian dan

dukungan yang sangat luar biasa.

11. Sahabat seperjuangan dalam penelitian Taufik Perak Sanjaya yang selalu

(5)

commit to user

iv

12. The Dahlia Crew (Afif, Burhan, Agung, Alan, Amri) yang selalu menjadi

teman penyemangat.

13. Teman- teman IMOET 2007 ( Fendha, Hari Kuncoro. Wildhan, Agus, Adi,

Hany, Ganis, Wiwit, Listya, Andika, Tika, Anggurit, dll ) yang selalu

memberikan bantuan, semangat dan dukungan dalam penyusunan skripsi.

14. Kakak tingkat maupun adik tingkat yang banyak mendukung dan memberi

semangat.

15. Teman – teman seperjuangan di KMIT yang memberi pelajaran tentang arti

kebersamaan, kekeluargaan dan kekompakan.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

bisa disebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

diharapkan agar dapat lebih baik. Semoga skripsi bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Surakarta, Juni 2012

(6)

commit to user

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

RINGKASAN ... x

SUMMARY ... xi

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 2

II. LANDASAN TEORI... 3

A. Tinjauan Pustaka ... 3

1. Material Vulkanik Gunung Merapi ... 3

2. Tanah Andisol ... 4

3. Kalsium (Ca) ... 6

4. Magnesium (Mg) ... 7

B. Hipotesis... 9

C. Kerangka Berpikir ... 9

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 10

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 10

C. Rancangan Penelitian ... 10

D. Tata Laksana Penelitian ... 11

(7)

commit to user

vi

F. Analisis Data ... 13

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

A. Karakteristik Tanah Awal ... 14

B. Hasil Analisis Ketersediaan Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) tanah ... 16

C. Hasil Analisis Kalsium dan Magnesium Total Tanah ... 20

D. Hasil Analisis pH Tanah ... 21

E. Hasil Analisis Kapasitas Tukar Kation ... 23

F. Hasil Analisis Fraksi Klei Tanah ... 25

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

A. Kesimpulan ... 27

B. Saran... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

(8)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Karakteristik Awal Material Vulkanik Gunung Merapi ... 14

(9)

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Tabung Pelindi ... 11

4.1 Hasil Analisis Ketersediaan Kalsium Tanah ... 17

4.2 Hasil Analisis Ketersediaan Magnesium Tanah.... ... 19

4.3 Hasil Analisis pH H2O ... 22

4.4 Hasil Analisis pH KCl ... 23

4.5 Hasil Analisis Kapasitas Pertukaran Kation ... 24

(10)

commit to user

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Analisis Jumlah Air Yang Ditambahkan ...31

2 Data Penelitian ...32

3 Analisis Statistika Ketersediaan Kalsium ...34

4 Analisis Statistika Ketersediaan Magnesium ...41

5 Analisis Statistika pH H2O ………... 48

6 Analisis Statistika pH KCl……….… 55

7 Analisis Statistika KPK……… 62

8

9

10

Analisis Statistika Fraksi Klei………

Uji Korelasi……….……

Dokumentasi Penelitian…….……… 69

75

(11)

commit to user

x

RINGKASAN

Tegar Herindra Pramandiri, H 0207067. Pengaruh Pelindian Terhadap Ketersediaan Kalsium dan Magnesium pada Material Vulkanik Hasil Erupsi Gunung Merapi. Di bawah bimbingan Ir. Sumarno, MS., Dwi Priyo Ariyanto, SP. M.Sc, dan Dr. Agr. Sc. Rahayu, SP., MP. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelindian terhadap ketersediaan Kalsium dan Magnesium pada material vulkanik hasil erupsi gunung Merapi. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian UNS pada bulan Februari – Maret 2011. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 3 ulangan. Adapun faktor yang di uji adalah kedalaman lapisan dan lamanya waktu pelindian. Penelitian ini menggunakan 2 tanah, yaitu tanah Andisol dan material Vulkanik. Sebagai pengganti air hujan, dalam penelitian ini menggunakan aquadest. Analisis data menggunakan uji F taraf kepercayaan 95% jika data normal kemudian dilanjutkan uji Least Significant Different (LSD) taraf kepercayaan 95%. Serta dilakukan uji Korelasi untuk mengetahui hubungan antar variabel

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan pelindian mampu meningkatkan ketersediaan kalsium, pada lapisan 1 dan 2 (material vulkanik) ketersediaan kalsium terjadi peningkatan ketersediaan kalsium sampai hari ke-30. Pada lapisan 3 (tanah andisol) ketersediaan kalsium semakin meningkat dari awal hingga akhir waktu pelindian.Sedangkan untuk ketersediaan magnesium, perlakuan pelindian tidak mampu meningkatkan ketersediaan magnesium.

(12)

commit to user

xi

SUMMARY

Tegar Herindra Pramandiri, H 0207067. Influence of leaching on the Availability of Calcium and Magnesium of Volcanic Eruption Materials of Merapi Mounts. Under the guidance of Ir. Sumarno, MS., Dwi Priyo Ariyanto, SP. M.Sc., and Dr. Agr. Sc. Rahayu, SP., MP. Soil Science Department, Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University Surakarta.

The aim of this study was to determine the effect of leaching on the availability of Calcium and Magnesium of volcanic eruption materials of Merapi Mountain. The research was conducted at the Greenhouse of Faculty of Agriculture, UNS in February-March 2011. This study is an experimental study using Completely Randomized Design (CRD) factorial with three replications. The factors is the layer depth and duration of leaching. This study used 2 soil, Andisols and volcanic material. As substitute of rain water, use distilled water. Data was analysed using F test if the treatments have an effect, then followed by

Least Significant Different test (LSD) in 95% confidence. And Correlation test to determine the relationship between variables.

The results showed that leaching treatment can increase the availability of calcium, in layers 1 and 2 (volcanic material) the availability of calcium increased to 30 day. At layer 3 (Andisols) increasing the availability of calcium from the beginning to the end of the leaching time. As for the availability of magnesium, leaching treatment can’t increasing the availability of magnesium.

(13)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Gunung Merapi merupakan gunung yang paling aktif di dunia, pada

bulan April 2006 telah mengeluarkan erupsi dan pada tanggal 26 Oktober

2010 meletus. Selama abad 20 Gunung merapi mengalami letusan pada tahun

1930 yang menyebabkan 1.396 orang meninggal dunia, tahun 1961

menyebabkan 6 orang meninggal dan pada tahun 1994 menyebabkan 64 orang

meninggal, tahun 2006 menyebabkan 2 orang meninggal (Wilson et al, 2007)

dan Oktober 2010 dengan jumlah meninggal 126 orang (Anonima, 2010).

Sepanjang abad 20, aliran awan panas mengarah ke barat laut, barat dan utara,

wilayah timur lereng bebas dari awan panas. Letusan Gunung Merapi pada 26

Oktober – 5 November 2010 lahan dan awan panas mengarah ke selatan dan

barat.

Kerusakan sumberdaya lahan yang terjadi akibat letusan Gunung

Merapi adalah erupsi abu dan pasir yang menutupi lahan pertanian dengan

ketebalan abu dan pasir yang bervariasi untuk setiap lokasi tergantung jarak

dari pusat letusan dan arah dan kecepatan angin. Dampak yang langsung

terhadap lahan adalah penutupan lapisan tanah atas oleh abu sehingga banyak

tanaman yang mati terutama sayuran. Namun setelah beberapa hari kemudian

muncul tunas-tunas baru, hal ini membuktikan bahwa material vulkanik tidak

sepenuhnya bersifat racun.

Abu vulkanik Gunung Merapi yang diambil pada Juli 2008

mengandung Al, Mg, Si dan Fe yang dianalisis dengan metode Analisis

Aktivasi Neutron (AAN) berturutturut berkisar antara 1,8 15,9% Al, 0,1

-2,4% Mg, 2,6 - 28,7% Si dan 1,4 - 9,3% Fe (Sudaryo dan Sutjipto, 2009).

Abu vulkanik tersebut nantinya akan terkena air hujan yang akan

menyebabkan tercucinya basa–basa yang terkandung dalam abu vulkanik

tersebut, misalnya kalsium dan magnesium. Kalsium dan magnesium

merupakan unsur hara yang mudah tercuci terutama pada tanah yang

(14)

commit to user

2

diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang cukup banyak. Kalsium diserap

oleh tanaman dalam bentuk Ca2+ sedangkan magnesium diserap dalam bentuk

Mg2+. Kalsium mempunyai fungsi bagi tanaman sebagai penyusun dinding sel,

sedangkan magnesium berungsi sebagai penyusun klorofil.

Penelitian ini menggunakan alat simulasi berupa tabung pelindi yang

menggambarkan keadaan tanah bekas erupsi Gunung Merapi sehingga dapat

diketahui besarnya kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang tersedia.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pelindian

berpengaruh terhadap ketersediaan Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) pada

material vulkanik hasil erupsi Merapi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelindian terhadap

ketersediaan Kalsium dan Magnesium pada material vulkanik hasil erupsi

Gunung Merapi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui ketersediaan Kalsium dan

Magnesium pada material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi yang nantinya

akan dijadikan sebagai informasi kepada masyarakat disekitar Gunung

(15)

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Material Vulkanik Gunung Merapi

Letusan gunung Merapi mengeluarkan material dalam bentuk 3 fase

yaitu gas (emulsi awan panas), cair (lahar), padat (fraksi, debu, pasir,

krakal, dan lain–lain). Ketiga fase ini akan mempengaruhi tingkat

keparahan kerusakan lahan pertanian yang dilaluinya. Kerusakan lahan

pertanian yang tertimpa material ini bersifat sementara. Karena dari sisi

pedologis, tanah ini akan mengalami rejuvinalisasi (pemudaan) kembali dengan adanya material yang segar (fresh) dan kaya akan unsur hara makro (Ca, Mg, K, S), mikro (Zn, Fe, Cu, Mn) dan hara berguna (Si dan

Na) (Hanudin, 2011). Material vulkanik yang hasil erupsi Gunung Merapi

terebut juga mengandung mineral primer seperti gelas vulkanik dan

feldspar plagioklas (Fiantis, 2009).

Aktivitas vulkanisme Gunungapi Merapi pada tahun 2010

mengakibatkan lahan di kawasan Merapi tertutup dengan material

vulkanik. Ada dua macam material volkanik yang menutupi lahan, yaitu

abu vulkanik dan material awan panas (Nurcholis, 2011). Letusan Gunung

Merapi yang terjadi pada tangal 26 Oktober 2010 sampai dengan awal

November 2010 telah mengakibatkan ratusan korban jiwa, kerugian harta

benda, dan rusaknya lahan pertanian. Letusan tersebut memuntahkkan

ratusan juta meter kubik material vulkanik yang terdiri dari abu vulkanik,

pasir, kerikil, dan batu (Wuryanta, 2011).

Menurut Purwono, Petugas Pengamatan Gunung Merapi di Pos

Jrakah, Selo, Boyolali, yang dimuat dalam surat kabar Republika tanggal

19 Januari 2011. Menyatakan bahwa muntahan material vulkanik dari

gunung Merapi diperkirakan mencapai 100 juta meter kubik, namun yang

longsor terbawa air hujan baru 35% (Anonimb, 2011).

Tanah vulkanik/tanah gunung berapi adalah tanah yang terbentuk

dari lapukan materi dari letusan gunung berapi yang subur mengandung

(16)

commit to user

unsur hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar

lereng gunung berapi. Tanah yang berkembang dari abu vulkanik

umumnya dicirikan oleh kandungan mineral liat allophan yang tinggi.

Allophan adalah Aluminosilikat amorf yang dengan bahan organik

dapat membentuk ikatan kompleks (Sudaryo dan Sutjipto, 2009).

Berdasarkan Uji Komposisi KimiaTanah Vulkanik Gunung Merapi

Yogyakarta yang dilakukan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan

(BTKL), 1994 Yogyakarta menunjukkan bahwa Material Vulkanik

Gunung Merapi Yogyakarta mengandung SiO2 (54,56%), Al2O3 (18,37%),

Fe2O3 (18,59%), CaO (8,33%), MgO (2,45%), Na2O (3,62%), K2O

(2,32%), MnO (0,17%), TiO2 (0,92%), P2O5 (0,32%), H2O (0,11%), HD

(0,2%).

Secara umum, material yang dikeluarkan oleh material erupsi yang

dikeluarkan oleh erupsi gunung merapi berupa gas, cair maupun yang

padat. Namun material erupsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

material yang padat saja. Material padatpun terbagi dalam berbagai ukuran

antara lain Bom (> 32 mm), Lapili (4 – 32 mm), pasir gunungapi (0,25 – 4

mm), dan abu volkan (< 0,25 mm). Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah material vulkanik yang berukuran 0,25 – 4 mm atau

yang disebut pasir gunungapi (Munir, 1996).

2. Tanah Andisols

Tanah Andisol adalah tanah yang memiliki bahan andik dengan

ketebalan sebesar 60% atau lebih bila: 1). terdapat dalam 60 cm dari

permukaan mineral atau pada permukaan bahan organik dengan sifat

andik yang lebih dangkal, jika tidak terdapat kontak densik, litik, atau

paralitik, horizon duripan atau horizon petrokalsik pada kedalaman

tersebut, atau 2). diantara permukaan tanah mineral atau lapisan organik

dengan sifat andik, yang lebih dangkal dan kontak densik, litik, atau

paralitik, horizon duripan atau horizon petroklasik

(17)

commit to user

Andisol terbentuk dari debu volkanik. Debu vulkanik kaya dengan

mineral liat amorf atau alofan yang mengandung banyak Al dan Fe.

Logam-logam ini akan dibebaskan oleh proses hancuran iklim. Khelasi

antar asam humik dan Al dan Fe tersebut, membentuk khelat

logam-humik, yang juga akan meningkatkan retensi humus terhadap dekomposisi

mikrobiologis (Tan, 1998).

Tanah Andisol memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan air

yang tidak dapat kembali seperti semula apabila mengalami kekeringan

(irreversible drying). Sifat irreversible ini menyebabkan perubahan ukuran partikel, karena alofan yang dikandung tanah Andisol akan cenderung

membentuk fraksi pasir semu (pseudosand) hasil agregasi alofan dengan

partikel lainya termasuk bahan organik (Munir, 1995).

Tanah Andisol memiliki rentang pH tanah H2O. Logam-humus

yang mendominasi tanah menyebabkan kemasaman (< 5) dengan

kejenuhan basa yang rendah dan juga berhubungan dengan keracunan Al.

Tanah yang didominasi oleh alofan umumnya memiliki pH 5,5 – 6,5.

Reaksi kemasaman tanah dengan KCl cenderung lebih rendah 0,5 – 1,5

dari pada pH H2O, perbedaan besar antara keduanya terjadi karena

kompleks logam-humus didalam tanah. Reaksi kemasaman tanah dengan

KCl penting untuk menunjukkan kemasaman tanah dalam reaksi

kemasaman Andisol dan jika pH KCl < 55 maka jumlah logam Al nyata

dalam larutan tanah (Munir, 1995).

Selisih antara pH KCl dan pH H2O atau disebut juga ΔpH. Nilai

ΔpH merupakan gambaran suatu tanah bermuatan variabel. Suatu tanah bermuatan variabel jika memiliki nilai ΔpH antara – 0,5 s/d ~ .

Kemasaman tanah dengan nilai ΔpH yang mendekati nol diharapkan

memiliki aluminium yang dapat dipertukarkan dalam jumlah yang sedikit.

Jika nilai ΔpH lebih mendekati nilai negatif, tidak dapat dikatakan apakah

muatan tersebut permanen atau tetap, tetapi lebih diindikasikan dengan

(18)

commit to user

Sifat kimia Andisol yang mempengaruhi muatan variabel adalah

gugus OH dari aluminol, ferrol, dan silanol dari liat amorf. Semua fraksi

liat Andisol bersifat amfotermik kecuali silanol. Pada pH tanah tinggi

Al-OH melepaskan H+ dan permukaan aluminol bermuatan negatif, tetapi

pada pH tanah rendah aluminol akan menerima tambahan H+ hingga

muatan positif, begitu juga dengan ferrol. Sedangkan silanol akan

melepaskan H+ saja, tetapi tidak akan menerima tambahan proton diatas

pH 2, jadi silanol tidak bersifat amfotermik pada pH 3 - 10 (Tan, 1998).

3. Kalsium (Ca)

Sumber mineral Ca meliputi Feldspar, apatit, dolomite, dan Gipsum,

Amphibol. Ketersediaan Ca terkait dengan kejenuhan–kejenuhan

basa-basa (Ca, Mg, K, dan Na). Kejenuhan basa-basa yang rendah mencerminkan

keteresediaan Ca yang rendah. Ketersediaan unsur Ca meningkat pada pH

7,0 – 8,5, kemudian menurun pada pH di bawah 7,0 maupun 8,5

(Hanafiah, 2005).

K+, Ca2+, Mg2+ dan Na+ sudah ada dalam keadaan tereduksi, maka

semua ion tersebut tidak langsung dipengaruhi oleh reduksi tanah. Namun

kenaikan volume air yang sangat besar pada tanah tergenang dapat

mempercepat pengurangan senyawa padat dari unsur ini. Jumlah yang

besar dari ion NH+, Fe2+ dan Mn2+ yang disebabkan pada penggenangan

dapat memindahkan sejumlah besar Ca2+, Mg2+ dan K+ dari tempat

pertukaran ke dalam larutan tanah. Akibatnya semua ion itu menjadi lebih

mudah mengalami pencucian. Di lain pihak, air genangan biasanya

membawa “basa dapat ditukar” itu dalam jumlah yang banyak, yang

dalam keadaan biasa mencegah kahat kalium pada sebagian besar tanah

sawah (Sanchez, 1993).

Kalsium diserap tanaman dalam bentuk ion Kalsium (Ca2+).

Didalam tanah kalsium berasal dari mineral primer pembentuk tanah

misalnya batu kapur. Kandungan kalsium didalam tanah berkisar 0,1 –

(19)

commit to user

tanah sehingga dapat dikategorikan sebagai kalsium yang tersedia bagi

tanaman. Namun jika bereaksi dengan ion negatif menjadi senyawa yang

sukar dimanfaatkan oleh tanaman (Novizan, 2005).

Kandungan Ca dalam tanah tergantung dari: (1) bahan induk, (2)

derajat pelapukan, (3) tindakan pengapuran sebelumnya. Secara garis

besar konsentrasi Ca dalam tanah dipengaruhi oleh jenis tanah dan tingkat

pelapukannya. Misalnya konsentrasi Ca adalah 5% untuk Aridisols, 1%

untuk Alfisols, dan 0,6% untuk Oxisols (Barber, 1984).

Kalsium memiliki peranan yan erat dalam pertumbuhan apical dan

pembentukan bunga (Tisdale et al., 1999) Selain itu, Ca juga berfungsi

dalam pembekahan sel, pengaturan permebilitas sel serta pengaturan tata

air dalam sel bersama dengan unsur K, perkecambahan biji, perkembangan

benang sari, perkembang bintil akar rhizobium. Tetapi Ca relatif kurang

berperan dalam mengaktifkan kerja enzim.

4. Magnesium (Mg)

Sumber hara Mg antara lain adalah: 1) Bahan organik: kebanyakan

Mg segera terdekomposisi dari seresah, sisanya mengalami mineralisasi

pada tahap awal perombakan residu tersebut. 2) Pupuk kandang, kompos

dan biosolid. Kebanyakan Mg terlarut, segera tersedia, oleh karena itu

dengan mudah hilang sebelum diberikan ke lahan. 3) Mg tertukar: Mg2+

termasuk kation dapat ditukar, pertukaran kation termasuk reaksi

terpenting bagi Mg dalam tanah. 4) Pelarutan mineral Mg: yaitu mineral

primer atau mineral lempung sekunder, tanah kasar lebih sedikit

kandungan Mg dibandingkan dengan tanah halus, kadar Mg lebih tinggi

pada lahan kering semia arid atau arid. 5) Kapur dan Pupuk: Mg berada

dalam senyawa yang digunakan untuk menetralkan pH tanah, terutama

dalam bentuk batu kapur dolomite (CaMgCO3), bentuk yang lain misalnya

garam Epsom (MgSO4) dan K2SO4 MgSO4 (Yuwono, 2004).

Selain itu sumber Mg yang lain adalah batu kapur dolomite,

(20)

commit to user

menetralkan kemasaman tanah. Sumber utama Mg untuk tanaman dari

larutan tanah dan dari komplek jerapan. Magnesium dapat ditukar

umumnya berjumlah sekitar 4 – 20% dari total kation dalam tanah, akan

tetapi untuk tanah-tanah yang berasal dari bebatuan serpentin magnesium

dapat ditukar dapat melebihi kalsium. Persen kejenuhan aktual Mg

tergantung pada sifat–sifat tanah, tanaman, dan faktor lain (Blair, 1984)

Di dalam tanah banyak Magnesium (Mg) dijumpai dalam

fraksi lempung, Mg dijumpai dalam mineral ferromagnesium yang

mudah lapuk (biotit, serpentin, hornblende, olivin) juga dalam mineral

lempung sekunder (chlorite, vermikulit, illit dan monmorilonit). Di

dalam tanah juga dapat dijumpai Mg sebagai MgSO4, MgCO3 atau

dolomit (CaCO3, MgCO3) (Anonimc,2009).

Magnesium di dalam tanaman mempunyai peranan sebagai berikut:

Sebagai atom pusat dalam molekul klorofil, metabolism fosfat, respirasi

tanaman, aktifator beberapa sistem enzim, dan terutama untuk

mengaktifkan fosforilase. Magnesium juga sebagai pengaktif enzim yang

berupa karbohidrat, pernafasan dan sebagai katalisator (Winarso,2005).

Unsur Magnesium (Mg) merupakan unsur penyusun molekul

klorofil (zat hijau daun) yang paling utama. Karena itu magnesium

berperan penting dalam produksi tanaman. Selain diperlukan dalam

pembentukan klorofil, magnesium juga berperan sebagai pembawa

(carrier) unsure hara yang lain, terutama Fosfor. Magnesium juga berfungsi membantu pembentukan berbagai senyawa di dalam tanaman

seperti gula, protein, minyak dan lemak. Magnesium adalah unsur yang

mobil (mudah ditranslokasikan), maka magnesium akan segera

ditranslokasikan dari bagian yang tua ke bagian yang muda bila tanaman

kekurangan Magnesium. Gejala kekurangan magnesium ditunjukan

dengan warna kuning pada bagian atas daun yang menghadap sinar

(21)

commit to user B. Hipotesis

H0 : Pelindian berpengaruh tidak nyata terhadap ketersediaan Kalsium

(Ca) dan Magnesium (Mg) pada material vulkanik hasil erupsi

Gunung Merapi

Hi : Pelindian berpengaruh nyata terhadap ketersediaan Kalsium (Ca) dan

Magnesium (Mg) pada material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi

C. Kerangka Berpikir

Material Vulkanik

Hujan

Pelindian

Perkembangan Tanah

Kalsium dan Magnesium Terlarut

(22)

commit to user

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sedangkan untuk analisis kimia tanah

dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan untuk analisis

fisika tanah dilaksanakan di Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret tahun 2011.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

a) Aquadest

b) Material vulkanik Gunung Merapi

c) Tanah Andisol lolos saringan diameter 0,5 cm

d) Bahan–bahan kimia untuk analisis laboratorium

2. Alat

a) Cangkul

b) Meteran

c) Gelas ukur

d) Saringan lolos 0,5 cm

e) Peralon diameter 6,35 cm

f) Alat tulis

g) Alat–alat analisis fisika tanah dan kimia tanah

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan RAL dengan faktor yang di

uji sebagai berikut:

Faktor 1 : Kedalaman Solum

S1 : kedalaman 0 – 15 cm dari permukaan

S2 : kedalaman 15 – 30 cm dari permukaan

S3 : kedalaman 30 – 50 cm dari permukaan

(23)

commit to user

Faktor 2 : Waktu pelindian

P1 : 1 hari pelindian

P2 : 10 hari pelindian

P3 : 20 hari pelindian

P4 : 30 hari pelindian

P4 : 45 hari pelindian

Dari kedua faktor tersebut maka diperoleh suatu rancangan RAL Faktorial

dengan masing – masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali.

D. Tata Laksana Penelitian

Kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. Studi pustaka untuk mengkaji hal–hal yang berhubungan dengan

penelitian.

2. Pengambilan sampel tanah dan material vulkanik dari Dusun Kinahrejo,

Desa Umbulharjo, Kec. Cangkringan, Kab. Sleman Yogyakarta. Pada

koordinat 7o34,925’ LS dan 110o26,601’ BT.

3. Penyusunan tabung pelindi.

(24)

commit to user

4. Memasukan material vulkanik dan tanah Andisol yang telah disaring

dengan saringan ukuran 0,5 cm kedalam tabung pelindi dengan susunan

seperti pada Gambar 1.1.

5. Menambahkan aquadest kedalam tabung sebanyak 70 ml/hari.

Penambahan aquadest sebanyak 70 ml/hari merupakan sebagai pengganti

curah hujan yang terjadi di lapangan. Dengan analisis perhitungan

terlampir.

6. Memanen tanah yang sesuai waktu yang ditentukan.

7. Analisis Tanah.

E. Variabel Pengamatan

Data yang dibutuhkan meliputi:

1. Analisis Tanah Awal

Analisis tanah awal meliputi:

a) Ca dan Mg tersedia tanah

Kation–kation ditetapkan dengan menggunakan alat flamefotometer

(Sulaeman, et all, 2005).

b) pH tanah metode elektrolisis

Pengukuran pH tanah (pH H2O, KCl, dan NaF) dengan menggunakan

metode elektrometrik (Sulaeman, et all, 2005).

c) Kapasitas tukar kation

Menganalisis besarnya niai KTK dengan metode ekstrak ammonium

asetat (Sulaeman, et all, 2005).

d) Tekstur tanah

Penentuan tekstur tanah dengan metode pemipetan (Sulaeman, et all,

2005).

e) Ca dan Mg total tanah

Penentuan Ca dan Mg total tanah menggunakan campuran asam pekat

(25)

commit to user

2. Analisis tanah setiap rentang waktu 1 hari, 10 hari, 20 hari, 30 hari dan 45

hari.

Analisis yang dilakukan meliputi:

a) Ca dan Mg tersedia tanah

Kation–kation ditetapkan dengan menggunakan alat flamefotometer

(Sulaeman, et all, 2005).

b) pH tanah metode elektrolisis

Pengukuran pH tanah (pH H2O, KCl, dan NaF) dengan menggunakan

metode elektrometrik (Sulaeman, et all, 2005).

c) Kapasitas tukar kation

Menganalisis besarnya niai KTK dengan metode ekstrak ammonium

asetat (Sulaeman, et all, 2005).

d) Tekstur tanah

Penentuan tekstur tanah dengan metode pemipetan (Sulaeman, et all,

2005).

e) Ca dan Mg total tanah

Penentuan Ca dan Mg total tanah menggunakan campuran asam pekat

HNO3 dan HClO4 (Sulaeman, et all, 2005).

Untuk Penentuan Ca dan Mg total tanah hanya dianalisis pada hari ke-45

F. Analisis Data

Semua data yang diperoleh dianalisis statistik dengan menggunakan uji

F, untuk mengetahui apakah perlakuan berpengaruh terhadap variabel apabila

data tersebut normal. Apabila data tersebut tidak normal maka menggunakan

uji Kruskal-Wallis untuk mengetahui apakah perlakuan berpengaruh terhadap

variabel. kemudian dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significan Different)

dengan taraf kepercayaan 95 % untuk mengetahui perbedaan rerata antar

perlakuan yang berpengaruh, dan untuk uji keeratan antar perlakuan dilakukan

(26)

commit to user

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Tanah Awal

Hasil analisis terhadap sifat-sifat tanah yang digunakan untuk penelitian

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Karakteristik Awal Material Vulkanik Gunung Merapi

No. Jenis Tanah Variabel

Pengamatan

Satuan Nilai Pengharkatan

1 Material Vulkanik pH H2O - 6,34 Agak masam

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium 2011 Keterangan: Pengharkatan menurut Balittan (2005)

Berdasarkan Tabel 4.1 kondisi awal material vulkanik yang digunakan

mempunyai pH agak masam (pH H2O 6,34), pH material vulkanik ini hampir

mendekati netral, ini dikarenakan material vulkanik merupakan tanah yang

sangat muda atau baru dikeluarkan oleh erupsi Gunung Merapi, hal ini juga

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suriadikata, D.A (2010)

yang menunjukan bahwa material vulkanik mempunyai pH yang berkisar 4,8

sampai 6,8.

(27)

commit to user

Kapasitas Pertukaran Kation material vulkanik menunjukan nilai yang

sangat rendah (KPK 3,9 cmol(+)/kg), ini dikarenakan kapasitas pertukaran

kation dipengaruhi oleh tekstur tanah, semakin tinggi fraksi kleinya semakin

tinggi kapasitas pertukaran kationnya. Berdasarkan hasil analisis tekstur tanah

pada material vulkanik fraksi klei 2,62%, debu 0,24%, dan pasir 97,14%.

Fraksi klei tergolong sangat sedikit, sehingga tidak ada yang berfungsi untuk

menukarkan kation.

Berdasarkan tabel di atas, material vulkanik mempunyai Kalsium (Ca)

tersedia sangat rendah (0,3 cmol(+)/kg). Ini dikarenakan material vulkanik

mempunyai kapasitas pertukaran kation yang sangat rendah, selain itu karena

material vulkanik merupakan tanah yang baru dan belum berkembang

sehingga mempunyai fraksi klei yang sedikit. Menurut Ponnamperuma

(1985), faktor–faktor yang mempengaruhi ketersedian kalsium dalam tanah

antara lain: pasokan Ca total, pH tanah, kapasitas pertukaran kation, tipe

koloid dan ratio Ca dengan kation lain. Material vulkanik ini mempunyai

kalsium total sebesar 132,93 ppm. Begitu pula untuk ketersedian Magnesium

(Mg) termasuk sangat rendah (0,35 cmol (+)/kg), yang dikarenakan material

vulkanik merupakan tanah yang belum berkembang, sehingga mempunyai

fraksi klei sangat sedikit. Material vulkanik ini mempunyai pasokan

magnesium total sebesar 39,79 ppm.

Berdasarkan Tabel 4.1 karakteristik tanah awal Andisols mempunyai

pH agak masam (pH H2O 6,52). Reaksi tanah Andisol cukup baik yaitu asam

sampai netral (pH 5,0 sampai 7,0) (AnonimF ). Tanah andisol ini mempunyai

pH NaF sebesar 11,9. Tanah andisol umumnya mempunyai pH NaF > 9.4.

Untuk menganalisa pH NaF menggunakan larutan NaF 1 N, tanah andisol

mempunyai mineral alofan yang mampu menukarkan OH- dengan F

-(Uehara, 1984).

Kapasitas Pertukaran Kation tanah Andisol termasuk rendah (KPK 9,6

cmol(+)/kg), hal ini dikarenakan kapasitas pertukaran kation dipengaruhi oleh

tekstur tanah, semakin tinggi fraksi kleinya maka semakin tinggi pula

(28)

commit to user

adalah: fraksi klei 4,10%, debu 42 %, dan pasir 53,90%. Menurut

Darmawijaya (1990), tanah andisol mempunyai kapasitas pertukaran kation <

24 cmol (+)/kg.

Berdasarkan hasil penelitian, kalsium (Ca) tersedia tanah Andisol

termasuk rendah (2,92 cmol (+)/kg) ini dikarenakan tanah Andisol

mempunyai kapasitas pertukaran kation yang rendah pula, tanah Andisol

mempunyai pasokan kalsium total yang hanya sebesar 106,32 ppm. Begitu

juga halnya dengan Magnesium yang mempunyai ketersediaan rendah (0,94

cmol (+)/kg) ini juga dikarenakan tanah Andisol juga mempunyai kapasitas

pertukaran kation yang rendah pula. Tanah Andisol ini mempunyai pasokan

Magnesium total sebesar 32,68 ppm.

B. Hasil Analisis Ketersediaan Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) Tanah

Kalsium (Ca) diserap dalam tanah berbentuk Ca2+. Faktor –faktor yang

mempengaruhi ketersedian kalsium dalam tanah antara lain: pasokan Ca total,

pH tanah, kapasitas pertukaran kation, tipe koloid dan nisbah Ca dengan

kation lain (Ponnamperuma, 1985).

Berdasarkan analisis statistik, dapat diketahui bahwa perlakuan

pelindian menunjukan nlai P-Value 0,000 (P<0,01). Hal ini berarti perlakuan

pelindian pada penelitian ini memberikan pengaruh yang sangat nyata

(29)

commit to user

Gambar 4.1 Hasil Analisis ketersediaan kalsium tanah

Gambar 4.1 menunjukan hasil analisis ketersediaan kalsium. Pada

lapisan 1 (0 – 15 cm) dan lapisan 2 (15 – 30 cm) yang berisi material

vulkanik, mulai terjadi peningkatan ketersediaan kalsium sampai hari ke-30.

Peningkatan kalsium tertukar sampai hari ke-30 dikarenakan adanya proses

mineralisasi yang nyata. Sampai hari ke-30 terjadi pelapukan kimia oleh

aquadest yang mengubah CaCO3 pada material vulkanik menjadi kalsium

tertukar. Proses pelapukan yang terjadi adalah hidrasi serta pelarutan kalsium

seperti yang dinyatakan oleh Manahan (2005). Proses pelapukan kimia terjadi

karena adanya hidrasi dan pelarutan dengan rumus kimia sebagai berikut:

CaCO3 (s) + H2O Ca2+ (aq) + HCO3- (aq) + OH- (aq)

Proses tersebut menunjukan bahwa CaCO3 padat mengalami perlapukan

menjadi Ca2+ dalam bentuk larutan. Ca2+ merupakan bentuk kalsium yang

biasa diserap oleh tanaman atau bentuk kalsium yang dapat ditukarkan

(Winarso, 2005).

Pada lapisan 3 (30 – 50 cm) yang berisi tanah andisol, ketersediaan

kalsium terus mengalami peningkatan. Peningkatan kalsium tertukar ini

diduga adanya akumulasi kalsium tertukar yang berasal dari pelindiaan tanah

(30)

commit to user

berkembang daripada material vulkanik, sehingga mempunyai fraksi klei

yang lebih banyak. Fraksi klei tersebut mempunyai kemampuan untuk

mengikat kation–kation, sehingga kalsium–kalsium yang terlindi dari lapisan

di atasnya akan terikat dalam kompleks jerapan tanah.

Berdasarkan analisis statistik, ketersediaan magnesium termasuk data

yang tidak normal, maka untuk menentukan pengaruh atau tidaknya

perlakuan menggunakan uji Kruskall-Wallis. Berdasarkan uji Kruskall-Wallis

dapat diketahui bahwa perlakuan waktu pelindian tidak berpengaruh terhadap

ketersediaan Magnesium. Dapat dilihat dari nilai P-Value menunjukan nilai >

0,05. Hal ini dikarenakan tidak adanya proses mineralisasi yang bisa

meningkatkan ketersediaan magnesium.

Menurut Winarso (2005), Kadar magnesium (Mg) lebih rendah

dibandingkan dengan kalsium (Ca), hal ini disebabkan Mg lebih lemah diikat

oleh tapak–tapak jerapan dibandingkan dengan Ca, sehingga lebih peka

terhadap pencucian. Demikian juga biasanya bahan induk mengandung

magnesium lebih rendah daripada kalsium. Walaupun tanah berkembang dari

bahan induk mengandung magnesium cukup, tetapi masih juga banyak

dijumpai tanaman defisien Mg, khususnya dijumpai pada tanah–tanah

pasiran, tanah–tanah masam yang berkembang di bawah curah hujan tinggi.

Gambar 4.2 Hasil analisis ketersediaan magnesium

(31)

commit to user

Gambar 4.2 merupakan hasil penelitian pengaruh pelindian terhadap

ketersediaan magnesium. Walaupun berdasarkan uji Kruskall-wallis

menunjukan waktu perlindian tidak berpengaruh terhadap ketersediaan

magnesium, namun apabila melihat Gambar 4.2 Pengaruh perlakuan terhadap

ketersediaan magnesium ternyata dapat dilihat ada peningkatan ketersediaan

magnesium.

Ketersediaan magnesium pada material vulkanik sebelum adanya

perlakuan perlindian adalah sebesar 0,35 cmol (+)/kg. Setelah adanya

perlakuan pelindian, (Gambar 4.2) pada lapisan 1 hari ke-1 ketersediaan

magnesium meningkat menjadi 0,43 cmol (+)/kg begitu seterusnya terus

meningkat sampai hari ke-20 yang mencapai puncaknya, yaitu sebesar

0,53cmol (+)/kg. Ketersedian magnesium mulai menurun pada hari ke-30 dan

hari ke-45 menjadi sebesar 0,34 cmol (+)/kg. Berdasarkan uji LSD dengan

aras kepercayaan 95%, menunjukan bahwa perlakuan 30 dan 45 hari

menunjukan hasil yang sama (Sig. > 0,05), hal ini juga berarti bahwa

ketersediaan magnesium mulai menurun pada hari ke-30. Hal ini diduga air

mampu melindi unsur magnesium dari lapisan atas ke lapisan bawah dalam

jumlah yang melebihi proses mineralisasi magnesium. Pada lapisan 2, juga

terjadi hal demikian. Ketersedian magnesium mengalami peningkatan sampai

hari ke-20 menjadi sebesar 0,67 cmol(+)/kg. Namun setelah hari ke-30

mengalami penurunan ketersediaan magnesium

Pada lapisan 3 (tanah andisol), terjadi peningkatan ketersediaan

magnesium. Ketersediaan magnesium pada hari 1 adalah sebesar 0,63

cmol(+)/kg terus mengalami peningkatan sampai hari ke-45. Peningkatan ini

dikarenakan lapisan 3 berada pada lapisan terbawah, sehingga mendapatkan

magnesium dari lapisan di atasnya.

Berdasarkan uji korelasi menggunakan minitab, ketersediaan kalsium

berkorelasi cukup erat terhadap kapasitas tukar kation dan fraksi klei, hal ini

berarti semakin tinggi fraksi kleinya dan kapasitas tukar kationnya maka

semakin tinggi pula ketersediaan kalsiumnya. Begitu sama halnya dengan

(32)

commit to user

nyata terhadap KPK dan fraksi klei. Hal ini berarti semakin tinggi KPK dan

fraksi klei maka ketersediaan magnesium semakin tinggi

C. Hasil Analisis Kalsium dan Magnesium Total Tanah

Unsur hara total total tanah adalah unsur hara yang berada di tanah baik

itu dalam bentuk yang tersedia maupun dalam bentuk yang tidak tersedia bagi

tanaman. Pada penelitian ini, juga meneliti apakah pelindian berpengaruh

terhadap kalsium dan magnesium total. Perlakuan yang diamati unsur hara

totalnya adalah hanya material awal dan perlakuan hari ke-45.

Tabel 4.2 Hasil analisis kalsium dan magnesium total tanah

No. Material Kalsium Total (ppm) Magnesium Total (ppm)

1. Vulkanik awal 132,93 39,79

2. Andisol awal 106,32 32,68

3. Lapisan 1 65,39 24,67

4. Lapisan 2 76,15 27,34

5. Lapisan 3 76,55 30,77

Berdasarkan Tabel 4.2, kalsium total pada meterial vulkanik awal

adalah sebesar 132,93 ppm, namun setelah adanya perlakuan pelindian dari

hari pertama sampai hari ke-45 ternyata nilai kalsium total pada lapisan 1

mengalami penurunan menjadi 65,39 ppm, sama halnya pada lapisan 2 yang

mengalami penurunan menjadi 76,15 ppm. Pada tanah Andisol awal, kalsium

total sebesar 106,32 ppm. Sama halnya dengan materal vulkanik, setelah

mengalami pelindian kalsium total pada lapisan 3 hari terakhir menjadi 76,55

ppm. Hal ini dikarenakan kalsium adalah unsur hara yang mudah terlindi oleh

air. Air yang setiap hari dimasukan kedalam tabung pelindi, adalah agen

utama yang melakukan pelindian hara. Namun air tersebut tidak akan

terakumulasi pada lapisan paling bawah, hal ini dikarenakan pada bagian

bawah tabung pelindi juga diberikan lubang–lubang drainase untuk keluarnya

air.

Seperti halnya kalsium, magnesium juga merupakan unsur yang relatif

mudah tercuci, besarnya laju pencucian dipengaruhi oleh jumlah magnesium

(33)

commit to user

tanaman. Berdasarkan hasil penelitian, magnesium total pada material

vulkanik awal adalah sebesar 39,79 ppm. Setelah mengalami pelindian nilai

magnesium total pada lapisan 1 adalah sebesar 24,67 ppm, hal serupa terjadi

pada lapisan 2 yang juga mengalami penurunan menjadi 27,349 ppm. Pada

tanah Andisol, nilai magnesium total adalah sebesar 30,77 ppm, namun

setelah mengalami pelindian nilai magnesium total pada akhir perlakuan juga

mengalami penurunan, penurunan ini dikarenakan magnesium adalah unsur

hara yang relatif mudah terlindi.

D. Hasil Analisis pH Tanah

Reaksi tanah (pH tanah) menunjukkan sifat keasaman dan alkalinitas

tanah, dengan menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam

tanah. Semakin tinggi kadar H+ dalam tanah semakin masam tanah tersebut.

Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-,

sedang tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+ dan bila

konsentrasi H+ sama dengan OH- tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH

netral. pH tanah berkisar antara 0 - 14 dengan pH 7 disebut sebagai pH netral,

kurang dari 7 disebut dengan masam dan lebih dari 7 disebut dengan alkalis.

Berdasarkan analisis statistik, menunjukan bahwa perlakuan waktu

pelindian berpengaruh sangat nyata terhadap pH H2O (P < 0,01), ini berarti

bahwa waktu pelindian berpengaruh terhadap peningkatkan pH H2O. Material

vulkanik yang terlindi oleh air mampu meningkatkan pH H2O. sedangkan

untuk pH KCl, perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap pH KCl. Hal ini

dibuktikan dengan nilai P > 0,05 yang berarti perlindian mempunyai

(34)

commit to user

Gambar 4.3 Hasil Analisis pH H2O

Gambar 4.4 Hasil Analisis pH KCl

Berdasarkan Gambar 4.3 Hasil analisis pH H2O, pada lapisan 1 dan 2

(material vulkanik) terjadi peningkatan mulai pada perlakuan hari ke-10

menunjukan hasil yang sama, ini berarti bahwa pada hari ke-10 menunjukan

terjadinya reaksi hidrolisis yang menyebabkan penambahan konsentrasi ion–

(35)

commit to user

Dengan adanya mineral–mineral yang berasal dari material vulkanik

yang bereaksi dengan air, maka akan menyebabkan penambahan konsentrasi

ion–ion hidrokoksida. Ion–ion hidrooksida inilah yang menyebabkan

meningkatnya pH tanah.

Sedangkan pada lapisan 3 (tanah andisol), memiliki pH tanah lebih

rendah daripada material vulkanik. Ini dikarenakan material vulkanik

merupakan tanah yang masih baru, berdasarkan Uji Komposisi Kimia Tanah

Vulkanik Gunung Merapi Yogyakarta yang dilakukan oleh Balai Teknik

Kesehatan Lingkungan (BTKL), 1994 Yogyakarta menunjukkan bahwa

Material Vulkanik Gunung Merapi Yogyakarta mengandung silikat, kalsium

dan magnesium sehingga pH material vulkanik lebih tinggi daripada tanah

Andisol. Berbeda halnya dengan pH KCl (Gambar 4.4) pada lapisan 1 dan 2

(material vulkanik) nilai pH pada hari ke-1 sampai hari ke-45 mengalami nilai

yang konstan.

Selisih antara pH H2O dan pH KCl disebut DpH. Secara umum DpH

menunjukan nilai yang negatif ( pH KCl > pH H2O). Ini berarti bahwa tanah

pada penelitian ini didominasi oleh koloid lempung yang bermuatan positif.

E. Hasil Analisis Kapasitas Tukar Kation

Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca2+, Mg+, K+, Na+, NH4+,

H+, Al3+ dan sebagainya. Didalam tanah kation–kation tersebut terlarut

didalam air tanah atau dijerap oleh koloid–koloid tanah. Banyaknya kation

(dalam miliekivalen) yang dapat dijerap oleh tanah per satuan berat tanah

(biasanya per 100 g) dinamakan kapasitas tukar kation (KPK). Kation–kation

yang telah dijerap oleh koloid–koloid tersebut sukar tercuci oleh air gravitasi,

tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah. Hal

tersebut dinamakan pertukaran kation. Jenis–jenis kation yang telah

disebutkan di atas merupakan kation–kation yang umum ditemukan dalam

(36)

commit to user

Berdasarkan analisis statistik, Nilai p-value menunjukan angka 0,046.

Hal ini berarti bahwa perlakuan waktu pelindian berpengaruh nyata terhadap

kapasitas pertukaran kation, (P < 0,05)

Gambar 4.5 Hasil analisis kapasitas pertukaran kation

Gambar di atas menunjukan hasil penelitian pengaruh waktu pelindian

terhadap kapasitas pertukaran kation (KPK). Kapasitas pertukaran kation

mengalami peningkatan sampai hari ke-20. Peningkatan ini diduga karena

konsentrasi kation mengalami penurunan. Menurut Bohn et al. (1979), kekuatan jerapan kation oleh tapak pertukaran salah satunya dipengaruhi oleh

konsentrasi kation, semakin kecil konsentrasi kation berarti makin besar

kation tersebut diikat oleh koloid. Kemudian pada hari ke-30 terjadi

penurunan kapasitas pertukaran kation. Pada uji LSD dengan taraf

kepercayaan 95% menunjukan bahwa perlakuan hari ke-20 sangat berbeda

terhadap perlakuan hari ke-30 ( Sig. < 0,01).

Penurunan kapasitas pertukaran kation ini disebabkan karena adanya

pencucian karbonat oleh air pelindi. Dengan pencucian karbonat ini KPK

tanah menjadi lebih rendah dan tanah menjadi lebih asam. Hal ini sesuai

dengan pendapat Hardjowigeno (1987), bahwa dengan adanya pencucian ini

karbonat bergerak dengan air kebawah sehingga KPK tanah menjadi rendah

(37)

commit to user

yang berdampak pada menurunnya pH. Hal serupa sama terjadi pada lapisan

2, kapasitas pertukaran kation juga menglamai penurunan pada perlakuan hari

ke-30. Karbonat yang terlindi (leaching) oleh air, muatan–muatan negatif yang kosong akibat hilangnya basa–basa dapat ditukar yang umumnya

berikatan dengan hidroksil hasil ionisasi air meninggalkan ion–ion H, yang

kemudian menduduki muatan–muatan permukaan koloid tanah sehingga KPK

tanah menjadi jenuh oleh ion–ion H ini. Akibatnya melalui proses dissosiasi

H koloid ke H+ larutan tanah, pH tanah menjadi turun, nilai KPK tanah juga

turun akibat ternetraisasinya muatan koloid tergantung pH (Hanafiah, 2005).

Lapisan yang mempunyai kapasitas pertukaran kation terbanyak

terdapat pada lapisan ke-3 (tanah Andisol), ini dikarenakan tanah Andisol dari

tanah awal sebelum adanya perlakuan memang sudah mempunyai kapasitas

pertukaran kation yang lebih tinggi daripada material vulkanik. Tanah

Andisol mempunyai KPK tinggi karena mempunyai fraksi klei lebih banyak

daripada material vulkanik. Menurut Soepardi (1983) besar kecilnya kapasitas

pertukaran kation dipengaruhi oleh: reaksi tanah, tekstur atau jumlah klei,

jenis mineral liat, bahan organik dan pengapuran serta pemupukan.

F. Hasil Analisis Fraksi Klei Tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi klei, debu dan

pasiran. Pada penelitian ini menggunakan jenis tanah yang berbeda, yaitu

material vulkanik yang didominasi oleh fraksi pasir dan tanah Andisol yang

didominasi oleh fraksi debu. Perlakuan pelindian yang dilakukan pada

penelitian ini ternyata dapat mempengaruhi perpindahan fraksi–fraksi

walaupun tidak terlalu terlihat jelas. Pelindian lebih berpengaruh terhadap

fraksi klei karena fraksi klei mempunyai ukuran yang paling kecil dari fraksi

lainnya sehingga mudah terlindi.

Berdasarkan analisis statistik, menunjukan bahwa perlakuan waktu

pelindian berpengaruh tidak nyata (P > 0,05) hal ini berarti bahwa waktu

(38)

commit to user

Gambar 4.6 Hasil analisis fraksi klei tanah.

Berdasarkan uji LSD, pada lapisan 1 dan 2 (material vulkanik) pada

perlakuan hari ke-1 terhadap perlakuan hari ke-10, menunjukan tidak

berbeda nyata, (Sig. > 0,05 ) atau dapat dikatakan waktu pelindian tidak

mampu meningkatkan fraksi klei. Ini dikarenakan perlakuan pelindian hanya

mampu mentransportasi fraksi klei dari lapisan atas ke lapisan di bawahnya.

Fraksi klei adalah fraksi yang berukuran paling kecil dari suatu tanah,

sehingga fraksi ini mudah mengalami pelindian atau translokasi oleh air ke

lapisan di bawahnya. Hal ini dapat dibuktikan pada lapisan 3 (tanah andisol)

terus mengalami peningkatan fraksi klei. lapisan ini mendapatkan fraksi klei

dari lapisan di atasnya yang mengalami pelindian oleh air, selain itu sebelum

adanya perlakuan pelindian sudah mempunyai fraksi klei yang tinggi. Tanah

andisol merupakan tanah yang sudah mengalami perkembangan daripada

material vulkanik yang dapat dikatakan sebagai tanah baru, sehingga tanah

andisol mempunyai fraksi klei lebih banyak daripada material vulkanik.

(39)

commit to user

27

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari berbagai hal yang telah dibahas di atas dapat diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Perlakuan waktu pelindian mampu meningkatkan ketersediaan kalsium

dalam tanah. Khusus pada lapisan 1 dan 2 ketersediaan kalsium terjadi

peningkatan ketersediaan kalsium sampai hari ke-30.

2. Perlakuan waktu pelindian tidak mampu meningkatkan ketersediaan

magnesium.

3. Perlakuan waktu pelindian mampu meningkatkan pH tanah dan kapasitas

pertukaran kation tanah.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai material vulkanik

Gunung Merapi untuk mengetahui pengaruh terhadap tanaman. Perlu

dilakukan penelitian untuk mengetahui besarnya unsur hara yang hilang

Gambar

Tabel Halaman
Gambar   Halaman
Tabel 4.1. Karakteristik Awal Material Vulkanik Gunung Merapi
Gambar 4.1 Hasil Analisis ketersediaan kalsium tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pelatihan manajemen amarah dengan pendekatan terapi perilaku kognitif dapat menurunkan perilaku agresi. Hipotesis yang diajukan

Hal ini menandakan bahwa penerapan model pembelajaran ko- operatif tipe NHT dalam pelajaran IPS dapat meningkatkan kinerja guru dan membuat pe- lajaran IPS materi kenampakan

Berdasarkan beberapa istilah di atas dapat dikatakan bahwa manajemen sarana pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kerten Banyudono Boyolali merupkan

[r]

Complementing the NCGIA Core Curriculum in GIScience, the Remote Sensing Core Curriculum was produced by the International Center for Remote Sensing Education (ICRSEdu)

Setiap orang yang merokok di tempat atau area yang. dinyatakan sebagai Kawasan Tanpa Rokok

According to the assessment of the fusion results of the two very high resolution datasets using different configurations of block sizes, the conclusion can be drawn that BR

1) Approximately 56% of the net proceeds - for the expansion of the Company’s business. Menurut ketentuan perjanjian obligasi, Perusahaan diharuskan untuk memenuhi